Anda di halaman 1dari 25

BAB III

LAPORAN STATUS KLINIS

Kasus :

KETERANGAN UMUM PENDERITA :

NO REGISTER : 1001012020*******

NAMA : An. A

UMUR : 8 Tahun

JENIS KELAMIN : Laki-Laki

AGAMA : Islam

ALAMAT : Surabaya

PEKERJAAN :-

DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT :

A. Diagnosa :
locomotor disturbance ec dmd + wasted +stunted
B. Catatan Medis :
Pasien baru rujukan dari poli anak dengan diagnosa DMD
dikonsulkan ke tim rehabilitasi medik untuk dilakukan EMG dan
fisioterapi.
C. Pemeriksaan Penunjang :
1. EMG

2. Hasil Konsultasi
dr. Rehabilitasi medik : berikan tindakan fisioterapi berupa
breathing exc aktif, AROM exc AGA/AGB D/S, AAROM exc
ankle dorsoflexor D/S dan hip extensor D, koreksi postur,
strengthening exercise dengan bermain sesuai toleransi
pasien
D. Tindakan Medis
Terapi Invasif :

Riwayat pemakaian obat : (

[S05200110791C- RACIKAN01 ACTYLCYSTEIN 200 MG, 4.00]


(10.00, 3 X 1.00) KAPSUL KOSONG NO.3 [ACTYLCYSTEIN 200
MG, 4.00] (10.00, 3 X 1.00), VIT B1 50 MG TABLET
[ACETYLCYSTEIN 200 MG, 4.00] (30.00,1 X 1.00), VIT B6 10 MG
[ACETYLCYSTEIN 200 MG, 4.00] (30.00,1 X 1.00), VIT B6 10 MG

I. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI :

A. Anamnesis (Keluhan Utama, RPS, RPD, RPK, RP, dll)

KU :

Pasien sering terjatuh sejak 1 tahun yang lalu, saat berjalan atau
berlari tiba tiba terjatuh, semakin lama semakin sering jatuh. Bila
ingin berdiri dari posisi duduk harus mencani pegangan, pasien
juga sering terjatuh ketika menggunakan toilet jongkok. Pasien
bisa bersepeda tetapi tidak sejauh dulu, pasien lebih mudah
capek, di sekolah mengikuti pelajaran olahraga yang ringan saja.
Pasien tidak mengeluh nyen / tebal kesemutan.

Riwayat Perkembangan :

Milestone : angkat kepala (bulan), tengkurap (5 bulan), duduk (9


bulan), merangkak (9 bulan), jalan (1 tahun 8 bulan)

RPS :

Riwayat Antenatal :

anak ke 1, hamil usia 37 th, rutin kontrol di dokter Sp. OG, USG
(), vitamin (+)

Riwayat Natal :

Lahir SC, BBL : + 3300 gr. menangis kuat, sianosis (-)


Riwayat pasca natal :

imunisasi lengkap, kejang demam saat usia 1th 3 bulan kejang 5


menit (MRS 4hari)

RPD : -

RPK : sepupu laki laki 2 orang ( meninggal saat SMA dan SMP,
sama lelaki tidak bisa berjalan, dan meninggal karena sesak )

RPP :  -
B. Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Tanda Vital ( 04/02/2020 )
Kesadaran :456
Tensi : 90/60 MmHg
Nadi : 80x/menit
Temperatur : 36,0ºC
Tinggi Badan : 112 cm
Berat Badan : 15 kg
Luas Permukaan Tubuh : 0.68 m2
Frekuensi Pernafasan : 16x/menit

Pemeriksaan Umum

Inspeksi ( 04/02/2020 )

Statis :
1. calf pseudo hipertrofi +/+
Dinamis :
1. wadling gait
2. Gower sign +
Palpasi

1. hamstring tightness +/+


2. ilotibial tightness +/+
Pemeriksaan Gerak

Gerak aktif :

Ekstremitas Atas : Normal

Ekstremitas Bawah : Terbatas pada gerakan dorso fleksi ankle

Gerak Pasif :

