Anda di halaman 1dari 25

SOCIAL SPECIFIC DISCLOSURES

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial

Dosen Pengampu: Prof. Eko Ganis Sukoharsono, S.E., M.Com (Accy), M/Com-Hons,
CSRS, CSRA., Ph.D.

Disusun Oleh :

Intan Nurmaya (632002020081)


Isnani Maryamah (632002020072)
Tania Adeline Sari T. (632002020047)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
ABSTRACT

The business world is very influential in social life, especially for the country's economy.
However, in running a business, especially a large one such as a PT, must disclose several
reports related to its business, such as CSR using GRI standards. The standards are grouped into
three series: 200 (economic topics), 300 (environmental topics), and 400 (social topics). The
purpose of this paper is to discuss the 400 series of GRI Standards, covering topic-specific
standards by which to report information about an organization's material impacts on social
topics. This research uses literature study with qualitative methods, where the data obtained
comes from previous research and internet media. In this study the authors also provide
examples of the application of certain social topics at PT Industri Besi Baja Indonesia
(SPINDO) which produces various kinds of steel pipes or tubes. Overall social performance
indicators based on GRI, PT. The Steel Pipe Industry of Indonesia has a good performance level
on the trend of social indicators because it has increased until the 2015 period.

Key Words: Social Specific Disclosures, GRI Standards.

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia bisnis sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial, terutama bagi
perekonomian negara. Namun dalam menjalankan bisnis, apalagi yang besar seperti PT,
harus mengungkapkan beberapa laporan terkait bisnisnya seperti CSR yang
menggunakan standar GRI. Standar tersebut dikelompokkan menjadi tiga seri: 200
(topik ekonomi), 300 (topik lingkungan), dan 400 (topik sosial). Dari ketiga topik
tersebut, penulis telah membahas 400 seri Standar GRI, yang mencakup standar topik
tertentu yang digunakan untuk melaporkan informasi tentang dampak material suatu
organisasi pada topik sosial.
Dalam penelitian standar ini merupakan bagian dari Standar Pelaporan
Keberlanjutan GRI (Standar GRI). Standar ini dirancang untuk digunakan oleh
organisasi-organisasi untuk melaporkan tentang dampak mereka terhadap
perekonomian, lingkungan, dan masyarakat. Seri 400 Standar GRI mencakup Standar
topik spesifik yang digunakan untuk melaporkan informasi tentang dampak material
organisasi terkait topik sosial.
Penulis juga memberikan contoh penerapan topik sosial tertentu pada PT
Industri Besi Baja Indonesia (SPINDO) yang memproduksi berbagai macam pipa atau
tabung baja.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 401: Kepegawaian (Employment)
2. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 402: Hubungan Tenaga
Kerja/Manajemen (Labor/Management Relations)
3. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 403: Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Occupational Health and Safety)
4. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 404: Pelatihan dan Pendidikan
(Training and Education)
5. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 405: Keanekaragaman dan
Kesempatan Setara (Diversity and Equal Opportunity)

1
2

6. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 406: Non-diskriminasi (Non-


discrimination)
7. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 407: Kebebasan Berserikat dan
Perundingan Kolektif (Freedom of Association and Collective Bargaining)
8. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 408: Pekerja Anak (Child Labor)
9. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 409: Kerja Paksa atau Wajib Kerja
(Forced or Compulsory Labor)
10. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 410: Praktik Keamanan (Security
Practices)
11. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 411: Hak-Hak Masyarakat Adat
(Rights of Indigenous Peoples)
12. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 412: Penilaian Hak Asasi Manusia
(Human Rights Assessment)
13. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 413: Masyarakat Lokal (Local
Communities)
14. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok
(Supplier Social Assessment)
15. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 415: Kebijakan Publik (Public
Policy)
16. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 416: Kesehatan dan Keselamatan
Pelanggan (Customer Health Safety)
17. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 417: Pemasaran dan Pelabelan
(Marketing and Labeling)
18. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 418: Privasi Pelanggan (Customer
Privacy)
19. Mengetahui pengungkapan topik spesifik GRI 419: Kepatuhan Sosial Ekonomi
(Socioeconomic Compliance)
20. Mengetahui pengungkapan topik spesifik sosial pada PT Steel Industry of Indonesia
(SPINDO).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GRI 401: Kepegawaian (Employment)


Pengungkapan 401-1, Perekrutan Karyawan Baru & Pergantian Karyawan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi jumlah total dan tingkat perekrutan
karyawan baru dan pergantian karyawan selama periode pelaporan, berdasarkan
kelompok usia, jenis kelamin, dan wilayah. Ketika menyusun informasi, organisasi
pelapor harus menggunakan jumlah total karyawan pada akhir periode pelaporan untuk
menghitung tingkat perekrutan karyawan baru dan pergantian karyawan dan sebaiknya
menggunakan data dari Pengungkapan 102-7 dalam GRI 102: Pengungkapan Umum
untuk mengidentifikasi jumlah total karyawan.
Panduan
Organisasi dapat menggunakan kelompok usia: dibawah 30 tahun, 30-50 tahun dan
diatas 50 tahun.

Pengungkapan 401-2, Tunjangan yang Diberikan Kepada Karyawan Purnawaktu


Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
- Tunjangan yang bersifat standar untuk karyawan purnawaktu organisasi tetapi tidak
diberikan kepada karyawan sementara atau paruh waktu, berdasarkan lokasi operasi
yang signifikan. Ini termasuk, secara minimum asuransi jiwa; perawatan kesehatan;
tanggungan disabilitas dan difabel; cuti melahirkan; persiapan masa pensiun;
kepemilikan saham; dan lainnya.
Panduan
Ketika menyusun informasi, organisasi pelapor tidak boleh mencantumkan
tunjangan non-tunai seperti penyediaan fasilitas olahraga atau penitipan anak, makanan
gratis selama jam kerja, dan program-program kesejahteraan karyawan umum
sejenisnya. Kualitas tunjangan untuk karyawan purnawaktu adalah faktor kunci untuk
mempertahankan karyawan.

