Disusun oleh :
Roro Yuniar Zubaidah 18330091
Riska Anggriani 18330092
Safira Nur Ardiani 18330094
Muhammad Furqan 18330097
Dwi Arum Widyaningsih 18330099
Annisa Mifta Safitri 18330102
Dosen :
Apt. Ritha Widya, MARS.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. karena kami dapat menyelesaikan
laporan pratikum teknologi sediaan steril injeksi lidokain HCl dengan tepat waktu. Shalawat dan
salam kami panjatkan atas diutusnya Nabi Muhammad saw. Yang mana atas perjuangan beliau
kita dapat merasakan kehidupan sekarang ini, sehingga memotivasi kami untuk membuat laporan
ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, khususnya dosen pembimbing kami yang telah memberikan arahan dan
inspirasi untuk membuat laporan ini. Olehnya itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan laporan ini,
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan kami juga menyadari bahwa isi dari penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, dan olehnya itu saran dan kritikan dari berbagai pihak yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaan karya kami selanjutnya.
Semoga Allah swt. melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbil Alamin.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktikum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODE
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi steril merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimaa membuat suatu
sediaan (injeksi volume kecil, injeksi volume besar, tetes mata dan salep mata) yang steril,
mutlak bebas dari jasad renik, patogen, atau non patogen, vegetatif atau non vegetatif (tidak
ada jasad renik yang hidup dalam suatu sediaan). Teknologi steril berhubungan dengan
proses sterilisasi yang berarti proses mematikan jasad renik (kalor, radiasi, zat kimia) agar
diperoleh kondisi steril. Tentunya di setiap fakultas mendapatkan mata kuliah tersebut,
karena teknologi steril berperan penting dan menjadi mata kuliah pokok farmasi.
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan atau
membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor basah, kalor
kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian sediaan steril
tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah
teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi, suspensi dan
semisolid yang steril (bebas dari pirogen).
Sehubungan dengan alasan tersebut diatas dan penerapan dari teori yang sudah didapat.
Kami melakukan pratikum teknologi sediaan steril dalam hal ini, kami dapat menambah
wawasan, melaksanakan desain dan rancangan serta pembuatan sediaan steril untuk dalam
upaya meningkatkan pengetahuan ilmu farmasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan laporan ini akan digunakan metode pengumpulan data sekunder
yang ada pada jurnal nasional maupun internasional. Permasalahan yang mendasari
penelitian ini mencakup beberapa hal diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana formulasi yang akan dibuat dalam sediaan injeksi?
2. Bagaimana metode pembuatan dalam sediaan steril injeksi?
3. Apa saja pengawasan mutu yang diperlukan dalam sediaan steril injeksi?
4. Bagaimana spesifikasi wadah dan kemasan yang akan dibuat?
5. Apakah spesifikasi sediaan steril injeksi yang dibuat memenuhi persyaratan yang
terlampir dalam Farmakope Indonesia?
1.3 Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari pratikum ini yaitu :
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun desain dan pembuatan sediaan steril
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memanfaatkan dan melaksanakan pengkajian praformulasi
untuk sediaan steril
2. Mahasisa mampu melaksanakan desain sediaan salep mata, tetes mata, injeksi
volume kecil dan injeksi volume besar
3. Mahasiswa mampu menyusun SOP dan intruksi kerja pembuatan sediaan salep
mata, tetes mata, injeksi volume kecil dan injeksi volume besar
4. Mahasiswa mampu melaksanakan SOP dan intruksi kerja evaluasi sediaan
salep mata, tetes mata, injeksi volume kecil dan injeksi volume besar
5. Mahasiswa mampu menyusun laporan pembuatan sediaan salep mata, tetes
mata, injeksi volume kecil dan injeksi volume besar
1.4 Manfaat
Penulisan laporan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan lebih lanjut dan
diharapkan menjadi referensi khususnya dalam bidang kefarmasian terkait rancangan
formulasi sediaan injeksi Lidocain Hcl.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lidocain Hcl
2.1.1 Pengertian Lidocain Hcl
Lidocaine Hydrochloride adalah garam hidroklorida dari lidocaine,
aminoethylamide dan anggota prototipe dari anestesi kelas amida. Lidokain
berinteraksi dengan saluran Na+ yang diberi gerbang tegangan di membran sel saraf
dan menghalangi peningkatan sementara dalam permeabilitas membran yang
tereksitasi ke Na+. Ini mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf dan
menghasilkan hilangnya sensasi yang dapat dibalik. Lidokain hidroklorida juga
menunjukkan efek antiaritmia kelas IB. Agen menurunkan aliran ion natrium ke
jaringan miokard, terutama pada jaringan Purkinje, selama fase 0 potensial aksi,
sehingga mengurangi depolarisasi, otomatisitas dan rangsangan.(Pubchem,2004)
2.2 Injeksi
2.2.1 Pengertian injeksi
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, injeksi adalah sediaan steril berupa larutan,
emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit ataumelalui selaput lendir. (FI.III.1979). Sedangkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV, injeksi adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 mL atau kurang.
Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena. Suspensi tidak
bisa diberikan karena berbahaya yang dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh
darah kapiler. (FI.IV.1995).
Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Injeksi vial adalah
salah satu bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada dosis ganda dan memiliki
kapasitas atau volume 0,5 mL – 100 mL. Injeksi vial pun dapat berupa takaran tunggal atau
ganda dimana digunakan untuk mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan
volume sebanyak 5 mL atau pun lebih.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sediaan injeksi
adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disusupensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara perenteral, suntikan dengan cara
menembus, atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
Adapun Penggolongan Obat Sediaan steril untuk sedian perenteral digolongkan
menjadi lima jenis yang berbeda yaitu :
1) Obat larutan, atau emulsi yang digunakan untuk injeksi ditandai dengan nama
injeksi, contohnya adalah injeksi insulin.
2) Sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar, pengencer atau
bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang
memenuhi persyaratan injeksi. Sediaan ini dapat membedakannya dari nama
bentuknya yaitu steril, contohnya Ampicilin Sodium steril.
3) Sediaan seperti tertera pada no 2, tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer
atau bahan tambahan lain dan dapat dibedakan dari nama bentuknya.yaitu untuk
injeksi, contohnya Methicillin Sodium untuk injeksi.
4) Sediaan berupa susupensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intravena atau di dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari
nama bentuknya yaitu susupensi steril. Contoh Cortisao Suspensi steril.
5) Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan pembawanya
yang sesuai. Dan dapat membedakannya dari nama bentuknya yaitu steril untuk
suspensi. Contohnya Ampicilin steril untuk suspensi.
2.2 Rute Pemberian Injeksi
Rute-rute Injeksi terbagi atas 2, yakni
1. Parenteral Volume Kecil
a. Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis"
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi
anatominya mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-
betul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan
efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka
penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau
untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme.
b. Intramuskular
Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute
intramuskular menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada
rute intravena, tetapi lebih besar daripada rute subkutan.
c. Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi,
puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang
diinginkan dari obat diperoleh hampir sekejap.
d. Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral
diberikan dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan
absorpsi sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.
e. Rute intra-arterial
Disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute intravena ketika
aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
f. Intrakardial
Disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan terancam
dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
g. Intraserebral
Injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal sebagaimana
penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
h. Intraspinal
Injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari obat dalam
daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti leukemia.
i. Intraperitoneal dan intrapleural
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute
ini juga digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
j. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat
antiinflamasi secara langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
k. Intrasisternal dan peridual
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya
merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.
l. Intrakutan (i.c).
Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum
corneum. Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-
bahan diagnostik atau vaksin.
m. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh
larutan injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya
diam pada mulanya untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh
tekanan dalam serabut saraf spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis
dari larutan dapat diatur untuk membuat anestesi untuk bergerak atau turun
dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh pasien.
2. Parenteral Volume Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang
secara normal digunakan.
a. Intravena
Keuntungan rute ini adalah
1. Jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan bahkan bahan
tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC.
2. Cairan volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat.
3. Efek sistemik dapat segera dicapai.
4. Level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan.
5. kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat
rutin dan menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.
Kerugiannya adalah meliputi :
1. Gangguan kardiovaskuler dan pulmonar dari peningkatan volume cairan
dalam sistem sirkulasi mengikuti pemberian cepat volume cairan dalam
jumlah besar.
2. Perkembangan potensial thrombophlebitis.
3. Kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi larutan atau
teknik injeksi septik.
4. Pembatasan cairan berair.
b. Subkutan
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif
ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif
dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan
dengan rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak
menyenangkan, jenis cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk
larutan isotonis) dan lebih terbatas zat tambahannya.
