Anda di halaman 1dari 18

MODUL BLOK 7.

5
KELUMPUHAN DAN KESEMUTAN

Penulis:
dr. Viva Ratih Bening Ati, M.Si
dr. Octavia Permata Sari, M.Si
dr. Falah Faniyah

JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
DAFTAR ISI
1 TUJUAN PEMBELAJARAN.................................................................................................3
2 PENDAHULUAN...................................................................................................................3
3 DASAR TEORI.......................................................................................................................3
3.1 Kelumpuhan......................................................................................................................3
3.1.1 Definisi......................................................................................................................3
3.1.2 Penyebab....................................................................................................................4
3.1.3 Anamnesis..................................................................................................................5
3.1.4 Pemeriksaan Fisik......................................................................................................5
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................9
3.2 Kesemutan.........................................................................................................................9
3.2.1 Definisi......................................................................................................................9
3.2.2 Jenis-Jenis Penyebab Kesemutan..............................................................................9
3.2.2.1 Radikulopati...........................................................................................................9
3.2.2.2 Neuropati..............................................................................................................10
3.2.3 Anamnesis................................................................................................................11
3.2.4 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................11
3.2.5 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................12
4 RUBRIK PENILAIAN..........................................................................................................13
5 CONTOH KASUS.................................................................................................................18
5.1 Skenario Kasus 1.............................................................................................................18
5.2 Skenario Kasus 2.............................................................................................................18
MODUL KELUMPUHAN DAN KESEMUTAN

1 TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan anamnesis pada kasus kelumpuhan dan kesemutan
b. Melakukan pemeriksaan fisik dengan lege artis pada kasus k dan kesemutan
c. Mengusulkan pemeriksaan penunjang terkait kelumpuhan dan kesemutan
d. Menegakkan diagnosis dan diagnosis banding kelumpuhan dan kesemutan
e. Menentukan tata laksana farmakologis dan non-farmakologis terkait kelumpuhan dan
kesemutan
f. Melakukan konseling edukasi pada kasus kelumpuhan dan kesemutan

2 PENDAHULUAN
Kelumpuhan dan kesemutan merupakan keluhan yang sering dijumpai pada praktik klinis.
Kelumpuhan merupakan gangguan pada sistem neuromuskular. Kesemutan merupakan salah
satu jenis parastesia yang merupakan gangguan pada sensorik saraf. Kedua keluhan ini dapat
muncul bersamaan atau dalam waktu yang berbeda. Kedua keluhan ini dapat terkait dengan satu
penyakit yang sama ataupun berbeda. Untuk itu, mahasiswa perlu memiliki keterampilan yang
cakap untuk dapat menentukan diagnosis dari kedua keluhan tersebut. Dengan diagnosis yang
tepat, diharapkan dapat mengarahkan pada terapi yang sesuai.

3 DASAR TEORI

3.1 Kelumpuhan

3.1.1 Definisi
Kelumpuhan yaitu berkurangnya tenaga otot sehingga gerak voluntar sukar atau sama sekali
tidak bisa dilakukan akibat lesi di susunan piramidal, final common path, motor end plate, dan
otot. Gangguan pada susunan piramidal memberikan gambaran lesi upper motor neuron (UMN)
sedangkan gangguan pada final common path, motor end plate, dan otot akan memberikan
gambaran kelumpuhan lower motor neuron (LMN).

3.1.2 Penyebab
Kelumpuhan dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Gangguan peredaran darah otak/stroke
2. Trauma SSP (Susunan saraf pusat)/Trauma Capitis/cedera kepala berat)
3. Peradangan SSP (meningitis,encephalitis)
4. Trauma akut pada medulla spinalis
5. Spondilitis tuberkulosa
6. Hernia Nukleus Pulposus
7. Gangguan syaraf tepi
8. Gangguan otot
9. Komplikasi dari immobilisasi lama
10. Motor neuron disease:
a. Lesi LMN : SMA (Spinal Muscular Atrophy) dan PPS (Post Polio
Syndrome)/poliomyelitis
b. Lesi UMN : Primary bilateral sclerosis
Kelumpuhan dibedakan menjadi UMN dan LMN. Pada lesi UMN dapat muncul sebagai
hemiplegia, tetraplegia, paraplegia, maupun hemiplegia alternans. Perlu dibedakan antara lesi
UMN dan LMN dengan temuan pemeriksaan fisik yang terangkum dalam tabel Tabel I.

