Anda di halaman 1dari 23

Project Based Learning

PNEUMONIA

OLEH :

ALIF YANUR ABIDIN

105070200111021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

1
Kasus
An. S, usia 2 tahun datang ke UGD RSSA Malang bersama ibunya. Menurut cerita dari
ibunya, An.S sejak 5 hari yang lalu anaknya batuk pilek. Sudah 2 hari ini sering rewel, tidak
mau makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum
dibawa ke UGD RSSA suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x,
perut tampak distended sehingga ibunya memutuskan untuk pagi ini dibawa ke RSSA.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam kondisi sadar, GCS
456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR: 35x/menit, pernafasan
cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan
sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk produktif dengan
sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas bronkial, ronki basah halus,
bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen thorax:gambaran multiple
infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV
line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.

SLO PJBL dengan kasus PNEUMONIA yaitu mahasiswa mampu menjelaskan tentang :

A. Definisi Pneumonia
Suatu proses peradangan dimana terdapat konsilidasi disebabkan pengisian rongga
alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alveoli yang tidak berfungsi.
Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit. (Irman
somantri.2007).
Pneumonia adalah infeksi pada kantung udara kecil pada paru-paru (alveoli) dan
jaringan di sekitarnya. (Merck Manual.2011).
Pneumonia adalah infeksi paru-paru biasa yang disebabkan oleh bakteri, virus atau
jamur. Pneumonia dan gejalanya dapat bervariasi dari ringan sampai parah. Banyak
perawatan untuk pneumonia tersedia. Pengobatan tergantung pada penyebab
pneumonia Anda, seberapa parah gejala Anda, dan usia dan kesehatan secara
keseluruhan. Kebanyakan orang sehat bisa sembuh dari pneumonia dalam satu sampai
tiga minggu, namun pneumonia bisa mengancam jiwa. Kabar baiknya adalah
pneumonia yang dapat dicegah-dengan mendapatkan vaksinasi flu tahunan (sebagai
flu sering menyebabkan pneumonia), sering mencuci tangan Anda, dan untuk orang

2
yang berisiko tinggi, mendapatkan vaksin untuk pneumonia pneumokokus.( American
Lung Association.2011).
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik,
obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. (PDPI.2003).
Klasifikasi Pneumonia :
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonial nosokomial (hospital-acquired pneumonia / nosocomial
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
2. Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Bbeberapa
bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya
klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutma pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised).
3. Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bakterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan
sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda
asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan
paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial

3
B. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan
dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari
pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
(PDPI.2003).
Bakteri dan virus pneumonia yang sering menyerang pada anak 4 bulan -5 tahun, dari
bakteri Streptococcus pneumoniae, Clamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
sedangkan virus Respiratory syncitial virus, influenza virus, parainfluenza virus,
rhinovirus, adenovirus, measles virus. (Retno.2006).

C. Epidemiologi
Pneumonia adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.
Seringkali, pneumonia merupakan akhir penyakit pada orang yang memiliki lain yang
serius, penyakit kronis. Beberapa jenis pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi.
Infeksi bakteri yang paling sering meliputi S Pneumonia, H.Influenza, M.Pneumonia,
C. Pneumonia, dan M. Catarrharis, influenza merupakan virus yang paling sering
didapat di komunitas.
Di Amerika Serikat, sekitar 2 sampai 3 juta orang mengembangkan pneumonia setiap
tahun, dan 45.000 dari mereka meninggal. Pneumonia adalah penyebab paling umum
keenam kematian secara keseluruhan, dan infeksi fatal yang paling umum diperoleh di
rumah sakit. Di negara berkembang, pneumonia merupakan salah satu penyebab
utama kematian atau kedua setelah dehidrasi akibat diare berat. (Merck
Manual.2011).

4
D. Patofisiologi
Jamur, bakteri, protozoa

Resti terhadap
penyebaran infeksi
Masuk alveoli

Peningkatan
suhu tubuh
Kongestif ( 4-12 jam )
Nyeri
Eksudat dan seruos masuk pleuritik
alveoli

Hepatisasi merah (48 jam)


Penumpukan
Paru-paru tampak merah dan
cairan dalam
alveoli
bergranula karena SDM dan
leukosit DMN mengisi alveoli

Hepatisasi kelabu (3-8 hari) Resolusi 7-11


hari
Paru-paru tampak kelabu karena
leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi didalam alveoli

