Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEMATIKA

PHANEROGAMAE

DIALYPETALE

Nama : Charisma

Nim : H1041181055

Tanggal : 22 Oktober 2020

JURUSAN
BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sejumlah sistem pada klasifikasi tumbuhan yang berpengaruh,


seperti sistem Takhtajan dan atau sistem Cronquist mengakui
kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas
Magnoliopsida. Nama ini dibentuk dengan menggantikan akhiran
-aceae dalam kata ynama Magnoliaceae dengan akhiran -opsida. Kelas
Magnoliopsida secara umum dipakai sebagai nama takson bagi
semua tumbuhan berbunga bukan monokotil. Magnoliopsida adalah
nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang dipakai sistem
klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicotyledoneae (kelas yang
berarti "tumbuhan berdaun lembaga dua" atau "tumbuhan dikotil")
(Campbell, Neil A. Dkk, 2002).

Tumbuhan berbiji belah (atau tumbuhan berkeping biji dua atau


dikotil) adalah segolongan tumbuhan berbunga yang memiliki ciri khas
yang sama yaitu memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon). Daun
lembaga ini terbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian
besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua. Secara klasik,
tumbuhan berbunga dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu
tumbuhan berkeping biji dua dan tumbuhan berkeping biji tunggal
(monokotil) (Campbell, Neil A. Dkk,
2002).

Tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) merupakan tumbuh-tumbuhan


yang dalam kelas ini meliputi terna, semak-semak, perdu maupun pohon-
pohon yang mempunyai ciri-ciri morfologi yang beragam lain nya, untuk
itu dilakukan praktikum Dialypetalae ini untuk mengetahui morfologi
dari tumbuhan yang termasuk dialypetalae,serta menjelaskan manfaat
dan mendeskripsikan tumbuhan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah

1. Bagaimana Pengertian dari subkelas Dialypetalae tersebut ?

2. Bagaimana ciri morfologi dari tumbuhan Dialypetalae tersebut ?

1.3 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah

1. Untuk mengetahui Pengertian dari subkelas Dialypetalae tersebut.

2. Untuk mengetahui ciri morfologi dari tumbuhan Dialypetalae


tersebut.
BAB
II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ordo pada pada subkelas Dialypetalae

A. Ordo POLYCARPICAE (RANALES atau RANUNCULALES)

Sebagian besar warga bangsa ini terjadi atas tumbuhan dengan


batang berkayu, kadang-kadang dalam kayunya belum terdapat trakea,
sebagian kecil berupa terna. Ciri utama bangsa ini ialah terdapatnya daun
buah yang bebas pada bunganya, sehingga dari satu bunga dapat
kemudian terbentuk banyak buah. Sifat inilah yang menyebabkan
kelompok tumbuhan ini diberi nama Polycarpicae (dari bahasa Yunani Pol
= banya, carpos = buah). Kedudukan primitifnya terlihat dari
dimilikinya bunga yang bagian-bagianya selain bebas satu dengan
yang lain juga karena duduknya yang mengikuti spiral dan adanya
bentuk-bentuk peralihan antara bagian-bangian utama bunga. Selain
dari itu bagian- bangian bunga tersebut (terutama daun-daun buahnya)
kadang-kadang masih jelas sifatnya sebagai sporofil dengan bakal-
bakal biji (makrosporangium) yang terletak pada tepinya (marginal)
(Muhammad Usman dkk,2001).

Polycarpicae juga sering dipandang sebagai kelompok dikotil yang


dalam perkembangan filogentik selanjutnya akan menghasilkan
kelompok tumbuhan monokotil. Pendapat ini didasarkan atas adanya
kenyataan ditemukannnya sifat-sifat umum tumbuhan monokotil pada
warganya, misalnya adanya daun-daun yang duduk berseling
(mengikuti rumus ½) dan bunga yang bagian-bangian berbilang tiga
(trimer) seperti dapat kita jumpai pada anggota-anggota suku
Annonaceae, dan adanya suku daun- daun bertulang melengkung serta
bunga berbilangan 3 seperti terdapat pada anggota-anggota suku
Lauraceae (Kimball, John W., 1983).