Ekstremitas Atas : Normal

Ekstremitas bawah : Normal

Pemeriksaan Khusus (FT. A/FT. B/FT. C/FT. D)


Pemeriksaan ROM ( 01/04/2021 )
Ankle Dorsofleksi D/S :
S: 20° -0° -45° / 20° -0° -45°
Pemeriksaan MMT ( 01/04/2021)
Upper trapezius : 11/11
Lower trapezius : 11/11
Rhomboideus : 11/11
Deltoideus : 11/11
Pectoralis : 11/11
Triceps brachii : 11/11
Serratus ant : 11/11
Lattisimus dorsi : 11/11
Iliopsoas : 9/9
Quadrisep : 6/6
Gluteus maximus : 3/6
Gluteus medius : 6/6
Tibialis anterior : 3/3
Abdominalis : 11/11
Total: 255/ 308x100%= 82,79%
Pemeriksaan Reflek : ( 01/04/2021 )
Fisiologis : BPR +2/+2, TPR +2/+2. KPR +2/+2, APR +2/+2
Patologis : Babinski (-) , Hoffman tromner (-)
Pemeriksaan Spirometri :
Hanya 1 bola yang terangkat
Pemeriksaan skala nyeri (WBS)
(01/04/2021)
Nyeri gerak : 4
Nyeri diam : 0
Borg Scale
( 01/04/2021 )

Hasil : 13 : Somewhat hard


Pemeriksaan fungsional (01/04/2021):
North Star Ambulatory Assessment (NSAA)
Total = 12/ 34= 35,2%

Interpretasi:

Brooke and Vignos scales (01/04/2021)

Brooke scale for upper extremities: grade 1

Interpretasi : Starting with arms at the sides, the patient can abduct
the arms in a full circle until they touch above the head

Vignos scale for lower extremities: grade 4

Interpretasi : Walks unassisted and rises from chair but cannot climb
stairs

II. DIAGNOSA FISIOTERAPI :

Problem Kapasitas Fisik :

Terdapat nyeri gerak pada ankle dorsofleksi

Penurunan ROM ankle dorso fleksi

Penurunan kekuatan otot AGB

Terdapat tightness pada otot hamstring dan iliotibial


Pasien mudah lelah

Problem Kemampuan Fungsional

Kesulitan berdiri

Problem Kemampuan Fungsional :

