Anda di halaman 1dari 15

Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh

Widya Pasha Citra Sari_22010318120013

ABSTRAK

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman cengkeh (Syzigium
aromaticum), yang termasuk dalam famili Myrtaceae, yang banyak ditanam di Indonesia, India
dan Madagaskar. Praktikum Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh bertujuan untuk mengisolasi
eugenol dari minyak cengkeh, menentukan tetapan fisiknya (titik didih, berat jenis, dan indek
bias), dan menganalisis hasil dengan spektrofotometer UV-Vis dan IR. Metode yang digunakan
pada praktikum adalah ekstraksi cair-cair. Prinsip dari metode yang digunakan yaitu didasarkan
pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling
bercampur. Metode Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh yaitu dilakukan dengan
menambahkan minyak cengkeh dan NaOH 4N dengan pengadukan menggunakan magnetic
stirer. Kemudian pisahkan lapisan yang terbentuk dengan corong pisah, lapisan bawah (eugenol)
dipisahkan. Lapisan atas (kariofilena) diekstraksi dengan NaOH 2N. Larutan yang berisi eugenol
diasamkan dengan HCl 25% sampai pH 3. Dipisahkan kembali campuran dengan menggunakan
corong pisah. Lapisan atas dipisahkan, lapisan air diekstraksi dengan petroleum eter. Hasil
ekstraksi digabung dengan lapisan eugenol dan dicuci dengan air sebanyak 3x. Ekstrak
dikeringkan dengan Na2SO4 andhidrat dan disaring. Petroleum eter diuapkan dengan evaporator
buchi. Hasil yang diperoleh adalah larutan berwarna kuning kecoklatan bening, berbau khas,
memiliki titik didih sebesar 252.66 °C (1 atm), berat jenis standar dari eugenol sebesar 1,064-
1,070 g/mL, indeks bias eugenol (28° C) adalah 1,52-1,54, pada analisis UV-Vis, eugenol
memiliki satu pita serapan maksimum pada panjang gelombang 278 nm yang berasal dari cincin
aromatik, hasil analisis dengan IR diperoleh adalah adanya gugus hidroksi pada bilangan
gelombang 3552,88 cm-1, metoksi oleh karakteristik serapan C-O pada bilangan gelombang
1267,23-1232,51 cm-1, C=C aromatik pada serapan 1512,19 cm-1, dan serapan gugus lainnya
yang memperlihatkan kesesuaian dengan gugus fungsi pada struktur eugenol, dimana eugenol

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 1


merupakan turunan dari senyawa fenol yang memiliki gugus hidroksil dan tersusun dari senyawa
aromatik (benzena).

Kata kunci : Syzygium aromaticum, minyak cengkeh, eugenol.

PENDAHULUAN

Thomas1 menyatakan bahwa cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki
batang pohon besar dan berkayu keras. Cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai
ratusan tahun, tingginya dapat mencapai 20-30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat.
Tanaman cengkeh memiliki daun tunggal, bertangkai, tebal, kaku, bentuk bulat telur sampai
lanset memanjang, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, tulang daun menyirip,
permukaan atas mengkilap, panjang 6 - 13,5 cm, lebar 2,5 - 5 cm, warna hijau muda atau cokelat
muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada
ujung ranting daun dengan tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh
berwarna keungu-unguan, kemudian berubah menjadi kuning kehijauan dan berubah lagi
menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedangkan bunga cengkeh kering akan berwarna cokelat
kehitaman dan berasa pedas karena mengandung minyak atsiri.

Menurut Bulan2, klasifikasi dari tanaman cengkeh adalah sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Sub-Kelas : Choripetalae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : S. aromaticum

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 2


Minyak atsiri adalah salah satu jenis minyak nabati. Minyak atsiri sering juga
disebut juga sebagai essential oil. Bahan baku minyak ini diperoleh dari berbagai bagian tanaman
seperti daun, bunga, buah, biji, kulit biji,batang, akar atau rimpang. Salah satu ciri utama minyak
atsiri yaitu mudah menguap dan beraroma khas. Minyak atsiri mengandung bermacam-macam
senyawa, tetapi secara umum dapat digolongkan dalam empat senyawa dominan, yaitu terpene,
komponen hidrokarbon berantai lurus, semyawa turunan benzene, dan senyawa lain yang
spesifik untuk masing-masing tanaman. Minyak atsiri dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal
terutama dalam industri farmasi dan kosmetik, misalnya untuk parfum, sabun, lotions, shampo,
obat-obatan, danlain-lain 3,4.