B. Ordo
ARISTOLOCHIALES

Aristolochiales meliputi terna atau liana dengan daun-daun tunggal


tanpa daun penumpu yang duduknya tersebar. Sebagian berupa parasit
dengan bagian-bagian vegetative yang sangat tereduksi.
Bunga aktinomorf dengan tenda bunga tunggal yang berwarna atau
mempunyai hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan
mahkotanya. Bakal buah kebanyakan tenggelam, beruang 3-6 dengan
timbuni sentral di ketiak, atau hanya beruang 1 dengan papan biji pada
dinding buah dengan bakal biji dalam jumlah yang besar.Bakal biji
mempunyai 2 integumen. Biji dengan endosperm dan lembaga yang
kecil (Tjitrosoepomo, Gembong,
1988).

C. Ordo ROSAL
Warga bangsa ini terdiri atas terna, semak, atau pohon dengan daun-
daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan,
dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga banci, Karena reduksi dapat
menjadi berkelamin tunggal, jelas mempunyai hiasan bunga yang
dapat dibedakan antara kelopak dan mahkotanya, mahkota berdaun
mahkota bebas, kebanyakan berbilangan 5. Jumlah benang sari
sama dengan jumlah daun mahkotanya. Bakal buah sama dengan
jumlah daun mahkotanya. Bakal buah sama dengan jumlah daun
mahkota atau kurang, bebas, dapat berupa bakal buah beruang banyak
dengan tembuni sentral. Dasar bunga berbentuk cakram, melebar atau
cekung dengan bagian- bagian bunga (mulai kelopak sampai benang-
benang sari ) pada tepinya. Bakal buah seringkali terdapat dalam
cekungan dasar bunga dan diselubungi dasara bunga itu, hingga letak
bakal buah menjadi tenggelam (Tjitrosoepomo, Gembong, 1988).

D. Ordo MYRTALES

Myrtales meliputi tumbuhan dengan berbagai macam perawakan,


tetapi kebanyakan berupa tumbuhan berkayu. Umumnya mempunyai daun
tunggal yang duduknya bersilanf berhadapan. Pada cabang-cabang
mendatar mengalami modifikasi seakan-akan tersusun dalam 2 baris
yang berhadapan, tanpa daun penumpu, helaian daun sering mempunyai
kelenjar-kelenjar minyak. Bunga banci atau karena adanya reduksi
salah satu alat kelaminnya menjadi berkelamin tunggal, dengan hiasan
bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota bunga,
kadang- kadang tanpa mahkota, aktonomorf atau zigomorf,
kebanyakan berbilangan 4. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah
daun mahkota atau 2 x lipat, kadang-kadang hanya beruang 1 dengan
11 tangkai putik dan banyak bakal biji pada tembuni yang letaknya
sentral di sudut- sudit.dasar bunga cekung sampai berbentuk
mangkok atau tabung, biasanya menyelubungi bakal buah, hingga
bakal buah menjadi tenggelam. Buah sering mempunyai tangkai kutik
dan benang sari pada bagian ujung
diantara bagian-bagian daun kelopak dan tidak runtuh dan menjadi
bagian buah (Tjitrosoepomo, Gembong, 1988).

E.ordoOrdRHOEADALES
(BRASSICALES)

Bangsa ini meliputi tumbuhan-tumbuhan yang untuk


sebagian besar berupa terna dengan daun-daun yang duduknya
tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga umumnya banci, aktinomorf,
hiasan bunga berupa kelopak dan mahkota yang bedaun lepas,
berbilangan 2 à 4, kadang- kadang 3à 5. Benang sari sama banyaknya
dengan jumlah daun mahkota atau lebih banyak. Bakal buah biasanya
menumpang dengan 2 tembuni atau lebih banyak yang terdapat pada
dinding buah, kadang-kadang menjadi beruang banyak karena adanya
pembentukan sekat-sekat (Tjitrosoepomo, Gembong, 1988).