Pengungkapan 401-3, Cuti Melahirkan


Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Total jumlah karyawan yang berhak mendapat cuti melahirkan, berdasarkan jenis
kelamin.

3
4

b. Total jumlah karyawan yang mengambil cuti melahirkan, berdasarkan jenis


kelamin.
c. Total jumlah karyawan yang kembali bekerja pada periode pelaporan setelah cuti
melahirkan berakhir, berdasarkan jenis kelamin.
d. Total jumlah karyawan yang kembali bekerja setelah cuti melahirkan berakhir, yang
masih dipekerjakan 12 bulan setelah kembali bekerja, berdasarkan jenis kelamin.
e. Tingkat karyawan yang mengambil cuti melahirkan yang kembali bekerja dan dapat
dipertahankan, berdasarkan jenis kelamin.
Panduan
Karyawan yang berhak mendapatkan cuti melahirkan adalah karyawan yang
tercakup dalam kebijakan, perjanjian atau kontrak organisasi yang mengandung hak-hak
untuk cuti melahirkan. Untuk menentukan siapa yang kembali kerja setelah cuti
melahirkan selesai dan masih tetap dipekerjakan hingga 12 bulan selanjutnya, organisasi
dapat memeriksa catatan dari periode pelaporan yang sebelumnya.
2.2 GRI 402: Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen (Labor/Management Relations)
Pengungkapan 402-1, Periode Pemberitahuan Minimum Terkait Perubahan Operasional
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah minggu pemberitahuan minimum yang biasanya diberikan kepada para
karyawan dan perwakilan mereka sebelum pengimplementasian perubahan
operasional yang signifikan.
b. Untuk organisasi dengan perjanjian perundingan kolektif, laporkan apakah periode
pemberitahuan dan ketentuan konsultasi serta negosiasi dijelaskan secara spesifik
dalam perjanjian kolektif.
Panduan
Periode pemberitahuan minimal dapat ditemukan dalam kebijakan perusahaan dan
kontrak kerja kepegawaian standar. Pernyataan kebijakan berbeda dapat terjadi pada
tingkat regional. Suatu organisasi dapat mengidentifikasi perjanjian perundingan
kolektif yang dirujuk dalam Pengungkapan 102-41 dari GRI 102: Pengungkapan
Umum, dan mengulas klausul periode pemberitahuan dalam dokumendokumen
tersebut.

2.3 GRI 403: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupational Health and Safety)
Pengungkapan 403-1 Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
5

a. Pernyataan mengenai sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja telah


diimplementasikan, termasuk jika:
1) sistem itu diimplementasikan karena adanya persyaratan hukum dan, jika
demikian, perlu dijelaskan daftar persyaratannya
2) sistem diimplementasikan berdasarkan manajemen risiko yang sudah diakui
dan/atau standar/ panduan sistem manajemen, dan jika demikian, perlu
dijelaskan daftar standar/panduan.
b. Deskripsi mengenai ruang lingkup pekerja, aktivitas, dan tempat kerja yang
tercakup dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dan penjelasan
mengenai pekerja, aktivitas, atau tempat kerja yang tidak tercakup, jika ada.
Pengungkapan 403-2 Pengidentifikasian bahaya, penilaian risiko, dan investigasi
insiden
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Deskripsi proses yang digunakan untuk mengidentifkasi bahaya terkait pekerjaan
dan menilai risiko secara rutin dan non-rutin, dan untuk menerapkan hierarki
pengendalian agar dapat menghilangkan bahaya dan meminimalkan risiko,
termasuk:
1) cara organisasi memastikan kualitas proses tersebut, termasuk kompetensi
orang-orang yang melaksanakannya
2) penjelasan hasil proses tersebut digunakan untuk mengevaluasi dan
meningkatkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara terus-
menerus.
b. Deskripsi proses bagi pekerja untuk melaporkan bahaya terkait pekerjaan dan
situasi berbahaya, dan penjelasan mengenai cara pekerja dilindungi dari pembalasan
akibat melaporkan bahaya.
c. Deskripsi tentang kebijakan dan proses bagi pekerja untuk meninggalkan situasi
kerja yang mereka yakini dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja, dan penjelasan cara pekerja dilindungi dari tindak pembalasan akibat
menghindari pekerjaan.
d. Deskripsi proses yang digunakan untuk menginvestigasi insiden terkait pekerjaan,
termasuk proses untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko yang berkaitan
dengan insiden, untuk menentukan tindakantindakan korektif dengan menggunakan
hierarki pengendalian, dan untuk menentukan perbaikan yang diperlukan dalam
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
6

Pengungkapan 403-3 Layanan kesehatan kerja


Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Deskripsi mengenai fungsi layanan kesehatan kerja yang berkontribusi pada proses
mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya serta meminimalkan risiko, dan juga
penjelasan tentang cara organisasi memastikan kualitas layanan tersebut dan
memfasilitasi pekerja untuk mengaksesnya.
Pengungkapan 403-4 Partisipasi, konsultasi, dan komunikasi pekerja tentang
keselamatan dan kesehatan kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Deskripsi mengenai proses partisipasi dan konsultasi dengan pekerja dalam
pengembangan, pengimplementasian, dan evaluasi sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja, dan untuk menyediakan akses ke dan mengomunikasikan
informasi yang relevan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja kepada pekerja.
b. Jika ada komite formal gabungan manajemen dan pekerja untuk keselamatan dan
kesehatan, deskripsi mengenai tanggung jawab mereka, frekuensi pertemuan,
otoritas pengambilan keputusan, dan jika terjadi jelaskan alasan adanya pekerja
yang tidak diwakili oleh komite-komite tersebut.

