Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tumbuhan merupakan salah satu mahkluk hidup yang terdapat di
alam semesta. Selain itu tumbuhan adalah mahkluk hidup yang memiliki
daun, batang, dan akar sehingga mampu menghasilkan makanan sendiri
dengan menggunakan klorofil untuk menjalani proses fotosintesis. Bahan
makanan yang dihasilkannya tidak hanya dimanfaatkan untuk dirinya
sendiri, tetapi juga untuk manusia dan hewan. Bukan makanan saja yang
dihasilkannya, tetapi tumbuhan juga dapat menghasilkan Oksigen (O2) dan
mengubah Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh manusia dan hewan
menjadi Oksigen (O2) yang dapat digunakan oleh mahkluk hidup lain
(Ferdinand, 2009:23). Pada Tumbuhan kelas / tingkat tinggi dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu tumbuh-tumbuhan berbiji keping satu
atau monokotil dan tumbuh – tumbuhan berbiji keping dua atau dikotil.

Hal yang melatar belakangi praktikum ini dikarenakan kurangnya


pemahaman mahasiswa dalam memahami struktur morfologi, anatomi, dan
histologi sistem organ pada tumbuhan.

1.2 TUJUAN
1. Membandingkan struktur morfologi akar, batang, dan daun pada
tumbuhan monokotil dan dikotil
2. Membandingkan struktur anatomi akar, batang, dan daun pada
tumbuhan monokotil dan dikotil
3. Menggambarkan berbagai alat reproduksi pada tumbuhan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan yang ada di dunia ini banyak macam dan jenisnya. Secara kasat
mata, tumbuhan dapat dibagi menjadi tumbuhan yang menghasilkan biji dan
tumbuhan yang tidak menghasilkan biji. Tumbuhan biji disebut juga
spermatophyta yang dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae) dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Angiospermae
sendiri dibedakan menjadi tumbuhan berkeping satu (monokotil) dan tumbuhan
berkeping dua (dikotil).

Secara morfologi, biji dapat dibedakan menjadi dua, apakah biji yang
dihasilkan oleh tumbuhan tersebut berupa biji belah atau bukan. Karena
karekteristik dari suatu biji sangatlah mempengaruhi morfologi dan anatomi akar,
batang, dan daun yang akan dibentuk pada waktu pertumbuhan.

Semua tumbuhan yang termasuk dalam filum Angiospermae atau tumbuhan


berbiji tertutup berkembang sejak 100 juta tahun yang lalu. Dengan adanya berkas
pengangkutan yang lebih efisien dan dua karakteristik kunci yang unik, yaitu
bunga dan buah,tumbuhan ini cepat mengalami diversifikasi. Sekarang, hampir
75% dari semua tumbuhan adalah tumbuhan berbunga dan jumlahnya lebih dari
350.000 spesies. Angiospermae mempunyai habitus bervariasi dari mulai dari
yang kecil, tidak berbatang, sampai yang berupa pohon yang tinggi, serta
beerbagai habitat termasuk habitat akuatik. Penyebaran polle dan biji, banyak
dilakukan oleh angin dan hewan.

Angiospermae mempunyai ciri-ciri antara lain menghasilkan bii sebagai alat


perkembangbiakan generatifnya, biji tertutup oleh daun buah, dan membentuk
bunga yang sebenarnya. (Mohammad Natsir, 1993:111)

Filum Angiospermae ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas monokotil
(berbiji tunggal) dan kelas dikotil (berbiji belah).
1. Tumbuhan Monokotil.

Tumbuhan berkeping biji tunggal (monokotil) adalah salah satu dari


dua kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah
karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai
takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai
nama seperti Monocotyledoneae, Liliopsida, dan Liliidae.

Tumbuhan monokotil ada yang berupa tumbuhan akuatik (misalnya,


enceng gondok), semi akuatik (misalnya, genjer), epifit (misalnya, anggrek),
semak berdaging (pisang), terna berkayu yang memanjat atau liana (rotan),
dan pohon (bambu, kelapa). (Hartono Sunardi,1996:1).