F.OrdoSARRACENIALES

Terna atau semak-semak dengan daun tunggal yang duduknya


tersebar, yang sebagian atau seluruhnya mengalami metamorfosis
menjadi alat untuk menangkap serangga. Bunga banci atau berkelamin
tunggal, aktinomorf, kebanyakan mempunyai hiasan bunga yang
jelas dapat dibedakan antara kelopak dan mahkotanya. Bakal buah
menumpang dengan 2 à 5 ruang, atau beruang 1 dengan 3 à 5 tembuni
pada dindingnya, bakal biji banyak. Biji kecil, mempunyai endosperm
(Tjitrosoepomo, Gembong, 1988).

2.2 Pengertian Dialypetalae

Sub kelas ini meliputi terna, semak, perdu dan pohon-pohon


yangsesuai dengan namanya sebagai ciri utamanya mempunyai
bunga yang segeradapat menarik perhatian dan pada umumnya
menunjukkan adanya hiasanbunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan
dalam kelopak dan mahkota, sedangdaun-daun mahkotanya bebas
satu dari yang lain. Pandangan sementara ahli,bahwa kelompok
tumbuhan ini harus dipandang sebagai kelompok tumbuhandikotil
yang paling primitif didasarkan atas kenyataan bahwa diantara
Dialypetalae ditemukan anggota-anggota yang bagian-bagian
bunganyatersusun dalam spiral pada sumbu bunganya dan kadang-
kadang tidak jelasbatas-batasnya antara kelopak, mahkota, benangsari,
dan daun-daun buahkarena adanya bentuk- bentuk peralihan di antara
bagian-bagian tersebut,ditambah dengan adanya daun-daun buah
yang masih bebas satu sama lain(apokarp)(Kimball, John W., 1983).

2.3 Ciri Morfologi dan Anatomi dari


Dialypetalae

Ciri-ciri
morfologi:

-Seperti namanya telah menyebutkan tumbuhan ini mempunyai lembaga


dengan 2 daun lembaga (berbiji belah) dan akar serta pucuk lembaga
yang tidak mempunyai pelindung yang khusus.
-Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok (akar unggang) yang
bercabang-cabang dan membentuk system akar tunggang.

-Batang berbentukkerucutpanjang, biasanya bercabang-cabang dengan


ruas-ruas dan buku-buku yang tidak jelas.

-Duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang-kadang saja


berseling.Daun tunggal atau majemuk, sering kalidisertai oleh daun-daun
penumpu,jarang mempunyai pelepah, helaian daun bertulang
menyirip atau menjari.

-Pada cabang-cabang ke samping sering kali terdapat 2 daun


pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang median di
kanan kiri tersebut.Bunga bersifat di tetra atau pentamer
(Arnita,indriani.1990).

Ciri-ciri
Anatomi:

-Baik akar maupun batang mempunyai cambium, hingga akar maupun


batangnya memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder.

-pada akar sifat radikal berkas pengakuannya hanya nyata pada akar
yang belum mengadakan pertumbuhan menebal.

-Pada batang berkas pengangkutan tersusun dalamlingkaran dengan


xylem disebelah dalam floem dibelah luar, diantaranya terdapat
cambium, jadi berkaspengangkutnya sersifat kolateral terbuka, kadang-
kadang bikolateral (Arnita,indriani.1990).
BAB
III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dengan judul acara "Dialypetalae" ini di lakukan pada hari


kamis, 22 Oktober 2020, pukul 13.00-selesai WIB di Rangkang bengkayang,
Kalimantan Barat.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah


kertas,penggaris,dan pensil.

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan


meyediakan berbagai jenis tumbuhan Apetalae yaitu Caesalpinia
pulcherrima,Hibiscus rosa sinensis,Magifera indica, Mimosa pudica
dan Psidium guajava.

3.3 Cara Kerja

Mencari 5 preparat terlebih dahulu dari tumbuhan Dialypetalae.