Kesulitan berdiri

Terdapat kesulitan berjalan dan berlari

Kesulitan naik tangga

Jalan berjinjit

Kesulitan saat toileting

Kesulitan melompat

Problem Partisipasi Sosial

Memiliki keterbatasan untuk bermain dengan teman seusianya


Memiliki keterbatasan untuk mengikuti kegiatan sekolah terutama
olahraga

III. TUJUAN FISIOTERAPI :

Tujuan Jangka Pendek


Mengurangi nyeri

Mengurangi tightness pada otot hamstring dan iliotibial

Meningkatkan ROM dorso fleksi ankle

Meningkatkan kekuatan otot

Memperbaiki postur

Tujuan Jangka Panjang


Melatih berdiri
Melatih berjalan dan berlari
Melatih naik turun tangga
Melatih toileting
IV. RENCANA TINDAKAN :
1. Breathing exc
a. Yoga Breathing Exercise
Tujuan :
Untuk meningkatkan fungsi pernafasan pada pasien (Rodrigues, et
al., 2014)
b. Deep Breathing Exercise
Tujuan :
Membantu mengembangkan paru-paru sepenuhnya dan
menempatkan paru-paru, otot pernapasan, dan dinding dada
melalui ROM yang baik (Simonds, 2007)
2. Assisted coughing atau ‘huffing’
Tujuan :
Membersihkan sekresi pada saat infeksi dada (Simonds, 2007)
3. Stretching exercise
Tujuan :
Untuk mencegah terjadinya kontraktur
Untuk menurunkan kekakuan otot
Meningkatkan sirkulasi darah ke otot
Membantu mempertahankan panjang otot dari waktu ke waktu
Mengurangi nyeri
( Muscular Dystrophy UK, 2015)
4. Aktif AROM exc AGA/AGB D/S
Tujuan: mempertahankan ROM yang sudah normal, meningkatkan
ROM yang mengalamai penurunan.
5. AAROM exc ankle dorsoflexor D/S dan hip extensor D
Tujuan: meningkatkan ROM yang mengalami penurunan.
6. Koreksi postur
a. AFO
Tujuan : Streching ekstremitas bawah untuk membantu mengurangi
kontraktur plantar fleksi yang progresif, meningkatkan jarak
berjalan, meningkatkan kecepatan berjalan dan panjang langkah,
mengurangi nyeri Calf Muscle (W. Bromwich et al., 2011)
7. Strengthening exercise
Tujuan : meningkatkan dan mempertahankan mobilitas sendi dan
kekuatan otot hip ext, knee ext, ankle df, shoulder abd, elbow ext,
wrist ext, radial dan ulnar dev, serta meningkatkan kemampuan
fungsional.
8. Aquatic therapy
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan batuk peak cough flow / PCF (Huguet-
rodr and Arias-bur, 2020 )
Meningkatkan kemampuan fungsional (Huguet-rodr and Arias-bur,
2020 )
meningkatkan sosialisasi, relaksasi, kualitas hidup, dan persepsi
diri pada anak (Atamturk and Atamturk, 2018)
9. Edukasi Postur
Tujuan : untuk menjaga postur tubuh serta mencegah terjadinya
deformitas, mempertahankan posisi tubuh yang baik dan benar.
V. PELAKSANAAN :

1. Breathing Exercise
a. Yoga Breathing Exercise
1) Kapalabhati
Posisi Terapis : Berada di samping pasien
Posisi Pasien : Duduk dengan nyaman dengan tulang punggung
lurus dan kedua tulang duduk sejajar menyentuh permukaan lantai
Pelaksanaan : Tarik nafas secara pasif (tanpa usaha berarti, tidak
terlalu dalam) dan membuang nafas dengan lebih cepat dan kuat
dari biasanya dengan paksaan.
2) Uddiyana
Posisi Terapis : Berada di samping pasien
Posisi Pasien : Duduk dengan nyaman dengan tulang punggung
lurus dan kedua tulang duduk sejajar menyentuh permukaan lantai
Pelaksanaan : Apnea setelah ekspirasi paksa, diikuti oleh
ekspansi toraks (dicapai tanpa menghirup) dan penutupan glotis
secara sukarela

3) Agnisara
Posisi Terapis : Berada di samping pasien
Posisi Pasien : Duduk dengan nyaman dengan tulang punggung
lurus dan kedua tulang duduk sejajar menyentuh permukaan lantai
Pelaksanaan : Terdiri dari kontraksi maksimal diikuti dengan
proyeksi abdomen selama apnea setelah ekspirasi paksa

b. Deep Breathing Exercise

Posisi Terapis : Terapis berdiri di depan pasien agak menyamping,


ke 2 tangan terapis diletakkan pada bagian lateral dari lower
costae.

Posisi Pasien : Duduk bersandar pada bantal

Pelaksanaan : Pasien diminta untuk inspirasi sedalam mungkin


melalui hidung, mengeluarkan melalui mulut (mencucu) secara
rileks.

Anjurkan pasien untuk mengulang latihan tiap jam pada siang hari.
(saat pasien tidak tidur)

Bila pasien sudah dapat melakukan latihan deep breathing, latihan


nafas dapat di tingkatkan ke teknik latihan nafas yang lebih sulit.

Dosis :

Repetisi : 3 – 5 x pengulangan tiap session, istirahat 1 – 2


menit (3 – 4 session).

Durasi : 10 – 15 menit.
Frekuensi : 3 – 5 x/hari.

2. Assisted Coughing atau ‘Huffing’

Posisi Terapis : Berada di samping pasien

Posisi Pasien : Duduk dengan nyaman

Pelaksanaan :

Pasien diminta untuk melakukan inspirasi maksimal 2 kali , yang


ke 3 inspirasi lalu tahan napas dan batukkan dengan kuat 2 x.