Jenis – jenis tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini dapat dikenal
berdasarkan ciri – ciri berikut:

a. Ciri –ciri morfologi:

 Berupa terna, semak, atau pohon yang mempunyai sistem akar


serabut dengan diameter akar satu dengan lainnya relatif sama. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya kambium sehingga diameter
akar akan tetap besarnya setelah berlangsungnya pertumbuhan
primer. Pada beberapa anggota tumbuhan monokotil mempunyai
akar adventif yang tumbuh dari batang dekat permukaan tanah dan
berfungsi sebagai penguat batang.

 Batang berkayu atau tidak, biasanya tidak atau tidak banyak


bercabang-cabang, buku-buku dan ruas-ruas kebanyakan tampak
jelas.

 Daun kebanyakan tunggal, jarang yang majemuk, bertulang daun


sejajar atau melengkung, duduknya berseling (mengikuti rumus ½)
atau membentuk rozeto (Gembong Tjitrosoepomo, 2007: 382)

 Bunga berbilang tiga dan kelipatannya, kelopak dan mahkota


kadang-kadang tidak dapat dibedakan dan merupakan tenda bunga.
Bentuk perhiasan bunga yang sama tersebut dapat berbentuk seperti
sepal (sepaloid) atau petal (petaloid) saja. Pada beberapa anggota
tumbuhan monokotil, bagian perhiasan bunganya tereduksi atau
bahkan sampai tidak ada sama sekali. Bunga tumbuhan monokotil
pada umumnya mempunyai benang sari sebanyak hanya pada
beberapa generasi. Sebaiknya terdapat juga anggota yang benang
sarinya tereduksi menjadi tiga atau kurang. Kadang-kadang bahkan
berubah menjadi staminodia. (Hartono Sunardi. 1990: 2)

 Buah denagn biji yang mempunyai endosperm, jarang tidak,


lembaga mempunyai daun lembaga yang berubah menjadi alat
penghisap makanan dari endosperm untuk lembaga sebelum dapat
mencari makan sendiri.

 Baik akar maupun pucuk batang dilindungi oleh suatu sarung,


pelindung akar lembaga disebut koleorhiza, sedang pelindung
pucuk lembaga dinamakan koleoptil. Pada waktu perkecambahan
sarung yang merupakan pelindung tadi akan tertembus oleh organ
yang dilindunginya. (Gembong Tjitrosoepomo, 2007: 383-384)

b. Ciri-ciri anatomi:

 Embrio pada tumbuhan monokotil hanya memounyai keping biji


(kotiledon) satu sehingga daun pertama yang tumbuh juga hanya
satu.

 Batang tumbuhan monokotil mempunyai ikatan pembuluh tersebar,


tidak mempunyai batasan korteks yang jelas. Kambiumnya tidak
terbentuk pada batang sehingga diameter batang pada sebagian
besar anggota tumbuhan monokotil tidak bertambah bessar setelah
pertumbuhan primer berlangsung. Dengan kata lain, tumbuhan
monokotil tidak ada pertumbuhan sekunder karena tidak ad
kammbium. (Hartono Sunardi, 1996: 1-2).
 Selain itu, hipodermisnya berupa sklerenkim, tidak mempunyai
jari-jari empelur, dan tidak dapat dibedakan antara empelur dan
korteks.

 Akar mempunyai sruktur yang terdiri atas jaringan-jaringan primer


saja dengan silinder pusat yang tergolong aktinostele dan
endodermis yang pada penampang melintang jelas dapat dibedakan
sel-sel yang menebal dan merupakan pintu masuknya air dari
bagian luar akar ke dalam berkas-berkas pengangkutan. Karena
tidak ad kambium, akar tidak bertambah besar, tidak ada
pembentukan jaringan baru, sehingga tetap mempunyai struktur
yang primer.