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari tanaman cengkeh (Syzigium
aromaticum), yang termasuk dalam famili Myrtaceae, yang banyak ditanam di Indonesia, India
dan Madagaskar. Minyak cengkeh telah banyak dimanfaatkan sebagai agen perasa dan pemberi
aroma pada berbagai makanan dan campuran dalam rokok kretek karena aroma dan rasanya yang
kuat dan pedas, selain itu minyak cengkeh memiliki aktivitas biologis karena mengandung
eugenol dengan kadar tinggi, yaitu sebagai antiseptik dan analgesik pada pengobatan gigi dan
mulut, antifungal, antibakteri, antioksidan, antikarsinogen dan anti radikal bebas. Minyak
cengkeh dapat diisolasi dari daun (1-4%), batang (5-10%), maupun bunga cengkeh (10-20%).
Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik dan harganya mahal karena
rendemennya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80-90%. Kelimpahan komponen-
komponen dalam minyak cengkeh bergantung dari jenis, asal tanaman, metode isolasi, dan
metode analisa yang digunakan. Minyak cengkeh umumnya diisolasi dari bunga cengkeh kering.
Proses pengeringan bertujuan sebagai teknik pengawetan bunga cengkeh setelah panen untuk
keperluan berbagai industri makanan, farmasi, dan kosmetik. Bunga cengkeh segar didistilasi
dan dihasilkan minyak cengkeh dengan eugenol sebanyak 47,57%, β-karyofilen35,42%, eugenil
asetat 13,42%. Namun selama ini belum ada riset tentang pengaruh pengeringan terhadap
perubahan komponen dalam minyak cengkeh5.

Cengkeh mengandung eugenol (4-alel-2-methoxyphenol), yang merupakan konstituen


utama dariminyak esensial dan digunakan untuk antimikroba dan anestesi. Eugenol dianggap
sebagai senyawa fenolik yang mirip dengan benzena yang memiliki tiga substituen (hidroksi,
metoksi dan allyl) yang mengalami reaksi substitusi elektrofilik aromatik melalui nitrasi. Nitro-

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 3


eugenol merupakan senyawa penting dalam produksi senyawa kimia lainnya seperti
aminoeugenol untuk sintesis lebih lanjut. Amino eugenol memiliki gugus amino (-NH 2) yang
mudah bereaksi dengan karbon disulfide. Struktur dari eugenol ialah6:

METODE

Praktikum “Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh” ini dilaksanakan secara online di
Microsoft teams, pada saluran Praktikum farmakognosi dan fitokimia kelas A, pada hari Senin,
18 Mei 2020. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas beaker 500 mL, plat
pemanasan dengan pengaduk magnetic, set destilasi fraksinasi vakum, corong pisah, gelas ukur,
dan corong gelas. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak
cengkeh, NaOH 2N dan 4 N, HCl 25%, pentane, petroleum eter, Na 2SO4 anhidrat, dan pH
universal.

Cara kerja “Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh” adalah dengan cara dimasukkan 50
mL minyak cengkeh ke dalam beaker glass 500 mL ditambahkan 15 mL NaOH 4N disertai
dengan pengadukan menggunakan pengaduk magnetic. Setelah dingin, dipisahkan lapisan yang
terbentuk pada corong pisah. Lapisan bawah (eugenol) dipisahkan, lapisan atas (kariofilena)
diekstraksi dengan 5 mL NaOH 2N. Digabungkan ekstrak dengan lapisan eugenol, selanjutnya
diekstraksi dengan pentana 25 ml (2x). Ditambahkan ekstrak yang didapat ke gelas beaker yang
berisi kariofilena. Diasamkan larutan yang berisi eugenol dengan HCl 25% sampai pH 3.
Dipisahkan lapisan atas, diekstraksi lapisan air dengan petroleum eter 25 mL (2x), digabung
hasilnya dengan lapisan eugenol, dicuci dengan 25 ml air sebanyak 3x, kemudian dikeringkan
dengan Na2SO4 andhidrat dan disaring. Diuapkan petroleum eter dengan evaporator buchi, residu
didestilasi fraksinasi dengan pengurangan tekanan. Ditentukan fraksi yang mengandung eugenol
melalui bau, warna, titik didih, berar jenis, bias serta pola spektra UV dan IR-nya.

