Eliny Dodi Purba
Eliny Dodi Purba
SKRIPSI
OLEH :
ELINY DODI PURBA
NIM : 142012017148P
Skripsi
OLEH :
ELINY DODI PURBA
NIM : 142012017148P
ii
ABSTRAK
Stunting adalah kondisi dimana anak mengalami gagal tumbuh kembang yang ditandai
dengan tinggi badan yang tidak mencukupi angka normal dan kecerdasan yang juga
terganggu. Jumlah balita stunting di Puskesmas Penengahan melebihi batas normal yang
ditetapkan WHO pada tahun 2017, yaitu 24,8%. Ibu yang mempunyai balita dengan
riwayat BBLR beresiko menjadi pendek atau stunting. BBLR beresiko tiga kali untuk
menjadi stunting dibandingkan dengan anak yang normal.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan riwayat BBLR dengan kejadian
stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2018. Subjek penelitian seluruh balita di lima desa (Banjarmasin, Padan,
Kelau, Way Kalam, Kuripan), dengan sampel sebesar 639 balita. Teknik sampling
penelitian ini adalah cluster sampling. Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan
cross sectional. Alat pengumpulan data menggunakan lembar check list, dan analisis data
menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi responden dengan BBLR berjumlah 107
balita (16,7%), responden dengan kategori tidak stunting sebanyak 229 balita (35,8%).
Ada hubungan antara riwayat BBLR dengan kejadian stunting di lima desa wilayah kerja
Puskesmas Penengahan. Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh p-value = 0,000 yang
berarti ada hubungan yang signifikan antara riwayat BBLR dengan kejadian stunting
dengan nilai OR sebesar 9,143 beresiko menyebabkan balita menjadi stunting.
Referensi : 20 (2009-2018)
iii
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the correlation between LBW histories with the
toddler stunting case at the working area health center of Penengahan South Lampung
Regency in 2018. The research subjects were all toddlers in five villages (Banjarmasin,
Padan, Kelau, Way Kalam, Kuripan), with a sample of 639 toddlers. Sampling technique
of this research is cluster sampling. This research is analytical with cross sectional design.
The data collection tool used a check list sheet, and analyzed the data using the chi
square test.
The results of the study obtained frequency distributions of respondents with LBW in
total are 107 toddlers (16.7%) and the respondents who are not in stunting category in
total are 229 toddlers (35.8%). There is a correlation between the history of LBW and the
stunting case in five villages at the working area health center of Penengahan. Based on
the results of statistical tests obtained p-value = 0,000 which means that there is a
significant relationship between the history of LBW and the stunting case with an OR
value of 9.143 at risk of causing toddlers to become stunting.
References: 20 (2009-2018)
iv
v
vi
PERNYATAAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIK
vii
MOTTO
Jangan Pernah Mensia-siakan Hidupmu, Jadilah Berkat dan Teladan Bagi Orang
Lain Sehingga Hidupmu Lebih Bermanfaat
viii
PERSEMBAHAN
ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS
merupakan anak pertama dari pasangan bapak Jatiman Purba dan ibu Monika
Silalahi. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara, penulis beragama
katolik, penulis menikah tahun 2005 dengan Parulian Situmorang dan memiliki 2
Sinumboh tahun 1987 dan selesai pada tahun 1993, setelah itu melanjutkan
Utara tahun 1993 tamat pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan
tahun 1999 dan tamat tahun 2002. Kemudian di tahun 2017 penulis mendaftar
tahun 2019
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat-Nya
bantuan dari berbagai pihak yang bersedia meluangkan waktu, tempat dan pikiran
Pringsewu Lampung.
