Anda di halaman 1dari 6

“SI MANIS DARI PULAU JAWA :

KUE LUPIS YANG MULAI TERGERUS


JAMAN”

OLEH :

GALUH RAMADHANI PRATAMA


(10021281722051)
ETNOGRAFI “MAKANAN BINGEN”
OLEH : GALUH RAMADHANI PRATAMA
(10021281722051)
“SI MANIS DARI PULAU JAWA :
KUE LUPIS YANG MULAI TERGERUS JAMAN”

Kue Lupis merupakan makanan bingen yang berasal dari pulau Jawa.
Makanan ini dikenal secara luas tidak hanya di daerah pulau jawa, namun juga
meluas kedaerah lain seperti Lampung, Jambi, Sumatera Selatan, Riau dll. Cita rasa
manis gula merah dan gurih dari beras ketan menambah kenikmatan dalam
menyantap kue tradisional satu ini. Asal mula kue Lupis diyakini sudah ada sejak
jaman Kolonial Belanda hingga saat inii.

Setelah menjaga eksistensinya selama lebih dari 350 tahun kue lupis saat ini
mulai terancam keberadaannya. Dari hasil pengamatan yang saya lakukan di
Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Provinsi Riau hanya ada satu penjual yang
menjajakan kue lupis di daerah tersebut. Dibandingkan dengan makanan bingen lain
seperti dadar gulung, kue cucur, cenil, kue pukis dll, makanan ini paling sulit
ditemui. Menurut kak Endah yang merupakan satu – satunya penjual kue lupis di
Kelurahan Simpang Belutu, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak mengatakan bahwa
kemungkinan alasannya adalah waktu dan metode pembuatan kue lupis yang cukup
lama. Kak Enda menuturkan bahwa dalam membuat Kue Lupis memerlukan
ketelatenan dan kesabaran dalam mengolah makanan tersebut. “jujur bang, akak
kalo buat kue Lupis ini lama, untuk merebus ketan supaya bisa kenyal dan bangus
kaya ini perlu waktu 2-3 jam bang nah mungkin inilah yang buat orang jarang jual
kue lupis bang” (tutur kak Endah).

Kesulitan lain dalam membuat kue lupis ini terletak pada


ketrampilan membungkus ketan. “Ketan yang udah dicuci biasanya direndam dulu
sekitar 30 menit bang, terus kalo sudah direndam dibungkus daun pisang di bentuk
segitiga bang. Mak Puak (Ibu Kak Endah) yang sabar buatnya kalo kakak males
bang” (sambung kak Endah). Secara umum lupis biasanya dibuat menyerupai
segitiga namun bisa juga dibentuk memanjang menyerupai lontong : “Bisa juga
lonjong bang, cuma Mak Puak biasanya buat segitiga dan kalo manurut akak lebih
menarik, ntik kalo dibentuk lonjong dibilang lontong sama orang bang…” (kak
Endah).

Secara lebih dalam kak Endah menceritakan bahwa dalam seharinya


hanya mampu menjual 30-40 potong kue Lupis dengan harga Rp. 2.000 perpotong.
Sedangkan keuntungan yang didapat dari berjualan kue lupis ini berkisar antara
20.000 – 30.000
rupiah. “Akak setiap hari buat lupis Cuma 30 – 40 potong bang, soalnya inipun
sambilan kakak jualan sarapan pagi bang. Pernah kakak buat 60 potong itu ndak
habis bang” (Kak Endah). Selain berjualan kue Lupis kak Endah juga berjualan
menu sarapan pagi seperti lontong, nasi uduk, bubur kacang ijo, kolak dll. Hal
ini ia lakukan karena menurutnya apabila hanya berjualan kue Lapis saja tidak
akan mencukupi pendapatan hariannya : “Kue Lupis ini udah jarang ditemui bang,
kakak jualan ini pun karna dibantu mamak akak, Mak Puak (nama ibu kak Endah)
yg biasa buat dirumah jadi kakak fokus buat lontong sama buat sarapan pagi
bang…” (sambung kak Endah).