2.3 Syarat Injeksi
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksik
2. Harus jernih, berarti tidak boleh ada partikel padat kecuali yang berbentuk suspensi
3. Tidak berwarna, kecuali bahan obatnya berwarna, misalnya Cyanocobalamin
4. Sedapat mungkin isohidris, artinya pH larutan injeksi sama dengan darah dan cairan
tubuh lain yaitu pH 7,4 yang dimaksudkan agar bila diinjeksikan ke badan tidak terasa
sakit dan penyerapan obat dapat optimal
5. Sedapat mungkin isotonis
6. Harus steril
2.4 Komponen Sediaan Injeksi
1. Bahan aktif
Data zat aktif yang diperlukan (Preformulasi)
a. Kelarutan
Terutama data kelarutan dalam air dari zat aktif sangat diperlukan, karena
bentuk larutan air paling dipilih pada pembuaan sediaan steril. Data kelarutan ini
diperlukan untuk menentukan bentuk sediaan. Zat aktif yang larut air membentuk
sediaan larutan dalam air, zat aktif yang larut minyak dibuat larutan dalam
pembawa minyak. Sedangkan zat yang tidak larut dalam kedua pembawa tersebut
dibuat sediaan suspensi. Jika zat aktif tidak larut dalam air ada beberapa alternatif
yang dapat diambil sebelum memutuskan untuk membuat sediaan suspensi atau
larutan minyak yaitu dengan mencari bentuk garam dari zat aktif, melakukan
reaksi penggaraman, atau dicari bentuk kompleksnya.
b. pH Stabilitas
pH stabilita adalah pH dimana penguraian zat aktif paling minimal,
sehingga diharapkan kerja farmakologinya optimal. pH stabilita dicapai dengan
menambahkan asam encer, basa lemah atau dapar.
c. Stabilitas zat aktif
Data ini membantu menentukan jenis sediaan, jenis bahan pembawa,
metoda sterilisasi atau cara pembuatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
penguraian zat aktif adalah :
1. Oksigen (Oksidasi) Pada kasus ini, setelah air dididihkan makaperlu dialiri
gas nitrogen dan ditambahkan antioksidan.
2. Air (Hidrolisis) Jika zat aktif terurai oleh air dapat dipilih alternatif.
3. Dibuat pH stabilitanya dengan penambahan asam/basa atau buffer
4. Memilih jenis pelarut dengan polaritas lebih rendah daripada air, seperti
campuran pelarut air-gliserin-propilenglikol atau pelarut campur lainnya.
5. Dibuat dalam bentuk kering dan steril yang dilarutkan saat disuntikkan.
6. Suhu Jika zat aktif tidak tahan panas dipilih metode sterilisasi tahan panas,
seperti filtrasi.
7. Cahaya Pengaruh cahaya matahari dihindari dengan penggunaan wadah
berwarna cokelat.
8. Tak tersatukannya (homogenitas) zat aktif ,
9. Baik ditinjau dari segi kimia, fisika, atau farmakologi.
d. Dosis
Data ini menentukan tonisitas larutan dan cara pemberian. Rute pemberian
yang akan digunakan akan berpengaruh pada formulasi, dalam hal: Volume
maksimal sediaan yang dapat diberikan pada rute tersebut (Lihat datanya pada
bagian rute pemberian).
2. Pembawa obat suntik
a. Aqua Pro Injeksi
a) Aqua bidest dengan pH tertentu, tidak mengandung logam berat (timbal,
tembaga, besi) tidak mengandung ion Ca2+, Clˉ, NO3, SO42ˉ, NO2, CO32ˉ
b) Harus steril, penggunaannya dalam jumlah besar harus bebas patogen
c) Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
d) pH 5,0-7,0
b. Aqua Pro Injeksi bebas O2 atau CO2
a) CO2 bersifat asam lemah, mampu merugikan garam Natrium ataupun
Calcium membentuk endapan
b) Aqua Pro injeksi bebas O2 digunakan untuk melarutkan zat aktif yang
mudah teroksidasi
c. Minyak nabati
Syarat :
a) Memenuhi syarat olea pinguia
b) Harus jernih pada suhu 10ºC
c) Tidak berbau asing atau tengik
d) Bilangan asam 0,2-0,9
e) Bilangan iodium 79-128
f) Bilangan penyabunan 185-200
Untuk mengatasi masalah ketengikan perlu ditambahkan antioksidan
seperti BHT Minyak nabati yang sering digunakan : Oleum Arachidis, Oleum
Sesami, Oleum Olivarum
3. Bahan tambahan
a. Antioksidan : Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan
sulfit adalah yang paling umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu
digunakan : Asam askorbat, Sistein, Monotiogliseril, Tokoferol.