Tabel I Perbedaan lesi UMN dan LMN

Lesi UMN Lesi LMN


Normotunus atau hipertonia Hipotonus
Normorefleks atau hiperefleksia Hiporefleksia dan arefleksia
Klonus (+) atau (-) Klonus (-)
Refleks patologis (+) atau (-) Refleks patologis (-)
Normotrofi atau disuse atrophy Atrofi cepat terjadi

Contoh dari penyebab lesi LMN adalah sebagai berikut:


a. Motor Neuron : SMA,Poliomyelitis, PPS
b. Sistem saraf tepi : SGB, Radikulopati, pleksopati, kompresi
c. Neuromuskular Junction : Myasthenia Gravis
Contoh dari penyebab lesi UMN adalah sebagai berikut:

a. Vascular : Stroke, ICH (Intra Cerebral Hemoragic), CP (cerebral palsi)


b. Demyelinating : MS (Multiple Sclerosis)
c. Infeksi : Encephalitis atau meningitis
d. Struktural : Neoplasma
e. Eksogen : TBI( Traumatic Brain Injury) dan SCI (Spinal Cord injury)

3.1.3 Anamnesis
Pada anamnesis kasus kelumpuhan perlu diperhatikan poin-poin berikut.

1. Lokasi kelumpuhan
2. Onset: akut (0-14 hari), sub akut (14 hari sampai 3 bulan), kronik (lebih dari 3 bulan)
3. Penyebab: trauma, didahului gejala infeksi, riwayat hipertensi, gangguan metabolik
4. Gangguan sensoris
5. Gangguan kelumpuhan otot
6. Gangguan penyerta lain; nyeri, kaku sendi, kesulitan makan dan minum
7. Progresifitas
8. Gangguan Fungsional
9. Psikologis
10. Riwayat penyakit dahulu
11. Riwayat penyakit keluarga
12. Riwayat sosial ekonomi