Perkecualian atau penyimpangan dari ciri-ciri yang telah disebutkan di


atas terdapat pada berbagai jenis tumbuhan pada berbagai jenis
tumbuhan yang termasuk Monocotyledoneae. Misalnya, terdapat batang
yang berkambium, bercabang-cabang tanpa ada buku-buku atau ruas
batang yang jelas seperti terdapat pada warga suku Liliaceae (Dracaena,
Pleomele ), adanya daun-daun dengan susunan tulang menjari atau
menyirip pada palma (Palmae). Sifat-sifat tersebut ditambah dengan
ditemukannya sifat-sifat yang khas Monocotyledoneae. (bunga yang
berbilang 3) pada kelompok-kelompok Dicotyledoneae tertentu.
(Gembong Tjitrosoepomo, 2007:384)

Contoh tumbuhan monokotil:

1) Suku anggrek-anggrekan, contoh: vanili, anggrek scorpion,


anggrek merpati.

2) Suku padi-padian (Giaminae), contoh: padi, jagung, tebu, rumput.

3) Suku pinang-pinangan (palmae), contoh: salak, palem, kelapa,


sagu.

4) Suku bawang-bawangan (Alliaceae)


5) Suku pisang-pisangan (Musaceae), contoh: pisang raja, pisang
manila.

2. Tumbuhan Dikotil

Tumbuhan berbiji belah atau tumbuhan berkeping biji dua adalah


segolongan tumbuhan berbunga yang memiliiki ciri khas yng sama dengan
memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon: dun yang terbentuk pada
embrio). Terbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar
anggotanya bersifat mudah terbelah dua dan sistem Crouquist mengakui
kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas Magnoliopsida.
Nama ini dibentuk dengan menggantikan akhiran –aceae dalam nama
Magnoliopsida dengan akhiran –opsida. Kelas Magnoliopsida dipakai
sebagai nama takson bagi tumbuhan berbunga bukan monokotil.
Magnoliopsida adalah nama yang dipakai untuk menggantikan nama yang
dipakai sistem klasifikasi yang lebih lama, kelas Dicityledoneae (kelas
“tumbuhan berdaun lembaga dua” atau “tumbuhan dikotil”).

Tumbuh-tumbuhan yang tergolong dalam kelas ini meliputi terna,


semak-semak, perdu, maupun pohon-pohon yang mempunyai ciri-ciri:

a. Ciri-ciri morfologi:

 Seperti namanya telah menyebutkan tumbuh-tumbuhan ini


mempunyai lembaga dengan dua daun lembaga (berbiji belah) dan
akar serta pucuk lembaga yang tidak mempunyai pelindung yang
khusus.
 Akar lembaga tumbuh terus menjadi akar pokok (akar tunggang)
yang bercabang-cabang dan membentuk sistem akar tunggang.
 Batang berbentuk kerucut panjang, biasanya bercabang-cabang
dengan ruas-ruas dan buku-buku yang tidak jelas.
 Duduk daun biasanya tersebar atau berkarang, kadang-kadang saja
berseling.
 Daun tunggal atau majemuk, sering kali disertai oleh daun-daun
penumpu, jarang mempunyai pelepah, helaian daun bertulang
menjari atau menyirip. (Gembong Tjitrosoepomo, 2007:99)
 Pada cabang-cabang ke samping sering kali terdapat 2 daun
pertama yang letaknya tegak lurus pada bidang mediandi kanan kiri
cabang tersebut.
 Bunga bersifat di-, tetra-, atau pentamer.

b. Ciri-ciri anatomi:

 Baik akar maupun batang mempunyai kambium, hinga akar


maupun batangnya memperlihatkan pertumbuhan menebal
sekunder.

 Pada akar sifat berkas pengangkutannya hanya nyata pada akar


yang belum mengadakan pertumbuhan menebal. Xylem pada akar
tumbuhan dikotil terletak di pusat akar dengan kaliptra tiddak jelas.

 Batas antara ujung akar dengan kaliptra tidak jelas.

 Struktur primer batang dikotil dibangun oleh jaringan-jaringan


primer seperti epidermis, korteks, stele (silinder pusat). Stele
tersebut disusun oleh xylem,floem,kambium vaskuler, dan empelur.

