5
KELUMPUHAN DAN KESEMUTAN
Penulis:
dr. Viva Ratih Bening Ati, M.Si
dr. Octavia Permata Sari, M.Si
dr. Falah Faniyah
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
DAFTAR ISI
1 TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................................................................3
2 PENDAHULUAN...................................................................................................................3
3 DASAR TEORI.......................................................................................................................3
3.1 Kelumpuhan......................................................................................................................3
3.1.1 Definisi......................................................................................................................3
3.1.2 Penyebab....................................................................................................................4
3.1.3 Anamnesis..................................................................................................................5
3.1.4 Pemeriksaan Fisik......................................................................................................5
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................9
3.2 Kesemutan.........................................................................................................................9
3.2.1 Definisi......................................................................................................................9
3.2.2 Jenis-Jenis Penyebab Kesemutan..............................................................................9
3.2.2.1 Radikulopati...........................................................................................................9
3.2.2.2 Neuropati..............................................................................................................10
3.2.3 Anamnesis................................................................................................................11
3.2.4 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................11
3.2.5 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................12
4 RUBRIK PENILAIAN..........................................................................................................13
5 CONTOH KASUS.................................................................................................................18
5.1 Skenario Kasus 1.............................................................................................................18
5.2 Skenario Kasus 2.............................................................................................................18
MODUL KELUMPUHAN DAN KESEMUTAN
1 TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan anamnesis pada kasus kelumpuhan dan kesemutan
b. Melakukan pemeriksaan fisik dengan lege artis pada kasus k dan kesemutan
c. Mengusulkan pemeriksaan penunjang terkait kelumpuhan dan kesemutan
d. Menegakkan diagnosis dan diagnosis banding kelumpuhan dan kesemutan
e. Menentukan tata laksana farmakologis dan non-farmakologis terkait kelumpuhan dan
kesemutan
f. Melakukan konseling edukasi pada kasus kelumpuhan dan kesemutan
2 PENDAHULUAN
Kelumpuhan dan kesemutan merupakan keluhan yang sering dijumpai pada praktik klinis.
Kelumpuhan merupakan gangguan pada sistem neuromuskular. Kesemutan merupakan salah
satu jenis parastesia yang merupakan gangguan pada sensorik saraf. Kedua keluhan ini dapat
muncul bersamaan atau dalam waktu yang berbeda. Kedua keluhan ini dapat terkait dengan satu
penyakit yang sama ataupun berbeda. Untuk itu, mahasiswa perlu memiliki keterampilan yang
cakap untuk dapat menentukan diagnosis dari kedua keluhan tersebut. Dengan diagnosis yang
tepat, diharapkan dapat mengarahkan pada terapi yang sesuai.
3 DASAR TEORI
3.1 Kelumpuhan
3.1.1 Definisi
Kelumpuhan yaitu berkurangnya tenaga otot sehingga gerak voluntar sukar atau sama sekali
tidak bisa dilakukan akibat lesi di susunan piramidal, final common path, motor end plate, dan
otot. Gangguan pada susunan piramidal memberikan gambaran lesi upper motor neuron (UMN)
sedangkan gangguan pada final common path, motor end plate, dan otot akan memberikan
gambaran kelumpuhan lower motor neuron (LMN).
3.1.2 Penyebab
Kelumpuhan dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Gangguan peredaran darah otak/stroke
2. Trauma SSP (Susunan saraf pusat)/Trauma Capitis/cedera kepala berat)
3. Peradangan SSP (meningitis,encephalitis)
4. Trauma akut pada medulla spinalis
5. Spondilitis tuberkulosa
6. Hernia Nukleus Pulposus
7. Gangguan syaraf tepi
8. Gangguan otot
9. Komplikasi dari immobilisasi lama
10. Motor neuron disease:
a. Lesi LMN : SMA (Spinal Muscular Atrophy) dan PPS (Post Polio
Syndrome)/poliomyelitis
b. Lesi UMN : Primary bilateral sclerosis
Kelumpuhan dibedakan menjadi UMN dan LMN. Pada lesi UMN dapat muncul sebagai
hemiplegia, tetraplegia, paraplegia, maupun hemiplegia alternans. Perlu dibedakan antara lesi
UMN dan LMN dengan temuan pemeriksaan fisik yang terangkum dalam tabel Tabel I.
3.1.3 Anamnesis
Pada anamnesis kasus kelumpuhan perlu diperhatikan poin-poin berikut.
1. Lokasi kelumpuhan
2. Onset: akut (0-14 hari), sub akut (14 hari sampai 3 bulan), kronik (lebih dari 3 bulan)
3. Penyebab: trauma, didahului gejala infeksi, riwayat hipertensi, gangguan metabolik
4. Gangguan sensoris
5. Gangguan kelumpuhan otot
6. Gangguan penyerta lain; nyeri, kaku sendi, kesulitan makan dan minum
7. Progresifitas
8. Gangguan Fungsional
9. Psikologis
10. Riwayat penyakit dahulu
11. Riwayat penyakit keluarga
12. Riwayat sosial ekonomi
Gambar 1 Pemeriksaan refleks patologis pada kaki (Mardjono & Sidharta, 2008)
Gambar 2 Pemeriksaan refleks Hoffman Trommer (Mardjono & Sidharta, 2008)
3.2 Kesemutan
3.2.1 Definisi
Kesemutan merupakan salah satu dari bentuk parestesia. Parestesia merupakan perasaan
abnormal yang timbul spontan. Selain dalam bentuk kesemutan, parestesia dapat berbentuk rasa
dingin, panas, ditusuk-tusuk, atau gatal.
