PROPOSAL SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Pendidikan Dokter (S1) dan mencapai gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Ainindya Pasca Rachmadiani
NIM 142010101074
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vi
Halaman
2.1 Pemeriksaan usia gestasi menurut tinggi fundus uteri.............................12
2.2 Komplikasi persalinan letak sungsang.....................................................17
3.1 Definisi Operasional Faktor Ibu...............................................................38
3.2 Definisi Operasional Faktor Kehamilan..................................................39
3.3 Definisi Operasional Faktor Bayi............................................................39
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Asfiksia pada bayi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
faktor ibu (umur ibu, paritas dan anemia) dan berat bayi lahir (Herianto dkk,
2012). Asfiksia yang terjadi pada bayi atau asfiksia perinatal dapat menyebabkan
beberapa gangguan kesehatan yang berisiko terhadap kematian bayi. Beberapa
gangguan kesehatan akibat asfiksia adalah hipoksemia, hiperkarbia, penurunan
perfusi, asidosis dan hipoglikemia yang menimbulkan kerusakan pada seluruh
sistem tubuh bayi (Green dan Wilkinson, 2012).
2.6.4 Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
(BKKBN, 2006). Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang
mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008).
Menurut Siswosudarmo (2008) jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara
lain yaitu :
a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu
hidup.
b. Primipara adalah wanita yang pernah satu kali melahirkan bayi yangtelah
mencapai tahap mampu hidup.
c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan dua janin viabel atau lebih.
d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan lima anak atau lebih.
a. Epidemiologi
Di Indonesia, mortalitas dan morbiditas hipertensi pada kehamilan juga
masih cukup tinggi. Angka kejadian preeklampsia sebesar 5-15% dari seluruh
kehamilan di dunia. Angka kejadian ini lebih banyak terjadi di negara
berkembang dibanding pada negara maju, hal ini disebabkan karena di negara
maju perawatan prenatalnya lebih baik. Berdasarkan SDKI 2003, insiden
preeklampsia di Indonesia 3,4-8,5% (Abbas, 2011).
Hal ini disebabkan oleh etiologi yang tidak jelas, dan juga perawatan
dalam persalinan masih ditangani petugas non medik serta sistem rujukan
yang belum sempurna. Hipertensi pada kehamilan dapat dipahami oleh semua
tenaga medik baik di pusat maupun di daerah (Prawirohardjo, 2010).
b. Faktor Risiko
Hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial. Beberapa
faktor risiko dari hipertensi dalam kehamilan adalah (Katsiki dkk., 2010) :
1) Usia maternal
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Komplikasi maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah
20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang, dapat
menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi dalam kehamilan
dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba, 2007)
2 Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama.
Jika ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling aman
adalah kehamilan kedua sampai ketiga (Katsiki dkk,, 2010).
2) Riwayat keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut
dapat terjadi karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam
kehamilan (Muflihan, 2012).
3) Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana
komplikasi tersebut dapat mengakibatkan superimpose preeclampsi dan
hipertensi kronis dalam kehamilan (Manuaba, 2007).
4) Tingginya indeks massa tubuh
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena kelebihan
kalori, kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya
berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi dalam
kehamilan, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan
(kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hal tersebutberkaitan dengan adanya
timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan, 2012).
5) Faktor Kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan kehamilan
ganda berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia dan
eklampsi mempunyai risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda.
Dari 105 kasus bayi kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsia
dan satu kasus kematian ibu karena eklampsi (Manuaba, 2007).
c. Patofisiologi
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan
jelas. Salah satu teori yang sekarang banyak dianut menurut Prawirohardjo
(2010) adalah teori kelainan vaskularisasi plasenta.
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi
cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis dan memberi cabang arteri spiralis (Prawirohardjo, 2010).
Pada kehamilan normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut, sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan lumen spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri apiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada
utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis” yang dapat dilihat pada
Gambar 2.3 (Prawirohardjo, 2010).