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 4


HASIL dan PEMBAHASAN

No Perlakuan Hasil Dokumentasi Keterangan


.
1 Minyak Campuran -Suhu yang digunakan
cengkeh 75 ml minyak pada saat pengadukan
+ NaOH 4N cengkeh dan 0°C (suhu yang tertulis
100 ml, diaduk NaOH (Dokumentasi pada alat menunjukkan
menggunakan berwarna Pribadi, 2020) suhu dari campuran
stirer coklat tua tanpa adanya pengaruh
keruh dari alat)
(Dokumentasi
Dan gas Pribadi, 2020)

2 Dimasukkan - Terbentukn - Pastikan kran pada


ke dalam ya gas pada corong pisah tertutup
corong pisah saat proses sebelum campuran
dan diekstraksi ekstraksi dituang.
- Terbentuk - Pada saat melakukan
dua lapisan, penggojogan,
(Dokumentasi
lapisan atas dilakukan
Pribadi, 2020)
berupa menggunakan kedua
kariofilena tangan dan ke arah
berwarna yang menjauhi badan
coklat - Pastikan membuka
kekuningan kran secara berkala
dan lapisan setelah 2-3 kali
bawah penggojogan dan
berupa arahkkan moncong
eugenol kran ke arah yang tidak
berwarna membahayakan.

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 5


coklat tua
3 Kariofilena - Terbentukn - Pastikan kran pada
ditambahkan ya gas pada corong pisah tertutup
NaOH 2N 25 saat proses sebelum campuran
ml dan ekstraksi dituang.
diekstraksi - Terbentuk - Pada saat melakukan
dua lapisan, penggojogan,
(Dokumentasi
lapisan atas dilakukan
Pribadi, 2020)
berupa menggunakan kedua
kariofilena tangan dan ke arah
dan lapisan yang menjauhi badan
bawah - Pastikan membuka
berupa kran secara berkala
eugenol setelah 2-3 kali
penggojogan dan
arahkkan moncong
kran ke arah yang tidak
membahayakan.
4 Eugenol - pH akhir 3 - Lakukan pengecekan
diasamkan - terbentuk pH secara berkala
dengan HCl lapisan air setiap penambahan
25% hingga (Dokumentasi HCl
pH 3 Pribadi, 2020)

(Dokumentasi
Pribadi, 2020)
5 Dimasukkan - Terbentuk - Pastikan kran pada
ke dalam dua lapisan, corong pisah tertutup
corong pisah lapisan atas sebelum campuran
dan diekstraksi berupa (Dokumentasi dituang.
eugenol Pribadi, 2020) - Pada saat melakukan
yang penggojogan,

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 6


berwarna (Dokumentasi dilakukan
coklat dan Pribadi, 2020) menggunakan kedua
lapisan tangan dan ke arah
bawah yang menjauhi badan
berupa air - Pastikan membuka
berwarna kran secara berkala
putih setelah 2-3 kali
hampir penggojogan dan
bening arahkkan moncong
kran ke arah yang tidak
membahayakan orang.
6 Lapisan air - Terbentuk - Pastikan kran pada
ditambahkan dua lapisan, corong pisah tertutup
eter 25 ml lapisan atas sebelum campuran
sebanyak 2x berupa dituang.
dan diekstraksi eugenol - Pada saat melakukan
berwarna penggojogan,
kuning dan dilakukan
lapisan (Dokumentasi menggunakan kedua
bawah Pribadi, 2020) tangan dan ke arah
berupa air yang menjauhi badan
berwarna - Pastikan membuka
putih kran secara berkala
hampir setelah 2-3 kali
bening penggojogan dan
arahkkan moncong
kran ke arah yang tidak
membahayakan orang.
7 Eugenol dicuci - Terbentuk - Pastikan kran pada
dengan air 25 dua lapisan, corong pisah tertutup
ml sebanyak lapisan atas sebelum campuran

