Bab I Percobaan 1 Transformator 1 Fasa
Bab I Percobaan 1 Transformator 1 Fasa
PERCOBAAN 1
TRANSFORMATOR 1 FASA
Multipower
Meter
In Ru sh Sumber AC
220 V
+ +
Sumber AC
220 V
30 110 V
V V
Voltmeter
- -
Regulator
Multipower
Meter
In Ru sh Sumber AC
220 V
Amperemeter
+ +
A
Sumber AC
220 V
30 110 V Load
V V Voltmeter
- -
Regulator
1
2
Multipower
Meter
Sumber AC
In Ru sh 220 V
Voltmeter
V
+ +
Sumber AC
220 V
30 110 V
V V
Voltmeter
- -
Regulator
Multipower
Meter
In Ru sh Sumber AC
220 V
Amperemter
+ +
A
Sumber AC 30 220
220 V
Push
- - Bo tton
Regulator
Multipower
Meter
In Ru sh Sumber AC
220 V
Amperemeter
+ +
A Volt
meter
Sumber AC 12 110
V Lo ad
220 V
- -
Regulator A
+ +
V
12 110
- -
1.3 Analisa
1.3.1 Percobaan tanpa Beban (No-Load Test)
Perhitungan
Contoh perhitungan pada variasi 1
Diketahui : V = 8 volt
I = 0,02 A
Cos Ɵ = 0,99
Ɵ = 8,1090
Ditanya : a) Ic = ?
b) Rc = ?
c) Im = ?
d) Xm = ?
Jawab :
a) IC = I x cos Ɵ
IC = 0,02 x 0,99
IC = 0,0198 A
b) RC = V/IC
RC = 8/0,0198
RC = 404,04 Ω
c) Im = Ic x sin Ɵ
Im = 0,0198x 0,14105
Im = 0,00279 A
d) Xm = V/Im
Xm = 8/0,00279
Xm = 2867,38 Ω
6
Sehingga untuk variasi selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama,
dan dapat dibuat menjadi data pada tabel 1.6 berikut
Vprimer Iprimer Xm Im Rc Ic
No Cos ϴ
(V) (A) (Ohm) (A) (Ohm) (A)
0,0027
1 8 0,02 0,99 2867,38 404,04 0,0198
9
2 16 0,04 0,86 938,41 0,01705 4784,6 0,03344
3 24 0,06 0,75 806,32 0,029 533,33 0,045
Dari tabel diatas, maka dapat digambarkan rangkaian ekuivalen sebagai berikut
(a)
(b)
Gambar 1.6 (a) Rangkaian Transformator 1 Fasa tanpa Beban
Dari Tabel 1.6 tersebut, dapat kita ketahui bahwa besarnya Rc dan Xm tidak
sama. Hal ini disebabkan besarnya arus yang mengalir pada masing-masing
hambatan berbeda. Pada Rc, arus yang mengalir sebesar Ic, sedangkan pada Xm
arus yang mengalir sebesar Im.
Dari Tabel 1.6 dapat dilihat bahwa tegangan primer (Vp) lebih kecil
dibandingkan tegangan sekunder (Vs). Tegangan sekunder kurang lebih tiga kali
lebih besar daripada tegangan primer. Hal ini karena percobaan ini menggunakan
trafo step up dengan rasio tegangan 30:110 V. Dari data tersebut juga dapat dicari
nilai Xm, dimana saat Vp bernilai 8 V memiliki nilai Xm sebesar 2867,38 Ω.
ɳ = Sout x 100%
Sin
= Vout x Iout x 100%
Vin x Iin
= 16,9 x 0,12 x 100%
8 x 0,38
= 66,71 %
b. Regulasi
VNL = 29,33V
ΔV =VNL - VFL x 100%
VFL
= 29,33 – 16,9 x 100%
16,9
= 73,5 %
c. Tegangan 8
V1 = N1
V2 N2
V2 = V1 . N2
N1
= 8 . 110
30
= 29,33V
8
d. Arus
12 = N1
11 N2
12 = 11 . N1
N2
= 0,38 . 30
110
= 0,103 A
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besar arus sekunder saat
perhitungan dan hasil pengukuran hampir sama. Sedangkan besar tegangan
sekunder pada perhitungan dan pengukuran sangat jauh berbeda. Hal ini
disebabkan kesalahan saat pengukuran serta rugi-rugi dan tidak kepresisian alat
ukur.