Pengungkapan 403-5 Pelatihan pekerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja


Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Deskripsi tentang pelatihan keselamatan dan kesehatan yang diberikan kepada
pekerja, termasuk pelatihan umum dan pelatihan mengenai bahaya terkait pekerjaan
tertentu, aktivitas berbahaya, atau situasi yang berbahaya.
Panduan
Ketika mendeskripsikan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan,
organisasi pelapor dapat menyertakan informasi tentang:
- bagaimana kebutuhan pelatihan dinilai;
- bagaimana pelatihan dirancang dan disampaikan, termasuk isi atau topik yang
dibahas, kompetensi pelatih, pekerja mana yang menerima pelatihan, frekuensi
pelatihan, dan apakah pelatihan diberikan dalam bahasa yang mudah dimengerti
oleh pekerja;
- apakah pelatihan disediakan secara gratis dan dilakukan selama jam kerja yang
dibayar – jika tidak, apakah sifatnya wajib bagi pekerja untuk menghadiri, dan
apakah mereka mendapat kompensasi untuk itu;
7

- cara mengevaluasi efektivitas pelatihan.


Pengungkapan 403-6 Peningkatan kualitas kesehatan pekerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Penjelasan tentang cara organisasi memfasilitasi akses pekerja terhadap layanan
obat dan perawatan kesehatan yang tidak terkait pekerjaan, dan ruang lingkup akses
yang disediakan.
b. Deskripsi semua layanan dan program sukarela untuk meningkatkan kualitas
kesehatan yang ditawarkan kepada pekerja untuk mengatasi risiko kesehatan utama
yang tidak terkait pekerjaan, termasuk mengatasi risiko kesehatan spesifik dan cara
organisasi memfasilitasi akses pekerja ke layanan dan program tersebut.
Pengungkapan 403-7 Pencegahan dan mitigasi dampak-dampak keselamatan dan
kesehatan kerja yang secara langsung terkait hubungan bisnis
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Deskripsi pendekatan organisasi untuk mencegah atau memitigasi dampak
keselamatan dan kesehatan kerja negatif yang signifikan yang secara langsung
berkaitan dengan operasi, produk atau layanan oleh karena hubungan bisnisnya, dan
bahaya serta risiko terkait.
Pengungkapan 403-8 Pekerja yang tercakup dalam sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jika organisasi telah mengimplementasikan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan berdasarkan pesyaratan hukum dan/atau standar/panduan yang diakui:
 jumlah dan persentase semua karyawan dan pekerja yang bukan karyawan
tetapi pekerjaannya dan/atau tempat kerjanya dikendalikan oleh organisasi,
yang tercakup dalam sistem sejenis, sistem sejenis yang sudah diaudit secara
internal dan sistem sejenis yang sudah diaudit atau disertifikasi oleh pihak
eksternal.
b. Jika ada, berikan penjelasan tentang alasan mengenai pekerja yang tidak disertakan
dalam pengungkapan ini, termasuk jenis pekerja yang dikecualikan.
c. Semua informasi kontekstual yang diperlukan untuk memahami proses
pengumpulan, seperti misalnya standar, metodologi, dan asumsi yang digunakan.
Pengungkapan 403-9 Kecelakaan kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi ntuk semua karyawan:
1) Jumlah dan tingkat fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja;
8

2) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja dengan konsekuensi tinggi (tidak termasuk
fatalitas);
3) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja yang dapat dicatat;
4) Jenis-jenis kecelakaan kerja utama
5) Jumlah jam kerja.
a. Untuk semua pekerja yang bukan merupakan karyawan tetapi yang pekerjaannya
dan/atau tempat kerjanya dikendalikan oleh organisasi;
1) Jumlah dan tingkat fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja
2) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja dengan konsekuensi tinggi (tidak termasuk
fatalitas
3) Jumlah dan tingkat kecelakaan kerja yang dapat dicatat
4) Jenis-jenis utama kecelakaan kerja
5) Jumlah jam kerja.
b. Bahaya terkait pekerjaan yang memberikan risiko kecelakaan kerja dengan
konsekuensi tinggi, termasuk:
1) bagaimana cara suatu bahaya ditetapkan
2) menentukan bahaya mana yang menyebabkan atau mengakibatkan kecelakaan
kerja dengan konsekuensi tinggi selama periode pelaporan
3) tindakan yang diambil atau sedang berlangsung untuk menghilangkan bahaya
itu dan untuk meminimalkan risiko menggunakan hierarki pengendalian.
c. Tindakan apa pun yang diambil atau sedang berlangsung untuk menghilangkan
bahaya-bahaya lain yang terkait pekerjaan dan untuk meminimalkan risiko
menggunakan hierarki pengendalian.
d. Jika perhitungan berdasarkan 200.000 atau 1.000.000 jam kerja, maka
menggunakan formula:
Tingkat fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja:
Jumlah fatalitas sebagai akibat kecelakaan kerja
×[200.000 atau 1.000 .000]
Jumlah jam kerja
Tingkat kecelakaan kerja dengan konsekuensi tinggi (tidak termasuk fatalitas):
Jumlah kecelak aan kerja dengan konsekuensi
tinggi( tidak termasuk fatalitas)
×[200.000 atau1.000 .000]
Jumlah jam kerja
Tingkat kecelakaan kerja yang dapat dicatat:
9

Jumlah kecelakaan ke rja yang dapat dicatat


×[200.000 atau1.000 .000]
Jumlah jam kerja
e. Jika ada, menjelaskan alasan ada pekerja yang tidak disertakan dalam
pengungkapan ini, termasuk jenis pekerja yang tidak disertakan tersebut.
f. Semua informasi kontekstual yang diperlukan untuk memahami proses