Setelah dapat preparat tumbuhan nya lalu di amati bentuk
morfologi dari tumbuhan nya. Kemudian, disiapkan kertas yang sudah
disediakan selanjutnya gambar, deskripsikan, dan beri keterangan pada
gambar tersebut setelah di amati.
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini menggunakan tumbuhan Dialypetalae karena


cukup maju di berbagai daerah maupun negara mudah di jumpai dan di
temui, terdapat banyak spesies yang dapat di teliti dan di pelajari
bentuk morfologi dan manfaat nya. Namun pada praktikum yang saya
lakukan saya menggunakan spesies dari tumbuhan Dialypetalae

4.2.1 Caesalpinia pulcherrima

Kingdom:Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Superdivisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas:Magnoliopsid

a Subkelas: Rosidae

Ordo: Fabales

Famili: Caesalpiniaceae

Genus: Caesalpinia

Spesies: Caesalpinia pulcherrima (L.)

Bunga merak tumbuh secara perdu, mempunyai tinggi 2-4 m dan


mempunyai percabangan banyak. Batang bunga ini relatif kecil dan
berdiameter 0,5-1 mm berwarna hijau putih, dan padat. Daun bunga merak
adalah daun majemuk, berbentuk menyirip genap dan ganda dua dengan
4
-12 pasag anak daun berbentuk bulat telur, ujungnya bulat, pangkal
menyempit, tepi rata dan permukaan atas berwarna hijau, sedangkan
permukaan bawah berwarna hijau kebiruan dengan panjang 1-3,5 cm dan
lebar 0,5-1,5 cm (Hadisubroto, T. 1989).

Daun bunga merak adalah daun majemuk, berbentuk menyirip genap dan
ganda dua dengan 4 -12 pasag anak daun berbentuk bulat telur, ujungnya
bulat, pangkal menyempit, tepi rata dan permukaan atas berwarna hijau,
sedangkan permukaan bawah berwarna hijau kebiruan dengan panjang 1-
3,5 cm dan lebar 0,5-1,5 cm. Bunga merak adalah bunga majemuk
yang panjangnya 15-50 cm, warna merah atau kuning. Mahkota bunga
bisa mengalami metamorfosis menjadi tabung mahkota. Proses
penyerbukan bunga dibantua dengan binatang kecil, maupun secara
alami. Buah bunga merak adalah kacang polong berbentuk pipih dengan
panjang 6-12 cm dan lebar1,5 cm berisi 1-8 biji. Buah yang sudah tua
berwarna hitam (Hadisubroto, T. 1989).

Manfaat tumbuhan ini yaitu Bunga untuk mengobati Menstruasi (haid)


tidak lancar,Luka terpuk,Panas, kejang panas pada anak,erysipelas
mata merah (conjunctivitis).Kulit kayu :Diare.Akar : Kejang panas pada
anak, demam. Daun : Perut kembung,Radang hati (hepatitis),Sariawan
(aphthae),DemamxPenyakit kulit. Buah :Diare, disentri (Hadisubroto, T.
1989).

4.2.2 Psidium guajava

Kingdom: Plantae

Division:Magnoliophy

a Class:

Magnoliopsida

Subclass: Rosidae

Ordo: Myrtales

Family:
Myrtaceae
Genus:Psidium

Species: Psidium Guajava


L.

Tanaman perdu atau pohon kecil dengan tinggi sekitar 4-10 meter. Batang
berkayu, bulat, kulit terkelupas dalam potongan, licin, bercabang, berwarna
cokelat kehijauan. Ruas tangkai teratas segiempat tajam. Percabangan
batang termasuk percabangan simpodial, yaitu batang pokok sukar
ditentukan karena dalam perkembangan selanjutnya mungkin lalu
menghentikan pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat
pertumbuhannya disbanding dengan cabangnya. Arah tumbuh cabang
tegak (fastigiatus). Termasuk tumbuhan bienial, yaitu tumbuhan
yang untuk hidupnya, dari tumbuh sampai berbuah memerlukan waktu
kurang lebih 2 tahun (M. Issarakraisila,1993).