Gambar 2.3 Remodeling pembuluh darah pada kehamilan normal dan hipertensi dalam
kehamilan (Sumber: Powe CE, dkk., 2011)
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada
lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri
spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya,
arteri spiralis relatif mengalami vasokontriksi, dan terjadi kegagalan
“remodeling arteri spiralis”, sehingga aliran darah utero plasenta menurun, dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan
menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis
hipertensi dalam kehamilan selanjutnya (Prawirohardjo, 2010).
Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama apabila terjadi pada
wanita yang sedang hamil. Hal ini dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan bagi
bayi yang akan dilahirkan. Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai
peringatan dini. Hipertensi dalam kehamilan atau yang disebut dengan
preeklampsiaa, kejadian ini persentasenya 12% dari kematian ibu di seluruh
dunia. Hipertensi juga meningkatkan angka kematian dan kesakitan pada ibu
hamil (Kemenkes, 2013).
a) Plasenta
a) Lokal pada saluran genitalia, seperti
1) Show
2) Serviks : servisitis, polip, erosi serviks dan keganasan
3) Trauma : trauma saat hubungan seksual
4) Vulvovaginal varicosities
5) Tumor saluran genital
6) Infeksi saluran genital
7) Hematuria
Sekitar 15 sampai 25% kematian janin disebabkan oleh masalah di plasenta,
membran, atau tali pusat, dan solusio plasenta adalah kausa tunggal kematian
janin dalam rahim yang dapat diidentifikasi (Leveno dkk, 2009). Pada ibu yang
mengalami perdarahan antepartum, bentuk perdarahan yang terjadi bisa sedikit
ataupun banyak, hal ini dapat menimbulkan penyulit bagi janin karena aliran
darah ke janin berkurang yang dapat membuat janin mengalami BBLR, prematur,
asfiksia hingga bisa mengakibatkan kematian janin dalam rahim.
Kelahiran
Komplikasi
Kelahiran
Survival Kematian
2.9 Hipotesis
Dari pendahuluan dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan diatas dapat
diambil hipotesis, yaitu :
Terdapat beberapa faktor risiko dari yang diteliti dengan kejadian kematian
bayi 0-28 hari.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2009). Sampel yang diambil dari penelitian ini berasal dari
seluruh data rekam medis yang mencatat kelahiran bayi hidup dan mati usia 0-28
hari di bagian rekam medis RSD dr. Soebandi Jember periode Januari – Juli 2017
dan sampel harus memenuhi kriteria kasus dan kontrol.
a. Kriteria Kontrol
Kontrol adalah ibu yang melahirkan bayi lahir hidup usia 0-28 hari yang
tercatat lengkap dalam rekam medis RSD dr. Soebandi Jember bulan Januari –
Juli 2017.
b. Kriteria Kasus
Kasus adalah ibu yang melahirkan bayi lahir mati usia 0-28 hari yang tercatat
lengkap dalam rekam medis RSD dr. Soebandi Jember bulan Januari – Juli 2017.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bayi lahir mati dan mati dini pada usia 0-28 hari.
2) Bayi lahir hidup sehat pada usia 0-28 hari
3) Dirawat inap di RSD dr. Soebandi Jember.
4) Dirujuk di RSD dr. Soebandi Jember.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subjek memenuhi
kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam,
2013). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah bayi dengan data rekam medis
yang tidak lengkap.