PMN Konsolidasi jaringan


paru Gangguan
pertukaran gas

Berkeringat Metabolisme
meningkat Compliance paru
menurun

Resti Resti nutrisi


kekurangan Gangguan pola Suplay O2
kurang dari
volume cairan nafas menurun
kebutuhan tubuh

Intoleransi
Sputum kental
aktivitas
Mual, muntah

Gangguan bersihan
jalan nafas

5
E. Manifestasi klinis

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
2. Gerakan dada tidak simetris
3. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
4. Diaforesis
5. Anoreksia
6. Malaise
7. Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
8. Gelisah
9. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi :
 Efusi pleura.
 Empiema.
 Abses Paru.
 Pneumotoraks.
 Piopneumotoraks
 Pneumatosel
 Gagal napas.
 Sepsis
 Ileus paralitk fungsional

6
G. Pemeriksaan diagnostik
a. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40º C, batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang
disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.

b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi
ronki basah kasar pada stadium resolusi.

c. Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pe meriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi
dengan " air broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran
kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia,
hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran pneumonia
lobaris tersering disebabkan oleh Steptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa
sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan
Klebsiela pneumonia sering menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas
kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

d. Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih
dari 10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit
terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan
diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur
darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik.

7
Menurut Doenges, 2000:

1. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses


luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma
sinar x dada mungkin bersih.
2. Analisa Gas Darah (Analisa Gas Darah) : tidak normal mungkin terjadi, tergantung
pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebab.
4. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
6. LED : meningkat
7. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
8. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
9. Bilirubin : mungkin meningkat
10. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV)

H. Penatalaksanaan

1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab
infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila
penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan
secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan,
maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian
dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum

8
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

Asuhan keperawatan

Pengkajian

A. Identitas Klien
Nama : An. S
Usia : 2 tahun
Jenis Kelamin :-

B. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan utama : batuk pilek, muntah 3x dan diare sebanyak 4x, tidak mau
makan. Sejak kemarin sore badannya panas disertai
menggigil.
2. Lama keluhan : sejak 5 hari yang lalu
3. Kualitas keluhan : berat
4. Faktor pencetus :
5. Faktor pemberat : sekret tidak bisa dikeluarkan
6. Upaya yang telah dilakukan : di bawa k UGD RSSA
7. Diagnosa medis : Pneumonia

C. Riwayat kesehatan saat ini


Pasien datang ke UGD dengan keluhan batuk pilek, tidak mau makan. Sejak kemarin
sore badannya panas disertai menggigil, tadi malam sebelum dibawa ke UGD RSSA
suhu anaknya mencapai 40º C , muntah 3x dan diare sebanyak 4x, perut tampak
distended. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data An.S pasien dalam
kondisi sadar, GCS 456, tampak lemah, gelisah, dyspnea, nafas cepat dan dangkal, RR:

9
35x/menit, pernafasan cuping hidung, retraksi pada daerah supraklavikular, ruang-ruang
interkostal dan sternocleiodomastoideus, sianosis sekitar mulut, dan hidung, dan batuk
produktif dengan sekret tidak bisa dikeluarkan. Auskultasi ditemukan suara nafas
bronkial, ronki basah halus, bronkofoni, nadi:110x/menit, reguler, suhu:39,5ºC. Rontgen
thorax:gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan. Laborat leukosit
46.000/mm3, LED:52 mm/jam, terapi: IV line NaCl 0,9%:10 tts/menit, penisilin 100mg
Ivx3/hari, O2 nasal 2 lpm.

D. Riwayat kesehatan terdahulu


-
E. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : batuk pilek
 Kesadaran : sadar penuh
 TTV : - TD : - mmHg - Suhu : 39,5 C
- Nadi : 110 x/menit - RR : 35 x/menit
2. Kepala dan Leher
mulut : sianosis sekitar mulut, dan hidung
hidung : pernafasan cuping hidung
3. Thorak & dada
Paru
Inspeksi : nafas cepat dan dangkal
Palpasi : terdapat penggunaan otot bantu pernafasan retraksi otot area
supraklavikular, ruang-ruang interkostal dan sternocleidomastoideus
Auskultasi : bronkial, ronki basah halus, bronkofoni
Kulit & kuku
Kulit : -
Kuku : -

F. Hasil pemeriksaan penunjang


 Rontgen thorax:gambaran multiple infiltrate pada paru sebelah kanan.
 Laborat leukosit 46.000/mm3, LED:52 mm/jam

G. Terapi

10
IV line NaCl 0,9%:10 tts/menit,
penisilin 100mg Ivx3/hari,
O2 nasal 2 lpm.

H. Kesimpulan
Pasien mengalami tanda dan gejala Pneumonia.
Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan

DO : RR = 35 x/menit Bersihan jalan nafas tidak


efektif
suara nafas bronkial, Virus Bakteri Jamur
ronki basah halus, Aspirasi Definisi : Ketidakmampuan
bronkofoni untuk membersihkan

sekresi atau obstruksi dari
Sianosis pd mukosa
Saluran nafas bagian bawah saluran pernafasan untuk
bibir
mempertahankan
Batuk produktif ↓ kebersihan jalan nafas.