Daun tunggal , bertangkai pendek, pendek tangkai daun 0,5 cm sampai 1


cm; helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong atau blat
memanjang, panjang 5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm sampai 6 cm;
pinggir daun rata agak menggulung ke atas; permukaan atas agak
licin, warna hijau kelabu; kelenjar minyak tampak sebagai bintik-bintik
berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai bintik-bintik
yang tembus cahaya; ibu tulang daun dan cabang meninjol pada
permukaan bawah, bertulang menyirip, wana putih kehijauan (M.
Issarakraisila,1993)

Sistem akar dari tanaman ini adalah akar tunggang (radix primaria), akar
lembaga tumbuh terus-menerus menjadi akar pohon yang bercabang-
cabang menjadi akar yang lebih kecil. Psidium guajava memiliki
akar tunggang yang bercabang (ramosus), yaitu berbentuk kerucut
panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang banyak dan cabang-
cabangnya bercabang lagi, sehingga memberi kekuatan yang lebih
besar kepada batang dan juga daerah perakaran menjadi amat luas,
hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak (M.
Issarakraisila,1993)
Bunga tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1
sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm.
Bunga banci dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam
kelopak dan mahkota bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun
mahkota bulat telur terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok.
Benang sari pada tonjolan dasar bunga yang berbulu, putih, pipih dan
lebar, seperti halnya tangkai putik berwarna seperti mentega. Tabung
kelopak berbentuk lonceng atau bentuk corong, panjang 0,5 cm. pinggiran
tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung kelopak tidak atau sedikit sekali
diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak sebelum mekar berlekatan
menjadi bentuk cawan, kemudian membelah menjadi 2-5 taju yang tidak
sama.bulat telur, warna hijau kekuningan. Bakal buah tenggelam,
dengan 1-8 bakal biji tiap ruang (M. Issarakraisila,1993).

Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati tunggal


yang berdaging. Lapisan luar tipis agak menjangat atau kaku dan
lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair. Biji-bijinya terdapat bebas
dalam bagian yang lunak itu. Bagian muda berambut dan berwarna
hijau tua. Kalau masak berwarna kuning, berdaging yang menyelimuti
biji-biji. Bentuk peer atau bentuk bulat terbalik, berwarna kuning, panjang
5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan atau merah muda.Manfaat jambu
biji Daun : anti inflamasi, hemostatik dan astrigenBuah :
membantu menaikkan trombosit darah pada penderita DBD, sumber
vitamin C (M. Issarakraisila,1993).

4.2.3 Hibiscus rosa sinensis

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Sub division :Angiospermae


Class : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species : Hibiscus rosa-


sinensis

Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) merupakan tanaman


perdu,tahunan, dengan tinggi tanaman ±3 m. Batangnya bulat, berkayu,
keras dan berdiameter ±9 cm, masih muda berwarna ungu setelah tua
putih kotor. Daun tunggal, tepi beringgit, ujung runcing, pangkal
tumpul, panjangnya 10-16 cm, lebar 5-1 cm, hijau muda. Bunga
tunggal, bentuk terompet, di ketiak daun, kelopak bentuk lonceng, mahkota
terdiri dari lima belas sampai dua puluh daun mahkota, merah muda,
benang sari banyak, tangkai sari merah, kepala sari kuning, dan
putik bentuk tabung. Sedangkan akarnya tunggang dan berwarna
coklat muda. Buahnya kecil dan lonjong, dengan diameter ±4 mm,
masih muda putih setelah tua berwarna coklat. Sedangkan bijinya pipih
dan berwarna putih (R. J. Schnell and R. J. Knight, Jr. 1998).

Manfaat tumbuhan ini Membantu menurunkan berat


badan,Menurunkan tekanan darah ,Menurunkan risiko kanker,Memiliki
sifat antibakteri,Memelihara kesehatan hati. Kembang sepatu diyakini
sebagian masyarakat bisa bermanfaat sebagai anti inflamasi, diuretic,
analgesic, ekspektoran, batuk, demam (obat luar), meringankan efek
infeksi saluran kemih, meringankan nyeri haid, menurunkan berat badan
(R. J. Schnell and R. J. Knight, Jr. 1998)
4.2.4 Mimos pudica

Kingdom :
Plantae

Divisi :

