Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil
aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat
mempunyai nilai yang negatif karena dalam penanganannya, baik untuk membuang atau
membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar.
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota- kota di Indonesia, sebab
apabila tidak dilakukan penanganan yang baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan
lingkungan yang merugikan atau tidak diharapkan sehingga dapat mencemari lingkungan, baik terhadap
tanah, air dan udara. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut diperlukan
penanganan dan pengendalian terhadap sampah. Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin
kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun kompisisi dari sampah sejalan dengan
majunya kebudayaan.Oleh karena itu penanganan sampah di perkotaan relatif lebih dibanding sampah di
desa-desa.
Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang
tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional
yang tinggi, kebanyakan kota- kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang sekitar 60%
dari seluruh produksi sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang dengan cara yang tidak
saniter, boros dan mencemari.
Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di kota, maka
dalam pengelolaannya harus cukup layak Diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya
sehingga diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk mencapai hal tersebut, maka
perlu pemilihan cara dan teknologi yang tepat, perlu partisipasi aktif dari masyarakat dari mana sumber
sampah berasal dan mungkin perlu dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang terkait.
Disamping itu juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa peraturan¬peraturan mengenai
lingkungan demi menanggulangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.
Untuk mendukung pembangunan Kota PEMATANG SIANTAR yang berkelanjutan dan seiring dengan
adanya peraturan -.peraturan baru mengenai Lingkungan Hidup dan Persampahan maka perlu dicari
suatu cara pengelolaan sampah secara baik dan benar melalui perencanaan yang matang dan
terkendali dalam bentuk pengelolaan secara terpadu. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka
pada tahun anggaran 2012 Kota PEMATANG SIANTAR akan melakukan kegiatan Program Rehabilitasi
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Tanjung Pinggir.
Sebagaimana telah diuraikan dalam Latar Belakang tersebut diatas, maka maksud dan tujuan dari pekerjaan ini
diuraikan sebagai berikut :
1.2.1 Maksud
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengaktifkan Tempat Pemrosesan Akh ir Sampah
Tanjung Pinggir di Kota PEMATANG SIANTAR.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari pekerjaan Program Rehabilitasi Tempat Pemrosesan Akh ir Sampah Tanjung Pinggir ini
adalah sebagai berikut:
1. Tersusunnya Rencana Induk Sistem Pengelolaan sampah yang memuat rencana umum pengelolaan
persampahan meliputi aspek teknis operasional, hukum dan peraturan, kelembagaan dan institusi,
keuangan dan pembiayaan dan peran serta masyarakat dan swasta.
2. Tersusunnya indikasi program dan rencana investasi pembiayaan pengelolaan persampahan
jangka mendesak, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
3. Tersusunnya konsep efisiensi pembiayaan, seperti biaya pengangkutan yang dapat ditekan
karena dapat memangkas mata rantai pengangkutan sampah, dsb.
4. Tersusunnya konsep reduksi sampah dari sumber, sehingga tidak diperlukan lahan besar untuk
TPA.
5. Dapat menghasilkan nilai tambah hasil pemanfaatan sampah menjadi barang yang memiliki nilai
ekonomis.
8. Dapat membuka kesempatan/ lapangan kerja melalui berdirinya badan usaha yang mengelola
sampah menjadi bahan yang bermanfaat.
10. Tersusunnya konsep pemberdayaan kelembagaaan, peraturan daerah dan investasi serta
pembiayaan pengelolaan persampahan secara terpadu.
1.2.3 Sasaran
Sasaran pekerjaan ini adalah meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih,
berkurangnya konflik sosial masyarakat dalam operasional pengelolaan persampahan, terbentuknya
pengolahan sampah dengan sistem 3R di sumber sampah, terbentuknya usaha daur ulang dan
composting, dan berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA.
Ada beberapa pendekatan metodologi yang akan dikembangkan konsultan untuk melaksanakan
pekerjaan ini yaitu :
3. Pendekatan Kebijakan
4. Pendekatan Kelembagaan
5. Pendekatan Teknis
Pendekatan terhadap pola pikir pekerjaan adalah keterkaitan kegiatan proyek dengan permasalahan
yang ada serta sasaran yang ingin dicapai. Pendekatan kebijakan diperlukan terutama yang berkaitan
dengan kebijakan persampahan dan persampahan. Pendekatan kelembagaan berhubungan dengan
koordinasi antar instansi yang dibutuhkan. Pendekatan teknis adalah kajian terhadap kriteria atau
metode perhitungan yang akan digunakan.