 Pada batang berkas pengangkutan tersusun dalam lingkaran dengan


xylem di sebelah dalam dan floem di sebelah luar. Diantara
keduanya terdapat kambium. Jadi, berkas pengangkutannya bersifat
koleteral terbuka kambium. Jadi, berkas pengangkutannya bersifat
koleteral terbuka, kadang-kadang bikoleteral.

 Hipodermis batang dikotil berupa kolenkim, mempunyai jari-jari


empelur, dan dapat dibedakan antara empelur dan korteks.
Perkecualian atau penyimpangan dari sifat-sifat tersebut di atasdapat di
jumpai pada tumbuh-tumbuhan yang termasuk Dicotyledoneae ,
misalnya:

a) Tidak mempunyai akar tunggang antara lain tumbuh-tumbuhan


yang tergolong dalam suku Nymphaeceae. Piperaceae.

b) Daun dudknya berseling, misalnya beberapa marga yang tergolong


dalam suku Annonaceae.

c) Tulang daun melengkung, terdapat dalam suku Melastomataceae,


Piperaceae

d) Bunga primer pada suku Annonaceae.

Penyimpangan dari sifat-sifat anatomi pun terdapat, misalnya: berkas


pengangkut dalam batanmg tersebar, terdapat pada anggota-anggota
suku-suku Nymphaceae.

Contoh dari tumbuhan dikotil antara lain:

1. Kacang tanah
2. Mangga
3. Rambutan
4. Belimbing
5. Beringin
6. Jati
7. Mahoni
8. Kedelai
9. Ketela pohon
10. Jambu
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan tempat

Selasa, 24 September 2019 di Laboratorium

3.2 Alat dan bahan

Alat merupakan sesuatu yang digunakan untuk membuat sesuatu, berupa


benda. Sedangkan bahan adalah sesuatu yang diperlukan dan merupakan
bagian dari sesuatu yang akan dibuat

3.2.1 Alat

a) Mikroskop

b) Gelas obyek

c) Gelas penutup

d) Pipet dan silet

3.2.2 Bahan

a) Bayam

b) Jarak

c) Rumput Teki

d) Bunga kertas

e) Kembang Sepatu

3.3 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan mikroskop
2. Meletakkan mikroskop di atas meja kerja.
3. Membersihkan badan mikroskop dengan tissue.
4. Membersihkan kaca preparat dan cover glass dengan tissue.
5. Menyiapkan irisan melintang akar, batang, dan daun dari tanaman
monokotil
6. Mengambil kaca preparat yang sudah dibersihkan
7. Memasang irisan melintang akar tanaman monokotil ditengah kaca
preparat
8. Menetesi objek dengan air
9. Menutup preparat dengan kaca penutup
10. Memasang preparat pada meja mikroskop
11. Mengamati bentuk objek yang diamati
12. Memfoto objek yang diamati
13. Mengamati dan mencatat hasil percobaan
14. Membersihkan cover glass dan kaca preparat dengan tissu
15. Memasang irisan melintang batang tanaman monokotil ditengah kaca
preparat
16. Menetesi objek dengan air
17. Menutup preparat dengan kaca penutup
18. Memasang preparat pada meja mikroskop
19. Mengamati bentuk objek yang diamati
20. Memfoto objek yang diamati
21. Mengamati dan mencatat hasil percobaan
22. Memasang irisan membujur daun tanaman monokotil ditengah kaca
preparat
23. Menetesi objek dengan air
24. Menutup preparat dengan kaca penutup
25. Memasang preparat pada meja mikroskop
26. Mengamati bentuk objek yang diamati
27. Memfoto objek yang diamati
28. Mengamati dan mencatat hasil percobaan
29. Mengulangi kegiatan 7-27 pada tanaman dikotil
30. Mengamati dan mencatat perubahan yang terjadi
31. Memfoto hasil
32. Membersihkan kaca preparat dan cover glass
33. Mematikan mikroskop

Anda mungkin juga menyukai