Terapis dapat membantu mengembangkan dada di wilayah ini


dengan meletakkan tangan mereka di atas tulang rusuk bagian
bawah.

3. Stretching exercise

1) Stretch for the Ankles

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Letakkan satu tangan di telapak kaki dengan jari mengarah ke


tumit.

Pegang tumit dengan kuat tapi lembut di antara jari dan ibu jari.

Pegang lutut lurus dengan tangan lainnya tetapi jangan


menekannya.

Dengan lembut, tapi kuat, tarik tumit ke bawah, seolah mencoba


membuat kaki lebih panjang, dan dorong bagian depan kaki ke
atas ke sudut kanan (dorsofleksi) atau sejauh mungkin.

Tahan selama 15-20 detik.

2) Stretch for the Knees


Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Tekuk satu kaki sehingga pinggul dan lutut berada pada sudut 90º.

Luruskan lutut secara bertahap dengan menjaga paha tetap stabil.

Kaki lainnya harus tetap rata.

3) Stretch for the Hips (A)

Posisi Terapis : Berdiri di belakang dan letakkan satu tangan di


panggul pasien untuk menahannya dan selipkan tangan yang lain di
bawah paha bawah kaki bagian atas.

Posisi Pasien : Pasien berbaring di satu sisi dengan kaki bagian


bawah ditekuk dan kaki bagian atas lurus.

Pelaksanaan :

Tarik kaki ke belakang ke arah terapis, jadi regangkan fleksor


pinggul di sepanjang bagian depan sendi pinggul.

Pastikan panggul stabil dan gunakan tubuh terapis untuk


menstabilkan punggung bawah pasien.

Ulangi peregangan di sisi lain.

3) Stretch for the Hips (B)

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Kaki yang tidak direntangkan ditekuk ke arah dada dan dipegang


dalam posisi itu oleh terapis atau, jika memungkinkan, oleh pasien.
3. Stretch for the Hips (B)

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Kaki yang tidak direntangkan ditekuk ke arah dada dan dipegang


dalam posisi itu oleh terapis atau, jika memungkinkan, oleh pasien.

Letakkan tangan terapis tepat di atas lutut kaki yang akan


diregangkan dan berikan tekanan ke bawah.

Ulangi dengan kaki lainnya.

Letakkan tangan terapis tepat di atas lutut kaki yang akan


diregangkan dan berikan tekanan ke bawah.

Ulangi dengan kaki lainnya.

3. Stretch for the Hips (C)

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien tengkurap dengan nyaman dan rileks.

Pelaksanaan :

Letakkan tangan yang paling dekat dengan kepala pasien dengan


kuat di pantat pasien dan tekan ke bawah.

Gunakan tangan yang lain untuk memegang di bawah paha kaki


yang paling dekat dengan anda dan angkat kaki sejauh mungkin.

4) Iliotibial stretch (A)

Posisi Terapis : Berdiri di sisi berlawanan dari kaki yang akan


diregangkan.

Posisi Pasien : Pasien tengkurap dengan nyaman dan rileks.


Pelaksanaan :

Letakkan tangan yang paling dekat dengan kepala pasien dengan


kuat di pantat pasien dan tekan ke bawah.

Gunakan tangan yang lain untuk memegang di bawah paha kaki


yang paling jauh dari dan angkat kaki sejauh mungkin lalu tarik ke
arah anda.

4) Iliotibial stretch (B)

Posisi Terapis : Berada di samping pasien

Posisi Pasien : Pasien berbaring miring dengan kaki terentang


paling atas dan lutut lurus, lalu kaki yang berada di bawah tertekuk.

Pelaksanaan :

Gunakan tangan dan kaki untuk stabilisasi pelvis.

Gerakkan kaki paling atas sejauh mungkin ke belakang dengan


lembut.

Berikan tekanan kuat ke bawah di lutut.

5) Stretch for the Elbows

Posisi Terapis : Berdiri di sisi yang sama dengan siku yang akan
diregangkan.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Pegang lengan atas dengan kuat di satu tangan sambil menjaga


telapak tangan pasien menghadap ke atas.