Pendekatan pola pikir pemecahan masalah yang diuraikan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan
rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan di wilayah studi, khususnya
yang berkaitan dengan pelayanan sektor persampahan. Permasalahan tersebut diantaranya
diakibatkan ada pertumbuhan pendudukan yang cukup pesat di wilayah studi (Kota
PEMATANG SIANTAR) serta masih rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan kinerja pelayanan sektor
persampahan secara berkelanjutan melalui pelaksanaan pekerjaan ini. Untuk lebih jelasnya
pendekatan pola pikir pemecahan masalah dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.
SASARAN
KEBIJAKAN DI PENINGKATAN
BIDANG PELAYANAN
PERSAMPAHAN PERSAMPAHAN
STANDAR
DAN
TINGKAT KRITERIA
PELAYANAN
PERSAMPAHAN KEBUTUHA
DI WILAYAH N KAJIAN
STUDI PENINGKAT PENGELOLAAN
AN SAMPAH KOTA
PELAYANAN PEMATANG SIANTAR
PERSAMPAHAN
PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN
PEREKONOMIAN DI
WILAYAH STUDI
REDUKSI SAMPAH
DARI SUMBER
DAN DI LOKASI
SPA/
TPS/TRANSFER
DEPO
Persoalan utama pada pengelolaan sampah terjadi karena beberapa hal, yaitu :
1. Peningkatan jumlah sampah secara signifikan akibat adanya perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi masyarakat akibat terjadinya pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi pada era orde baru (sebelum terjadi krisis moneter tahun 1997).
3. Pertumbuhan jumlah sampah tidak diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan yang berasal dari
masyarakat penghasil sampah untuk mendanai/membiayai pengelolaan sampah perkotaan. Selain
itu, anggaran pengelolaan persampahan yang berasal dari Pemerintah tidak mencukupi untuk
memenuhi standard pelayanan yang diperlukan.
4. Ketersediaan lahan untuk TPA sampah yang memenuhi persyaratan (teknis, lingkungan, sosial
budaya, legalitas kepemilikan, dan aspek keuangan) semakin terbatas.
Terjadi perubahan yang menginginkan diberlakukannya prinsip demokrasi dan keterbukaan pada
pemerintahan di Indonesia. Konsekuensinya adalah tuntutan pemenuhan kepentingan masyarakat
semakin kuat dan proses pemenuhan tersebut diminta dilaksanakan secara transparan. Pengaruh
lainnya adalah masyarakat semakin memahami haknya, salah satu adalah hak untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang layak untuk ditempati, dan menuntut Pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
2. Otonomi Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah memberikan tanggung jawab yang semakin besar kepada Pemerintah
Daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang salah satu diantaranya adalah pengelolaan
persampahan. Selain pendelegasian (penyerahan) tanggung jawab tersebut, Pemerintah Daerah juga
mendapat tambahan pendapatan dari pembagian pendapatan yang selama ini dikuasai oleh
Pemerintah Pusat. Pembagian pendapatan tersebut secara bersamaan juga akan
diikuti dengan peningkatan beban pembiaayaan pengelolaan sarana yang selama ini
dibiayai oleh Pemerintah Pusat.
3. Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu hasil dari reformasi adalah gerakan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
masyarakat akan menyebabkan masyarakat semakin menyadari hak dan tanggung
jawabnya. Akibatnya masyarakat mungkin saja akan menuntut Institusi/ Lembaga pengelola
persampahan jika merasa dirugikan/ pelayanan kurang memuaskan (akibat diberlakukannya
UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
Secara lebih spesifik pendekatan yang akan dilakukan dalam Kajian Pengelolaan Sampah di
Kota PEMATANG SIANTAR ini, meliputi :
4. Ketentuan Teknis (SNI untuk perencanaan sampah perkotaan dan SNI UNJ 03-3241-
1994) tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA Sampah dan cara “Weighted Ranking
Technique”.