2. Ns. Rani Ardina, M.Kep., selaku Ketua Prodi S.1 Keperawatan STIKes
5. Ns. Idayati, S.Kep., M.Kes selaku Penguji Utama yang telah memberikan
xi
6. Seluruh dosen dan Staf STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
7. Orang tua, suami dan kedua anak saya serta teman-teman dan semua pihak
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
D. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 5
E. ManfaatPenelitian ........................................................................ 6
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian…….. .............................................................. 21
B. Variabel Penelitian......... ............................................................. 21
C. Definisi Operasional ................................................................... 22
D. Populasi dan Sampel ................................................................... 23
E. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 24
F. Etika Penelitian ........................................................................... 24
G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................... 25
A. Kesimpulan................... .............................................................. 41
B. Saran............................. .............................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Izin Pra Survey
2. Surat Balasan Izin Pra Survey dari Tempat Penelitian
3. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang
Kesehatan
4. Surat Permohonan Izin Penelitian
5. Surat Balasan dari Tempat Penelitian
6. Tabel Standar Ukur TB/U anak laki-laki dan perempuan
7. Jumlah Anak Balita Stunting Pada Tiap Desa Puskesmas Rawat Inap
Penengahan
8. Daftar Simple Frame
9. SPSS
10. Lembar Konsultasi
xvii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kembang yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak mencukupi angka
normal dan kecerdasan yang juga terganggu. Stunting terjadi karena selama
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak terganggu yang dihitung dari 270
hari kandungan ibu, dan sampai dengan usia si anak 2 tahun (730 hari).
Stunting indikator yang paling baik adalah pendek, karena dari gagal
tumbuhnya itu misal anak yang baru lahir Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
berat kurang dari 2.500 gram dan tinggi kurang dari 48 cm ( Mediakom,
2018)
Pada tahun 2012 dunia menyepakati agar setiap negara mengupayakan agar
(lima) tahun relatif tinggi dan tidak menunjukan penurunan berarti selama 10
bawah lima tahun sebesar 36,2% pada tahun 2007 meningkat pada tahun
stunting jumlah ini hampir 30% dari jumlah seluruh anak di Indonesia, oleh
koordinasi dan tata kelola yang lebih baik termasuk perbaikan kualitas sarana
perkembangan fisik, dan kesehatan yang buruk (WHO, 2010). Ibu yang
stunting didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Atikah Rahayu Andini
Pada tahun 2014 dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat
anak usia 12-60 bulan dimana nilai p-value 0,049 dengan nilai OR sebesar 3.
3
Anak yang memiliki BBLR beresiko sebesar 3 kali untuk menjadi stunting
dilakukan oleh Khoirun dkk tahun 2015 hasil uji chi-square didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara panjang badan lahir dengan
kejadian stunting pada baita OR 4,091. Artinya, balita dengan panjang badan
lahir kurang (<48 cm) berisiko mengalami stunting 4,091 kali lebih besar
daripada balita dengan panjang bdan lahir normal (>48 cm). Penelitian yang
dilakukan oleh dandara, dkk tahun 2017 bahwa hasil penelitian ini
responden yang memiliki balita dengan berat badan lahir normal. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Farah Okky A, dkk tahun 2015
umur pemberian MP-ASI, tingkat kecukupan zink dan zat besi, riwayat
penyakit infeksi serta faktor genetik. Namun, untuk status pekerjaan ibu,
Selatan pada 2015 sekitar 23,20%. Kemudian, naik menjadi 24,28% pada
2016. Lalu, naik lagi menjadi 30,30% pada 2017 (Dinas komunikasi dan
dari 1887 balita terdapat sebanyak 468 balita (24,8%) stunting. 145 balita
termasuk dalam kategori sangat pendek dan 323 balita termasuk dalam
tahun 2017, yaitu 24,8%. (Laporan Bulanan UPT Puskesmas Rawat Inap
Penengahan, 2018)
balita stunting yang memiliki riwayat berat badan lahir rendah (BBLR).
B. Rumusan Masalah
Masih adanya riwayat bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah
468 balita (24,8%) stunting. 145 balita termasuk dalam kategori sangat
pendek dan 323 balita termasuk dalam kategori pendek. Prasurvey balita
stunting pada tahun 2018 yang berjumlah 468 orang dan penulis melakukan
wawancara terhadap 5 orang Ibu Balita Stunting, dan diperoleh (60%) 3 orang
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
tahun 2018.