Pengungkapan 403-10 Penyakit Akibat Kerja


Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Untuk semua karyawan:
1) Jumlah fatalitas sebagai akibat penyakit akibat kerja;
2) Jumlah kasus penyakit akibat kerja yang dapat dicatat;
3) Jenis-jenis utama penyakit akibat kerja;
b. Untuk semua pekerja yang bukan merupakan karyawan tetapi yang pekerjaannya
dan/atau tempat kerjanya dikendalikan oleh organisasi:
1) Jumlah fatalitas yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja
2) Jumlah kasus penyakit akibat kerja yang dapat dicatat;
3) Jenis-jenis penyakit akibat kerja utama;
c. Bahaya terkait pekerjaan yang menimbulkan risiko gangguan kesehatan, termasuk:
1) bagaimana bahaya tersebut ditetapkan
2) jenis bahaya yang menyebabkan atau berkontribusi menjadi penyebab adanya
penyakit selama periode pelaporan
3) tindakan yang diambil atau sedang berlangsung untuk menghilangkan bahaya
tersebut dan untuk meminimalkan risiko dengan menggunakan hierarki
pengendalian.
d. Jika ada pekerja yang tidak disertakan dalam pengungkapan ini, termasuk jenis
pekerja yang tidak disertakan tersebut.
e. Semua informasi kontekstual yang diperlukan untuk memahami bagaimana data
telah dikumpulkan, seperti misalnya standar, metodologi, dan asumsi yang
digunakan.
2.4 GRI 404: Pelatihan dan Pendidikan (Training and Education)
Pengungkapan 404-1, Rata-Rata Jam Pelatihan Pertahun Perkaryawan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
- Rata-rata jam pelatihan yang telah dilakukan karyawan organisasi tersebut selama
periode pelaporan, berdasarkan jenis kelamin dan kategori karyawan.
10

Panduan
Pengungkapan ini memberikan wawasan terhadap skala investasi sebuah organisasi
dalam pelatihan, dan tingkat sejauh mana dilakukannya investasi ke seluruh karyawan.
Pengungkapan 404-2, Program untuk Meningkatkan Keterampilan Karyawan &
Program Bantuan Peralihan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jenis dan ruang lingkup program yang diterapkan dan bantuan yang diberikan untuk
meningkatkan keterampilan karyawan.
b. Program bantuan peralihan yang disediakan untuk memfasilitasi kemampuan kerja
yang berkesinambungan dan manajemen akhir karier karena pensiun atau
pemutusan hubungan kerja
Panduan
Program pelatihan karyawan yang bertujuan meningkatkan keterampilan dapat
mencakup kursus pelatihan internal; bantuan dana untuk pelatihan atau pendidikan
eksternal; pemberian periode cuti panjang dengan jaminan dapat kembali pada
pekerjaan.

Pengungkapan 404-3, Persentase Karyawan yang Menerima Tinjauan Rutin Terhadap


Kinerja & Pengembangan Karier
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi Prsentase total karyawan
berdasarkan jenis kelamin dan berdasarkan kategori karyawan yang menerima tinjauan
rutin terhadap kinerja dan pengembangan karier selama periode pelaporan.

2.5 GRI 405: Keanekaragaman dan Kesempatan Setara (Diversity and Equal
Opportunity)
Pengungkapan 405-1, Keanekaragaman Badan Tata Kelola & Karyawan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Persentase individu dalam badan tata kelola organisasi di setiap kategori
keanekaragaman jenis kelamin; kelompok usia: di bawah 30 tahun, 30 – 50 tahun,
di atas 50 tahun; indikator keberagaman lainnya yang relevan (seperti kelompok
minoritas / rentan).
b. Persentase karyawan per kategori karyawan dalam setiap kategori keanekaragaman
berikut: Sama dengan poin a
Panduan
11

Badan tata kelola yang ada dalam organisasi dapat berupa dewan direksi, komite
manajemen, atau badan serupa untuk organisasi non-korporasi. Suatu organisasi dapat
mengidentifikasi indikator keberagaman lain yang digunakan dalam pemantauan dan
pencatatannya sendiri yang relevan dengan pelaporan.

Pengungkapan 405-2, Rasio Gaji Pokok & Remunerasi Perempuan Dibandingkan


Laki-Laki
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Rasio gaji pokok dan remunerasi perempuan di bandingkan laki-laki untuk
setiap kategori karyawan, berdasarkan lokasi operasi yang signifikan.
b. Definisi yang digunakan untuk lokasi operasi yang signifikan.
Panduan
Organisasi pelapor dapat menggunakan informasi yang digunakan untuk
Pengungkapan 405-1 untuk mengidentifikasikan jumlah total karyawan dalam
setiap kategori karyawan berdasarkan jenis kelamin.

2.6 GRI 406: Non-diskriminasi (Non-discrimination)


Pengungkapan 406-1, Insiden Diskriminasi & Tindakan Perbaikan yang Dilakukan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
- Jumlah total insiden diskriminasi selama periode pelaporan. Status insiden dan
tindakan yang dilakukan berdasarkan rujukan insiden yang ditinjau oleh organisasi;
rencana remediasi yang sedang dilaksanakan; rencana remediasi yang telah
diterapkan, dengan hasil yang ditinjau melalui proses kajian manajemen internal
rutin; insiden yang tidak lagi menjadi subjek tindakan.
Panduan
Dalam konteks pengungkapan ini, sebuah ‘insiden’ mengacu pada tindakan hukum
atau pengaduan yang didaftarkan pada organisasi pelapor atau badan yang berwenang
melalui proses formal, atau contoh dari ketidakpatuhan yang diidentifikasi oleh
organisasi melalui prosedur yang ditetapkan.

2.7 GRI 407: Kebebasan Berserikat dan Perundingan Kolektif (Freedom of


Association and Collective Bargaining)
Pengungkapan 407-1, Operasi & Pemasok dimana Hak Atas Kebebasan Berserikat &
Perundingan Kolektif mungkin Berisiko
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
12

a. Operasi dan pemasok di mana hak-hak pekerja untuk menjalankan kebebasan


berserikat atau perundingan kolektif mungkin dilanggar atau sedang mengalami
risiko signifikan dalam hal:

• jenis operasi (seperti pabrik manufaktur) dan pemasok;


• negara-negara atau wilayah geografis dengan operasi dan pemasok yang
dianggap berisiko.
b. Tindakan yang dilakukan oleh organisasi dalam periode pelaporan yang
bertujuan mendukung hak untuk menjalankan kebebasan berserikat dan
perundingan kolektif.
Panduan
Proses untuk mengidentifikasi operasi dan pemasok, sebagaimana dijelaskan
dalam Pengungkapan 407-1, dapat mencerminkan pendekatan organisasi pelapor
terhadap penilaian risiko atas masalah ini. Proses ini juga dapat menggunakan
sumber data internasional yang diakui, seperti berbagai macam hasil dari badan
Supervisor ILO dan rekomendasi dari Komite Kebebasan Berserikat ILO.