Dalam melaksanakan pekerjaan ini Konsultan secara aktif akan melakukan koordinasi dan
membangun kerjasama yang erat dengan Tim Teknis Pemberi Tugas dan instansi lain yang
berkaitan dengan proyek ini. Pelaksanaan pendekatan kelembagaan dalam kegiatan ini sangat
diperlukan mengingat pertimbangan sebagai berikut :
1. Waktu pelaksanaan pekerjaan ini cukup singkat yaitu 1 (satu) bulan, dengan demikian
dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang cukup baik dari para pihak yang terkait
dengan pekerjaan ini khususnya yang dapat membantu menyediakan data-data yang
dibutuhkan.
Dengan seringnya berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak Pusat maupun daerah,
diharapkan akan memperlancar dan mempercepat dalam menyelesaikan permasalahan yang
mungkin akan terjadi. Survey lapangan dalam rangka mengidentifikasi permasalahan
pengelolaan sampah serta mengidentifikasi daerah genangan akan lebih baik bila dilakukan
bersama-sama dengan pihak daerah untuk menghindari kesalahan, baik dalam perencanaan
maupun pelaksanaan pembangunan nantinya.
1. Menyamakan interpretasi tugas, kewajiban dan tanggung jawab masing-masing pihak yang
terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
2. Mendiskusikan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan khususnya pekerjaan survey
lapangan.
3. Merencanakan sistem komunikasi yang efektif dan terorganisir antara Konsultan dan
1. Fisik Kota
Pendekatan terhadap daerah studi dalam hal ini Kota PEMATANG SIANTAR sangat
penting, untuk mengetahui kondisi dan karakteristik kota. Dalam merencanakan sistem
pengelolaan persampahan harus mempertimbangkan topografi, hidrologi,
klimatologi dan geologi. Kemiringan tanah, tinggi muka air tanah termasuk pasang surut air,
kondisi sungai di saat musim kemarau dan musim hujan, temperatur dan kelembaban pada
musim hujan dan kemarau dan struktur lapisan tanah akan dipelajari dan dipahami.
2. Sosial Ekonomi
b. Demografi, meliputi jumlah penduduk, laju pertumbuhan penduduk per tahun dan
kepadatan penduduk. Perkiraan laju pertumbuhan dan arah penyebaran penduduk dari
tahun ke tahun didasarkan pada data aktual dan rencana kota menurut
RUTRK/Renstra, dsb.
c. Data demografi ini akan diambil dari data statistik Kota PEMATANG SIANTAR edisi
terakhir.
d. Distribusi kegiatan lokasi proyek, terdiri dari beberapa sektor antara lain pertanian,
perdagangan, peternakan, pegawai, buruh dan tata guna lahan dalam berbagai
kategori.
e. Prasarana dan Sarana Umum yang dimiliki oleh Kota PEMATANG SIANTAR
antara lain :
g. Pendapatan masyarakat per rumah tangga diperlukan untuk menentukan tarif retribusi
sampah yang akan diusulkan.
h. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah saat ini dan perkiraan di tahun mendatang.
3. Kesehatan Masyarakat
Rencana Strategis, Rencana Induk Kota dan Rencana Umum Tata Ruang Kota yang
dimiliki oleh Pemerintah Kota PEMATANG SIANTAR akan menjadi acuan bagi penyusunan
perencanaan teknis dan manajemen persampahan ini dapat terintegrasi dengan
rencana pengembangen sarana dan prasarana lainnya.
Pengelolaan persampahan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai satu tujuan.
Bentuk interaksi ini mempunyai ketentuan dan peraturan. Komponen yang mempunyai
bentuk tersebut di atas disebut subsistem. Subsistem tersebut adalah:
Pengelolaan persampahan kota - kota di Indonesia mempunyai pola yang hampir sama. Ditinjau
dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan pewadahan
sampai dengan pembuangan akhir.
Operasi bersifat integral dan terpadu karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan saling pengaruh mempengaruhi secara berantai.
