Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

EDEMA PARU

ZANA RAISSA
20149011100096

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
EDEMA PARU

Defenisi Etiologi dan Faktor Pencetus


- Edema paru kardiogenik
Edema paru akut merupakan penumpukan cairan serosa secara
Yaitu edema paru yang disebabkan karena gangguan pada jantung
berlebihan dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru atau sistem kardiovaskuler.
1) Penyakit pada arteri koronaria
secara mendadak yang terjadi karena adanya tekanan
2) Kardiomiopati
hidrostatik kapiler meningkat dan penurunan tekanan koloid 3) Gangguan Katup Jantung
4) Hipertensi
osmotik serta terjadinya kerusakan dinding kapiler, sehingga
- Edema paru non kardiogenik
menyebabkan kebocoran di kapiler ke ruang interstisial dan
Yaitu edema paru yang terjadi bukan disebabkan karena
menjadi edema alveolar. Apabila hal tersebut berlanjut maka
kelainan pada jantung tetapi paru itu sendiri. Pada non-
akan terjadi kerusakan pertukaran gas atau proses difusi tidak kardiogenik, ALO dapat disebabkan oleh :
1. Infeksi pada paru
berjalan dengan normal, menyebabkan respiration rate (RR)
2. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark
meningkat, perfusi menjadi dingin, terjadi sianosis dan gelisah paru.
yang akibat terjadi akibat peningkatan CO2 dan penurunan O 2
3. Paparan toxic
didalam darah tubuh penderita (Setyawan, 2007).
4. Acute respiratory distress syndrome (ards)

- Stadium 3
Manifestasi Klinik
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat
- Stadium 1
terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen
nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan.
akan memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit
Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata.
meningkatkan kapasitas difusi gas CO2. Keluhan pada stadium
Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya
ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat bekerja.
menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi
Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali
hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini
mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena terbukanya
morphin hams digunakan dengan hati-hati. Diperkirakan bahwa
saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.
dengan menghambat cyclooxygenase atau cyclic
- Stadium 2 phosphodiesterase akan mengurangi edema' paru sekunder
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh akibat peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler; pada
darah paru menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi manusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut. (Kamila,
kabur dan septa interlobularis menebal (garis Kerley B). 2013)
Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor intersisial, akan

lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal

oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks

bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea merupakan tanda

gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga membantu

memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan intersisial

diperlambat.
PATHWAY
PEMERIKSAAN PENUNJANG Komplikasi
& DIAGNOSTIK
Dalam asuhan keperawatan yang disusun oleh karya husada, 2014 menyebutkan komplikasi
1. Pemeriksaan Fisik
dari ALO sebagai berikut:
2. Radiologi
3. Laboratorium a. ARDS (Accute Respiratory Distres Syndrome)
4. EKG Karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan tidak dapat mengembang dan

udara tidak dapat masuk, akibatnya adalah hipoksia berat.


PENATALAKSANAAN
b. Gagal napas akut

Tidak berfungsinya penapasan dengan derajat dimana pertukaran gas tidak adekuat untuk
MEDIS
mempertahankan gas darah arteri (GDA).
Pemberian oksigen tambahan
c. Kematian
Farmakoterapi
- Diuretik : Furosemide (lasix), Bumetanide Kematian pada edema paru tidak dapat dihindari lagi. Pasien dapat mengalami komplikasi
(Bumex) dan diuril (sebagai pengganti jika tidak segera dilakukan tindakan yang tepat
furosemide)
- Digitalis : Digoksin, Digokain,
Nitrogliserin sublingual atau intravena,
KEPERAWATAN
Aminofilin
- Pemasangan Indelwing catheter 1) Berikan dukungan psikologis
- Intubasi endotrakeal dan ventilasi a) Menemani pasien
mekanik
- Trombolitik atau revaskularisasi pada b) Berikan informasi yang sering, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk
pasien infark miokard. mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan
2) Atur posisi pasien
- Operasi pada Komplikasi infark miokard
- Pemantauan Hemodinamika invasive Pasien diposisikan dalam posisi tegak, dengan tungkai dan kaki dibawah, sebaiknya kaki
- Pemantau Hemodinamika menggantung disisi tempat tidur, untuk membantu arus balik vena ke jantung.
Posisi penderita didudukkan 60-90 untuk memperbaiki ventilasi
walaupun terdapat hipotensi (posisi 1/2 duduk)
3) Auskultasi paru