1. Usia ibu Usia ibu yang didapatkan 1. Usia 20 tahun Rekam medis Nominal
berdasarkan data 2. Usia 21-34 tahun
3. Usia ≥35 tahun
1. Bekerja
2. Pekerjaan Ibu Pekerjaan ibu yang didapat 2. Tidak bekerja Rekam medis Nominal
berdasarkan data
1. SD
3. Pendidikan Ibu Pendidikan ibu yang 2. SMP Rekam medis Nominal
didapat berdasarkan data 3. SMA
4. PT
Cara
No. Variabel Definisi Operasional Klasifikasi Skala data
pengukuran
1. Caesar
1. Rute Rute persalinan yang didapat 2. Normal Rekam medis Nominal
persalinan berdasarkan data
1. 24 – 28 minggu
2 Usia Usia kehamilan didapat dari jumlah 2. 29 – 32 minggu Rekam medis Ordinal
kehamilan Ballard score 3. 33 – 36 minggu
4. 37 – 42 minggu
5. >42 minggu
1. Spontan/dukun/tanpa
3. Penolong Penolong persalinan yang didapat penolong medis Rekam medis Nominal
persalinan berdasar data 2. Bidan
3. Dokter
1. Presentasi
4. Presentasi Presentasi kelahiran bayi yang bokong/sungsang Rekam medis Nominal
kelahiran didapat berdasar data 2. Presentasi kepala
G(+)
P S F D B
G(-)
M
Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel yang diambil melalui rekam medis yang akan diamati
F : Faktor risiko yang terdapat pada rekam medis akan diamati
G(+) : Terdapat bayi lahir mati usia 0-28 hari kelahiran
G(-) : Tidak terdapat bayi lahir mati usia 0-28 hari kelahiran
D : Data akan diuji dengan dideskripsikan menurut distribusi
B : Data diuji menggunakan analisis bivariat
M : Data juga diuji menggunakan analisis multivariat
Perijinan
Rekam Medis
Hasil Penelitian
Gambar 4.1 Distribusi kejadian bayi lahir mati dan hidup usia 0-28 hari di RSD
dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Gambar 4.4 Distribusi bayi berdasarkan berat badan lahir yang dirawat maupun
dirujuk di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Gambar 4.5 Distribusi bayi berdasarkan panjang badan yang dirawat maupun
dirujuk di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Gambar 4.9 Distribusi bayi berdasarkan usia kehamilan yang dirawat maupun
dirujuk di RSD dr.
Soebandi Kabupaten
Jember
i. Distribusi
Bayi berdasarkan
Kejadian Kelainan
Kongenital di
RSD dr. Soebandi
Kabupaten Jember
Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah total 134 sampel rekam medis,
terdapat 7 (5,2%) bayi lahir hidup saja yang mempunyai kelainan kongenital.
Sisanya terdapat 127 (94,8%) bayi yang tidak mempunyai kelainan kongenital.
Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Distribusi bayi berdasarkan kelainan kongenital yang dirawat
maupun dirujuk di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
Gambar 4.12 Distribusi bayi berdasarkan pekerjaan ibu yang dirawat maupun
dirujuk di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
k. Distribusi Bayi berdasarkan Pendidikan Ibu di RSD dr. Soebandi
Kabupaten Jember
Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah total 134 sampel kasus, terdapat
45 bayi dari ibu berpendidikan SD dengan 24 (17,9%) bayi lahir hidup usia 0-28
hari dan 21 (15,7%) bayi lahir mati usia 0-28 hari. Bayi dari ibu yang
berpendidikan SMP berjumlah 31 dengan 17 (12,7%) bayi lahir hidup usia 0-28
hari dan 14 (10,4%) bayi lahir mati usia 0-28 hari. Bayi dari ibu yang
berpendidikan SMA/SMK berjumlah 39 dengan 15 (11,2%) bayi lahir hidup usia
0-28 hari dan 24 (17,9%) bayi lahir mati usia 0-28 hari. Bayi dari ibu yang
berpendidikan PT berjumlah 13 dengan 9 (6,7%) bayi lahir hidup usia 0-28 hari
dan 4 (3%) bayi lahir mati usia 0-28 hari. Bayi dari ibu yang tidak bersekolah
berjumlah 6 dengan 2 (1,5%) bayi lahir hidup usia 0-28 hari dan 4 (3%) bayi lahir
mati usia 0-28 hari. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Distribusi bayi berdasarkan pendidikan ibu yang dirawat maupun
dirujuk di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
a. Analisis Hubungan Faktor Bayi dengan Kematian Bayi Usia 0-28 Hari di
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
Analisis hubungan faktor bayi dengan kematian bayi usia 0-28 hari dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisis hubungan faktor bayi yang mempengaruhi kematian bayi usia
0-28 hari di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa bayi lahir mati usia 0-28 hari dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 34 (25,4%) bayi dan perempuan sebanyak 33 (24,6%)
bayi. Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh p-value sebesar
1,000 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin
dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Kedua, Apgar Skor dikategorikan menjadi dua, yaitu < 7 dan ≥ 7 dan tidak
tahu. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa bayi lahir mati usia 0-28 hari yang
mempunyai Apgar Skor < 7 sebanyak 50 (37,3%) bayi, dan Apgar Skor ≥ 7 dan
tidak diketahui sebanyak 17 (12,7%). Pada hasil uji statistik dengan uji Chi
Square, diperoleh p-value sebesar 0,000 yang menunjukkan terdapat hubungan
bermakna antara Apgar Skor dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Analisis dengan OR diperoleh 5,627 yang berarti bahwa bayi dengan Apgar Skor
< 7 memiliki risiko kematian bayi 5,627 kali lebih besar dibanding bayi dengan
Apgar Skor ≥ 7.