D. Ruang Lingkup
E. Manfaat Penelitian
3. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STUNTING
1. Pengertian Stunting
Stunting atau pendek merupakan kondisi gagal tumbuh pada bayi (0-11
bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat dari kekurangan gizi kronis
kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi stunting baru
kembang yang ditandai dengan tinggi badan yang tidak mencukupi angka
dihitung dari 270 hari kandungan ibu, dan sampai dengan usia si anak 2
tahun (730 hari). Stunting indikator yang paling baik adalah pendek,
karena dari gagal tumbuhnya itu misal anak yang baru lahir bayi berat
lahir rendah (BBLR) berat kurang dari 2.500 gram dan tinggi kurang dari
48 cm ( Mediakom, 2018)
9
Normal ≥ -2,0 SD
2. Penyebab Stunting
mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan serta ibu
(HPK) dari anak balita. Peluang intervensi kunci yang terbukti efektif di
makanan anak dan pemenuhan gizi ibu. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa hanya 22,8% dari anak usia 0-6 bulan
yang menyusu ekslusif dan hanya 36,6% anak usia 7-23 bulan yang
jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat mencukupi kebutuhan
gizi bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh ASI serta membentuk daya
10
pemberian makan bayi dan anak yang tepat serta memberikan dukungan
3. Pemicu Stunting
Menurut Ahli Nutrisi, Dr, dr. Tan Shot Yen, M. Hum stunting adalah
ditandai dengan tinggi badan yang tidak mencukupi angka normal dan
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak terganggu yang dihitung dari
270 hari dikandungan ibu, dan sampai dengan usia si anak 2 tahun (730
tentu karena kondisi gizi ibu ketika hamil, gizi bayi ketika tumbuh
kembang sampai usia 2 tahun dan kondisi lain yang bisa mempengaruhi
4. Dampak Stunting
Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi dengan baik di masa 1.000 HPK
hingga dewasa nanti, beberapa risiko yang dialami oleh anak pendek atau
kognitifnya lemah, mudah lelah dan tak liah dibandingkan dengan anak –
anak lain seusianya, risiko untuk terserang penyakit infeksi lebih tinggi,
5. Pencegahan Stunting
dan anak usia 7 – 23 bulan. Permasalahan gizi ini bisa diatasi ketika
Pencegahan stunting dilakukan pada 1.000 HPK yakni dimulai dari masa
kehamilan, dimana bagi ibu hamil, upaya yang dapat dilakukan yaitu
memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara lain, dengan
menu sehat seimbang, asupan zat besi, asam folat, yodium yang cukup,
setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet
situasi ibu/calon ibu, situasi balita, kondisi sanitasi dan akses air minum
Asupan energi dan protein yang mencukupi pada ibu hamil dapat
(LILA) < 23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan
bayi berat lahir rendah (BBLR) yang jika tidak segera ditangani
Kondisi lain yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia,
b. Situasi Balita
BBLR, yaitu bayi berat lahir kurang dari 2.500 gram akan
2) ASI Ekslusif
2012, ASI ekslusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak
Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat
1. Pengertian BBLR
Bayi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2500
pada berat badan saja, tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri
Definisi bayi berat lahir, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014),
adalah bayi berat lahir rendah yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi dengan catatan berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Definisi dari bayi
berat badan lahir rendah menurut Saputra (2014), bayi berat lahir rendah
16
ialah berat badan bayi yang lahir kurang dari 2500 gram tanpa
gestasi.
Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (<259 hari)
Bayi lahir dengan masa gestasi 37 – 42 minggu (259 hari – 293 hari)
Bayi lahir dengan masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari)
Menurut Saifuddin dkk (2009) adalah bayi berat lahir rendah (BBLR),
dengan berat badan 1500 – 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah
(BBLRS), dengan berat badan bayi kurang dari 1500 gram. Bayi berat lahir
ekstrem rendah (BBLER) dengan berat bayi kurang dari 1000 gram.