Pegang pergelangan tangan dengan tangan yang lain dan berikan


tekanan lembut ke bawah untuk meluruskan siku.

6) Stretch for the Elbow and Wrist


Posisi Terapis : Berdiri di sisi yang sama dengan siku yang akan
diregangkan.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Pegang lengan atas dengan kuat di satu tangan sambil menjaga


telapak tangan pasien menghadap ke atas.

Turunkan tangan yang lain untuk memegang tangan pasien


tersebut. Genggaman harus seolah-olah sedang berjabat tangan
tetapi dengan jari-jari terulur ke pergelangan tangan.

Jaga bahu tetap diam dan dengan siku ditekuk 90º, cukup putar
lengan bawah sehingga tangan pasien menghadap ke atas.

7) Stretch for the Wrist, Elbow and Fingers (A)

Posisi Terapis : Berdiri di sisi yang sama dengan siku yang akan
diregangkan.

Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan nyaman dan


rileks.

Pelaksanaan :

Gunakan satu tangan untuk menopang lengan bawah di dekat sendi


pergelangan tangan. Jaga siku pasien tetap lurus.

Letakkan telapak tangan yang lain di telapak tangan pasien.

Gerakkan pergelangan tangan ke belakang, coba jaga agar jari-jari


tetap lurus (jika terlipat dan ditekuk akan mengurangi regangan
pada tendon yang kencang di pergelangan tangan).

7) Stretch for the Wrist, Elbow and Fingers (B)

Posisi Terapis : Berdiri di sisi yang sama dengan siku yang akan
diregangkan.
Posisi Pasien : Pasien berbaring terlentang dengan tangan di pinggir
bed.

Pelaksanaan :

Pegang lengan atas dengan satu tangan.

Letakkan tangan yang lain di bawah telapak tangan dan jari-jari


tangan pasien dan luruskan siku, jaga agar pergelangan tangan
pasien tetap tertekuk dan jari-jari terulur.

8) Self-Stretch for the Calf

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien berdiri menghadap ke dinding.

Pelaksanaan :

Kaki belakang dan lutut harus tetap lurus dengan tumit di lantai, jari-
jari kaki mengarah ke dinding.

Pasien mencondongkan tubuh ke arah dinding, dengan menjaga


bagian bawah tetap masuk, sampai pasien bisa merasakan
peregangan di betis kaki belakang.

9) Self-Stretch for the Knees (A)

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien duduk di lantai atau permukaan yang keras


dengan pinggul menempel ke dinding dan posisi tulang punggung
lurus mungkin.

Pelaksanaan :

Satu kaki direntangkan di depan, sedikit ke satu sisi, dengan lutut


selurus mungkin, jari-jari kaki harus mengarah ke atas.

Kaki lainnya ditekuk sehingga kaki menyentuh paha bagian dalam


dari kaki lurus.
Duduk dalam posisi ini akan meregangkan otot hamstring kaki yang
lurus, tetapi peregangan dapat ditingkatkan dengan
mencondongkan tubuh ke depan.

Ulangi dengan kaki lainnya.

9) Self-Stretch for the Knees (B)

Posisi Terapis : Berada di samping pasien.

Posisi Pasien : Pasien berbaring telentang di ambang pintu atau di


samping sebuah tiang.

Pelaksanaan :

Pasien menempatkan kaki untuk direntangkan pada rangka pintu


atau tiang.

Lutut sedikit ditekuk dan bagian bawahnya dekat dengan dinding.

Kaki lainnya lurus ke lantai.

Luruskan lutut.

4. AROM exc AGA/AGB D/S

Posisi pasien : Duduk

Posisi terapis : Disamping pasien

Pelaksanaan :

Minta pasien untuk melakukan gerakan yang di instruksikan oleh


terapi secara aktif baik sisi kiri maupun kanan secara bergantian.