3.1.4 Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran
Kesadaran dinilai dengan cara inspeksi, konversasi, atau nyeri. Dengan cara inspeksi pasien
dinilai secara visual mengenai responnya terhadap lingkungan sekitar. Konversasi dilakukan
dengan cara menilai respon pasien terhadap suara. Nyeri dilakukan dengan cara memberikan
rangsang nyeri kepada pasien. Perlu dinilai apakah pasien komposmentis, somnolen, sopor,
semi-koma, dan koma. Untuk mengikuti perkembangan kesadaran dapat digunakan skala
koma Glasgow.
Penurunan kesadaran dapat menunjukkan gangguan terjadi pada sistem susunan saraf pusat
atau gangguan metabolik lain.
2. Vital sign
3. Pemeriksaan status generalis
4. Pemeriksaan status neurologis
a. Kekuatan motorik
Kekuatan motorik dinilai dengan dua cara yaitu 1) meminta pasien untuk
menggerakkan anggota badan yang akan dinilai dan pemeriksa menahan gerakan
pasien; 2) pemeriksa menggerakkan anggota gerak atau badan pasien dan meminta
pasien menahannya.
Kekuatan motorik dinilai dengan menggunakan tingkatan konvensional skala
MRC (Medical Research Council) sebagai berikut.
0 : tidak ada kontraksi
1 : sedikit/tanpa ada pergerakan sendi
2 : gerakan sendi tanpa gravitasi
3 : gerakan sendi dengan adanya gravitasi tetapi tanpa ada tahanan
4- : kelemahan ringan pada kekuatan gerakan dan pergerakan sendi sedang melawan
gravitasi dan resistensi sedang atau kelemahan ringan
4 : kekuatan gerakan dan pergerakan sendi sedang melawan gravitasi dan resistensi
sedang atau kelemahan ringan
4+ : kekuatan gerakanan pergerakan sendi penuh melawan gravitasi dan resistensi sub
maksimal
5 : normal kekuatan otot (muscle strength)
Sebagai contoh, pasien dapat menggeser kakinya di tempat tidur tetapi tidak dapat
mengangkat kakinya, maka kekuatan ototnya dinilai dengan skor 2.
b. Tonus Otot
Pada lesi UMN maka akan didapatkan peningkatan tonus sedangkan pada lesi
LMN akan didapatkan penurunan tonus.
c. Refleks Fisiologis
Terdapat banyak refleks fisiologis yang dapat dinilai, seperti refleks glabella,
biseps, triseps, ulnaris, brachioradialis, patella, dan achilles. Penilaian refleks dilakukan
secara bilateral dan interpretasinya biasanya dengan cara membandingkan dengan sisi
kontralateralnya.
Interpretasi pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari:
0 :tidak ada refleks
+1 :refleks menurun
+2 : refleks normal
+3 : perluasan refleks
+4 : terdapat klonus atau refleks silang
Untuk penilaian refleks harus dibandingkan dengan sisi kontralateral. Apabila jawaban
kurang dapat dilakukan pengalihan perhatian pasien dengan meminta pasien saling
menarik kedua tangannya atau menggegat. Pada pemeriksaan refleks fisiologis harus
dicari perluasan. Cara pemeriksaannya dengan mengetuk di luar tendonnya.
d. Refleks patologis
Refleks patologis menunjukkan adanya lesi UMN. Pada ekstremitas atas dapat
diperiksa refleks Hoffman dan Trommer. Pada ekstremitas bawah dapat diperiksa
refleks babinski, oppenheim, schaefer, chaddock, gordon, gonda, mendel bacterrew,
rosolimo, dan bing.
e. Klonus
Klonus merupakan gerakan ritmis otot yang timbul apabila otot diregangkan
secara pasif. Klonus dapat menyertai peningkatan refleks fisiologis pada lesi UMN.
Terdapat dua klonus yang sering diperiksa yaitu klonus patella dan kaki.
- Klonus kaki diperiksa dengan cara pemeriksa menempatkan tangannya di telapak
kaki pasien. Kemdian kaki didorong dengan cepat dan terus diberikan tegangan
enteng. Maka, akan timbul gerakan ritmis dorso-fleksi dan plantar fleksi kaki.
- Klonus patela diperiksa dengan cara pemeriksa memegang patella penderita,
kemudian menggerakkannya dengan cepat ke arah caudal, maka akan timbul
gerakan ritmis dari m. quariceps femoris.
- Klonus tangan
Klonus dinilai positif jika terdapat lebih dari dua gerakan ritmis.
f. N. Kranialis
g. Sensibilitas (dermatom)
Pemeriksaan sensibilitas harus mewakili dua jaras somatosensorik yaitu jaras
protopatik (nyeri, suhu, raba kasar) dan jaras propioseptik (raba halus, getar,
diskriminasi dua titik, posisi).

Gambar 1 Pemeriksaan refleks patologis pada kaki (Mardjono & Sidharta, 2008)
Gambar 2 Pemeriksaan refleks Hoffman Trommer (Mardjono & Sidharta, 2008)

3.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit)
2. Laboratorium kimia darah (GDS, profil lipid, liver function test, renal function test)
3. EKG
4. Foto rontgen
5. CT Scan
6. MRI
7. EEG
8. Pemeriksaan Liquor Serebrospinal

3.2 Kesemutan

3.2.1 Definisi
Kesemutan merupakan salah satu dari bentuk parestesia. Parestesia merupakan perasaan
abnormal yang timbul spontan. Selain dalam bentuk kesemutan, parestesia dapat berbentuk rasa
dingin, panas, ditusuk-tusuk, atau gatal.