1. Prematuritas Murni
Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu serta berat badan
bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan
Berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terbagi
c) Dismaturitas
Kondisi dimana bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
lanjut dari tingginya angka berat badan lahir rendah (BBLR) dan kurang gizi
pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch-
18
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
2013)
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi kronis, dalam
disabilitas pada usia tua serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang
perkembangan dan tinggi badan anak selanjutnya. Bayi lahir dengan BBLR
berat badan dan stunting diawal periode neonatal sampai masa kanak-kanak
(Wiyogowati, 2012)
D. Kerangka Teori
Kerangkateori adalah hubungan atau kaitan antara teori satu terhadap teori
b. Situasi Balita
BBLR
ASI Ekslusif Stunting
Pelayanan Kesehatan Balita
E. Kerangka Konsep
2010)
F. Hipotesis
hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara variabel bebas dan
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya
B. Variabel Penelitian
Menurut Suyanto dan Salamah (2009), variabel penelitian adalah ciri atau
ukuran yang melekat pada objek penelitian yang baik bersifat fisik (nyata)
adalah sesuatu yang digunakan sebagai cirri-ciri, sifat, atau ukuran yang
C. Definisi Opersional
Definisi operasional adalah batasan pada variabel yang diamati atau diteliti
(Notoatmodjo, 2010)
Definisi Operasional
1. Populasi
populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau
yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu (Sugiyono, 2017)
2. Sampel
Kalam, Padan yang merupakan 5 desa stunting lebih besar dari desa
24
lainnya yang ada diwilayah kerja puskesmas rawat inap penengahan yang
Kriteria Sampel :
Kuripan)
F. Etika Penelitian
1. Privacy
2. Anonymity
3. Confidential
1. Pengolahan Data
a) Editting
b) Coding
dan tidak BBLR 0 (nol), dan stunting diberi kode 1 (satu) dan tidak
stunting 0 (nol)
26
c) Processing
Setelah semua data terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati
SPSS.
d) Cleaning
diperiksa satu persatu ada bebrapa kode yang kurang tepat atu tidak
ulang.
e) Tabulating
bentuk tabel-tabel.
2. Analisa Data
a) Analisis Univariat
frekwensi.
menggunakan rumus :
P = __F_ x 100 %
Keterangan :
P = Presentasi
b) Analisis Bivariat
X² = ∑ ( 0 - E)²
Keterangan :
∑ = Penjumlahan
independen
variabel independen
yang diteliti dan nilai P value > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang
diteliti.
29
BAB IV
kuratif dan rehabilatif dengan wilayah kerja terdiri dari 22 desa.Fungsi dari
keluarga menuju masayarakat yang mandiri dan sehat serta pusat pelayanan
B. Hasil Penelitian
a. Berat Lahir
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Berat Lahir di Lima Desa yaitu, Desa
Banjarmasin, Padan, Kuripan, Way Kalam, Kelau Tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa balita yang mempunyai berat badan lahir
normal berjumlah 532 balita (83,2%) dan balita yang mempunyai riwayat berat
b. Stunting
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Stuntingdi Lima Desa yaitu,
Desa Banjarmasin, Padan, Kuripan, Way Kalam, Kelau Tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa balita tidak stunting sebanyak 410 balita
Tabel 4.3
Hubungan antara riwayat BBLR (berat bayi lahir rendah) dengan kejadian
stunting di wilayah kerja Puskesmas Penengahan Tahun 2018
Kejadian Stunting
Riwayat BBLR Tidak Stunting Stunting Total P OR
Value 95%CI
N % N % N %
Tidak BBLR 386 72,6 146 27,4 532 100 0,000 9,143
5,587-14,963
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui balita yang mempunyai riwayat berat lahir normal
dan tidak mengalami stunting sebanyak 386 balita (72,6%), balita yang
mempunyai riwayat berat lahir normal dan mengalami stunting sebanyak 146
balita (27,4%), balita yang mempunyai riwayat BBLR dan tidak mengalami
stunting sebanyak 24 balita (22,4%), dan balita yang mempunyai riwayat BBLR
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,000 yang berarti ada
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Penengahan tahun 2018. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan nilai OR sebesar 9,143 yang berarti balita yang mempunyai
32
riwayat BBLR memiliki resiko untuk terjadi stunting 9,143 kali lebih besar
C. Pembahasan
1. Analisis Univariat
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 639 balita di lima
desa yaitu desa Banjarmasin, Padan, Kelau, Kuripan dan Way Kalam
termasuk dalam kategori sangat pendek dan 323 balita termasuk dalam
makanan anak dan pemenuhan gizi ibu. Beberapa fakta dan informasi
yang ada menunjukkan bahwa hanya 22,8% dari anak usia 0-6 bulan
yang menyusu ekslusif dan hanya 36,6% anak usia 7-23 bulan yang
mencukupi kebutuhan gizi bayi yang tidak lagi dapat disokong oleh
ekslusif dan praktik-praktik pemberian makan bayi dan anak yang tepat
pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
dan akses air minum.Stunting bukan hanya persoalan gizi kronis, tapi
puncak bonus demografi pada tahun 2030 bisa sia-sia apabila masih
banyak balita gagal tumbuh akibat gizi kronis. Bonus demografi tak
akan berarti apa-apa tanpa generasi yang sehat jiwa dan raga. Generasi
muda yang sehat jiwa dan raga tentu bermula dari balita yang sehat
pula.
memberikan pengetahuan dasar ihwal pola asupan gizi bagi janin yang
berat badan lahir normal berjumlah 532 balita (83,2%) dan balita yang
(16,7%).