2.8 GRI 408: Pekerja Anak (Child Labor)


Pengungkapan 408-1, Operasi & Pemasok yang Berisiko Signifikan Terhadap Insiden
Pekerja Anak
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Operasi dan pemasok yang dianggap memiliki risiko signifikan terhadap insiden
pekerja anak; pekerja muda yang terpapar pekerjaan berbahaya.
b. Operasi dan pemasok yang memiliki risiko signifikan terhadap insiden pekerja anak
dalam hal jenis operasi (seperti pabrik manufaktur) dan pemasok; negara-negara
atau wilayah geografis dengan operasi dan pemasok yang dianggap berisiko.
c. Tindakan yang dilakukan oleh organisasi dalam periode pelaporan yang ditujukan
untuk berkontribusi pada penghapusan pekerja anak secara efektif.
Panduan
Proses untuk mengidentifikasi operasi dan pemasok, sebagaimana dijelaskan dalam
Pengungkapan 408-1, dapat mencerminkan pendekatan organisasi pelapor terhadap
penilaian risiko atas masalah ini. Proses ini juga dapat menggunakan sumber data
internasional yang diakui, seperti Informasi dan laporan ILO tentang penerapan
Konvensi dan Rekomendasi.

2.9 GRI 409: Kerja Paksa atau Wajib Kerja (Forced or Compulsory Labor)
13

Pengungkapan 409-1, Operasi & Pemasok yang Berisiko Signifikan Terhadap Insiden
Kerja Paksa atau Wajib Kerja
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Operasi dan pemasok yang memiliki risiko signifikan terhadap insiden kerja paksa
atau wajib kerja dalam hal jenis operasi (seperti pabrik manufaktur) dan pemasok
negara-negara atau wilayah geografis dengan operasi dan pemasok yang dianggap
berisiko.
b. Tindakan yang dilakukan oleh organisasi dalam periode pelaporan yang ditujukan
untuk berkontribusi pada penghapusan segala bentuk kerja paksa atau wajib kerja.

Panduan
Proses mengidentifikasi operasi dan pemasok, sebagaimana dijelaskan dalam
Pengungkapan 409-1, dapat mencerminkan pendekatan organisasi pelapor terhadap
penilaian risiko atas masalah ini. Proses ini juga dapat menggunakan sumber data
internasional yang diakui, seperti Informasi dan laporan ILO tentang penerapan
Konvensi dan Rekomendasi.

2.10 GRI 410: Praktik Keamanan (Security Practices)


Pengungkapan 410-1, Petugas Keamanan yang Dilatih Mengenai Kebijakan atau
Prosedur Hak Asasi Manusia
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Persentase petugas keamanan yang telah menerima pelatihan resmi dalam kebijakan
organisasi tentang hak asasi manusia atau prosedur spesifik dan penerapannya pada
keamanan.
b. Apakah persyaratan pelatihan juga berlaku bagi organisasi pihak ketiga yang
menyediakan petugas keamanan.
Panduan
Pelatihan dapat mengacu pada pelatihan yang khusus tentang hak asasi
manusia atau modul hak asasi manusia di dalam program pelatihan umum.
Pelatihan dapat meliputi masalah seperti penggunaan kekuatan, perlakuan tidak
manusiawi atau merendahkan atau diskriminasi, atau identifikasi dan pendaftaran.

2.11 GRI 411: Hak-Hak Masyarakat Adat (Rights of Indigenous Peoples)


Pengungkapan 411-1, Insiden Pelanggaran yang Melibatkan Hak-Hak Masyarakat Adat
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total insiden pelanggaran yang teridentifikasi yang melibatkan hak-hak
14

masyarakat adat selama periode pelaporan.


b. Status insiden dan tindakan yang dilakukan berdasarkan rujukan iInsiden yang
ditinjau oleh organisasi, rencana remediasi yang sedang dilaksanakan, rencana
remediasi yang telah diterapkan, dengan hasil yang ditinjau melalui proses kajian
manajemen internal rutin, insiden yang tidak lagi menjadi subjek tindakan.
Panduan
Dalam konteks pengungkapan ini, sebuah 'insiden' mengacu pada tindakan hukum
atau pengaduan yang didaftarkan pada organisasi pelapor atau badan yang berwenang
melalui proses formal, atau contoh dari ketidakpatuhan yang diidentifikasi oleh
organisasi melalui prosedur yang ditetapkan.

2.12 GRI 412: Penilaian Hak Asasi Manusia (Human Rights Assessment)
Pengungkapan 412-1, Operasi-Operasi yang Telah Melewati Tinjauan Hak Asasi
Manusia atau Penilaian Dampak.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi jumlah total dan persentase operasi
yang telah melewati tinjauan hak asasi manusia atau penilaian dampak hak asasi
manusia, berdasarkan negara.

Pengungkapan 412-2, Pelatihan Karyawan Mengenai Kebijakan atau Prosedur Hak


Asasi Manusia.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total jam dalam periode pelaporan yang dikhususkan untuk pelatihan
mengenai kebijakan hak asasi manusia
b. Persentase karyawan yang dilatih selama periode pelaporan mengenai kebijakan
hak asasi manusia
Panduan
Pengungkapan ini meliputi pelatihan karyawan tentang kebijakan hak asasi
manusia atau prosedur yang terkait dengan aspek hak asasi manusia yang relevan
untuk operasi, termasuk daya terap kebijakan atau prosedur hak asasi manusia pada
kerja karyawan.
Pengungkapan 412-3, Perjanjian & Kontrak Investasi Signifikan yang Memasukkan
Klausul- Klausul Hak Asasi Manusia atau yang Telah Melalui Penyaringan Hak Asasi
Manusia.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total dan persentase perjanjian serta kontrak investasi signifikan yang
15

memasukkan klausul-klausul hak asasi manusia atau yang telah melalui


penyaringan hak asasi manusia.
b. Definisi yang digunakan untuk ‘perjanjian investasi signifikan.
Panduan
Penyaringan hak asasi manusia mengacu pada proses formal atau terdokumentasi
yang menerapkan serangkaian kriteria kinerja hak asasi manusia sebagai salah satu
faktor dalam menentukan apakah akan menjalin hubungan bisnis. Perjanjian dan
kontrak signifikan dapat ditentukan berdasarkan tingkat persetujuan yang diperlukan
dalam sebuah organisasi untuk investasi.