3.2.2 Jenis-Jenis Penyebab Kesemutan

3.2.2.1 Radikulopati

Radikulopati merupakan suatu kondisi yang disebabkan saraf mengalami penekanan, iritasi
atau peradangan. Radikulopati dapat terjadi jika seseorang mengalami:

a. Hernia nuklous pulposus.


b. Penyempitan saluran saraf di tulang belakang.
c. Massa yang menekan saraf tulang belakang.
Radikulopati yang terjadi pada bagian pinggang (lumbal) disebut radikulopati lumbar dan
dapat menyebabkan parestesia pada paha maupun kaki. Pada kasus radikulopati lumbar yang
lebih berat, dapat muncul penekanan pada saraf skiatik yang dapat menyebabkan pelemahan
pada kaki. Saraf skiatik merupakan urat saraf besar yang terletak pada sumsum tulang belakang
bagian bawah. Selain radikulopati lumbal, ada yang disebut dengan radikulopati di bagian leher
(servikal). Kondisi ini terjadi pada saraf yang mengatur saraf sensoris dan motoris pada tangan.
Jika seseorang mengalami radikulopati servikal, gejala yang muncul yaitu nyeri leher kronis,
kesemutan pada bagian lengan atas dan pelemahan pada bagian tangan.

3.2.2.2 Neuropati

Neuropati dapat terjadi akibat kerusakan saraf kronis, misalnya pada kasus hiperglikemia atau
gula darah tinggi. Selain itu, beberapa kondisi yang dapat menyebabkan munculnya parestesia
kronis pada seseorang adalah:

a. Trauma, cedera, atau kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan saraf.


b. Cedera akibat gerakan berulang
c. Stroke.
d. Penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis.
e. Penyakit saraf, seperti multiple sklerosis, yang menyebabkan kerusakan pada sistem saraf
pusat.
f. Diabetes melitus.
g. Skiatika, yaitu tekanan pada saraf skiatis. Kondisi ini umumnya terjadi pada saat
mengandung, dan menyebabkan kaku di bagian kaki atau pegal di bagian punggung.
h. Carpal tunnel syndrome.
i. Penyakit ginjal.
j. Penyakit hati.
k. Tumor pada otak atau urat saraf.
l. Kelainan pada sumsum tulang atau jaringan ikat.
m. Hipotiroidisme
n. Kekurangan vitamin B1, B6, B12, E, atau Niasin.
o. Kelebihan vitamin D.
p. Penyakit infeksi, seperti penyakit Lyme atau HIV
q. Efek samping pengobatan, misalnya kemoterapi.
r. Paparan senyawa kimia toksik.

3.2.3 Anamnesis
1. Lokasi kesemutan
2. Onset: akut, sub akut, kronik
3. Penyebab: trauma, didahului gejala infeksi, riwayat hipertensi, gangguan metabolik
4. Gangguan sensoris
5. Gangguan kelumpuhan otot
6. Gangguan penyerta lain; nyeri, kaku sendi, kesulitan makan dan minum
7. Progresifitas
8. Gangguan Fungsional
9. Psikologis
10. Riwayat penyakit dahulu
11. Riwayat penyakit keluarga
12. Riwayat sosial ekonomi

3.2.4 Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran
2. Vital sign
3. Pemeriksaan generalis
4. Pemeriksaan neurologis:
a. Kekuatan motorik
b. Tonus Otot,
c. Refleks Fisiologis,
d. Refleks patologis,
e. Klonus
f. N. Kranialis
g. Sensibilitas (dermatom)
3.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Kasus neuropati :

Gambar 3. Pemeriksaan penunjang kasus neuropati


(Azhary, Farooq, Bhanushali, Majid, & Kassab, 2010)
4 RUBRIK PENILAIAN
Form Penilaian Mahasiswa
No Kompetensi 0 1 2 3 Bobo
. t
1 Anamnesis Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
tidak memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien memfasilitasi pasien
memfasilitasi untuk menceritakan untuk menceritakan untuk menceritakan
pasien untuk kesakitannya dengan kesakitannya dengan kesakitannya dengan
menceritakan menggali 1-3 dari 7 menggali 4-6 dari 7 menggali SELURUH
kesakitannya. pertanyaan berikut: pertanyaan berikut: pertanyaan berikut:
1. Keluhan utama 1. Keluhan utama 1. Keluhan utama
(termasuk lokasi (termasuk lokasi (termasuk lokasi
keluhan utama) keluhan utama) keluhan utama)
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Sekarang: Sekarang: Sekarang:
2. Awitan dan 2. Awitan dan 2. Awitan dan
kronologis kronologis kronologis
3. Kualitas dan 3. Kualitas dan 3. Kualitas dan
Kuantitas Kuantitas Kuantitas
4. Faktor yang 4. Faktor yang 4. Faktor yang
memperberat dan memperberat dan memperberat dan
memperingan memperingan memperingan