Bronchiolus
Gelisah / rewel

DS : nafas cepat
Alveolus

Peningkatan produksi
sekret

Akumulasi sekret

Obstruksi jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

DO : RR = 35 x/ menit Virus Bakteri Jamur Gangguan pertukaran gas


Aspirasi
N = 110x/menit

Pernafasan cuping

11
hidung Saluran nafas bagian bawah

Gelisah ↓

Sianosis pada mukosa Bronchiolus


bibir

DS : nafas cepat
Alveolus

Reaksi radang pada


bronchus

dan alveolus

Atelektasis

Gangguan difusi

Gangguan pertukaran gas

DO : muntah 3x dan diare Virus Bakteri Jamur Defisit volume cairan


sebanyak 4x Aspirasi

DS : sianosis sekitar mulut, ↓


dan hidung
Saluran nafas bagian bawah

Bronchiolus

Alveolus

Stimulasi (hemoreseptor)

Sel point bertambah

12

Respon menggigil

Reaksi peningkatan panas


tubuh

Hipertermia

Evaporasi

Cairan tubuh berkurang

Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih.


2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus.
3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat,
demam.

Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam pasien menunjukan


Respiratory status : Ventilation,Airway patency

Kriteria Hasil :
Pasien dapat suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).

13
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas, misal mengi, krekel, rhonki.
R : Mengkaji kemungkinan spasme bronkus yang menyebabkan obstruksi jalan
nafas dan dapat menimbulkan adanya bunyi nafas.
b. Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
R : Takipnea biasanya menunjukkan adanya tanda infeksi akut.
c. Kaji pasien untuk posisi nyaman.
R : Posisi yang nyaman dapat mempermudah dalam pernapasan.
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea.
e. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
R : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran.
Penggunaan cairan hangat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan
dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
f. Kolaborasi : memberikan obat sesuai indikasi (bronkodilator, steroid, antitusif,
ekspektoran).
R : obat yang sesuai indikasi membantu mengefektifkan kembali bersihan jalan
nafas.

2. Gangguan pertukaran gas bd reaksi radang pada bronkus.


Tujuan : dalam 3 x 24 jam gangguan pertukaran gas pasien teratasi.
KH : - frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)
- Melaporkan penurunan dipsnea
- Menunjukkan perbaikan dalam laju aliran eskspirasi

Intervensi
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori, nafas bibir.
R : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan/atau kronisnya proses
penyakit
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernafas.
R : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan
nafas unttuk menurunkan kolaps jalan nafas, dipsnea dan kerja nafas.

14
c. Kaji secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
R : sianosis dapat digunakan untuk mengevaluasi beratnya hipoksia.
d. Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan atau bunyi tambahan.
R : Adanya bunyi nafas mengindikasikasikan spasme bronkus/ tertahannya sekret.
e. Kolaborasi : Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.
R : Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia.

3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat,
demam.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x 24 jam, status keseimbangan
cairan pasien normal

Kriteria hasil :
- Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal,
HT normal
- Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi :
a. Timbang popok/pempers jika diperlukan
R: Mengetahui intake dan output
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
R: Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh pasien
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik),
R: Menjaga pasien dalam keadaan batas normal
d. jika diperlukan Monitor vital sign
R: Menjaga agar kondisi passien tetap stabil dan mengetahui jika terjadi perubahan
status pasien
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
R: Menjaga pasien dalam pemenuhan nutrisi

15
f. Lakukan terapi IV
R: Mengantikan cairan yang kurang
g. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
R: Cairan yang diberikan supaya menurunkan suhu tubuh pasien
h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
R: Pemenuhan nutrisi dan cairan melalui makanan

Evaluasi.

