Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PERCOBAAN 1

TRANSFORMATOR 1 FASA

1.1 Gambar Rangkaian


1.1.1 Percobaan tanpa Beban (No-Load Test)

Multipower
Meter

In Ru sh Sumber AC
220 V

+ +

Sumber AC
220 V
30 110 V
V V
Voltmeter
- -

Regulator

Gambar 1.1 Rangkaian Trafo 1 Fasa Percobaan tanpa Beban

1.1.2 Percobaan Berbeban (Loaded Test)

Multipower
Meter

In Ru sh Sumber AC
220 V

Amperemeter

+ +
A

Sumber AC
220 V
30 110 V Load
V V Voltmeter

- -

Regulator

Gambar 1.2 Rangkaian Trafo 1 Fasa Percobaan Berbeban

1.1.3 Percobaan Polaritas Transformator

1
2

Multipower
Meter
Sumber AC
In Ru sh 220 V

Voltmeter
V
+ +

Sumber AC
220 V
30 110 V
V V
Voltmeter
- -

Regulator

Gambar 1.3 Rangkaian Trafo 1 Fasa Percobaan Polaritas Transfomator

1.1.4 Percobaan Hubung Singkat

Multipower
Meter

In Ru sh Sumber AC
220 V
Amperemter

+ +
A

Sumber AC 30 220
220 V
Push
- - Bo tton

Regulator

Gambar 1.4 Rangkaian Trafo 1 Fasa Percobaan Hubung Singkat


3

1.1.5 Kerja Paralel Transformator

Multipower
Meter

In Ru sh Sumber AC
220 V

Amperemeter

+ +
A Volt
meter

Sumber AC 12 110
V Lo ad
220 V

- -

Regulator A
+ +

V
12 110

- -

Gambar 1.5 Rangkaian Trafo 1 Fasa Kerja Paralel Transformator

1.2 Data Percobaan


1.2.1 Percobaan tanpa Beban (No-Load Test)

Tabel 1.1 Data Percobaan tanpa Beban


Vprimer Vsekunder Iprimer Isekunder
No Cos ϴ
(V) (V) (A) (A)
1 8 27,7 0,02 0 0,99
2 16 52,96 0,04 0 0,86
3 24 80,7 0,06 0 0,75
4

1.2.2 Percobaan Berbeban (Loaded Test)

Tabel 1.2 Data Percobaan Berbeban


Beban Vprimer Vsekunder Iprimer Isekunder
No Cos ϴ
(W) (V) (V) (A) (A)
1 8 16,9 0,38 0,12 0,72
2 100 16 38,6 0,55 0,18 0,96
3 24 62,5 0,7 0,22 0,98
4 8 10,5 0,65 0,21 0,85
5 200 16 26,9 0,94 0,3 0,98
6 24 41,5 1,23 0,39 0,99

1.2.3 Percobaan Polaritas Transformator

Tabel 1.3 Data Percobaan Polaritas Transfomator


No V1 (V) V2(V) V3 (V)
1 8 27,2 18,8
2 16 53,3 28,2
3 24 79 30,1

1.2.4 Percobaan Hubung Singkat

Tabel 1.4 Data Percobaan Hubung Singkat


VIN Iprimer Isekunder Iprimer HS
No Cos ϴ
(V) (A) HS (A) (A)
1 8 0,02 0,29 0,88 0,81
2 16 0,04 0,57 1,73 0,99
3 24 0,05 0,78 2,36 1

1.2.5 Kerja Paralel Transformator

Tabel 1.5 Data Kerja Paralel Transformator


Beban VT1 VT2 I T1 I T2 P
No Sisi
(W) (V) (V) (A) (A) (Watt)
1 3 3 0,59 0,59 3
2 Primer 100 6 6 0,84 0,86 8
3 9 9 1,08 1,18 18
4 3 3 0,06 0,06 3
5 Sekunder 100 6 6 0,09 0,09 8
6 9 9 0,1 0,11 18
5