5. Riwayat Penyakit 5. Riwayat Penyakit 5. Riwayat Penyakit


Dahulu (termasuk Dahulu (termasuk Dahulu (termasuk
riwayat pengobatan riwayat pengobatan riwayat pengobatan
dan alergi) dan alergi) dan alergi)
6. Riwayat Penyakit 6. Riwayat Penyakit 6. Riwayat Penyakit
Keluarga Keluarga Keluarga
7. Riwayat Sosial 7. Riwayat Sosial 7. Riwayat Sosial
Ekonomi Ekonomi Ekonomi
2 Pemeriksaan Peserta ujianPeserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan Peserta ujian melakukan 2
Fisik tidak pemeriksaan fisik sesuai cuci tangan sebelum dan cuci tangan sebelum dan
melakukan masalah klinik pasien, setelah pemeriksaan, setelah pemeriksaan,
pemeriksaan namun TIDAK melakukan pemeriksaan DANmelakukan
fisik yang sesuai melakukan CUCI fisik sesuai masalah pemeriksaan fisik sesuai
dengan masalah TANGAN sebelum dan klinik pasien dengan masalah klinik pasien
klinik pasien atau setelah pelakukan menggunakan teknik dengan menerapkan
pemeriksaan fisik pemeriksaan yang prinsip sebagai berikut:
Atau benar tetapi TIDAK ● Menggunakan teknik
Peserta ujian melakukan RUNUT pemeriksaan yang
cuci tangan sebelum dan benar DAN
setelah pemeriksaan, ● Sistematik/runut
melakukan pemeriksaan
fisik sesuai masalah
klinik pasien dengan
menggunakan teknik
pemeriksaan yang
TIDAK BENAR
3 Interpretasi Peserta ujian Peserta ujian dapat Peserta ujian dapat Peserta ujian dapat 2
Pemeriksaan tidak dapat menentukan sebagian menentukan SEBAGIAN menentukan SELURUH
Penunjang menentukan atau seluruh pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang
(hanya pemeriksaan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan dan yang dibutuhkan DAN
apabila penunjang yang yang dibutuhkan tetapi melakukan interpretasi melakukan interpretasi
diperlukan) diperlukan TIDAK dapat yang tepat yang tepat
melakukan
INTERPRETASI
YANG TEPAT

4 Menentukan Peserta ujian Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu Peserta ujian mampu 2
diagnosis dan tidak dapat menentukan diagnosis, menentukan diagnosis menentukan diagnosis
diagnosis menentukan tetapi tidak dapat dan satu diagnosis dan dua diagnosis
banding diagnosis dan menentukan diagnosis banding banding dengan tepat
diagnosis bandingnya
banding

5 Tatalaksana Peserta ujian Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih Peserta ujian memilih 2
Farmakoterap memilih obat obat dengan menerapkan obat dengan tepat sesuai obat dengan tepat sesuai
i yang tidak tepat beberapa prinsip seluruh prinsip berikut: seluruh prinsip berikut:
Atau berikut: 1. Tepat indikasi 1. Tepat indikasi
Peserta ujian 1. Tepat indikasi 2. Tepat dosis 2. Tepat dosis
tidak dapat 2. Tepat dosis 3. Tepat sediaan 3. Tepat sediaan
memilih obat 3. Tepat sediaan 4. Tepat cara 4. Tepat cara
4. Tepat cara pemberian pemberian
pemberian 5. Tepat harga 5. Tepat harga
TETAPI TIDAK DAN
menuliskan resep dengan ● Menuliskan resep
lengkap dan benar. dengan lengkap dan
benar.