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 7


3x berupa dituang.
eugenol - Pada saat melakukan
berwarna penggojogan,
kuning dan (Dokumentasi dilakukan
lapisan Pribadi, 2020) menggunakan kedua
bawah tangan dan ke arah
berupa air yang menjauhi badan
berwarna - Pastikan membuka
putih kran secara berkala
bening setelah 2-3 kali
penggojogan dan
arahkkan moncong
kran ke arah yang tidak
membahayakan orang.
8 Eugenol - Terdapat - Kertas saring yang
ditambahkan kristal digunakan dilipat
Na2SO4 Na2SO4 sesuai dengan standar
sebanyak 1 pada larutan agar penyaringan
gram dan - Kristal optimal.
disaring terpisahkan
menggunakan dengan
kertas saring kertas
saring
(Dokumentasi
Pribadi, 2020)
9 Sisa eter pada - Timbul bau
eugenol yang khas
dipanaskan pada saat
pada kompor penguapan

(Dokumentasi

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 8


Pribadi, 2020)
10 Larutan Larutan
eugenol murni eugenol yang
pada vial diperoleh
berwarna
kuning
kecoklatan
(Dokumentasi
bening
Pribadi, 2020)

Percobaan ini berjudul “Isolasi Eugenol dari Minyak Cengkeh”, yang bertujuan untuk
mengisolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, menentukan tetapan fisik meliputi titik didih,
berat jenis, dan indeks bias, serta menganalisis hasil dengan spektrofotometer UV-Vis dan IR.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstraksi pelarut yaitu suatu metode
pemisahan senyawa dari pelarut tertentu berdasarkan tingkat kepolarannya. Prinsip dari
percobaan ini adalah ekstraksi cair-cair. Metode yang digunakan dalam percoban ini adalah
metode ekstraksi cair-cair, sedangkan prinsip dari metode tersebut didasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Menurut
Fanggida7, ekstraksi cair-cair merupakan proses pemisahan suatu komponen dari fase cair ke fase
cair lainnya berdasarkan kelarutan relatifnya. Teknik ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa
tahap, yaitu kontak antara pelarut dengan fase cair yang mengandung komponen yang akan
diambil (solute) dan pemisahan dua fase yang tidak saling melarutkan. Prinsip dasar ekstraksi
cair- cair mengikuti Hukum Distribusi Nernst atau Hukum Partisi yang menyatakan bahwa
“apabila suatu analit dilarutkan ke dalam dua pelarut yang tidak saling campur, maka analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang sama (merata) diantara dua pelarut yang tidak saling campur”.
Salah satu teknik ekstraksi cair yang paling sering digunakan adalah teknik ekstraksi berulang
menggunakan corong pisah. Prinsip ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah yaitu
berdasarkan kelarutan senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan dapat dipisahkan
keduanya dalam corong pisah sesuai massa jenis masing-masing pelarut. Ekstraksi dilakukan
agar didapatkan analit yang akan diukur kadarnya dalam bentuk tunggal.

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 9


Langkah kerja isolasi eugenol dari minyak cengkeh dilakukan dengan mencampur
minyak cengkeh dan tambahkan NaOH 4N yang disertai dengan pengadukan menggunakan
magnetic stirer. Menurut Fessenden18, eugenol merupakan suatu alkohol siklis monohidroksi
atau fenol sehingga dapat bereaksi dengan basa kuat. Eugenol dapat diisolasi dengan
penambahan larutan encer dari basa kuat, reaksi antara NaOH dan minyak daun cengkeh ini
merupakan reaksi eksotermis yang akan melepaskan panas. Menurut Hasim8, Larutan NaOH 4%
berfungsi sebagai basa yang akan bereaksi dengan atom H pada gugus OH karena atom H ini
cenderung bersifat asam. Reaksi akan menghasilkan garam berupa Na-fenolat yang larut air.
Pengadukan mengunakan pengaduk magnetic stirer bertujuan agar reaksi dapat segera berjalan.
Menurut Khopkar19, dengan pengadukan akan meningkatkan energi kinetic dari molekul karena
adanya tumbukan yang semakin besar maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Campuran
kemudian didinginkan, setelah dingin dipisahkan lapisan yang terbentuk dengan corong pisah.
Menurut Sari9, gas yang terbentuk pada saat proses ekstraksi dikeluarkan secara berkala untuk
menghindari pecahnya alat gelas. Menurut Leba10, terbentuknya dua lapisan pada corong pisah
terjadi karena adanya perbendaan densitas atau massa jenis dari tiap komponen. Lapisan bawah
(eugenol) dipisahkan dan lapisan atas (kariofilena) diekstraksi kembali dengan NaOH 2N,
ekstrak yang diperoleh digabung dengan lapisan eugenol. Menurut Guenther11, pengekstraksian
kembali dengan NaOH 2N bertujuan untuk mengesktrak eugenol yang masih tersisa pada lapisan
kariofilena, konsentrasi NaOH yang digunakan lebih kecil dari konsentrasi NaOH yang
digunakan pada ekstraksi pertama karena kadar eugenol yang ingin direaksikan lebih sedikit.
Larutan eugenol diasamkan dengan HCl 25% sampai pH 3. Menurut Fessenden18, penambahan
HCl sampai pH 3 karena Ph 3 adalah ph optimal dimana dimaksudkan untuk memberikan
kondisi asam bagi reaksi tersebut, karena dalam kondisi asam, eugenol akan dengan mudah
menarik gugus H+ sehingga garam eugenolat dapat bereaksi dengan HCl membentuk eugenol
kembali, pH 3 merupakan titik pH optimal pada eugenol untuk dapat menarik atau melepaskan
gugus H+ pada gugus hidroksilnya. Menurut Hasim8, larutan HCl ditambahkan ke dalam lapisan
fenol dengan maksud untuk mengubah garam berupa Na-fenolat ke bentuk awalnya. Dipisahkan
kembali campuran dengan menggunakan corong pisah. Lapisan atas dipisahkan dan lapisan air
diekstraksi dengan petroleum eter sebanyak 2 kali. Menurut Williamson20, pengekstrakkan
dilakukan 2 kali supaya memastikan tidak ada eugenol yang tersisa pada lapisan air (NaCl).
Menurut Guenther11, bagian non-eugenol diekstraksi lebih lanjut dengan eter untuk mengambil

