Dosen Pengampu: Prof. Eko Ganis Sukoharsono, S.E., M.Com (Accy), M/Com-Hons,
CSRS, CSRA., Ph.D.
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
ABSTRACT
The business world is very influential in social life, especially for the country's economy.
However, in running a business, especially a large one such as a PT, must disclose several
reports related to its business, such as CSR using GRI standards. The standards are grouped into
three series: 200 (economic topics), 300 (environmental topics), and 400 (social topics). The
purpose of this paper is to discuss the 400 series of GRI Standards, covering topic-specific
standards by which to report information about an organization's material impacts on social
topics. This research uses literature study with qualitative methods, where the data obtained
comes from previous research and internet media. In this study the authors also provide
examples of the application of certain social topics at PT Industri Besi Baja Indonesia
(SPINDO) which produces various kinds of steel pipes or tubes. Overall social performance
indicators based on GRI, PT. The Steel Pipe Industry of Indonesia has a good performance level
on the trend of social indicators because it has increased until the 2015 period.
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 401: Kepegawaian (Employment)
2. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 402: Hubungan Tenaga
Kerja/Manajemen (Labor/Management Relations)
3. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 403: Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Occupational Health and Safety)
4. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 404: Pelatihan dan Pendidikan
(Training and Education)
5. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 405: Keanekaragaman dan
Kesempatan Setara (Diversity and Equal Opportunity)
1
2
PEMBAHASAN
3
4
2.3 GRI 403: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Health and Safety)
Pengungkapan 403-1 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
5
2) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja dengan konsekuensi tinggi (tidak termasuk
fatalitas);
3) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja yang dapat dicatat;
4) Jenis-jenis kecelakaan kerja utama
5) Jumlah jam kerja.
a. Untuk semua pekerja yang bukan merupakan karyawan tetapi yang pekerjaannya
dan/atau tempat kerjanya dikendalikan oleh organisasi;
1) Jumlah dan tingkat fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja
2) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja dengan konsekuensi tinggi (tidak termasuk
fatalitas
3) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja yang dapat dicatat
4) Jenis-jenis utama kecelakaan kerja
5) Jumlah jam kerja.
b. Bahaya terkait pekerjaan yang memberikan risiko kecelakaan kerja dengan
konsekuensi tinggi, termasuk:
1) bagaimana cara suatu bahaya ditetapkan
2) menentukan bahaya mana yang menyebabkan atau mengakibatkan kecelakaan
kerja dengan konsekuensi tinggi selama periode pelaporan
3) tindakan yang diambil atau sedang berlangsung untuk menghilangkan bahaya
itu dan untuk meminimalkan risiko menggunakan hierarki pengendalian.
c. Tindakan apa pun yang diambil atau sedang berlangsung untuk menghilangkan
bahaya-bahaya lain yang terkait pekerjaan dan untuk meminimalkan risiko
menggunakan hierarki pengendalian.
d. Jika perhitungan berdasarkan 200.000 atau 1.000.000 jam kerja, maka
menggunakan formula:
Tingkat fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja:
Jumlah fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja
×[200.000 atau 1.000 .000]
Jumlah jam kerja
Tingkat kecelakaan kerja dengan konsekuensi tinggi (tidak termasuk fatalitas):
Jumlah kecelak aan kerja dengan konsekuensi
tinggi( tidak termasuk fatalitas)
×[200.000 atau1.000 .000]
Jumlah jam kerja
Tingkat kecelakaan kerja yang dapat dicatat:
9
Panduan
Pengungkapan ini memberikan wawasan terhadap skala investasi sebuah organisasi
dalam pelatihan, dan tingkat sejauh mana dilakukannya investasi ke seluruh karyawan.
Pengungkapan 404-2, Program untuk Meningkatkan Keterampilan Karyawan &
Program Bantuan Peralihan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jenis dan ruang lingkup program yang diterapkan dan bantuan yang diberikan untuk
meningkatkan keterampilan karyawan.
b. Program bantuan peralihan yang disediakan untuk memfasilitasi kemampuan kerja
yang berkesinambungan dan manajemen akhir karier karena pensiun atau
pemutusan hubungan kerja
Panduan
Program pelatihan karyawan yang bertujuan meningkatkan keterampilan dapat
mencakup kursus pelatihan internal; bantuan dana untuk pelatihan atau pendidikan
eksternal; pemberian periode cuti panjang dengan jaminan dapat kembali pada
pekerjaan.