2.13 GRI 413: Masyarakat Lokal (Local Communities)


Pengungkapan 413-1, Operasi dengan Keterlibatan Masyarakat Lokal, Penilaian
Dampak & Program Pengembangan.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Persentase operasi dengan keterlibatan masyarakat lokal yang sudah
diimplementasikan, penilaian dampak, dan/atau program pengembangan

Pengungkapan 413-2, Operasi yang Secara Aktual & yang Berpotensi Memiliki
Dampak Negatif Signifikan Terhadap Masyarakat Lokal.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berisilakan operasi yang secara
aktual dan yang berpotensi memiliki dampak negatif signifikan terhadap
masyarakat lokal, termasuk lokasi operasi dan potensi dampak negatif dan aktual
yang signifikan dari operasi.
Panduan
Sumber informasi internal tentang potensi dampak negatif dan dampak negatif
aktual operasi terhadap masyarakat.

2.14 GRI 414: Penilaian Sosial Pemasok (Supplier Social Assessment)


Pengungkapan 414-1, Seleksi Pemasok Baru dengan Menggunakan Kriteria Sosial.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut persentase pemasok baru yang
diseleksi dengan menggunakan kriteria sosial.
Panduan
Kriteria sosial dapat mencakup topik dalam seri 400 (topik Sosial).
Pengungkapan 414-2, Dampak Sosial Negatif dalam Rantai Pasokan & Tindakan yang
telah Diambil.
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
16

a. Jumlah pemasok yang dinilai untuk dampak sosial.


b. Jumlah pemasok yang diidentifikasi memiliki dampak sosial negatif aktual dan
potensial yang signifikan.
c. Dampak sosial negatif aktual dan potensial signifikan yang diidentifikasi dalam
rantai pasokan.
d. Persentase pemasok yang diidentifikasi sebagai memiliki dampak sosial negatif
aktual dan potensial signifikan dan yang menyepakati dilakukannya perbaikan
sebagai hasil dari penilaian.
e. Persentase pemasok yang diidentifikasi sebagai memiliki dampak sosial negatif
aktual dan potensial signifikan dan hubungan kerja dengan mereka diakhiri sebagai
hasil dari penilaian, serta penyebabnya.
Panduan
Dampak negatif mencakup hal-hal yang disebabkan atau dikontribusikan oleh
suatu organisasi, atau hal-hal yang terkait langsung dengan kegiatan, produk, atau
layanan berdasarkan hubungannya dengan pemasok.

2.15 GRI 415: Kebijakan Publik (Public Policy)


Pengungkapan 415-1, Kontribusi Politik
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Total nilai moneter kontribusi politik baik secara finansial maupun dalam bentuk
benda atau barang yang diberikan langsung dan tidak langsung oleh organisasi
berdasarkan negara dan penerima manfaat.
b. Jika berlaku, bagaimana nilai moneter kontribusi berupa benda/barang di
perkirakan. Ketika menyusun informasi yang ditentukan dalam Pengungkapan 415-
1, organisasi pelapor harus menghitung kontribusi politik keuangan sesuai dengan
aturan akuntansi nasional, bila hal ini berlaku.
2.16 GRI 416: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan (Customer Health Safety)
Pengungkapan 416-1, Penilaian Dampak Kesehatan & Keselamatan dari Berbagai
Kategori Produk & Jasa
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Presentase kategori produk dan jasa yang signifikan yang dinilai dampak kesehata
dan keselamatannya untuk perbaikan
Panduan
17

Pengukuran ini membantu mengidentifikasi keberadaan dan berbagai upaya


sistematis untuk menangani kesehatan dan keselamatan di seluruh siklus hidup suatu
produk atau jasa. Dalam melaporkan informasi dalam Pengungkapan 416-1, organisasi
pelapor juga dapat menggambarkan kriteria yang digunakan untuk penilaian.
Pengungkapan 416-2, Insiden Ketidakpatuhan Sehubungan dengan Dampak Kesehatan
& Keselamatan dari Produk dan Jasa
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi dan/atau peraturan sukarela
yang menyangkut dampak kesehatan dan keselamatan dari produk dan jasa dalam
periode pelaporan, berdasarkan:
1) Insiden tidakpatuhan terhadap regulasi yang menghasilkan denda atau hukuman
2) Insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi yang menghasilkan adanya peringatan
3) Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan sukarela.
b. Jika organisasi tidak mengidentifikasi ketidakpatuhan apa pun terhadap regulasi dan
/atau peraturan sukarela, pernyataan ringkas tentang fakta ini sudah cukup. Ketika
menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 416-2, organisasi
pelapor harus:
1) Tidak memasukkan insiden ketidakpatuhan di mana organisasi dinyatakan tidak
bersalah;
2) Tidak memasukkan insiden ketidakpatuhan yang berkaitan dengan pelabelan.
Insiden yang berkaitan dengan pelabelan dilaporkan dalam Pengungkapan 417-
2 dari GRI 417: Pemasaran dan Pelabelan;
3) Jika berlaku, identifikasikan insiden ketidakpatuhan apa pun yang berkaitan
dengan kejadian - kejadian dalam periode sebelum periode pelaporan.
Panduan
Insiden ketidakpatuhan yang terjadi dalam periode pelaporan dapat berkaitan
dengan insiden yang telah resmi terselesaikan selama periode pelaporan, apakah itu
terjadi dalam periode sebelum periode pelaporan atau bukan.