b. Bahan antimikroba atau pengawet : Benzalkonium klorida, Benzil alcohol,
Klorobutanol, Metakreosol, Timerosol, Butil p-hidroksibenzoat, Metil p-
hidroksibenzoat, Propil p-hidroksibenzoat, Fenol.
c. Buffer : Asetat, Sitrat, Fosfat.
d. Bahan pengkhelat : Garam etilen diamin tetra asetat (EDTA).
e. Gas inert : Nitrogen dan Argon.
f. Bahan penambah kelarutan (Kosolven) : Etil alkohol, Gliserin, Polietilen
glikol.
g. Propilen glikol, Lecithin
h. Surfaktan : Polioksietilen dan Sorbitan monooleat.
i. Bahan pengisotonis : Dekstrosa dan NaCl
j. Bahan pelindung : Dekstrosa, Laktosa, Maltosa dan Albumin serum manusia.
k. Bahan penyerbuk : Laktosa, Manitol, Sorbitol, Gliserin.
2.5 Metode Pembuatan Sediaan Injeksi
a. Sterilisasi Akhir
Metode ini merupakan metode yang paling umum dan paling banyak digunakan
dalam pembuatan sediaan steril. Persyaratannya adalah zat aktif harus stabil dengan
adanya molekul air dan tingginya suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap terakhir
pembuatan sediaan. Contoh yang paling banyak digunakan pada metode ini adalah
sterilsasi dengan autoklaf (suhu 121 °C, selama 15 menit).
b. Teknik Aseptik
Metode ini biasanya digunakan untuk zat aktif yang sensitif terhadap suhu tinggi
yang dapat mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologinya. Antibiotika
dan beberapa hormon tertentu merupakan zat aktif yang sebaiknya dikerjakan secara
aseptik. Metode aseptik bukanlah suatu cara sterilisasi melainkan suatu cara kerja untuk
memperoleh sediaan steril dengan mencegah kontaminasi jasad renik dan partikulat
dalam sediaan jadi.
Keterangan :
a) Penimbangan zat aktif biasanya ditimbang dilebihkan sesuai persyaratan yang ada di
monografi untuk mencegah kemungkinan berkurangnya kadar dalam sediaan akibat
proses pembuatan ataupun dalam penyimpanan. (Contoh : persyaratan kadar zat X =
98-102 %, maka penimbangan zat aktif dilebihkan 2 %).
b) Bebas pirogen Hal ini baru dilakukan jika volume larutan suntik sebanyak 10 ml atau
lebih. Pembebasan pirogen dilakukan dengan penambahan 0,1 % karbon aktif
dihitung terhadap volume total (b/v), kemudian dipanaskan pada suhu 60-70 °C
selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Waktu dihitung setelah suhu mencapai 60-
70 °C.
c) Bebas oksigen atau karbondioksida Hal ini baru dilakukan jika diperlukan terutama
jika zat aktif diketahui peka terhadap kedua gas tersebut. Pembebasan oksigen atau
karbondioksida dilakukan dengan cara memanaskan air suling selama 30 menit
dihitung sejak mendidih kemudian dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.
d) Sterilisasi lemari dan ruang Lemari disterilkan dengan uap formaldehid hasil
pemanasan serbuk para-formaldehid dalam cawan penguap panas yang diletakkan
dalam lemari. Ruang disterilkan dengan sinar UV selama 24 jam sebelum digunakan.
PENIMBANGAN
KONSENTRASI
BAHAN
N NAMA FUNGSI
LAZIM/ FORMULA UNIT BATCH
O BAHAN (farmakologi/farmasetik)
LITERATUR (%) (g) (g)
(%)
1. Lidokain HCl Anastetik lokal 0,5-2 % 2% 0,02 g 0,3 g
2. NaCl 0,9% Pengisotonis 0,3 % qs 0,072 g
3. API Pembawa ad 1 ml ad 1 ml ad 15 ml
4.2 Pembahasan
Sediaan yang dibuat pada pratikum kali ini adalah sediaan injeksi lidokain HCl.
