Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN TINDAKAN PREVENTIF

I. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Pomalaa adalah mewujudkan Pomalaa sehat. Visi ini
kelihatannya sederhana tapi sangat susah di wujudkan. Kondisi kesehatan
masyarakat Pomalaa,seperti gambaran kondisi kesehatan Indonesia.
Masalah lama berupa penyakit infeksi seperti TB, DBD, Malaria belum
sepenuhnya hilang. Aangka kematian Ibu dan Angka kematian Balita masih
tinggi. Kondisi gizi buruk,gizi kurang serta stunting masih jamak ditemukan.
Semua kondisi ini masih memrlukan kerja keras semua pihak agar bisa diatasi.
Sementara masalah lama belum teratasi, muncul lagi transisi
epidiomologis yakni merebaknya penyakit tidak menular. Hipertensi, DM,
Penyakit jantung , Kanker menjadi momok baru bagi kita. Dalam dekade
terakhir, Penyakit katastropik ini sedikit demi sedikit merangkak naik menjadi
penyebab kematian terbanyak . Dalam hal pembiayaan, penyakit katastropik ini
bahkan sudah menjadi penyakit yang menghabiskan paling banyak biaya BPJS
kesehatan. Sepanjang tahun 2017 BPJS kesehatan telah menghabiskan 18,4
triliun atau 21,8% dari total biaya pelayanan kesehatan.
Kondisi beban ganda masalah kesehatan ini membuat penyelesaian
masalah menjadi lebih berat dan membutuhkan partisipasi seluruh komponen
bangsa. Upaya koordinasi semua pihak sangat penting untuk menjamin
keberhasilan program kesehatan

II. LATAR BELAKANG


Puskesmas, sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan mempunyai
peran yang sangat penting untuk mengatasi masalah kesehatan. Upaya kuratif,
preventif dan rehabilitatif sebagai upaya pokok puskesmas harus dijalankan
konsisten dan berkesinambungan
Permasalahan kesehatan adalah sesuatu yang kompleks. Satu masalah
kesehatan tidak berdiri sendiri dan merupakan hasil akumulasi dari berbagai
faktor. Masalah kesehatan tidak bisa diatasi oleh orang kesehatan saja, tapi
menjadi tanggung jawab semua pihak.
Upaya peningkatan mutu puskesmas merupakan salah satu kegiatan
pokok dan vital puskesmas sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan
kinerja, serta upaya memberi pelayanan paripurna ke masyarakat. Semua
upaya ini dharapkan bermuara pada kepuasan masyarakat serta terwujudnya
visi Puskesmas Pomalaa yakni masyarakat pomalaa yang sehat. Keberhasilan
peningkatan mutu sangat tergantung dari
1. Kemampuan mengindentifikasi masalah
2. Kemampuan menganalisis masalah
3. Kemampuan mengetahui penyebab masalah
4. Kemampuan mengetahui akar penyebab masalah
5. Kemampuan memutuskan rencana tindak lanjut penyelesaian masalah
6. Kemampuan melaksanakan tindak lanjut
7. Kemampuan mengevaluasi pelaksanaan tindak lanjut
8. Partisipasi semua pegawai dalam upaya peningkatan mutu

Dalam mengatasi masalah, harus di analisis penyebab masalah dan akar


penyebab masalah. Pneyelesaian masalah bisa diilakukan dengan cara
tindakan koreksi, korektif dan preventif. Berikut penjelasannya:
a. Akar Masalah
Akar masalah adalah alasan paling mendasar yang menyebabkan
terjadinya ketidak sesuain . Alasan paling mendasar yang menyebabkan
terjadinya kondisi yang tidak diinginkan. Akar masalah dirumuskan
setelah melalui proses pengkajian mendalam oleh orang yang
berkompeten dan setelah melalui proses identifikasi yang sungguh-
sungguh terhadap suatu ketidaksesuaian yang telah terjadi atau terhadap
suatu kondisi tidak diinginkan yang telah terjadi.
b. Koreksi
Koreksi dirumuskan setelah ketidaksesuain terjadi atau setelah kondisi
tidak diinginkan terjadi. Fokus tindakan koreksi adalah menghilangkan
atau meminimalisir akibat dari suatu ketidaksesuaian . Koreksi adalah
tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang telah terjadi atau
ditemukan. Tindakan koreksi bersifat memperbaiki secara langsung.
c. Tindakan Korektif
Tindakan korektif berfokus pada penyebab (akar penyebab masalah) dari
suatu keadaan yang telah terjadi. Tindakan korektif merupakan jawaban
untuk mengobati “akar penyakit”. Tindakan ini dirumuskan setelah
terjadinya ketidak sesuaian atau setelah kondisi yang tidak diinginkan
terjadi. Tindakan korektif diharapkan dapat mencegah ketidaksesuaian
yang sama (kondisi tidak diinginkan yang sama) agar tidak terjadi lagi
dikemudian hari.
d. Tindakan Preventif
Fokus tindakan preventif adalah suatu keadaan yang diduga berpotensi
akan terjadi, namun hal itu sebenarnya belum terjadi (belum actual
terjadi). Tindakan preventif bertujuan untuk menghilangkan penyebab
dari ketidaksesuaian yang dianggap potensial akan terjadi. Tindakan
preventif diharapkan dapat mencegah ketidaksesuaian/kondisi yang tidak
diinginkan aga jangan terjadi.