Ketiga, berat lahir dikategorikan menjadi dua, yaitu < 2500 gr dan ≥ 2500
gr. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa bayi lahir mati usia 0-28 hari yang mempunyai
berat badan lahir < 2500 gr sebanyak 36 (26,9%) bayi dan ≥ 2500 gr sebanyak 31
(23,1%) bayi. Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh p-value
sebesar 0,000 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara berat lahir
dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari. Analisis dengan OR diperoleh
9,954 yang berarti bahwa bayi dengan berat lahir < 2500 gr memiliki risiko
kematian bayi 9,954 kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir ≥ 2500 gr.
Keempat, panjang badan lahir dikategorikan menjadi ≤ 48 cm dan > 48
cm. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari dengan panjang badan
lahir ≤ 48 cm sebanyak 46 (34,3%) bayi dan > 48 cm sebanyak 21 (15,7%) bayi.
Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh p-value sebesar 0,000
yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara panjang badan lahir
dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari. Analisis dengan OR diperoleh
5,148 yang berarti bahwa bayi dengan panjang badan lahir ≤ 48 cm memiliki
risiko kematian bayi 5,148 kali lebih besar dibanding bayi dengan panjang badan
lahir > 48 cm.
Tabel 4.2 Analisis hubungan faktor kehamilan dengan kematian bayi usia 0-28
hari di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
Tabel 4.2 menunjukkan bayi mati usia 0-28 hari dengan rute persalinan
pervaginam sebanyak 45 (33,6%) bayi dan SC sebanyak 22 (27,5%). Pada hasil
uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh p-value sebesar 0,053 yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara rute persalinan dengan
kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Kedua, penolong persalinan dikategorikan menjadi medis dan dukun atau
lahir sendiri. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari yang
ditolong oleh medis sebanyak 64 (47,8%) bayi dan dukun atau lahir sendiri
sebanyak 3 (1,5%). Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square terdapat dua sel
yang frekuensi harapannya kurang dari lima (lebih dari 20%) sehingga tidak
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, dilakukan uji statistik dengan uji Fisher’s
Exact dan diperoleh p-value sebesar 0,244 yang menunjukkan tidak terdapat
hubungan bermakna antara penolong persalinan dengan kejadian kematian bayi
usia 0-28 hari.
Ketiga, presentasi kelahiran dikategorikan menjadi dua yaitu, sungsang
dan kepala. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari yang
mempunyai presentasi kelahiran sungsang sebanyak 3 (2,2%) bayi dan kepala
sebanyak 64 (47,8%) bayi. Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square terdapat
dua sel yang frekuensi harapannya kurang dari lima (lebih dari 20%) sehingga
tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, dilakukan uji statistik dengan uji
Fisher’s Exact dan diperoleh p-value sebesar 1,000 yang menunjukkan tidak
terdapat hubungan bermakna antara presentasi kelahiran dengan kejadian
kematian bayi usia 0-28 hari.