6 Komunikasi Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian Peserta ujian 2


dan Edukasi sama sekali tidak menunjukkan menunjukkan menunjukkan
melakukan 4 kemampuan kemampuan kemampuan
prinsip berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
komunikasi menerapkan salah satu menerapkan 2-3 dari 4 menerapkan seluruh
prinsip berikut: prinsip berikut: prinsip berikut:
1. mampu membina 1. mampu membina 1. mampu membina
hubungan baik hubungan baik hubungan baik
dengan pasien secara dengan pasien secara dengan pasien
verbal non verbal verbal non verbal secara verbal non
(ramah, terbuka, (ramah, terbuka, verbal (ramah,
kontak mata, salam, kontak mata, salam, terbuka, kontak
empati dan empati dan hubungan mata, salam, empati
hubungan komunikasi dua arah, dan hubungan
komunikasi dua respon) komunikasi dua
arah, respon) 2. mampu memberikan arah, respon)
2. mampu memberikan kesempatan pasien 2. mampu
kesempatan pasien untuk bercerita dan memberikan
untuk bercerita dan mengarahkan cerita kesempatan pasien
mengarahkan cerita 3. mampu untuk untuk bercerita dan
3. mampu untuk melibatkan pasien mengarahkan cerita
melibatkan pasien dalam membuat 3. mampu untuk
dalam membuat keputusan klinik, melibatkan pasien
keputusan klinik, pemeriksaan klinik. dalam membuat
pemeriksaan klinik. 4. mampu memberikan keputusan klinik,
4. mampu memberikan penyuluhan yang pemeriksaan klinik.
penyuluhan yang isinya sesuai dengan 4. mampu
isinya sesuai dengan masalah pasien memberikan
masalah pasien penyuluhan yang
isinya sesuai
dengan masalah
pasien

7 Perilaku Peserta ujian Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan Meminta izin secara lisan 2
profesional tidak meminta dan 1-2 poin berikut : dan 3 poin berikut: dan melakukan di bawah
izin secara lisan 1. melakukan setiap 1. melakukan setiap ini secara lengkap:
dan sama sekali tindakan dengan tindakan dengan 1. melakukan setiap
tidak melakukan berhati-hati dan berhati-hati dan tindakan dengan
poin berikut: teliti sehingga teliti sehingga berhati-hati dan
1. melakukan tidak tidak teliti sehingga
setiap tindakan membahayakan membahayakan tidak
dengan pasien dan diri pasien dan diri membahayakan
berhati-hati sendiri sendiri pasien dan diri
dan teliti 2. memperhatikan 2. memperhatikan sendiri
sehingga tidak kenyamanan kenyamanan 2. memperhatikan
membahayaka pasien pasien kenyamanan
n pasien dan 3. melakukan 3. melakukan pasien
diri sendiri tindakan sesuai tindakan sesuai 3. melakukan
2. memperhatika prioritas prioritas tindakan sesuai
n kenyamanan 4. menunjukan rasa 4. menunjukan rasa prioritas
pasien hormat kepada hormat kepada 4. menunjukan rasa
3. melakukan pasien pasien hormat kepada
tindakan 5. mengetahui 5. mengetahui pasien
sesuai prioritas keterbatasan keterbatasan 5. mengetahui
4. menunjukan dengan merujuk dengan merujuk keterbatasan
rasa hormat atau melakukan atau melakukan dengan merujuk
kepada pasien konsultasi bila konsultasi bila atau melakukan
5. mengetahui diperlukan diperlukan konsultasi bila
keterbatasan diperlukan
dengan
merujuk atau
melakukan
konsultasi bila
diperlukan
5 CONTOH KASUS
5.1 Skenario Kasus 1
Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan kelemahan pada
anggota gerak kiri sejak 6 jam yang lalu.

Tugas mahasiswa :
1. Lakukan anamnesis yang sesuai pada kasus tersebut
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien
3. Usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pasien
4. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien. Sampaikan pada
penguji!
6. Berikan edukasi pada pasien

5.2 Skenario Kasus 2


Seorang perempuan berusia 42 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan kesemutan pada
kedua telapak tangan kanan dan kiri.

Tugas mahasiswa :
1. Lakukan anamnesis yang sesuai pada kasus tersebut
2. Lakukan pemeriksaan fisik terkait keluhan pada pasien
3. Tentukan diagnosis kerja kasus tersebut
4. Tentukan diagnosis banding kasus tersebut
5. Tentukan tatalaksana farmakologi dan nonfarmakologi pada pasien.
6. Berikan edukasi pada pasien tersebut

Anda mungkin juga menyukai