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 10


eugenol yang masih tersisa. Menurut Yuliyanti21, ekstraksi dengan petroleum eter dikarenakan
petroleum eter merupakan pelarut non polar dan eugenol merupakan senyawa yang non polar,
pemilihan pelarut didasarkan pada prinsip like dissolve like, dimana senyawa non polar akan
larut dalam pelarut non polar sedangkan senyawa yang polar akan larut dalam pelarut polar.
Hasil ekstraksi digabung dengan lapisan eugenol dan dicuci dengan air sebanyak 3x. Menurut
Jamilah22, pencucian dengan air sebanyak 3x bertujuan agar menarik senyawa polar yang masih
tersisa dalam eugenol sebab air merupakan pelarut yang polar. Kemudian dikeringkan dengan
Na2SO4 andhidrat dan disaring. Menurut Hasim8, tahap pencucian dengan akuades dilakukan
untuk menghilangkan sisa asam yang ada. Menurut Syahputra12, Na2SO4 anhidrat dalam
penelitian ini digunakan untuk mengikat (menyerap) kandungan air yang masih terdapat dalam
minyak atsiri. Petroleum eter diuapkan dengan evaporator buchi. Menurut Kholifah23, petroleum
eter diuapkan dengan evaporator buchi, bertujuan untuk menghilangkan eter pada lapisan
eugenol. Menurut Guenther11, eugenol dimurnikan dengan penguapan dan penyulingan. Hasil
isolasi eugenol dari minyak cengkeh dilakukan pengamatan terhadap bau dan warna.

Reaksi yang terjadi pada isolasi eugenol dimulai pada penambahan dengan senyawa
NaOH. Menurut Hasim8, NaOH berfungsi sebagai basa yang akan bereaksi dengan atom H pada
gugus OH karena atom H ini cenderung bersifat asam. Reaksi akan menghasilkan garam berupa
Na-fenolat yang larut air. Menurut Iskandar13, komponen lain dalam minyak atsiri bunga
cengkeh tidak akan bereaksi dengan NaOH dikarenakan perbedaan kepolaran. Perbedaan
tersebut membuat terbentuknya 2 lapisan senyawa, yaitu lapisan atas berupa senyawa-senyawa
organik lainnya dan lapisan bawah berupa Na-Eugenolat dan air.

Gambar : Reaksi Pembentukan Na-eugenolat14

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 11


Menurut Menurut Iskandar13, lapisan Na-Eugenolat dipisahkan dan diasamkan dengan
menambahkan HCl untuk memisahkan kembali eugenol dengan ion natrium yang mengikatnya.
HCl akan bereaksi dengan ion Na+ yang terdapat dalam lapisan Na-Eugenolat menghasilkan
garam NaCl. Sehingga terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan bawah berupa air dan garam NaCl, serta
lapisan atas yang berupa eugenol.