3.2.2.1 Radikulopati
Radikulopati merupakan suatu kondisi yang disebabkan saraf mengalami penekanan, iritasi
atau peradangan. Radikulopati dapat terjadi jika seseorang mengalami:
3.2.2.2 Neuropati
Neuropati dapat terjadi akibat kerusakan saraf kronis, misalnya pada kasus hiperglikemia atau
gula darah tinggi. Selain itu, beberapa kondisi yang dapat menyebabkan munculnya parestesia
kronis pada seseorang adalah:
3.2.3 Anamnesis
1. Lokasi kesemutan
2. Onset: akut, sub akut, kronik
3. Penyebab: trauma, didahului gejala infeksi, riwayat hipertensi, gangguan metabolik
4. Gangguan sensoris
5. Gangguan kelumpuhan otot
6. Gangguan penyerta lain; nyeri, kaku sendi, kesulitan makan dan minum
7. Progresifitas
8. Gangguan Fungsional
9. Psikologis
10. Riwayat penyakit dahulu
11. Riwayat penyakit keluarga
12. Riwayat sosial ekonomi
4 Menentukan Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
diagnosis dan tidak dapat menentukan diagnosis, menentukan diagnosis menentukan diagnosis
diagnosis menentukan tetapi tidak dapat dan satu diagnosis dan dua diagnosis
banding diagnosis dan menentukan diagnosis banding banding dengan tepat
diagnosis bandingnya
banding
5 Tatalaksana Peserta ujian Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih 2
Farmakoterap memilih obat obat dengan menerapkan obat dengan tepat sesuai obat dengan tepat sesuai
i yang tidak tepat beberapa prinsip seluruh prinsip berikut: seluruh prinsip berikut:
Atau berikut: 1. Tepat indikasi 1. Tepat indikasi
Peserta ujian 1. Tepat indikasi 2. Tepat dosis 2. Tepat dosis
tidak dapat 2. Tepat dosis 3. Tepat sediaan 3. Tepat sediaan
memilih obat 3. Tepat sediaan 4. Tepat cara 4. Tepat cara
4. Tepat cara pemberian pemberian
pemberian 5. Tepat harga 5. Tepat harga
TETAPI TIDAK DAN
menuliskan resep dengan ● Menuliskan resep
lengkap dan benar. dengan lengkap dan
benar.
7 Perilaku Peserta ujian Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan 2
profesional tidak meminta dan 1-2 poin berikut : dan 3 poin berikut: dan melakukan di bawah
izin secara lisan 1. melakukan setiap 1. melakukan setiap ini secara lengkap:
dan sama sekali tindakan dengan tindakan dengan 1. melakukan setiap
tidak melakukan berhati-hati dan berhati-hati dan tindakan dengan
poin berikut: teliti sehingga teliti sehingga berhati-hati dan
1. melakukan tidak tidak teliti sehingga
setiap tindakan membahayakan membahayakan tidak
dengan pasien dan diri pasien dan diri membahayakan
berhati-hati sendiri sendiri pasien dan diri
dan teliti 2. memperhatikan 2. memperhatikan sendiri
sehingga tidak kenyamanan kenyamanan 2. memperhatikan
membahayaka pasien pasien kenyamanan
n pasien dan 3. melakukan 3. melakukan pasien
diri sendiri tindakan sesuai tindakan sesuai 3. melakukan
2. memperhatika prioritas prioritas tindakan sesuai
n kenyamanan 4. menunjukan rasa 4. menunjukan rasa prioritas
pasien hormat kepada hormat kepada 4. menunjukan rasa
3. melakukan pasien pasien hormat kepada
tindakan 5. mengetahui 5. mengetahui pasien
sesuai prioritas keterbatasan keterbatasan 5. mengetahui
4. menunjukan dengan merujuk dengan merujuk keterbatasan
rasa hormat atau melakukan atau melakukan dengan merujuk
kepada pasien konsultasi bila konsultasi bila atau melakukan
5. mengetahui diperlukan diperlukan konsultasi bila
keterbatasan diperlukan
dengan
merujuk atau
melakukan
konsultasi bila
diperlukan
5 CONTOH KASUS
5.1 Skenario Kasus 1
Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan kelemahan pada
anggota gerak kiri sejak 6 jam yang lalu.
Tugas mahasiswa :
1. Lakukan anamnesis yang sesuai pada kasus tersebut
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien
3. Usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien
4. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien. Sampaikan pada
penguji!
6. Berikan edukasi pada pasien
Tugas mahasiswa :
1. Lakukan anamnesis yang sesuai pada kasus tersebut
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien
3. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut
4. Tentukan diagnosis banding kasus tersebut
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien.
6. Berikan edukasi pada pasien tersebut