4) Observasi hemodinamik non invasive/ tanda-tanda vital (tekanan


darah, nadi, frekuensi napas, tekanan vena jugularis)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
5) Pembatasan asupan cairan pada klien.
YANG MUNGKIN MUNCUL :
6) Monitor intake dan output cairan tubuh klien
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.
d batuk berbuih
2. Ketidakefektifan pola nafas b. d dyspnea
3. Penurunan Curah Jantung berhubungan
dengan O2 Menurun pada pembuluh Ketidakefektifan bersihan jalan napas b. d batuk berbuih
darah
NOC :
4. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi
cairan alveoli - Setelah dilakukan Tindakan keperawatan klien menunjukkan jalan nafas
5. Intoleransi Aktivitas b.d hipoksemia dan paten, dibuktikan dengan kriteria hasil :
hiperkapnia 1. Menunjukkan jalan nafas yang paten (irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal)
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
NIC :

- Auskultasi bunyi nafas tambahan: ronchi, wheezing, gurgling, snoring,


dan bunyi nafas abnormal lainnya.
- Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi disnea
- Lakukan section sesuai indikasi
- Anjurkan asupan cairan adekuat
- Kolaborasi pemberian oksigen
- Kolaborasi pemberian bronkodilator sesuai indikasi
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan O2 Menurun pada
Ketidakefektifan pola nafas b. d dyspnea
pembuluh darah
NOC :
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan masalah ketidakefektifan NOC :
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan masalah ketidakefektifan pola
pola napas teratasi dengan kriteria hasil :
napas teratasi dengan kriteria hasil :
- Frekuensi nafas menunjukkan dalam rentang normal
- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas Kekuatan nadi perifer meningkat, Takikardia menurun, Bradikardi menurun,
NIC : Edema menurun, Dispnea menurun, Oliguria menurun, Ortopnea menurun,
Batuk menurun, Tekakanan darah membaik.
- Berikan kolaborasi dalam pemberian oksigen NIC :
- Monitor aliran oksigen
- Monitor posisi perangkat (alat) pemberian oksigen 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
- Monitor efektifitas pemberian oksigen dispnea, kelehan , edema, ortopnea)
2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi,
- Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan hepatomegali, distensi vena jugularis, ronkhi basah, batuk, kulit pucat)
bernapas 3. Monitor tekanan darah
- Catat pergerakan dada, penggunaan otot bantu nafas, dan 4. Monitor intake output cairan
retraksi dinding dada 5. Monitor saturasi oksigen
- Monitor saturasi oksigen 6. Monitor keluhan nyeri dada
- Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan 7. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
yang memperparah sesak nafas pasien. aktivitas

Intoleransi Aktivitas b.d hipoksemia dan hiperkapnia

Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan alveoli


NOC :
NOC :
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan masalah ketidakefektifan
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan masalah ketidakefektifan pola
pola napas teratasi dengan kriteria hasil :
napas teratasi dengan kriteria hasil :
- Dipsnea menurun
-Menunjukan saturasi oksigen dalam batas normal ketika
- Bunyi napas tambahan menurun beraktivitas
- Gelisah menurn
- Pola napas membaik -Menunjukkan frekuensi pernafasan yang normal ketika beraktivitas
NIC :
- menunjukkan kemudahan bernafas ketika beraktivitas
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas NIC :
3. Monitor kemampuan kemampuan batuk efektif
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas kelelahan
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru - Monitor pola dan jam tidur
7. Auskultasi bunyi napas - Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi
8. Monitor saturasi oksigen yang adekuat
9. Monitor AGD - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan ROM aktif/pasif
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA

Huldani. (2014) Edem Paru Akut. Naskah Publikasi. Banjarmasin:Universitas


Lambung Mangkurat Fakultas Kedokteran.
Nanda Internasional (2016) Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Nanda Internasional (2018) Diagnosa Keperawatan 2018-2020. Jakarta: EGC
Hafifah I., Nasution H., Hakim L., dkk. Asuhan Keperawatan Holistik Pada Pasien
Kritis Berdasarkan Evidence Based Practice. 2021. Yogyakarta.

Banjarmasin, 28 April 2021

Ners Muda,

Zana Raissa, S.Kep

Preseptor Klinik,

Lukmannul Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep.

Anda mungkin juga menyukai