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas bd mukus dalam jumlah berlebih


- Pasien mengatakan tidak sesak
- Pada saat batuk produksi sputum berkurang
- Frekuensi nafas normal (16-20 x/menit)

2. Gangguan pertukaran gas bd perubahan membran alveolar.


- Tidak dipsnea
- Tidak ada sianosis
- Frekuensi nafas normal

3. Ketidakefektifan pola nafas bd Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat,
demam.
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional Status : Food and Fluid Intake

16
Daftar pustaka :

Asih retno.2006.Continuing education: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.Surabaya: Kapita


selekta ilmu kesehatan anak VI

Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba medika

The Indonesia society of respirology.2003.Perhimpuan Dokter Paru Indonesia: Pneumonia


Komuniti.http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
neumoniakom/pneumonia%20 komuniti.html .Diakses 2 Maret 2012 Pukul 13.35

17
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PNEUMONIA
DAN UPAYA PENCEGAHANYA

Oleh :
Alif Yanur Abidin
NIM.105070200111021

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2011
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pneumonia


Sasaran : klien dan keluarga
Tempat : Balai Desa Ngadireso
Hari/tanggal : 28 Februari 2012
Alokasi waktu : 50 menit
Metode : Ceramah, Tanya jawab, diskusi
Pertemuan ke : 1 ( Pertama )
Pengajar : Alif Yanur
A. Tujuan lnstruksional
a. Umum :
setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta mengerti dan memahami tentang Pneumonia dan
upaya pencegahanya.
b. Khusus :
1. klien dan keluarga memahami tentang pengertian Pneumonia
2. klien dan keluarga mengerti penyebab Pneumonia
3. klien dan keluarga memahami bagaimana gejala Pneumonia
4. klien dan keluarga mengerti serta memahami upaya penanganan Pneumonia
5. klien dan keluarga mengerti serta memahami upaya pencegahan Pneumonia

B. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian Pneumonia
b. Penyebab Pneumonia
c. Gejala Pneumonia
d. Upaya pengobatan Pneumonia
e. Upaya pencegahan Pneumonia
C. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Tahap Waktu Kegiatan perawat Kegiatan perserta Metode Media &


kegiatan alat

Pembukaan (5 menit) 1.Salam pembukaan 1. Menjawab salam Ceramah Microphone


2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri keterangan
3. Menjelaskan Penyaji
maksud dan tujuan
4. Membagikan
leaflet

Penyajian ( 15 menit) 1.Menyampaikan Memperhatikan dan Ceramah Leaflet,


materi mendengarkan Diskusi Flipehart,
keterangan penyaji ppt

Penutup (5menit) 1.Melakukan Tanya Mendengarkan Ceramah, Leaflet


jawab dan bertanya diskusi, ,Flipehart,
2.Menutup serta menjawab Tanya Ppt
pertemuan pertanyaan Jawab
3.Menyampaikan
kesimpulan
D. Evaluasi
1. Evaluasi Proses :
a. perserta mengikuti kegiatan pengajaran dengan baik
b. perserta terlibat aktif dalam pembelajaran
c. perserta aktif bertanya

2. Evaluasi hasil :
a. perserta mampu memahami tentang penyakit Pneumonia
b. perserta mampu memahami upaya pencegahan penyakit Pneumonia
c. peserta mampu menjawab pertanyaan penyaji

E. Materi (terlampir)

F. Daftar Pustaka

Asih retno.2006.Continuing education: Ilmu Kesehatan Anak XXXVI.Surabaya: Kapita selekta


ilmu kesehatan anak VI

Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.

Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba medika

The Indonesia society of respirology.2003.Perhimpuan Dokter Paru Indonesia: Pneumonia


Komuniti.http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-neumoniakom/pneumonia%20
komuniti.html .Diakses 2 Maret 2012 Pukul 13.35

1.Definisi PNEUMONIA
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan
paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. (PDPI.2003).
2. Penyebab PNEUMONIA
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri,
virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh
masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan pneumonia di
rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi
banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di
Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita
pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif. (PDPI.2003).

3. Gejala PNEUMONIA

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki, egofoni
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diaforesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif : Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Cyanosis
a. Area sirkumoral
b. Dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4. Upaya pengobatan PNEUMONIA

1. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi
(hasil kultur sputum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya
ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral.
Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat
kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989).
2. Pengobatan Umum
1. Terapi Oksigen
2. Hidrasi
Bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat hidrasi dilakukan secara parenteral
3. Fisioterapi
Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-ubah untuk
menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan dekubitus.

5.Upaya pencegahan Pneumonia


 Berhenti merokok.
 Menghindari dekat dengan orang yang sedang merokok.
 Memakan makanan yang bergizi.
 Menjaga lingkungan tetap bersih.
 Menggunakan masker ketika diperjalanan.
 Membiasakan diri berolah raga.
 Vaksinasi

Anda mungkin juga menyukai