Lidokain adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit atau memberi efek
mati rasa pada bagian tubuh tertentu untuk sementara. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat sinyal penyebab nyeri sehingga mencegah timbulnya rasa sakit. Zat-zat
penyusun sediaan ini stabil pada pH 7, selain itu injeksi lidokain HCl tidak boleh
mengandung bakteri dan harus bebas pirogen. Cara sterilisasi sediaan ini adalah dengan
sterilisasi menggunakan autoklaf 115o – 116o C selama 30 menit. Dengan
mempertimbangkan sifat-sifat dari zat aktif yang digunakan maka formulasi sediaan
injeksi lidokain HCl adalah sebagai berikut :
1) Lidokain HCl yang berfungsi sebagai zat aktif
2) NaCl 0,9 % berfungsi sebagai zat pengisotonis
3) Aqua pro injeksi untuk melarutkan sediaan yang digunakan aqua pro injeksi yakni air
yang telah melewati serangkaian proses tertentu sehingga memiliki nilai bebas mikroba
dan telah bebas pirogen sehingga memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Pembuatan sediaan injeksi lidokain HCl dilakukan di laboratorium steril, semua alat,
wadah dan bahan yang akan digunakan disterilisasikan terlebih dahulu, karena sediaan
injeksi lidokain HCl ini harus steril dan bebas dari pirogen serta bebas mikroba.
Pertama-tama hal yang dilakukan adalah persiapan alat-alat yang akan digunakan,
bersihkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan kemudian sterilisasi alat-alat dan
wadah ampul yang akan digunakan yaitu dengan cara autoklaf 121ºC 15 menit untuk
perkamen, kertas saring, kapas, kasa, corong, pipet tetes, gelas ukur, cawan uap, lidocain
HCl, NaCl 0,9%; autoklaf 115ºC 30 menit untuk aqua pro injeksi; oven 150ºC 1 jam
untuk erlenmeyer, ampul, beaker glass; fenol 5% 24 jam untuk buret; api bunsen 20 detik
untuk kaca arloji, batang pengaduk, pinset, spatel.
Selanjutnya dilakukan pembuatan aqua pro injeksi bebas O 2 dan CO2, yaitu dengan
cara panaskan aquades hingga mendidih, setelah mendidih, tutup dengan kapas yang
terbungkus kasa, didihkan lagi api selama 20-30 menit, setelah agak dingin kemudian
dialiri dengan gas N2. Kemudian dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan dan bahan yang telah ditimbang masing-masing kemudian dilarutkan ke
dalam aqua pro injeksi kemudian dicampurkan sampai larut homogen. Setelah semua
bahan tercampur dilakukan pengukuran volume I bertujuan untuk memperoleh sediaan
dengan jumlah yang sesuai.
Selanjutnya, larutan disaring menggunakan kertas saring yang telah disterilkan agar
sediaan yang diperoleh bebas dari pirogen. Setelah proses penyaringan ukur kembali hasil
dari penjaringan I bertujuan untuk memperoleh sediaan dengan jumlah yang sesuai.
Kemudian lakukan peyaringan ke II langsung ke dalam buret, sebelumnya buret dibilas
dengan 2 x 3 ml hasil pengukuran volume II (larutan obat suntik) agar sediaan yang
diperoleh bebas dari pirogen. Kemudian masukkan larutan obat suntik Lidokain HCl ke
dalam buret (melalui corong ditambah kertas saring). Isikan larutan obat suntik ke dalam
ampul 1 ml lalu masing-masing ampul disemprotkan ke dalam uap air untuk
menghilangkan kemungkinan sisa tetesan di obat suntik pada leher ampul. Dan juga
untuk mencegah terjadinya pengarangan dengan gas N2 lalu tutup ampul dengan cara
membakar bagian atas ampul dengan api kemudian tarik ujungnya dengan pinset.
Sterilkan larutan obat suntik dalam ampul pada autoklaf pada suhu 115̊-116̊C selama 30
menit. Terakhir kemas, beri etiket dan brosur.
Pada tahap evaluasi dilakukan uji organoleptik, uji pH, uji kejernihan, uji sterilitas, uji
keseragaman volume dan uji kebocoran. Pada uji organoleptik amati warna dan aroma
sediaan menggunakan panca indra. Hasil yang didapat dalam uji organoleptik ini yaitu
sedian yang memenuhi syarat memiliki warna bening, tidak berbau, sedikit pahit dan
berbentuk cair.