Kemudian saya berinisiatif untuk bertanya tentang pengaruh Pandemi Covid


19 terhadap penjualan lupis dan kak Endah mengatakan “… Pas awal corona
kemarin yang besar pengaruhnya bagi akak bang, lebih dari 2 bulan akak tak
jualan, karna banyak orang yang tak keluar rumah, takut makan di warung”.
Memang saat awal mula status Pandemi di berlakukan di Indonesia banyak sekali
penjual yang terdampak dan banyak penjual makanan bingen yang ada di
Kelurahan Simpang Belutu, Kecamatan, Kandis, Kabupaten Siak, Riau yang
terdampak. “Dulu kak Siti itu kan jualan kue basah bang, Cuma sekarang tak
jualan lagi karena corona bang, biasanya pun sering nitip kue di sini” (sambung kak
Endah). Adapun dampak yang secara langsung di sampaikan ke kak Endah adalah
menurunnya jumlah penjualan dalam sehari. “Dulu memang lebih ramai yang beli
bang, kue lupis ini bisa sampai 80 - 100 pcs bahkan dulu banyak dipesan untuk acara
kenduri bisa sampai 200 potong lebih bang” (Tutur Kak Endah).
Banyak hal yang menyebabkan berkurangnya penjualan kue lupis kak
Endah diantaranya. Sudah banyak sekali jajanan masa kini yang lebih diminati
oleh pembeli seperti kebab, burger, dimsum, bakso bakar dll. Makanan ini menjadi
salah satu penyebab kue lupis menjadi kurang diminati terlebih saat munculnya
tren frozen food yang merupakan istilah lain dari fast food dan junk food banyak
beredar dimasyarakat. Selain itu dengan adanya pandemi mengakibatkan banyak
kantor yang menerapkan work from home. Hal ini juga mempengaruhi penjualan
kue lupis kak Endah. “Biasanya orang kantor lurah ini tiap hari sarapan tempat
kakak bang, cuma sekarang udah jarang bang, mungkin karna korona ini lah ya
bang”.

Saya kembali bertanya tentang apakah ada inovasi yang dilakukan untuk
meningkatkan penjualannya dan kak Endah menjawab tidak ada karena berjualan
lupis ini hanyalah kegemaran dari Mak Puak (ibu dari kak Endah). “Tak ada bang,
sebenernya jualan ini cuma karna mamak akak hobi aja bang , lagipun mamak akak
udah tua jadi untuk kesibukan dirumah bang”(Kak Endah). Hal yang paling mungkin
dilakukan kak Endah adalah menaruh kue Lapis di steling depan atau di meja
pembeli agar mudah terlihat oleh orang.

Kak Endah berharap pandemi ini bisa cepat berlalu dan beliau juga berharap
agar pemerintah tetap memperhatikan usaha kecil seperti dirinya agar bisa
berkembang.
“Harapan akak, korona cepat berlalu bang, terus semoga pemerintah ini semakin
peduli dengan usaha kecil menengah kek usaha kakak ini, jadi usaha akak bisa b
erkembang
bang”(Kak Endah). Beliau juga pernah menceritakan bahwa beberapa waktu yang
lalu pernah ada bantuan UMKM dari pemerintah namun beliau tidak mendapatkannya.

Melihat apa yang dialami oleh kak Endah, saya akan mencari solusi
yang sekiranya bisa saya lakukan untuk membantu meningkatkan penjualan kue
lupis kak Endah ini. Salah satunya mungkin dengan cara memperbaiki kemasan,
menuliskan tabel informasi gizi, dan juga membantu mempromosikan kue lapis ini
melalui sosial media.

i
Anastasya, Karina. (2018). “Peningkatan Minat terhadap Makanan Tradisional melalui Modifikasi
Topping Kue LupisBakar Kekinian”. JurnalProgram Studi Ilmu Teknologi Pangan : Universitas
Udayana
Lampiran.
Proses pembuatannya lama
Sudah
tidak Keuntungannya
banyak kecil
yang
menjual
Makanan bingen yang
kue lupis
lain
lebih mudah untuk
dibuat

Muncul makanan junk


T ren food seperti Sosis Bakar,
makanan Bakso Bakar, Kebab dll
di
masyarakat
Minat beli
masyarakat
terhadap makanan
Penyeba bingen rendah
b jarang
di
temui
dimasyarakat
Adanya PSBB

Adanya
Pandemi T akut Corona
Covid 19

Langganan takut
Peyebab untuk
Kue Lapis Kue Lapis Menurunny keluar rumah
Kak a
Endah
Pendapatan

Upaya yang Menaruh di steling /


dilakukan meja
depan

Pandemi cepat berlalu

Harapan

Pemerintah seharusnya
membantu
pemberdayaan UMKM

Anda mungkin juga menyukai