Keempat, usia kehamilan dikategorikan menjadi dua, yaitu ≤ 37 minggu
dan > 37 minggu. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari dengan
usia kehamilan ≤ 37 minggu sebanyak 28 (20,9%) bayi dan > 37 minggu
sebanyak 39 (29,1%). Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh p-
value sebesar 0,003 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara usia
kehamilan dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari. Analisis dengan OR
diperoleh 2,870 yang berarti bahwa bayi dengan usia kehamilan ≤ 37 minggu
memiliki risiko kematian bayi 2,870 kali lebih besar dibanding bayi dengan usia
kehamilan > 37 minggu.
Kelima, Tabel 4.2 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari yang
memiliki kelainan kongenital sebanyak 7 (5,25%). Pada hasil uji statistik dengan
uji Chi Square terdapat dua sel yang frekuensi harapannya kurang dari lima (lebih
dari 20%) sehingga tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, dilakukan uji
statistik dengan uji Fisher’s Exact dan diperoleh p-value sebesar 0,013 yang
menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kelainan kongenital dengan
kejadian kematian bayi usia 0-28 hari. Analisis dengan OR diperoleh 2,117 yang
berarti bahwa bayi dengan kelainan kongenital memiliki risiko kematian bayi
2,117 kali lebih besar dibanding bayi yang tidak memiliki kelainan kongenital.
c. Analisis Hubungan Faktor Ibu dengan Kematian Bayi Usia 0-28 Hari di
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Analisis hubungan faktor ibu dengan kematian bayi usia 0-28 hari dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Analisis hubungan faktor ibu dengan kematian bayi usia 0-28 hari di
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember
Usia ibu dikategorikan menjadi dua, yaitu usia < 20 tahun dan > 35 tahun,
dan 20 - 35 tahun. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari yang
lahir dari ibu berusia < 20 tahun > 35 tahun sebanyak 20 (14,9%) bayi dan 20 - 35
tahun sebanyak 47 (35,1%) bayi. Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square,
diperoleh p-value sebesar 0,701 yang menunjukkan tidak terdapat hubungan
bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Kedua, Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari
yang memiliki ibu yang bekerja sebanyak 17 (12,7%) bayi dan tidak bekerja
sebanyak 50 (37,3%) bayi. Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square,
diperoleh p-value sebesar 0,841 yang menunjukkan terdapat hubungan bermakna
antara pekerjaan ibu dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Ketiga, paritas dikategorikan menjadi dua yaitu, 1 dan ≥ 4, dan 0 - 3. Tabel
4.3 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari yang lahir dari ibu dengan
paritas 1 dan ≥ 4 sebanyak 38 (28,4%) bayi dan 0 - 3 sebanyak 29 (21,6%) bayi.
Pada hasil uji statistik dengan uji Chi Square, diperoleh p-value sebesar 0,167
yang menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan
kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Keempat, penyakit penyerta ibu hamil pada penelitian ini terdiri dari pre-
eklampsia, perdarahan antepartum, infeksi saluran kemih, dan infeksi intra uterin.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa bayi mati usia 0-28 hari dari ibu yang mengalami
pre-eklampsia sebanyak 5 (3,7%) bayi. Pada hasil uji statistik dengan uji Chi
Square, diperoleh p-value sebesar 0,381 yang menunjukkan tidak terdapat
hubungan bermakna antara pre-eklampsia dengan kejadian kematian bayi usia 0-
28 hari.
Bayi mati usia 0-28 hari dari ibu yang mengalami perdarahan antepartum
sebanyak 4 ( 3%) bayi dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pada hasil uji statistik dengan
uji Chi Square terdapat dua sel yang frekuensi harapannya kurang dari lima (lebih
dari 20%) sehingga tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, dilakukan uji
statistik dengan uji Fisher’s Exact dan diperoleh p-value sebesar 0,680 yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara perdarahan antepartum
dengan kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
4.1.4 Analisis data Multivariat
Variabel P Value OR
Tabel 4.5 Analisis multivariat uji regresi logistik Apgar Skor, berat badan lahir,
panjang badan, rute persalinan, usia kehamilan, dan paritas
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini, faktor usia kehamilan dan berat lahir bayi termasuk
faktor yang berperan penting terhadap kejadian kematian bayi usia 0-28 hari.