Pada uji pH dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH universal. pada uji
kejernihan dilakukan dengan ampul dikocok, lalu cepat dibalik, diamati didepan
papan/kertas latar belakang hitam-putih dengan lampu neon untuk memperjelas gunakan
kaca pembesar. Hasil yang didapat dalam uji ini yaitu sediaan yang memenuhi syarat
karena sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan yaitu antara pH 5 dan 7.
Pada uji sterilitas dilakukan dengan memindahkan cairan dari wadah uji dengan
menggunakan pipet /jarum suntik steril secara aseptic, inokulasi sejumlah tertentu bahan
dari tiap wadah uji ke dalam tabung media, campur air dengan media, inokulasi pada
media tertentu seperti pada prosedur umum pada media secara visual sesering mungkin,
sekurang-kurang pada hari ke 3,4 dan pada hari terakhir masa uji. Hasil yang didapat
dalam uji sterilitas yaitu sediaan yang memenuhi persyaratan karena tidak terjadi
kekeruhan atau terdapat pertumbuhan pada media akan sediaan steril.
Kemudian uji keseragaman volume dilakukan dengan ambil 5 wadah/lebih dengan
volume 3 ml/kurang, ambil di setiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering
berukuran dan dilengkapi dengan jarum suntik no 2: pasang tidak kurang dari 2,5 cm, isi
larutan suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah ditara, volume
dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat dalam g dibagi BJ cairan, isi dari 2/lebih
wadah dari 1 ml / 2 ml dapat digabungkan untuk mengukur dengan menggunakan jarum
suntik kering terpisah untuk mengambil setiap wadah. Hasil pada uji keseragaman
volume ini yaitu sediaan yang memenuhi syarat karena volume tidak kurang dari volume
yang tertera pada wadah diuji satu-persatu volume yang tertera pada penandaan 5,0 ml
volume yang dianjurkan adalah 0,50 ml.
Sedangkan uji kebocoran dilakukan dengan ampul dibenamkan dalam larutan zat
warna (0,5-1,0% metilen blue), berikan tekanan atmosfer sehingga menyebabkan zat
warna berpenetrasi ke dalam lubang, cuci bagian luar ampul, lihat perubahan warna
larutan dalam ampul, bila terjadi perubahan warna maka ampul bocor, untuk memperjelas
uji kebocoran ampul. Hasil yang didapat pada uji yaitu memenuhi syarat karena tidak ada
kebocoran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Komponen sediaan injeksi lidokain HCl terdiri dari zat aktif berupa lidokain HCl, bahan
pembawa obat suntik yaitu aqua pro injeksi, zat tambahan yaitu zat pengisotonis NaCl
0,9%.
2) Formulasi yang digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi lidokain HCl yaitu :
Lidokain HCl 2%
NaCl 0,9% qs
Aqua Pro Injeksi ad 1 ml
3) Metode pembuatan sediaan injeksi lidokain HCl dengan cara autoklaf 115o – 116o C
selama 30 menit.
4) Evaluasi sediaan injeksi lidokain HCl yaitu uji organoleptik, uji pH, uji kejernihan, uji
sterilitas, uji keseragaman volume dan uji kebocoran.
5.2 Saran
1) Perlu dilakukan formulasi yang baik untuk mendapatkan sediaan injeksi lidokain HCl
yang aman dan bebas pirogen.