Magnoliophyta Kelas

: Magnoliopsida Ordo

: Fabales

Famili :
Fabaceae

Genus : Mimosa

Spesies : Mimosa
pudica

Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri dimana terdapat duri pada batang,


batangnya juga berbulu, daunnya kecil-kecil termasuk daun majemuk,
termasuk suku polong-polongan, bunganya berbentuk bongkol. Daun putri
malu atau sikejut berupa daun majemuk menyirip ganda dua yang
sempurna. Jumlah anak daun pada setiap sirip sekitar 5 - 26 pasang.
Helaian anak daun berbentuk memanjang sampai lanset, ujung runcing,
pangkal memundar, tepi rata. Jika kita raba pada permukaan atas dan
bawah daun terasa licin, panjang 6 - 16 mm, lebar 1-3 mm. daun berwarna
hijau, akan tetapi pada tepi daun umumnya berwarna ungu. Jika daun
tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap. Sirip terkumpul rapat
dengan panjang 4-5,5 cm (Campbell, Neil A. Dkk, 2002).

Tumbuhan putri malu juga memiliki khasiat untuk pengobatan


Tanaman putri malu mempunyai khasiat cukup besar untuk
menyembuhkan, berbagai jenis penyakit. Dari daun hingga ke
akarnya, tanaman ini berkhasiat untuk transquilizer (penenang),
ekspektoran (peluruh dahak), diuretic (peluruh air seni), antitusif
(antibatuk), antipiretik (penurun panas), dan antiradang (Campbell, Neil A.
Dkk, 2002).
Bagian tanaman putri malu yang berguna untuk mencegah terjadinya
erosi adalah terletak pada akarnya. Putri malu memiliki akar yang
sangat kuat yaitu akar pena. Akarnya yang kuat itulah yang dapat
menahan tanah dari bahaya erosi atau terkikis habisnya tanah oleh air
hujan yang turun dengan deras sehingga dapat menbahayakan
lingkungan bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
(Campbell, Neil A. Dkk, 2002).

4.2.5 Magifera indica

Kingdom : Plantae

SubKingdom :
Viridiplantae

Divisi :
Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledon

Ordo : Spindales

Famili :
Anacardiaceae

Genus :
Mangifera

Spesies : Mangifera
indica

Akar pada tanaman mangga yaitu tunggang dan akar cabang.


Akar tunggang memiliki panjang hingga mencapai 60 cm. Akar
tunggang tumbuh untuk mencari sumber air, setelah menemukannya, akar
tunggang ini akan bercabang menjadi banyak.Batang pada tanaman
mangga yaitu tegak, lurus, dan kuat. Kulit batangnya tebal dan kasar
dengan celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai aun. Warna kulit
batang (pepagan) yang sudah tua berwarna coklat keabuan, kelabu
tua,sampai hampir hitam (Baswarsiati dan Yuniarti. 2007).
Mangga mempunyai daun yang berwarna hijau tua, sehingga jika
terlihat
lebih sejuk. Mangga (Mangiferaindica) merupakan tanaman
yang tergolong berdaun tunggal karena pada tangkai daunnya hanya
terdapat satu helaian daun. Mangga mempunyai deskripsi bangun daun
(circumsriptio) berbentuk lanset (lanceolatus), daging daun (intervenum)
berbentuk seperti kertas (papyraceus), tepidaun (margofolii) yaitu rata
(integer), ujung daun (apex folii) yaitu meruncing (acuminatus), pangkal
daun (basis folii) yaitu runcing (acutus), pertulangan daun (nervatio)
yaitu menyirip (penninervis), permukaan daun yaitu kasap (scaber), dan
duduk daun tersebar (folio sparsa) (Nurul Sumiasri dkk 2005).

Bunga pada tanaman mangga merupakan bunga majemuk


(inflorecentia), tumbuh dari tunas ujang dan terangkai dalam tandan
berbentuk bunga kerucut. Ukuran bunga tergolong kecil, diameternya
berkisar antara 6-8mm. Bunga mangga berumah dua (dioceus),
berkelamin dua (hermafrodit), dan berwarna kuning (Nurul Sumiasri dkk,
2005).