Hasil menunjukkan bahwa bayi dengan usia kehamilan ≤ 37 minggu berpengaruh
terhadap kejadian kematian bayi usia 0-28 hari dengan p-value 0,002. Penelitian
Variabel P value OR
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Terdapat hubungan antara faktor risiko berat badan lahir, panjang badan,
Apgar Skor, usia kehamilan, dan kelainan kongenital terhadap kematian bayi usia
0-28 hari di RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
2. Faktor risiko berat badan lahir dan usia kehamilan merupakan faktor
dominan yang berpengaruh terhadap kematian bayi usia 0-28 hari di RSD dr.
Soebandi Kabupaten Jember.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti untuk penelitian selanjutnya yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah jumlah sampel agar
mewakili populasi sehingga dapat memberikan hasil yang lebih signifikan
terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian bayi.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah tentang faktor-faktor
yang diteliti lain yang berpengaruh pada kematian bayi usia 0-28 hari.
3. Untuk penelitian selanjutnya bisa menambah tempat yang berbeda dari
penelitian ini sehingga bisa dibandingkan faktor-faktor risiko kematian di RSD dr.
Soebandi dengan tempat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Astri. I., Rahma, dan Ikhsan M. 2014. Analisis Faktor Risiko Kematian Neonatal
Dini di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Pertiwi Kota Makassar
Tahun 2011-2012. Universitas Hasanuddin.
Astuti W. D., Solikhah H.H., dan Angkasawati T. J., 2010. Estimasi Risiko
Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia Tahun 2007. Buletin Penelitian
Kesehatan 13(4):297-308.
Badan Pusat Statistik. 2013. Angka Kematian Bayi Penduduk Jawa Timur
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009-2013.
https://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/151. [14 September 2017].
Badan Pusat Statistik. 2014. Angka Kematian Bayi menurut Provinsi 1971, 1980,
1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007, 2010, 2012.
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1270. 10 Oktober 2017.
Badan Pusat Statistik. 2016. Angka Kematian Bayi (AKB) Penduduk Jawa Timur
Menurut Kabupaten/Kota, 2012-2016.
https://jatim.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/389 10 Oktober 2017.
Bayou G dan Berhan Y., 2012. Perinatal Mortality and Associated Risk Factors:
A Case Control Study. Ethiop Journal Health Science 22(3):153-162.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, dan Spong. William Obstetrics, 23rd
Ed. Alih Bahasa oleh Brahm U. Pendit, dkk. 2012. Jakarta: ECG
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2011. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Effendi S.H dan Indrasanto E. 2008. Buku Ajar Neonatologi 1st ed. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
Ezeh, Agho, Dibley, Hall, Nicolas. 2015. Risk Factors for Postneonatal, Infant,
Child and Under-5 Mortality in Nigeria: A Pooled Crosssectional Analysis.
BMJ Open .
Jannah M. 2010. Hubungan Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil terhadap
Partus Prematur di RSUD dr. Adjidarm.Lebak Banten Periode Januari-
Desember 2010. Skripsi. Jakarta: Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jehan, Harris, Salat, Amna, Mobeen, Pasha, Elizabeth, Janet, Wright, dan
Lldenberg. 2009. Neonatal mortality, risk factors and causes: a prospective
population-based cohort study in urban Pakistan. Bull World Health Organ.
87:130–138.
Kemenkes RI. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis
Perlindungan Anak. Jakarta : Kemenkes RI.
Kosim M.S dkk., 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
Ladewig, P. W., London, M. L., & Olds, S. B. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi
baru Lahir. Alih Bahasa oleh Salmiyatun. 2006. Jakarta: EGC
Leveno K. J., dkk., 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Edisi 21. Jakarta :
EGC.