Shoulder : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal dan


eksternal rotasi

Elbow : fleksi, ekstensi, supinasi, pronasi

Wrist: flexi extensi, radial deviasi, ulnar deviasi


Hip: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, internal dan eksternal
rotasi

Knee: fleksi, ekstensi

Ankle: dorsoflexi, plantarflexi, inversi, eversi

Dosis : 8x repetisi

5. AAROM Exc Ankle Dorsoflexor D/S

Posisi pasien : Duduk

Posisi terapis : Disamping pasien

Pelaksanaan :

Minta pasien untuk melakukan gerakan Ankle dorsoflexi tanpa


ada tahanan tetapi dengan sedikit bantuan baik sisi kiri maupun
kanan

Dosis : 8x repetisi

5.AAROM Exc Hip Exxtensor D

Posisi pasien : Duduk

Posisi terapis : Disamping pasien

Pelaksanaan :

Minta pasien untuk melakukan gerakan hip extensi tanpa ada


tahanan tetapi dengan sedikit bantuan sisi kanan

Dosis : 8x repetisi

6. Koreksi Postur

1) Ankle Foot Orthosis (AFO)

Posis Terapis : Membantu memasangkan AFO.

Posisi Pasien : Berdiri.

Pelaksanaan :
Pasien menggunakan AFO dengan dibantu terapis.

Dosis : Dipakai saat tidak sedang berjalan pada malam hari atau
siang hari.

7. Strengthening Exercise

Dynamic Leg and Arm Training

Posisi Terapis : Disamping pasien untuk mengarahkan.

Posisi Pasien : Duduk.

Pelaksanaan :

Terapis mengarahkan pasien anak untuk mengayuh seperti


mengayuh sepeda menggunakan kaki dan lengan.

Dosis : 30 menit (15 menit latihan kaki dan 15 menit latihan


lengan, dapat diselingi istirahat), 5x seminggu dengan capaian
700-1000 putaran selama anak tidak merasa lelah (Jansen, et al.,
2010).

8. Aquatic Teraphy

Tata laksana :

Posisi terapis : selalu disamping pasien

Pelaksanaan :

Latihan Meluncur

Minta dia mengatupkan tangannya di atas kepala dan mendorong


dinding untuk melihat seberapa jauh dia bisa meluncur dengan
satu tarikan napas atau sampai tubuhnya mengapung ke
permukaan.

Untuk mengurangi beban pada bahu, minta dia meletakkan


tangannya di samping sebelum mendorong dari dinding. 
Saat meluncur dia bisa berpura-pura berenang seperti hiu, katak,
lumba-lumba, ular, dll untuk mendapatkan lebih banyak mobilitas
ke berbagai arah (naik / turun / samping) dan membuatnya lebih
menyenangkan.

Latihan Kontrol Nafas

Dorong dia untuk mengambil napas sebanyak mungkin sebelum


memainkan salah satu aktivitas berikut.

Cari mainan kolam renang di bawah air tetapi alih-alih berenang


dalam atau jauh untuk mengambilnya, letakkan mainan tersebut
dalam jangkauan lengan dan beri dia perintah bahwa dia harus
mengambilnya. Misalnya: katakan, “Ke bawah dan ambil cincin
merah, kuning, lalu cincin jingga naik”. 

Nyanyikan lagu atau teriak sambil duduk bersama di bawah air.


Lihat apakah Anda bisa mengenali apa yang dinyanyikan /
diucapkan satu sama lain.

Berlatihlah membuat gelembung di bawah air sampai nafas habis.


Untuk aktivitas kontrol napas, lihat apakah dia bisa mengeluarkan
satu gelembung besar dalam satu waktu.

Mengambang menghadap ke bawah sampai dia kehabisan napas


dan berguling ke posisi mengapung kembali. Ambil napas dalam-
dalam untuk mengembangkan tulang rusuk dan kemudian gulung
kembali ke pelampung menghadap ke bawah.

Latihan Rileksasi dan Peregangan

Sambil mengapung menghadap ke atas, lakukan gerakan seperti


“snow angel" secara perlahan dan dengan berbagai macam
gerakan dari bahu dan pinggulnya.

Sementara dia mengambang dengan tangan di atas kepalanya,


pegang tangannya dan tarik dia perlahan-lahan melintasi kolam
dalam garis zig-zag menciptakan gerakan seperti ular pada
tubuhnya.