Adapun urutan kegiatan sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum adalah
sebagai berikut:
A. Pewadahan Sampah
TIMBULAN SAMPAH
PEWADAHAN
PENGUMPULAN
PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH
Cara-cara ataupun sistem pewadahan sampah dikelola dengan baik oleh setiap pemilik
persil pada daerah-daerah pelayanan merupakan faktor penunjang keberhasilan operasi
pengumpulan sampah. Tujuan dari pewadahan akan tercapai apabila orang mau
membuang sampah kedalamnya, dan pewadahan tersebut mampu mengisolasi sampah
terhadap segala sesuatu di sekitarnya.
Untuk itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain pewadahan adalah sifat,
bahan, warna, volume dan konstruksinya, yang harus memenuhi persyaratan praktis,
ekonomis, estetis dan higienis.
Secara umum, bahan pewadahan sampah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
d. Ringan dan mudah diangkat sehingga tidak melelahkan petugas dalam proses
pengumpulan
Berdasarkan tempat sumber timbulannya, bahan dan jenis wadah sampah padat
diuraikan sebagai berikut:
3) Container besi
4) Kantong plastik
5) Kantong kertas
3) Container besi
4) Kantong plastik
c. Sampah kantor/ bangunan gedung wadahnya berupa :
1) Bak tembok
2) Container besi
Cara pengambilan wadah sampah dapat dilakukan dengan cara manual atau secara
mekanik. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu standarisasi ukuran dan bentuk serta
perlengkapannya. Ukuran wadah menggunakan tenaga orang (manual) misalnya harus
dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diangkat dan beratnya diperhitungkan mampu
bagi seseorang untuk mengangkatnya. Sedangkan wadah yang menggunakan tenaga
mekanik, ukuran dan berat penuhnya disesuaikan dengan spesifikasi kendaraan
angkutannya (load-haul atau compactor truck).
Lokasi penempatan wadah pada umumnya belum seragam. Untuk wadah sampah yang
pengambilannya menggunakan tenaga orang, lokasi ada yang ditempatkan di depan
rumah, di belakang rumah, di tepi trotoar jalan, dan sebagainya. Demikian pula cara
penempatannya ada yang ditempatkan di udara terbuka dan ada yang diberi alat
pelindung/ atap.
B. Pengumpulan Sampah
Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah yaitu cara atau proses pengambilan
sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari sumber timbulan
sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus
diangkut ke tempat pembuangan akhir.
Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
C. Pemindahan Sampah
Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan secara tidak
langsung. Proses ini diperlukan karena kondisi daerah pelayanan tidak memungkinkan
untuk diterapkan pengumpulan dengan kendaraan truk secara langsung. Disamping itu juga
proses ini akan sangat membantu efisiensi proses pengumpulan. Pekerjaan utama pada
proses ini yaitu memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam truk pengangkut.
Mengingat tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka lokasi
pemindahan umumnya terletak tidak jauh dari sumber sampah, masalah yang perlu
diperhatikan adalah pengaruhnya daerah sekitar dalam hal kebersihandan kesehatan
lingkungan.
Lokasi pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi truk pengangkut
untuk memasuki dan keluar dari pemindahan. Pemindahan sampah ke dalam truk
pengangkut dapat dilakukan secara manual, mekanis atau campuran, tergantung dari tipe
kendaraan pengangkutnya. Pengisian container dilakukan secara manual oleh petugas
pengumpul, sedangkan pengangkatan container ke atas truck dilakukan secara mekanis
(load-haul dan compactor truck).
Lokasi pemindahan dapat bersifat terpusat (pola transfer depo) atau tersebar. Fungsi
lokasi pemindahan terpusat: proses pemindahan, penyimpanan alat, perawatan ringan,
proses pengendalian (desentralisasi). Sedangkan fungsi lokasi pemindahan tersebar: proses
pemindahan dan penyimpanan alat.
D. Pengangkutan Sampah
Yang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan
sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara (transfer station) atau
langsung dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan akhir (TPA).
Jalan yang tidak sesuai dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat
kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai,
cukup berpengaruh terhadap kenyamanan disekitarnya. Kesan kotor biasanya
terjadi karena tetesan air dan hamburan material sampah selama
perjalanan.