1.3 Analisa
1.3.1 Percobaan tanpa Beban (No-Load Test)
Perhitungan
Contoh perhitungan pada variasi 1
Diketahui : V = 8 volt
I = 0,02 A
Cos Ɵ = 0,99
Ɵ = 8,1090
Ditanya : a) Ic = ?
b) Rc = ?
c) Im = ?
d) Xm = ?
Jawab :
a) IC = I x cos Ɵ
IC = 0,02 x 0,99
IC = 0,0198 A

b) RC = V/IC
RC = 8/0,0198
RC = 404,04 Ω

c) Im = Ic x sin Ɵ
Im = 0,0198x 0,14105
Im = 0,00279 A

d) Xm = V/Im
Xm = 8/0,00279
Xm = 2867,38 Ω
6

Sehingga untuk variasi selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama,
dan dapat dibuat menjadi data pada tabel 1.6 berikut

Tabel 1.6 Hasil Perhitungan Pengujian tanpa Beban

Vprimer Iprimer Xm Im Rc Ic
No Cos ϴ
(V) (A) (Ohm) (A) (Ohm) (A)
0,0027
1 8 0,02 0,99 2867,38 404,04 0,0198
9
2 16 0,04 0,86 938,41 0,01705 4784,6 0,03344
3 24 0,06 0,75 806,32 0,029 533,33 0,045

Dari tabel diatas, maka dapat digambarkan rangkaian ekuivalen sebagai berikut

(a)

(b)
Gambar 1.6 (a) Rangkaian Transformator 1 Fasa tanpa Beban

(b) Rangkaian Ekuivalen Pengujian tanpa Beban Trafo 1 Fasa


7

Dari Tabel 1.6 tersebut, dapat kita ketahui bahwa besarnya Rc dan Xm tidak
sama. Hal ini disebabkan besarnya arus yang mengalir pada masing-masing
hambatan berbeda. Pada Rc, arus yang mengalir sebesar Ic, sedangkan pada Xm
arus yang mengalir sebesar Im.

Dari Tabel 1.6 dapat dilihat bahwa tegangan primer (Vp) lebih kecil
dibandingkan tegangan sekunder (Vs). Tegangan sekunder kurang lebih tiga kali
lebih besar daripada tegangan primer. Hal ini karena percobaan ini menggunakan
trafo step up dengan rasio tegangan 30:110 V. Dari data tersebut juga dapat dicari
nilai Xm, dimana saat Vp bernilai 8 V memiliki nilai Xm sebesar 2867,38 Ω.

1.3.2 Percobaan Berbeban (Loaded Test)


Perhitungan :
a. Efisiensi

ɳ = Sout x 100%
Sin
= Vout x Iout x 100%
Vin x Iin
= 16,9 x 0,12 x 100%
8 x 0,38
= 66,71 %
b. Regulasi
VNL = 29,33V
ΔV =VNL - VFL x 100%
VFL
= 29,33 – 16,9 x 100%
16,9
= 73,5 %
c. Tegangan 8
V1 = N1
V2 N2
V2 = V1 . N2
N1
= 8 . 110
30
= 29,33V
8

d. Arus
12 = N1
11 N2
12 = 11 . N1
N2
= 0,38 . 30
110
= 0,103 A

Dengan cara yang sama diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut

Tabel 1.7 Hasil perhitungan pengujian berbeban (Looded Test)

Beba V I Pengukuran Perhitungan


ɳ Regulasi
n primer primer VS IS
VS (V) IS (A) (%) (%)
(%) (V) (A) (V) (A)
66,7
8,00 0,38 16,9 0,12
1
73,5 29,33 0,103
74,5
100 16,00 0,55 38,6 0,17
6
51,98 58,66 0,165
79,8
24,00 0,7 62,5 0,22
4
40,8 88 0,19
40,3
8,00 0,65 10,5 0,20
8
179,33 29,33 0,177
53,0
200 16,00 0,94 26,9 0,30
2
118,06 58,66 0,256
62,3
24,00 1,23 41,5 0,39
4
112,04 88 0,335