2.5 GRI 405: Keanekaragaman dan Kesempatan Setara (Diversity and Equal
Opportunity)
Pengungkapan 405-1, Keanekaragaman Badan Tata Kelola & Karyawan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Persentase individu dalam badan tata kelola organisasi di setiap kategori
keanekaragaman jenis kelamin; kelompok usia: di bawah 30 tahun, 30 – 50 tahun,
di atas 50 tahun; indikator keberagaman lainnya yang relevan (seperti kelompok
minoritas / rentan).
b. Persentase karyawan per kategori karyawan dalam setiap kategori keanekaragaman
berikut: Sama dengan poin a
Panduan
11
Badan tata kelola yang ada dalam organisasi dapat berupa dewan direksi, komite
manajemen, atau badan serupa untuk organisasi non-korporasi. Suatu organisasi dapat
mengidentifikasi indikator keberagaman lain yang digunakan dalam pemantauan dan
pencatatannya sendiri yang relevan dengan pelaporan.
2.9 GRI 409: Kerja Paksa atau Wajib Kerja (Forced or Compulsory Labor)
13
Pengungkapan 409-1, Operasi & Pemasok yang Berisiko Signifikan Terhadap Insiden
Kerja Paksa atau Wajib Kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Operasi dan pemasok yang memiliki risiko signifikan terhadap insiden kerja paksa
atau wajib kerja dalam hal jenis operasi (seperti pabrik manufaktur) dan pemasok
negara-negara atau wilayah geografis dengan operasi dan pemasok yang dianggap
berisiko.
b. Tindakan yang dilakukan oleh organisasi dalam periode pelaporan yang ditujukan
untuk berkontribusi pada penghapusan segala bentuk kerja paksa atau wajib kerja.
Panduan
Proses mengidentifikasi operasi dan pemasok, sebagaimana dijelaskan dalam
Pengungkapan 409-1, dapat mencerminkan pendekatan organisasi pelapor terhadap
penilaian risiko atas masalah ini. Proses ini juga dapat menggunakan sumber data
internasional yang diakui, seperti Informasi dan laporan ILO tentang penerapan
Konvensi dan Rekomendasi.
2.12 GRI 412: Penilaian Hak Asasi Manusia (Human Rights Assessment)
Pengungkapan 412-1, Operasi-Operasi yang Telah Melewati Tinjauan Hak Asasi
Manusia atau Penilaian Dampak.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi jumlah total dan persentase operasi
yang telah melewati tinjauan hak asasi manusia atau penilaian dampak hak asasi
manusia, berdasarkan negara.
Pengungkapan 413-2, Operasi yang Secara Aktual & yang Berpotensi Memiliki
Dampak Negatif Signifikan Terhadap Masyarakat Lokal.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berisilakan operasi yang secara
aktual dan yang berpotensi memiliki dampak negatif signifikan terhadap
masyarakat lokal, termasuk lokasi operasi dan potensi dampak negatif dan aktual
yang signifikan dari operasi.
Panduan
Sumber informasi internal tentang potensi dampak negatif dan dampak negatif
aktual operasi terhadap masyarakat.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dunia bisnis sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial, terutama bagi perekonomian
negara. Namun dalam menjalankan bisnis, apalagi yang besar seperti PT, harus
mengungkapkan beberapa laporan terkait bisnisnya seperti CSR yang menggunakan standar
GRI. Standar tersebut dikelompokkan menjadi tiga seri: 200 (topik ekonomi), 300 (topik
lingkungan), dan 400 (topik sosial). Dari ketiga topik tersebut, penulis telah membahas 400
seri Standar GRI, yang mencakup standar topik tertentu yang digunakan untuk melaporkan
informasi tentang dampak material suatu organisasi pada topik sosial.
Implementasi topik spesifik sosial dilihat dari perbandingan keseluruhan indikator
kinerja sosial berdasarkan Global Reporting Initiative, PT. Steel Pipe Industry of Indonesia
memiliki tingkat kinerja yang baik pada tren indikator sosial baik dari tenaga kerja,
masyarakat, maupun tanggung jawab produk semua indikator tersebut mengalami kenaikan
hingga periode 2015. Hal ini menunjukan perusahaan sangat mementingkan kepentingan
stakeholder terutama pada masyarakat sekitar pabrik serta sejalan dengan teori legitimasi
bahwasannya, perusahaan sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat. Kondisi ini
memberikan kontribusi terhadap kinerja keseluruhan perusahaan secara umum.
3.2 Saran
Diharapkan perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan standar GRI dalam menyusun
laporan keberlanjutan sebagai sarana laporan pertanggungjawaban sosial (CSR), untuk
perusahaan yang sudah menerapkan hal demikian, diharapkan juga memahami tentang
standar dan seri GRI supaya dapat menyusun laporan dengan baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan.
22
DAFTAR PUSTAKA
23