Dengan menggunakan langkah-langkah tersebut, ia dapat


melakukan peregangan betis dan hamstring dengan mudah.

Catatan :

Menggunakan skala vignos atau instrumen lain untuk


menentukan stadium penyakit sangat penting untuk
mengidentifikasi efek terapi fisik akuatik pada berbagai tahapan
penyakit dan memverifikasi efek intervensi ini di masa
mendatang. Selain itu, direkomendasikan bahwa EK / egen
klassification dan north star ambulatory assessment harus
digunakan, selain 6MWT. (Cordeiro, 2019)

Seiring perkembangan penyakit, ada peningkatan risiko


perubahan paru dan jantung. Oleh karena itu, penting untuk
memantau dan menilai individu2 ini secara berkala, serta
menentukan tindakan keamanan untuk pasien ini (cordeiro, 2019)

9. Edukasi

Memberikan Edukasi kepada pasien dan orangtua pasien .


Dengan cara akomodasi ( penyesuaian diri ) harus ditentukan di
sekolah untuk memungkinkan hal-hal berikut ini (Poysky, 2021) :

Modifikasi aktivitas yang mungkin berbahaya bagi otot (misalnya,


pendidikan jasmani adaptif);

Kompensasi untuk berkurangnya energi atau kelelahan (mis.,


Berjalan jauh ke dan dari makan siang);

Menangani keamanan (misalnya, aktivitas taman bermain);

Menangani aksesibilitas (misalnya, teknologi pendukung dan naik


tangga);
Layanan pendidikan khusus harus diberikan kepada anak-anak
DMD dengan perhatian tambahan pada pembelajaran, perilaku,
dan psikososial.

Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan DMD di antara


personel sekolah.

VI. EVALUASI :

S : kekuatan otot masih tetap, terdapat peningkatan ROM dorsoflexi


ankle, masih terdapat tightness pada otot iliotibial dan hamstring,
masih kesulitan untuk berdiri, masih belum dapat melompat

O:

Kesadaran :456

Tensi : 90/60 MmHg

Nadi : 80x/menit

Temperatur : 36,0ºC

Tinggi Badan : 112 cm

Berat Badan : 15 kg

RR : 16x/menit

Pemeriksaan MMT

(01/04/2021)

Upper trapezius: 11/11

lower trapezius: 11/11

Rhomboideus: 11/11

Deltoideus: 11/11

Pectoralis: 11/11
triceps brachii: 11/11

serratus ant: 11/11

lattisimus dorsi: 11/11

Iliopsoas: 9/9

Quadrisep: 6/6

gluteus maximus: 3/6

gluteus medius: 6/6

tibialis anterior: 3/3

Abdominalis: 11/11

Total: 255/ 308x100%= 82,79%

Pemeriksaan skala nyeri (WBS)

(01/04/2021)

Nyeri gerak: 4

Nyeri diam: 0

Borg scale: 13 : somewhat hard

NSAA: Total = 12/ 34= 35,2%

Brook scale for upper extremities: grade 1

Interpretasi : Starting with arms at the sides, the patient can abduct
the arms in a full circle until they touch above the head

Vignos scale for lower extremities: grade 4

Interpretasi : Walks unassisted and rises from chair but cannot climb
stairs

A: DMD duchenne muscular distrophy


P: breathing exc, stretching exc, arom exc, aarom exc, koreksi
postur, stregthneing exc, aquatic therapy, edukasi

VII. PROGNOSA :

Quo ad vitam : bonam (baik)

Quo ad functionam : malam (buruk)

Quo ad sanationam : malam (buruk)

VIII. RESUME :

Pasien laki laki an. A berusia 8 tahun dengan diagnosis DMD memiliki
problema kapasitas fisik, kemampuan fungsional, dan partisipasi sosial.
Diberikan intervensi fisioterapi berupa breathing exc, stretching exc, arom
exc, aarom exc, koreksi postur, strengthening exc, aquatic therapy,
edukasi. Didapatkan hasil evaluasi peningkatan rom ankle dan penurunan
nyeri gerak dorsofleksi menjadi 3.

Anda mungkin juga menyukai