2.17 GRI 417: Pemasaran dan Pelabelan (Marketing and Labeling)


Pengungkapan 417-1, Persyaratan untuk Pelabelan & Informasi Produk dan Jasa
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Apakah masing-masing jenis informasi berikut ini disyaratkan oleh prosedur
organisasi untuk pelabelan dan informasi produk dan jasa:
18

1) Sumber komponen produk dan jasa


2) Isi, khususnya yang berhubungan dengan zat yang mungkin menghasilkan
dampak lingkungan atau sosial
3) Penggunaan produk atau jasa dengan aman
4) Pembuangan produk dan dampak lingkungan atau sosial
b. Presentase kategori produk atau jasa yang signifikan yang dicakup dan dinilai
kepatuhannya terhadap prosedur tersebut

Pengungkapan 417-2, Insiden Ketidakpatuhan Terkait Informasi & Pelabelan Produk


dan Jasa
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi dan/atau peraturan sukarela
yang menyangkut pelabelan dan informasi produk dan jasa, berdasarkan:
1) insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi yang menghasilkan denda atau
hukuman
2) insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi yang menghasilkan adanya peringatan
3) insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan sukarela.
b. Jika organisasi tidak mengidentifikasi ketidakpatuhan apa pun terhadap regulasi
dan/atau peraturan sukarela, pernyataan ringkas tentang fakta ini sudah cukup.
Panduan
Insiden ketidakpatuhan yang terjadi dalam periode pelaporan dapat berkaitan
dengan insiden yang telah resmi terselesaikan selama periode pelaporan, apakah itu
terjadi dalam periode sebelum periode pelaporan atau bukan.
Pengungkapan 417-3, Insiden Ketidakpatuhan Terkait Komunikasi Pemasaran
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi dan/atau peraturan sukarela
yang menyangkut komunikasi pemasaran, termasuk periklanan, promosi, dan
pensponsoran, berdasarkan:
1) Insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi yang menghasilkan denda atau
hukuman
2) Insiden ketidakpatuhan terhadap regulasi yang menghasilkan adanya peringatan
3) Insiden ketidakpatuhan terhadap peraturan sukarela.
b. Jika organisasi tidak mengidentifikasi ketidakpatuhan apa pun terhadap regulasi
dan/atau peraturan sukarela, pernyataan ringkas tentang fakta ini sudah cukup.
19

Ketika menyusun informasi, organisasi pelapor harus:


- Tidak memasukkan insiden ketidakpatuhan di mana organisasi dinyatakan tidak
bersalah
- Jika berlaku, identifikasikan insiden ketidakpatuhan apa pun yang berkaitan dengan
kejadian - kejadian dalam periode sebelum periode pelaporan.
Panduan
Insiden tidakpatuhan yang terjadi dalam periode pelaporan dapat berkaitan dengan
insiden yang telah resmi terselesaikan selama pelaporan, apakah itu terjadi dalam
periode pelaporan atau tidak.

2.18 GRI 418: Privasi Pelanggan (Customer Privacy)


Pengungkapan 418-1. Pengaduan yang Berdasarkan Mengenai Pelanggaran Terhadap
Privasi Pelanggan & Hilangnya Data Pelanggan
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Jumlah total pengaduan berdasar yang diterima mengenai pelanggaran terhadap
privasi pelanggan, yang dikategorikan berdasarkan:
1) Pengaduan yang diterima dari pihak luar dan diperkuat oleh organisasi
2) Pengaduan dari badan regulatif.
b. Jumlah total kebocoran, pencurian atau kehilangan data pelanggan yang
teridentifikasi
c. Jika organisasi tidak mengidentifikasi pengaduan yang berdasar apa pun,
pernyataan ringkas tentang fakta ini sudah cukup
Ketika menyusun informasi yang spesifik dalam Pengungkapan 418-1, organisasi
pelapor harus mengindikasikan jika sejumlah besar pelanggaran ini berkaitan dengan
kejadian - kejadian pada tahun-tahun sebelumnya.
2.19 GRI 419: Kepatuhan Sosial Ekonomi (Socioeconomic Compliance)
Pengungkapan 419-1, Ketidakpatuhan Terhadap Undang – Undang & Peraturan di
Bidang Sosial dan Ekonomi
Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:
a. Denda yang signifikan dan sanksi non-moneter karena ketidakpatuhan terhadap
undang-undang dan/atau peraturan di bidang sosial dan ekonomi dalam hal:
1) Nilai moneter total dari denda yang signifikan
2) Jumlah total sanksi non-moneter
3) Kasus yang diajukan ke mekanisme penyelesaian sengketa
20

b. Jika organisasi tidak mengidentifikasi ketidakpatuhan apa pun terhadap undang-


undang dan/atau peraturan, pernyataan ringkas tentang fakta ini sudah cukup.
c. Konteks timbulnya denda yang signifikan dan sanksi non-moneter.
Panduan
Informasi yang relevan untuk pengungkapan ini dapat mencakup data sebagaimana
dilaporkan oleh GRI 416: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan dan GRI 417:
Pemasaran dan Pelabelan.