35
tinggi badan anak selanjutnya. Bayi lahir dengan BBLR akan beresiko
Nanti, akan terlihat ukuran janin tidak sesuai dengan kehamilan ibu.
(berat badan lahir rendah) <2500 gram dengan kehamilan genap bulan
tinggi terhadap kematian pada umur yang sangat dini atau lebih lanjut
belajar
2. Analisis Bivariat
gizi buruk pada ibu, praktik pemberian dan kualitas makanan yang
bersih dan sehat.Gizi ibu dan praktik pemberian makan yang buruk,
stunting dapat terjadi bila calon ibu mengalami anemia dan kekurangan
Kondisi tersebut bisa diperburuk lagi bila asupan gizi untuk bayi kurang
memadai, misalnya bayi diberikan air putih atau teh sebelum berusia
enam bulan, karena pada usia ini bayi seharusnya diberikan Air Susu
Tidak hanya itu, gizi buruk yang dialami ibu selama menyusui juga
Atikah Rahayu Andini Pada tahun 2014 dari hasil analisis bivariat
balita dengan panjang badan lahir kurang (<48 cm) berisiko mengalami
stunting 4,091 kali lebih besar daripada balita dengan panjang bdan
lahir normal (>48 cm). Penelitian yang dilakukan oleh dandara, dkk
tahun 2017 bahwa hasil penelitian ini menunjukkan hasil analisis besar
dengan kejadian stunting pada balita, berat lahir pada umumnya sangat
Seorang bayi yang lahir dengan BBLR akan sulit dalam mengejar
Balita yang BBLR tapi tidak stunting sebanyak 146 balita, peningkatan
dengan umur bayi. Gizi yang seimbang dapat membuat berat badan
memberikan pengetahuan dasar ihwal pola asupan gizi bagi janin yang
40
BAB V
A. Kesimpulan
dapat disimpulkan :
balita yang mempunyai berat badan lahir rendah berjumlah 107 balita
(16,7%)
B. SARAN
3. Teknis
stunting.
4. Aplikatif
DAFTAR PUSTAKA
Atikah & Cahyo. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika
Masri & Sofian. 2010. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi Cet. 4.
Perpustakaan Nasional. Katalog Dalam Terbitan (KDT): Jakarta: LP3ES
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2018. Stop Stunting dengan Konseling Gizi.
Jakarta
Suyanto & Salamah. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Mitra
Cendikia Press Yogyakarta
Atika, Rahayu Andini. 2014. Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian
Stunting Pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. The Indonesian Journal of
Public Health
Dandara, dkk. 2017. Analisis Faktor Risiko BBLR, Panjang Badan Bayi Saat
Lahir Dan Riwayat Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 12-36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai Kota
Kendari Tahun 2017. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Halu Oleo.
http://www.depkes.go.id
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2014. Hubungan Kategori Berat Badan
lahir Rendah. Jakarta
Onetusfifsi Putra. 2015. Pengaruh BBLR Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 12 – 60 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh. Padang
Frequency Table
KEJADIAN STUNTING
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
TIDAK
410 64,2 64,2 64,2
STUNTING
Valid
STUNTING 229 35,8 35,8 100,0
Total 639 100,0 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
BERAT BADAN LAHIR
RENDAH * KEJADIAN 639 100,0% 0 0,0% 639 100,0%
STUNTING
BERAT BADAN LAHIR RENDAH * KEJADIAN STUNTING Crosstabulation
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 97,345a 1 ,000
b
Continuity Correction 95,177 1 ,000
Likelihood Ratio 94,724 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
97,192 1 ,000
Association
N of Valid Cases 639
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38,35.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for BERAT
BADAN LAHIR RENDAH 9,143 5,587 14,963
(TIDAK BBLR / BBLR)
For cohort KEJADIAN
STUNTING = TIDAK 3,235 2,265 4,619
STUNTING
For cohort KEJADIAN
,354 ,298 ,420
STUNTING = STUNTING
N of Valid Cases 639