Buah mangga berbentuk bulat, lonjong, oval, hingga lonjong


memanjang, tergantung varietasnya. Ketika masih muda akan
berwarna hijau, ketika tua berwarna kuning. Buah dari tumbuhan ini
berdaging tebal dan berkulit tipis. Mangga sendiri termasuk kelompok
buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang
berbeda-beda bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya
mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arum manis) hingga
lonjong memanjang (mangga golek).Biji pada tanaman mangga adalah
berkeping dua (dicotyledon). Biji buah mangga berukuran besar,
berstruktur keras dan sedikit kasar, berwarnaputih, berbentuk gepeng
memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan
berserat.Manfaat dari tumbuhan ini adalah Meningkatkan sistem imun
tubuh, Menurunkan kadar kolesterol, Mencegah diabetes,
Menormalkan kadar insulin, Mencerahkan kulit (Endah Yulia dan Fitri
Widiantini. 2007)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan dapat di ambil


kesimpulan yaitu :

1.Sub kelas ini meliputi terna, semak, perdu dan pohon-pohon yangsesuai
dengan namanya sebagai ciri utamanya mempunyai bunga yang
segeradapat menarik perhatian dan pada umumnya menunjukkan adanya
hiasanbunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan
mahkota, sedangdaun-daun mahkotanya bebas satu dari yang lain.

2. Sub kelas Dialypetalae Terdiri dari beberapa ordo yaitu


Ranunculales,Rosales,Malvales,Myrtales,Rutales dan Sapindale
dll.

3. Sub kelas Dialypetalae mempunyai ciri morfologi Seperti namanya


telah menyebutkan tumbuhan ini mempunyai lembaga dengan 2 daun
lembaga (berbiji belah) dan akar serta pucuk lembaga yang tidak
mempunyai pelindung yang khusus.Akar lembaga tumbuh terus
menjadi akar pokok (akar unggang) yang bercabang-cabang dan
membentuk system akar tunggang.Batang berbentukkerucutpanjang,
biasanya bercabang-cabang dengan ruas-ruas dan buku-buku yang
tidak jelas.-Duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang-
kadang saja berseling.Daun tunggal atau majemuk, sering kalidisertai
oleh daun-daun penumpu,jarang mempunyai pelepah, helaian daun
bertulang menyirip atau menjari.Pada cabang- cabang ke samping
sering kali terdapat 2 daun pertama yang letaknya tegak lurus pada
bidang median di kanan kiri tersebut.Bunga bersifat di tetra atau
pentamer.
5.2 Saran

Saran saya pada praktikum ini agar praktikan dapat mengerjakannya dengan
teliti agar hasil yang di dapat lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA

-Campbell, Neil A. Dkk, 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Erlangga.


Jakarta.

-Kimball, John W., 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga.


Jakarta.

-Tjitrosoepomo, Gembong, 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta).


Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

-Arnita,indriani.1990.Ekologi Umum .Gita Media Press.


Jakarta.

-Hadisubroto, T. 1989. Ekologi Dasar. DEPDIKBUD.


Jakarta.

-Baswarsiati dan Yuniarti. 2007. Karakter morfologis dan beberapa


keunggulan mangga podang (Mangifera indica L.). Buletin plasma
nutfah vol. 13 no.2.

-Nurul Sumiasri, Jitno Rijadi, dan Dody Priadi. 2005. Variasi jenis dan
kultivar mangga di madiun dan sekitarnya; pengembangan dan
permasalahannya. Biodeversitas vol. 7 no 1 hal: 39-43

-M. Issarakraisila and J. A. Considine. 1993. Effect of temperature


on pollen viabilityin mango cv. Kensington. Annals of botany 73: 231-
240.

-R. J. Schnell and R. J. Knight, Jr. 1998. Phenology of flowering


among different mango cultivars. Proc. Fla. State Hort. Soc. 111:320-321.

-Muhammad Usman, B. and Muhammad J. Jaskani. 2001.


Review breeding in mango. International journal of agriculture &
biology 1560-
8530.

-Endah Yulia dan Fitri Widiantini. 2007. Potensi bakteri antagonis


filoplen daun mangga dalam menekan penyakit Antraknosa buah
mangga (Mangifera Indica L.) Jurnal agricultural vol.18 no.1

Anda mungkin juga menyukai