Pewadahan
a. Pewadahan Individual
b. Komunal
2) Pada pola pewadahan komunal, setiap rumah tangga tetap harus memiliki
pewadahan individual, yang pada periode tertentu dibuang sendiri oleh pemilik
rumah ke wadah komunal.
Pengumpulan
“ Wadah komunal dan alat pengumpul dirancang sesuai dengan kondisi, ditempatkan
sesuai dengan kebutuhan dilokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul
“ Memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan
Pemindahan
Kegiatan pemindahan terdapat pada pola pengumpulan tak langsung, yaitu pengumpulan
oleh alat bukan jenis truk. Sampah dari alat pengumpul (gerobak/ sejenisnya) harus
dipindahkan ke truk pengangkut untuk dibawa ke lokasi pembuangan akhir.
Berdasarkan kondisi dan fungsinya pemindahan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu terpusat
dan tersebar.
Selain itu, lokasi pemindahan dapat berfungsi pula sebagai penyimpan sarana kebersihan,
seperti gerobak dan peralatan lainnya, tanpa perawatan alat dan sebagainya.
Ukuran panjang dan lebar dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan keluar masuk
dan pemuatan truk. Bila pemuatan tidak langsung dilakukan dari gerobak, maka harus
tersedia tempat khusus penimbunan sampah sementara. Dinding dibuat cukup tinggi
sehingga dapat berfungsi sebagai isolator terhadap daerah sekitarnya. Memudahkan
keluar masuk dan pemuatan truk isolasi bertujuan menghilangkan kesan kotor dari kerja
pemindahan.
Pengangkutan
Fase pengangkutan merupakan tahapan membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung
dari sumber sampah menuju ke TPA.
Hal yang penting dalam proses pengangkutan adalah penentuan route pengangkutan,
berupa penetapan titik pengambilan, jadwal operasi dan pola pengangkutan.
b. Untuk menentukan titik pengambilan perlu adanya peta daerah pelayanan dan peta
timbunan sampah.
c. Peta derah pelayanan menunjukkan batas daerah yang akan dilayani saat ini dan
kemungkinan pengembangannya yang memuat data-data antara lain:
d. Peta timbulan sampah menunjukan lokasi pengumpul/ timbunan sampah yang harus
dilayani oleh para petugas kebersihan, antara lain:
e. Pada titik pengumpul tersebut jumlah volume sampah yang harus diangkut setiap
hari dari setiap daerah pelayanan dapat diketahui. Juga route angkutannya
dapat direncanakan.
Gambar 2.3: Pola Teknis Operasional
TPA
Dump Truck
POLA POLA
POLA INDIVIDUAL LANGSUNG COMUN COMUNAL
POLA INDIVIDUAL TIDAK LANGSUNG AL TIDAK
LANGSU LANGSUNG
NG
1. Jadwal Operasi
Selain itu dengan frekuensi pelayanan yang teratur akan memudahkan bagi para
petugas untuk melaksanakan tugasnya.
Dengan pengaturan jam kerja ini, operasi pengumpulan dan pengangkutan sampah
dapat berjalan tertib dan teratur, sehingga mudah dilakukan pengontrolan terhadap
kebersihan kota.
1) Pengaturan penugasan
2. Pola Pengangkutan
Kendaraan angkutan keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan transfer depo
untuk mengangkut sampah langsung ke TPA
Dari TPA, kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit
berikutnya.
Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama untuk
mengambil/ mengangkut sampah langsung ke TPA. Dari TPA kendaraan
tersebut dengan container kosong kembali ke lokasi pertama tadi untuk
menurunkan container tersebut, dan kemudian menuju ke lokasi ke dua untuk
mengambil container yang berisi untuk diangkut ke TPA dan selanjutnya
mengembalikan container kosong tersebut ketempat semula. Demikian
seterusnya sampai pada shift terakhir.
Penyerapan sistim ini biasanya untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa
truck compactor. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju ke lokasi container
pertama dan mengambil sampahnya untuk dituangkan ke dalam truck compactor
dan diletakkan kembali container yang kosong itu ketempat semula, kemudian
kendaraan langsung ke lokasi container kedua mengambil sampahnya dan
meninggalkan container dalam keadaan kosong dan seterusnya jika kapasitas
truk sudah penuh, kendaraan langsung menuju ke lokasi pembuangan akhir.