2.20 Implementasi Pada PT Steel Pipe Industry of Indonesia (SPINDO)


Perusahaan PT. Steel Pipe Industry of Indonesia (SPINDO) merupakan suatu
perusahaan dalam negeri yang berpengalaman dalam memproduksi berbagai macam
pipa baja/tabung dan berbagai produk terkait lainnya, serta selalu inovatif dalam rangka
memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik para konsumennya. Didirikan pada tahun
1971 dengan kantor pusat di jalan Kalibutuh 189-191, Surabaya. Serta kantor
perwakilan di Jalan Pangeran Jayakarta 55, Jakarta.
Pengungkapan sosial perusahaan menunjukkan bahwa :
1. Pada indikator sosial praktek tenaga kerja dan pekerjaan yang layak yaitu Aspek
Kesehatan dan Keselamatan dibuktikan dengan adanya praktek keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) yang diterapkan diperusahaan, perseroan memiliki komitmen
untuk mengutamakan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja bagi segenap
karyawannya secara konsisten dan berkesinambungan.
2. Pada Indikator Aspek Tenaga Kerja atau Hubungan Manajemen dari tahun 2013,
2014 dan 2015 memang tidak ditemukan adanya penjelasan perihal yang menyertai
pelaporan aspek tersebut. Untuk Aspek Pelatihan dan Pendidikan, dari tahun 2013
dan 2014 tidak ditemukan adanya penjelasan yang menyertai pelaporan aspek
tersebut, namun di tahun 2015 perusahaan telah membuktikan adanya peningkatan
yaitu dengan adanya aspek pelatihan dan pendidikan dengan di terapkan program
pelatihan, perseroan berkomitmen untuk terus mengelolah SDM yang merupakan
aset utama perusahaan dan fokus pada peningkatan kualitas SDM sebagai salah
satu kunci keberhasilan dan kesinambungan kinerja perseroan. Peningkatan pada
aspek Keberagaman dan Kesempatan Setara yang ditahun 2013 tidak ada, namun
ditahun 2014 dan 2015 sudah mulai ada. Dibuktikan dengan adanya komposisi
badan pengelola atau penguasa dan perincian karyawan tiap kategori atau
21

kelompok menurut jenis kelamin, kelompok usia, keanggotaan kelompok


minoritas, dan keanekaragaman indikator lain.
3. Pada Indikator Sosial Aspek Masyarakat, menunjukan bahwa Aspek Komunitas
yaitu sifat dasar, ruang lingkup, dan keefektifan setiap program dan praktek yang
dilakukan untuk menilai dan mengelolah dampak operasi terhadap masyarakat,
baik pada saat beroperasi, dan pada saat mengakhiri dibuktikan oleh perusahaan di
tahun 2015, dengan adanya kesadaran dampak lingkungan, perusahaan menyadari
pentingnya perlindungan terhadap lingkungan dan mengadopsi langkah-langkah
perlindungan lingkungan yang ketat.
4. Pada Indikator Sosial Tanggung Jawab Produk menunjukan bahwa Aspek
Kesehatan dan Keamanan Pelanggan yaitu tahapan daur hidup dimana dampak
produk dan jasa yang menyangkut kesehatan dan keamanan dinilai untuk
penyempurnaan, dan persentase dari kategori produk dan jasa yang penting harus
mengikuti prosedur tersebut. Dibuktikan pada tahun 2015 perusahaan sebagai
produsen pipa baja terkemuka di Indonesia selalu menjamin kualitas setiap
produknya serta bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional yang
ada. Perseroan telah menerapkan sistem pengendalian mutu yang ketat sesuai
dengan ISO 9001:2008 untuk sistem manajemen mutu.

Dilihat dari perbandingan keseluruhan indikator kinerja sosial berdasarkan Global


Reporting Initiative, PT. Steel Pipe Industry of Indonesia memiliki tingkat kinerja yang
baik pada tren indikator sosial baik dari tenaga kerja, masyarakat, maupun tanggung
jawab produk semua indikator tersebut mengalami kenaikan hingga periode 2015. Hal
ini menunjukan perusahaan sangat mementingkan kepentingan stakeholder terutama
pada masyarakat sekitar pabrik serta sejalan dengan teori legitimasi bahwasannya,
perusahaan sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada society,
operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat. Kondisi ini
memberikan kontribusi terhadap kinerja keseluruhan perusahaan secara umum. Artinya
dengan pencapaian kinerja sosial tersebut, perusahaan memiliki tingkat penerimaan
oleh masyarakat yang cukup tinggi jika dikaitkan dengan teori legitiminasi, sehingga
bermanfaat untuk keberlanjutan keberadaan maupun operasionalnya di tengah-tengah
lingkungan sosial.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dunia bisnis sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial, terutama bagi perekonomian
negara. Namun dalam menjalankan bisnis, apalagi yang besar seperti PT, harus
mengungkapkan beberapa laporan terkait bisnisnya seperti CSR yang menggunakan standar
GRI. Standar tersebut dikelompokkan menjadi tiga seri: 200 (topik ekonomi), 300 (topik
lingkungan), dan 400 (topik sosial). Dari ketiga topik tersebut, penulis telah membahas 400
seri Standar GRI, yang mencakup standar topik tertentu yang digunakan untuk melaporkan
informasi tentang dampak material suatu organisasi pada topik sosial.
Implementasi topik spesifik sosial dilihat dari perbandingan keseluruhan indikator
kinerja sosial berdasarkan Global Reporting Initiative, PT. Steel Pipe Industry of Indonesia
memiliki tingkat kinerja yang baik pada tren indikator sosial baik dari tenaga kerja,
masyarakat, maupun tanggung jawab produk semua indikator tersebut mengalami kenaikan
hingga periode 2015. Hal ini menunjukan perusahaan sangat mementingkan kepentingan
stakeholder terutama pada masyarakat sekitar pabrik serta sejalan dengan teori legitimasi
bahwasannya, perusahaan sebagai suatu sistem yang mengedepankan keberpihakan kepada
society, operasi perusahaan harus kongruen dengan harapan masyarakat. Kondisi ini
memberikan kontribusi terhadap kinerja keseluruhan perusahaan secara umum.

3.2 Saran
Diharapkan perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan standar GRI dalam menyusun
laporan keberlanjutan sebagai sarana laporan pertanggungjawaban sosial (CSR), untuk
perusahaan yang sudah menerapkan hal demikian, diharapkan juga memahami tentang
standar dan seri GRI supaya dapat menyusun laporan dengan baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Laili, A. N. (2019). Analisis Pengungkapan Corporate Social Responsibility PT Steel Pipe


Industry of Indonesia, Tbk,. Skripsi, 36-63.

Sukoharsono, P.-H. C. (2020). Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial. Dalam Modul


Pembelajaran Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (hal.
134-188)

23

Anda mungkin juga menyukai