2) Perlu dilakukan penelitian pengaruh dari bahan-bahan lainnya, dan dilanjutkan optimasi
bahan-bahan, serta cara formulasinya agar didapat sediaan injeksi lidokain HCl yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PERUMUSAN KARAKTER SEDIAAN
NAMA MAHASISWA : Roro Yuniar Zubaidah, Riska Anggriani, Safira Nur Ardiani,
Muhammad Furqan, Dwi Arum Widyaningsih, Annisa Mifta Safitri
NO KELOMPOK : Kelompok 3
NAMA PRODUK : TERCAINE
JENIS SEDIAAN : Injeksi volume kecil lidokain HCl
Syarat sediaan jadi
SPESIFIKASI
SYARAT
SEDIAAN
NO PARAMETER SATUAN SYARAT FARMAKOPE LAIN
YANG AKAN
(BILA ADA)
DIBUAT
1. Kadar bahan % b/v 2% b/v Tidak kurang dari 95,0%
aktif dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera
pada etiket. (FI V hal 777)
2. Berat/volume g/ml 0,01 g/2 ml 0,5 % / 1,0 % (1-60 ml
per unit untuk 0,5% atau 5-30 ml
untuk 1,0%) (FI V hal 777)
3. Pemerian
Warna Bening Tidak berwarna (FI V hal
777)
Bau Tidak berbau Tidak berbau (FI V hal 777)
Rasa Tidak berasa Tidak berasa (FI V hal 777)
4. pH Antara 5 dan 7 Antara 5 dan 7 (FI V hal
777)
5. Tonisitas Isotonis Isotonis (FI V hal 777)
6. Steril Steril Steril (FI V hal 777)
7. Cara sterilisasi Autoklaf 115 – Autoklaf 115o – 116o C
o
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Karena akan dibuat sediaan steril,
maka agar bahan dan alat yang digunakan
harus juga steril, sehingga memungkinkan
tercemarnya mikroba menjadi kecil.
Bahan:
1. Lidokain HCl
2. NaCl 0,9%
3. API
Alat:
1. Perkamen
2. Kertas saring
3. Kapas
4. Kasa
5. Corong
6. Pipet tetes
7. Gelas ukur
8. Erlenmeyer
9. Beaker glass
10. Ampul
11. Buret
12. Cawan uap
13. Kaca arloji
14. Batang pengaduk
15. Spatel
16. Pinset
Prosedur:
1. Autoklaf 121ºC 15 menit : perkamen,
kertas saring, kapas, kasa, corong, pipet
tetes, gelas ukur, cawan uap, lidocain
HCl, NaCl 0,9%
2. Autoklaf 115ºC 30 menit : API
3. Oven 150ºC 1 jam: Erlenmeyer, ampul,
beaker glass
4. Fenol 5% 24 jam : Buret
5. Api bunsen 20 detik : kaca arloji,
batang pengaduk, pinset, spatel
INTRUKSI KERJA PEMBUATAN API BEBAS O2 DAN CO2
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Hal…… Dari……
Tanggal: Tanggal: Tanggal: Hal……
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Memperoleh pembawa steril yang
akan digunakan untuk melarutkan dan
mengadkan di dalam pembuatan sediaan
injeksi Lidokain HCL
Prosedur:
1. Panaskan aquades hingga mendidih
2. Setelah mendidih, tutup dengan kapas
yang terbungkus kasa
3. Didihkan lagi api selama 20-30 menit
4. Setelah agak dingin kemudian dialiri
dengan gas N2
INTRUKSI KERJA PENIMBANGAN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Hal…… Dari……
Tanggal: Tanggal: Tanggal: Hal……
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Tujuan:
Memperoleh bahan baku sesuai dengan jenis dan
jumlah yang diinginkan
Bahan:
1. Lidocaine HCl
2. NaCl 0,9%
3. API
Alat :
1. Timbangan kasar
2. Cawan penguap
3. Kaca arloji
Prosedur:
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Memperoleh bahan baku yang larut.
Bahan:
1. Lidocain HCl
2. NaCl 0,9%
3. API
Alat :
1. Beaker glass
2. Batang pengaduk
Prosedur:
1. Masukkan Lidokain HCl ke dalam beker
gelas
2. Tambah Aqua Pro injeksi untuk
melarutkan sebanyak ± 15 ml,
aduk sampai larut
3. Masukkan NaCl ke dalam beaker glass
4. Tambahkan Aqua Pro injeksi untuk
melarutkan sebanyak ± 15 ml, aduk
sampai larut
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Memproleh sediaan dengan jumlah yang
sesuai
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
1. Gelas ukur atau beaker glass
Prosedur:
1. Ukur volume yang telah dilarutkan di
dalam gelas ukur atau beaker glass
2. Cukupkan volumenya dengan Aqua Pro
injeksi sampai 15 ml
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Agar sediaan yang diperoleh bebas dari
pirogen.
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
2. Corong
3. Beaker glass
4. Kertas saring
Prosedur:
1. Siapkan corong dan kertas saring yang
telah disterilkan
2. Saring hasil pengukuran volume I
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Memperoleh sediaan dengan jumlah yang
sesuai
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
1. Gelas ukur atau beaker glass
Prosedur:
1. Ukur kembali hasil dari Penjaringan I
2. Bilas beaker glass yang digunakan pada
pengukuran I dengan Aqua Pro injeksi
3. Celupkan volume injeksi yang kita buat
dengan Aqua Pro injeksi ad 15 ml.