Gambar 2.4: Sistim Container yang diangkut
B e r i s i K o s o n g
TPA
K o s o n gB e r i s i
TPA
TPA
Compactor Truck
2.8.3 Peralatan Operasional Persampahan
Peralatan Pewadahan
1. Individual
Ukuran : 10 – 50 liter untuk pemukiman, toko kecil 100-500 liter untuk kantor,
toko besar, hotel, rumah makan
2. Komunal
Diperuntukan bagi daerah pemukiman sedang/ kumuh, taman kota, jalan, pasar.
Bentuknya banyak ditentukan oleh pihak instansi pengelola karena sifat
penggunaannya adalah umum. Karakteristiknya adalah:
Bentuk : Kotak, Silinder, Kantung, Container
Ukuran : 10 – 100 liter untuk pinggir jalan taman, 100-500 liter untuk
pemukiman dan pasar
Indonesia adalah:
Adapun peralatan yang telah disesuaikan berdasarkan daerah timbulan sampahnya dan
telah lazim digunakan dalam sistem pengumpulan sampah yaitu:
1. Daerah perumahan/ pemukiman teratur:
Container komunal, gerobak dan transfer komunal, transfer station atupun truk pemadat
(compactor truck).
Untuk daerah pasar/ komersial dapat digunakan langsung truk sampah atau
container.
4. Daerah Pertokoan
Peralatan Pengangkutan
a. Truck biasa
b. Dump Truck (Tipper Truck)
c. Compactor Truck
d. Arm Roll Truck
e. Multi Loader Truck
f. Transfer Trailer
Penggunaan jenis-jenis truk ini tergantung dari sistim pewadahan, pengumpulan dan
pemindahannya.
2.9.1 Umum
Pemilihan sistem dan pemilihan peralatan operasional persampahan saling berkaitan erat.
Pemilihan jenis peralatan pada masing-masing komponen operasional sangat tergantung dari
sistem atau pola operasional yang digunakan. Demikian pula pemilihan sistem operasional
sangat tergantung pada kondisi fisik, sosial dan ekonomi daerah setempat.
2.9.2 Pewadahan
Penentuan segi baik dan buruknya suatu bentuk pewadahan dinilai dari hubungannya sebagai
pendukung pekerjaan penanganan berikutnya, yaitu pengumpulan, pekerjaan ini umumnya
dilakukan oleh petugas kota atau swadaya masyarakat. Para petugas dituntut untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan target yang telah ditentukan. Efektifitas kerja harus tinggi
dan dilakukan melalui efisiensi waktu, untuk mencapai target tersebut. Sehubungan dengan
hal ini maka cara pewadahan harus dapat memberikan kemudian dalam pekerjaan
pengumpulan.
2.10. Pembuangan Akhir Sampah Dan Pengolahan
2.10.1 Umum
Tujuan pembuangan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau yang
diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pembuangan akhir dengan cara sedemikian rupa
sehingga tidak – atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu.
2. Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan, air
dan udara.
Yang dimaksud dengan pembuangan akhir adalah cara yang digunakan untuk memusnahkan
sampah padat dari hasil kegiatan pengumpulan dan pengangkutan mapun sampah padat hasil
buangan kegiatan pengelolaan sampah itu sendiri.
1) Open Dumping
Open Dumping
Dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir (TPA)
dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan sampah
dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru.
Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya dilakukan kegiatan perataan sampah dengan
menggunakan dozer atau perataan dapat juga dilakukan dengan tenaga manusia.
Keuntungan:
Kerugian:
Landfill
Merupakan perbaikan dari pada cara open dumping yaitu dengan menambahkan lapisan
tanah penutup di atas sampah.
Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian pada
kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan.
Bila lokasi pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh timbunan
sampah harus ditutup dengan lapisan tanah.
Kerugian:
3) Biaya operasi dan perawatan relatif lebih tinggi dari pada open dumping
Adalah sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal
ini dilakukan terus menerus secara berlapis-lapis sesuai rencana yang telah
ditetapkan.
Pekerjaan pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir
jam operasi. Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan
sampah.