Rangkaian ekuivalen dari transformator fase pengujian berbeban adalah
sebagai berikut :
9
X1 Ic Im I2 X2
R1 R2
Rc Xm
Beb an
(a)
Io
Ic Im
Rc Xm Beb an
(b)
24 79 30,1 103 55
Menurut teori bahwa nilai V3 dapat dicari dari rumus V3 = V1 +V2 karena
trafo yang digunakan adalah trafo aditif (Transformator saling menjumlah),
sehingga V3 = 8 + 27,2 = 35,2 Volt. Namun pada hasil pengukuran diperoleh hasil
yang berbeda jauh dari seharusnya. Dimana dari pengukuran V 3 diperoleh nilai
18,8 Volt. Terjadinya perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh rugi-rugi
tegangan, kesalahan alat ukur, dan kesalahan praktikan saat pengambilan data.
V3
Sumber AC
V1 V2
220 V
H1 X1 H1 X1
H2 X2 H2 X2
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa arus primer dalam keadaan normal
lebih kecil dibandingkan arus primer hubung singat. Hal ini dikarenakan adanya
lonjakan arus yang terjadi saat hubung singkat. Pada saat teganan primer
diperoleh nilai Xek dan Zek bernilai tak terhingga karena faktor dayanya bernilai 1.
Dari tabel perhitungan diatas, maka dapat digambarkan rangkaian
ekuivalen transformator hubung singkat sebagai berikut:
12
Xek
Rek
Sumber AC
V
1Ø
Perhitungan :
Sisi primer
ST 1 =V T 1 × I T 1=3 ×0,59=1,77 VA
Sisi sekunder
ST 2=V T 2 x I T 2=3 ×0,06=0,18 VA
13
Dengan cara yang sama, maka dapat diperoleh table sebagai berikut :
Dari hasil pengukuran pada tabel 1.10 dapat diketahui bahwa kedua trafo
bekerja paralel.
14
1.4 Kesimpulan
1. Pada percobaan digunakan trafo step up, yaitu tegangan sekunder lebih
besar tegangan primer, hal ini dikarenakan jumlah lilitan pada kumparan
sekunder lebih banyak dibandingkan lilitan pada kumparan primer.
2. Perbedaan nilai Rc dan Xin disebabkan magnet sisa transformator.
3. Untuk mengetahui tipe trafo subtractive adictive adalah dengan melakukan
perbandingan. Bila V3 = V2 –V1 maka trafo subtractive, sedangkan jika
V3 = V1 + V2 maka trafo adictive.
4. Efisiensi dipengaruhi oleh keluaran dan masukan.
5. Pada kerja paralel tarnsformator, perbedaan daya disebabkan kurang
presisinya alat ukur dan kurang teliti saat pembacaan alat ukur.
6. Syarat-syarat kerja paralel trafo yaitu :
Impedensi sama
Frekuensi sama
Polaritas kedua trafo sama
7. Polaritas trafo merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kerja trafo
diparalel, sehingga polaritas yang sama bisa dihubungkan. Kesalahan
polaritas dapat mengahsilkan hubung singkat saat trafo diparalel.
8. Semakin besar tegangan sekunder pada perhitungan dan pengukuran
semakin besar pula nilai regulasi.
9. Pada percobaan berbeban menghasilkan tegangan sekunder yang berbeda,
hal ini dikarenakan variasi beban yang mempengaruhi nilai arus yang
menyebabkan tegangan pada sisi sekunder berbeda.
10. Pada percobaan hubung singkat arus primer dalam keadaan normal lebih
kecil dibandingkan arus primer hubung singat. Hal ini dikarenakan adanya
lonjakan arus yang terjadi saat hubung singkat.