Mahmudah U. 2011. Analisis Faktor Bayi dan Ibu yang Berhubungan dengan
Kejadian Kematian Perinatal di Kabupaten Batang Tahun 2010. Skripsi.
Semarang: Program Sarjana Universitas Negeri Semarang.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Marmi, K dan Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mitayani, A. 2011. BBLR Tanda dan Gejala bayi Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Moura, Maestá, Rugolo, Angulski, Caldeiras, Peraçoli, dan Rudge. 2014. Risk
factors for perinatal death in two different levels of care: a case–control study.
Reproductive Health Journal. 11:11.
Powe CE, Levine RJ, dan Karumanchi SA. 2011. Preeclampsia, a Disease of The
Maternal Endothelium: The Role of Antiangiogenic Factors and Implications
for Later Cardiovascular Disease. National Center of Biotechnology
Information 123(24):2856-2869.
Saifuddin, A. B., 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Universitas Jember. 2016. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jember: Badan
Penerbit Universitas Jember.
Vivian D.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.
Wandira A.K dan Indawati R. 2012. Faktor Penyebab Kematian Bayi di Sidoarjo.
Jurnal Biomedika dan Kependudukan 1(1):33-42.
WHO. 2011. Word Health Statistics. http://www.who.int/whosis/whostat/
EN_WHS2011_Full.pdf [14 September 2017].
LAMPIRAN
-1 0 1 2 3 4 5
Pecah-
Permukaan
pecah
Merah halus, terkelupas Parchement
Gelatin-us daerah Leathery
Lengket-friable- tampak dan atau terbelah
Kulit merah gundul, cracked
transparan gambaran ruam dalam, tak
translusen vena wrinkled
vena tampak bb terlihat vena
sangat
vena
sedikit
Umumnya
Daerah
Lanugo Tidak ada Jarang Banyak Halus tanpa
kebotakan
lanugo
Garis kaki
Permu- Tumit-jari kaki > 50 mm Garis kaki sampai Garis kaki
Faint bercak
kaan 40-50 mm: -1 tanpa garis hanya di dengan di seluruh
kemerahan
plantar < 40 mm: -2 kaki anterior 2/3 telapak
anterior
Areola Areola
Areola
agak sangat
Sedikit Areola rata, menonjol,
Payudara Imperceptible menonjol, menonjol,
perceptible tanpa bantalan bantalan
bantalan 1- bantalan 5-
3-4 mm
2 mm 10 mm
Bentuk &
Kelopak Lengkung
Sedikit kekerasan TI rawan
Kerapatan terbuka, terbentuk
Mata melelngkung, sudah cukup tebal,
kelopak longga: -1 daun telinga baik, lunak,
/telinga lunak, rekoil baik, daun telinga
Rapat: -2 rata, tetap tapi rekoil
lambat rekoil sudah kaku
terlipat baik
langsung
Testis
Testis
jelas
Testis di sudah Testis sudah
Skrotum dalam
Genital Skrotum rata, bagian atas turun, bergelayut,
rata, guratan skrotum,
(pria) halus kanal, guratan terlihat ruga cukup
kulit halus ruga
kulit jarang guratan dalam
cukup
cukup jelas
jelas
Labia
Labia Labia
Klitoris Klitoris mayor
minor dan mayor
Genital Klitoris menonjol, menonjol, menonjol, besar,
mayor menutupi
(wanita) la rata labia minor labia minor labia
sama-sama klitoris dan
kecil membesar minor
membesar labia minor
kecil
Skor Minggu
-10 20
Tingkat Maturasi -5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
Skor -1 0 1 2 3 4 5
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
Postur
Jendela
pergelangan
tangan
Gerakan
lengan
membalik
Sudut
popliteal
Tanda
selendang
Lutut ke
telinga
3.2 Instrumen Penelitian
Kelainan
Nama APGAR Rute Penolong Presentasi
Usia JK kongenital
Bayi Skor Persalinan Persalinan Kelahiran
Ya Tidak