Gambar : Reaksi antara garam Na-eugenolat dengan HCl13

Hasil yang didapatkan pada praktikum yaitu berupa larutan berwarna kuning kecoklatan
bening, dan berbau khas minyak cengkeh. Menurut Iskandar13 dan Noviansari15, karakteristik
eugenol yaitu berwarna bening kekuningan, berwujud cair, dan memiliki bau khas minyak
cengkeh. Hasil yang diperoleh pada praktikum dan literatur memiliki kemiripan pada warna dari
eugenol, namun hal ini tidak dapat digunakan sebagai acuan untuk menyimpulkan kemurnian
dari eugenol yang diperoleh. Untuk menyimpulkan apakah senyawa yang diperoleh merupakan
eugenol murni harus dilakukan beberapa uji lain yang menghasilkan data yang mendukung. Uji
lain yang dapat dilakukan berupa tetapan sifat fisik dari eugenol seperti titik didih, berat jenis
dan indeks bias. Menurut Hasim8, eugenol memiliki titik didih sebesar 252.66 °C pada tekanan 1
atm. Menurut Iskandar13, berat jenis standar dari eugenol adalah sebesar 1,064-1,070 g/mL.
Menurut Nuryoto16, indeks bias eugenol pada suhu 28° C sesuai persyaratan adalah 1,52-1,54.
Menurut Muryeti17, hasil pada analisis UV-Vis, eugenol memiliki satu pita serapan maksimum
pada panjang gelombang 278 nm yang berasal dari cincin aromatik yang diduga akibat terjadinya
transisi elektronik ᴨ → ᴨ*. Menurut Iskandar13, hasil analisis dengan IR diperoleh adalah adanya
gugus hidroksi pada bilangan gelombang 3552,88 cm-1, metoksi oleh karakteristik serapan C-O
pada bilangan gelombang 1267,23-1232,51 cm-1, C=C aromatik pada serapan 1512,19 cm-1, dan
serapan gugus lainnya yang memperlihatkan kesesuaian dengan gugus fungsi yang terdapat pada
struktur eugenol, dimana eugenol merupakan turunan dari senyawa fenol yang memiliki gugus
hidroksil dan tersusun dari senyawa aromatik (benzena).

KESIMPULAN

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 12


1. Isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh dilakukan dengan prinsip ekstraksi cair-cair dengan
sistem like dissolve like. Isolasi dilakukan dengan beberapa solvent yang membantu dalam
proses pemisahan. Hasil isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh pada percobaan yaitu
didapatkan eugenol berwarna kuning kecoklatan bening, dan berbau khas minyak cengkeh.
2. Tetapan fisik untuk senyawa eugenol seperti penentuan titik didih, berat jenis dan indeks bias,
dilakukan untuk mengetahui kemurnian dari eugenol yang diperoleh. Menurut Hasim8,
eugenol memiliki titik didih sebesar 252.66°C pada tekanan 1 atm. Menurut Iskandar 13, berat
jenis standar dari eugenol adalah sebesar 1,064-1,070 g/mL. Menurut Nuryoto 16, indeks bias
eugenol pada suhu 28° C sesuai persyaratan adalah 1,52-1,54.
3. Menurut Iskandar13, hasil analisis dengan IR diperoleh adalah adanya gugus hidroksi pada
bilangan gelombang 3552,88 cm-1, metoksi oleh karakteristik serapan C-O pada bilangan
gelombang 1267,23-1232,51 cm-1, C=C aromatik pada serapan 1512,19 cm -1, dan serapan
gugus lainnya yang memperlihatkan kesesuaian dengan gugus fungsi yang terdapat pada
struktur eugenol, dimana eugenol merupakan turunan dari senyawa fenol yang memiliki
gugus hidroksil dan tersusun dari senyawa aromatik (benzena). Menurut Muryeti 17, hasil pada
analisis UV-Vis, eugenol memiliki satu pita serapan maksimum pada panjang gelombang 278
nm yang berasal dari cincin aromatik yang diduga akibat terjadinya transisi elektronik ᴨ →
ᴨ*.

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas, A.N.S. Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Kanisus; 2007.