Kerangka acuan ini focus ada upaya preventif, sebagai tindkan dalam
mengatasi akar penyebab masalah. Dalam hal ini upaya preventif yang dipilih
Puskemas Pomalaa adalah “PENANGANAN KASUS BERPOTENSI KLB”.
Penanganan ini bertujuan untuk mereson cepat dan menyeluruh jika ada kasus
berpotensi KLB, sehingga dapat dicegah kasus tersebut menjadi KLB
III. TUJUAN
 Tujuan Umum: dari upaya preventif mencegah suatu keadaan yang
diduga berpotensi akan terjadi. Dengan upaya preventif diharapkan
masalah kesehatan yang berpotensi terjadi dapat dicegah.
 Tujuan khusus: Melakukan upaya preventif dengan tindakan mencegah
suatu kasus yang terjadi yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
01 Penemuan/identifikasi  Penemuan kasus berpotensi KLB
kasus berpotensi KLB di tempat pelayanan
 Campak  Penemuan kasus gizi buruk di
 Malaria unit pelayanan
 DBD
Penemuan Kasus Gzi
buruk

02  Penanganan kasus  Penangan menyeluruh dengan


berpotensi KLB melibatkan lintas program
 Penemuan kasus (Promkes, Kesling, survelans,
gizi buruk programmer terkait
 Penanganan melibatkan lintas
sektor terkait seperti pemerntah
desa/keluarahan
 Pendampingan kasus gizi buruk

V. Cara Melaksanakan kegiatan


a. Cara melaksanakan kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan preventif adalah kegiatan yang berftujuan
mencegah kejadian yang diperkirakan bisa terjadi, tapi belum terjadi. Pada
kasus berpotensi KLB dilakukan upaya agar kasus tersebut tidak
berkembang menjadi KLB
 Kasus Malaria dan DBD, selain penanganan kasus tersebut maka
dilakukan upaya preventif agar tidak menjadi KLB Malaria atau DBD
yakni
1. Mencari masyarakat disekitar penderita yang demam yang
berpotensi sebagai kasus primer atau sebagai kasus sekunder
untuk segera diputuskan mata rantai penularannya
2. Melihat kondisi lingkungan dirumah penderita dan disekitarnya
untuk melihat adanya kemungkinan potensi sarang nyamuk
termasuk melhat adanya jentik nyamuk sebagai vector. Pada
kegiatan ini termasuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk
jika diperlukan
3. Melakukan penyuluhan ke masyarakat disekitar penderita untuk
meningkatan kewaspadaan KLB agar masyarakat dapat
mengambil langkah pencegahan KLB
 Kasus Campak, selain penanganan kasus campak tersebut, juga
dilakukan upaya preventif agar tidak terjadi KLB campak yakni:
1. Mencari masyarakat disekitar penderita yang demam yang
berpotensi sebagai kasus primer atau sebagai kasus sekunder
untuk segera diputuskan mata rantai penularannya.
2. Melihat kondisi lingkungan rumah dan pekarangan penderita
untuk dilakukan perbaikanguna mencegah berkembangnya kasus
tersebut
3. Melakukan penyuluhan untuk menngkatkan kewaspadaan
masyarakat terhadap potensi KLB
 Kasus Gizi buruk, selain penanganan kasus gizi buruk tersebut maka
juga dilakukan penanganan kasus lain untuk mencegah kasus gizi
buruk lainnya yaitu
1. Penanganan kasus BBLR
2. Penanganan kasus bumil KEK
3. Penanganan kasus gizi kurang
b. Sasaran
1. Penderita dan keluarga kasus berpotensi KLB (campak, Malaria
dan DBD)
2. Masayarakat yang tempat tinggalnya disekitar kasus berpotensi
KLB
3. Penderita BBLR
4. Penderita Gizi Kurang
5. Penderita bumil KEK
c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap ada kasus, untuk melihat keberhasilan
intervensi dalam mencegah kejadian yang diperekirakan bisa terjadi
tanpa upaya preventif yang cukup.
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan setiap ada kasus dengan
melaporkan
1. Jenis Kegiatan
2. Waktu pelaksanaan
3. Sasaran
4. Proses kegiatan
5. Hasil kegiatan
6. Evaluasi kegiatan
7. Rencana tindak lanjut

Anda mungkin juga menyukai