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Agar sediaan yang diperoleh bebas dari
pirogen.
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
2. Corong
3. Beaker glass
4. Kerta saring
5. Buret
Prosedur:
1. Siapkan Buret yang telah disterilkan
2. Lakukan penyaringan ke II langsung ke
dalam buret, sebelumnya buret
dibilas dengan 2 x 3 ml hasil pengukuran
volume II (larutan obat suntik)
3. Kemudian masukkan larutan obat suntik
Lidokain HCl ke dalam buret (melalui
corong ditambah kertas saring)
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Agar sediaan steril pada ampul.
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
2. Ampul
3. Buret
Prosedur:
1. Isikan larutan obat suntik kedalam ampul
1ml
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Untuk mencegah terjadinya
pengarangan dengan gas N2
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
2. Ampul
3. Buret
Prosedur:
1. Alirkan uap air ke ampul berisi larutan
obat suntik Lidocain HCl untuk
menghilangkan kemungkinan sisa tetesan
di obat suntik pada leher ampul. Dan
juga untuk mencegah terjadinya
pengarangan dengan gas N2
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Untuk menghilangkan O2
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
2. Ampul
3. Buret
Prosedur:
1. Alirkan gas N2 untuk menghilangkan O2
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Untuk menghindari cemaran mikroba
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
1. Pinset
Prosedur:
1. Tutup ampul dengan cara membakar
bagian atas ampl dengan api.
2. Kemudian tarik ujungnya dengan pinset.
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Untuk menghasilkan produk yang steril
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
1. Autoklaf
Prosedur:
1. Sterilkan larutan obat suntik dalam
ampul pada autoklaf pada suhu 115̊-
116̊C selama 30 menit
No: / /
INSTRUKSI KERJA OPERATOR SPV
Tujuan: Untuk melindungi sediaan
Bahan:
1. Sediaan
Alat :
1. Kemasan
2. Etiket
3. Brosur
4. Ampul
Prosedur:
1. Masukkan ampul yang telah disterilisasi
akhir ke dalam kotak dan beri etiket dan
brosur
KEMASAN INJEKSI LIDOKAIN HCL
1. Kemasan Primer
2. Kemasan Sekunder
PENYIMPANAN :
Simpan pada suhu di bawah 25 ̊ C
STORAGE :
Store below 25oC
1mL
6 Ampul @ 1 mL
TERCAINE
Tercaine
Injection 2%
Lidocaine HCL INJECTION
Lidocaine HCL
KOMPOSISI :
Tiap 1 mL mengandung :
Terac Lidocain HCL 2%
aine COMPOSITION :
1 mL Each mL contains :
Lidocaine HCL 2%
Netto : 1 mL
TERACAINE
Lidocaine HCL 0.02/1mL
Larutan injeksi steril I.V
No. Reg : DKL9513600743A1
No. Batch : 18IH013
Exp. Date : 8 2024
Mfg. Date : 8 2020
4. Brosur
PT ISTN JAYA
LIDOCAIN HCL
Injeksi IV
Komposisi :
Tiap ml larutan mengandung
Lidocain HCL …. 20mg/mL
Indikasi :
Sebagai anastesi local
Kontra indikasi :
Hipotensi, Syok Kardiogenik, Bradikardia,
Peningkatan sensitifitas terhadap lidokain
dan Anastesi local lainnya dari jenis amida.
Dosis :
Anastesi local injeksi dewasa dan anak-anak
tergantung pada prosedur, tingkat anastesi
yang diinginkan, perfusi jaringan, durasi
yang diinginkan dan kondisi fisik, lidokain
hcl aman digunakan secara intra vena
maksimum 4,5 mg/kg/dosis, jangan diulang
dalam waktu 2 jam.
Perhatian :
Penderita dengan hipovolaemia, heart block,
bradycardia 1-2 ml
Efek samping :
Local iritasi tapi jarang terjadi overdosis
menyebabkan hipotensi, mual, muntah,
kejang, respirasi collaps.
No Reg : DKL9513600743a1
No. Batch : 18IHO13
Exp. Date : 8 2024
Mfg. Date : 8 2020