Menurut bahasa Arab tablig berarti menyampaikan. Menurut istilah arinya menyampaikan
perintah dan larangan Allah SWT. sebagai ajaran agama agar manusoa beriman kepadanya.
Orang yang memiliki keahlian bertablig disebut muballig. Berikut adalah salah satu hadist
yang membahas tentang tablig :“Sampaikanlah dariku walau satu ayat”(HR Bukhari)
Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah Tabligh, yakni menyampaikan wahyu dari Allah Swt.
kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad saw. masih hidup, seluruh waktunya dihabiskan
untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah saw. wafat, kebiasaan ini
dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan tabi’it-tabi’in
(pengikut pengikutnya sahabat). Setelah mereka semuanya tiada, siapakah yang akan
meneruskan kebiasaan menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang sesudahnya? Kita
sebagai siswa muslim punya tanggung jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh
tersebut.
Banyak yang menyangka bahwa tugas Tabligh hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu tidak
benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib
mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya
(nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut). Seseorang
tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran terjadi di
depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi yang
mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun
mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah saw.
Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: barangsiapa
yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka
ubahlah dengan lisannya. apabila tidak mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti
kemungkaran tersebut), dan itu selemah-lemahnya iman. (HR. Muslim)
Matan Ayat
Maksud dari Ayat Tabligh [2] adalah surah al-Maidah ayat ke 67, yang berbunyi:
ُ
﴾ۚ ُت ِر َسالَتَه َ ْك ِمن َّرب َِّك ۖ َوإِن لَّ ْم تَ ْف َعلْ فَ َما بَلَّ ْغ ِ يَا أَيُّهَا ال َّرسُو ُل بَلِّ ْغ َما أ
َ نز َل إِلَي
َ اس ۗ إِ َّن اللَّـهَ اَل يَ ْه ِدي ْالقَ ْو َم ْال َكافِ ِر
ين ِ َّك ِم َن الن ِ ﴿واللَّـهُ يَع
َ ْص ُم َ
"Hai rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhan-mu. Dan jika kamu
tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-
Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
Mufasir dan kalangan ahli hadis Syiah sepakat bahwa ayat ini turun 18 Dzulhijjah setelah
pelaksanaan Haji Wada', dalam perjalanan kembalinya Nabi saw menuju Madinah di sebuah
tempat yang bernama Ghadir Khum. Ayat ini turun untuk memerintahkan kepada Nabi saw
agar menyampaikan Wilayah Imam Ali as kepada kaum Muslimin. [3] Sebagian dari ulama
Ahlusunah juga sepakat dengan pendapat ini, dan memberikan kesaksian akan kebenarannya.
[4]