2. Bulan, R. Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol. Sumatra Utara: USU-
Press; 2004.
3. Rusli, M.S. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Jakarta: Agromedia Pustaka; 2010.
4. Guenther, E. The Essential Oil. Jakarta: UI Press; 1948.
5. Prianto, H., Rurini R., Unggul P. J. Isolasi dan Karakterisasi dari Minyak Bunga Cengkeh
(Syzigium aromaticum) Kering Hasil Destilasi Uap. Kimia Student Journal. 1(2) :269-275;
2013.
6. Sudarma, I.M., A. Kusnandini, M.G. Darmayanti. Chemical Transformation of Eugenol
Isolated from Leaves of Syzygium aromaticum to Its New Isothiocyanate Derivatives. Journal
of Natural Products. 8 :27-32; 2015.

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 13


7. Fanggida, E. V. P. A. Perbandingan Metode Ekstraksi Cair-Cair dan Ultrasonikasi Untuk
Pemisahan Pirantel Pamoat dari Sediaan Suspensi Merk “X”. [Skripsi]. Fakultas Farmasi.
Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta; 2013.
8. Hasim F. Pemisahan Eugenol dari Minyak Atsiri Daun Cengkih (Syzygium aromaticum)
sebagai Pelangsing Aromaterapi Secara In Vivo. [Skripsi]. Departemen Kimia. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor; 2014
9. Leba, M. A. U. Buku Ajar Ektraksi dan Real Kromatologi. Deepublisih. Yogyakarta; 2017.
10. Sari, I. N. P. Penentuan Kadar Minyak Dan Lemak Pada Air Limbah Industri Batik di Desa
Jarum, Bayat, Kabupaten Klaten Secara Gravimetri. [Karya Tulis Ilmiah]. Program Studi D-
Iii Analis Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Setia Budi. Surakarta; 2018
11. Guenther, E. Minyak Atsiri, Jilid III diterjemahkan oleh Ketaren. Universitas Indonesia.
Jakarta; 1990.
12. Syahputra M. E. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth.)
dengan Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation dan Solvent-Free Microwave
Extraction. [Skripsi]. Departemen Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya; 2017.
13. Iskandar, D. A. P, Wijaya M, Suriati E. P. Pengaruh Katalis Asam Klorida Terhadap Sintetik
Polieugenol dari Minyak Cengkeh (Syzygium aromaticum). Jurnal Chemica. 2016; 17(2); 33
– 44.
14. Riyanto, Hardjono S, dan Erni F. Synthesis of Methyl Eugenol from Crude Cloves Leaf Oil
Using Acid and Based Chemicals Reactions. IOSR Journal of Applied Chemistry. 2016.
9(10); 105-112.
15. Noviansari R. Transformasi Metil Eugenol Menjadi Senyawa 3-(3,4-Dimetoksi Fenil)-1-
Propanol dan Uji Aktivitasnya Sebagai Antibakteri Terhadap Escherichia coli. [Skripsi].
Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri
Semarang. Semarang; 2012.
16. Nuryoto, Jayanudin, dan Rudi H. Karakterisasi Minyak Atsiri dari Limbah Daun Cengkeh.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “Kejuangan” Pengembangan Teknologi Kimia
untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta; 2011.

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 14


17. Muryeti. Optimasi Dimerisasi Eugenol Dan Isoeugenol Menggunakan Enzim Horseradish
Peroksidase Serta Uji Aktivitas Anti Kanker. [Tesis]. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Program Studi Magister Ilmu Kimia. Depok; 2011.
18. Fessenden, R. J dan Fessenden, J. S. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga;
1986.
19. Khopkar. Konsep Dasar Ilmu Analitik. Jakarta: UI Press; 1990.
20. Williamson. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press; 1986
21. Yuliyanti, Amran L., dan Meta M. Ekstraksi Beta Karoten dari Wortel dengan Pelarut
Heksana dan Petroleum Eter. Jurnal Bertani. 2017; 12(1):1-16.
22. Jamilah, S. Buku Panduan Pendidik Ikatan Kimia. Yogyakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga; 2018.
23. Kholifah, K. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Dan Ekstrak Air Buah Pare (Momordica
charantia L.) Terhadap Daya Hambat Pertumbuan Bakteri Edwardsiella Tarda Penyebab
Penyakit Edwardsiellosis Pada Ikan. Thesis. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.

Praktikum Fitokimia (Acara IV) 15

Anda mungkin juga menyukai