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa besar arus sekunder saat
perhitungan dan hasil pengukuran hampir sama. Sedangkan besar tegangan
sekunder pada perhitungan dan pengukuran sangat jauh berbeda. Hal ini
disebabkan kesalahan saat pengukuran serta rugi-rugi dan tidak kepresisian alat
ukur.
Rangkaian ekuivalen dari transformator fase pengujian berbeban adalah
sebagai berikut :
9

X1 Ic Im I2 X2
R1 R2

Rc Xm
Beb an

(a)

Io

Ic Im

Rc Xm Beb an

(b)

Gambar 1.7 (a) Rangkaian Transformator 1 Fasa berbeban


(b) Rangkaian Ekuivalen Percobaan Berbeban Trafo 1 Fasa

1.3.3 Percobaan Polaritas Transformator


Perhitungan
 V1 + V2 = 8 + 27,2
= 35,2 V
 V2 - V1 = 27,2 – 8
= 19,2 V
Menggunakan cara yang sama, maka diperoleh tabel sebagai berikut

Tabel 1.8 Hasil perhitungan pengujian Polaritas Transformator

V1 (V) V2(V) V3(V) V1 + V2 (V) V2-V1(V)


8 27,2 18,8 35,2 19,2

16 53,3 28,2 69,3 37,3


10

24 79 30,1 103 55

Menurut teori bahwa nilai V3 dapat dicari dari rumus V3 = V1 +V2 karena
trafo yang digunakan adalah trafo aditif (Transformator saling menjumlah),
sehingga V3 = 8 + 27,2 = 35,2 Volt. Namun pada hasil pengukuran diperoleh hasil
yang berbeda jauh dari seharusnya. Dimana dari pengukuran V 3 diperoleh nilai
18,8 Volt. Terjadinya perbedaan hasil ini dapat dipengaruhi oleh rugi-rugi
tegangan, kesalahan alat ukur, dan kesalahan praktikan saat pengambilan data.

Dalam menguji polaritas transformator fasa, disisi tegangan tinggi


dihubungkan ke sumber tegangan, sedangkan sisi tegangan rendah dihubungkan
kemudian diukur tegangannya pada sisi primer V1 dan sekunder V2 juga dilakukan
pengukuran, sementara sisi netral primer dan sekunder dihubungkan.

V3

Sumber AC
V1 V2
220 V

Gambar 1.8 Rangkaian Percobaan Percobaan Polaritas

Pada pengujian polaritas, jika V3 = V1+V2 maka disebut transformator


aditif, sedangkan jika V3 = V2 – V1 maka disebut transformator subtractive
polarity.

H1 X1 H1 X1

H2 X2 H2 X2

Gambar 1.9 (a) Polaritas Aditif


(b) Polaritas Substraktif
11

1.3.4 Percobaan Hubung Singkat (Short – Circuit Test)


Perhitungan
Vp 8
 Rek = = =34,05Ω
Is ×cos Ɵ 0,29 × 0,81
Vp 8
 X ek= =
Is×sin Ɵ 0,29 ×sin (arccos ⁡(¿ 0,81))=47,04 Ω ¿
 Z ek =√( R ek )2 +( X ek )2=√(34,05)2 +( 47,04)2=58,07 Ω

Dengan cara yang sama, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel. 1.9 Hasil perhitungan pada percobaan pengujian Hubung Singkat.

N VIN Cos Rek Xek Zek


Iprimer (A) Isekunder HS (A) Iprimer HS (A)
o (V) ϴ (Ω) (Ω) (Ω)
1 8 0,02 0,29 0,88 0,81 34,05 47,04 58,07
2 16 0,04 0,57 1,73 0,99 28,35 198,98 200,98
3 24 0,05 0,78 2,36 1 30,760 0 30,760

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa arus primer dalam keadaan normal
lebih kecil dibandingkan arus primer hubung singat. Hal ini dikarenakan adanya
lonjakan arus yang terjadi saat hubung singkat. Pada saat teganan primer
diperoleh nilai Xek dan Zek bernilai tak terhingga karena faktor dayanya bernilai 1.
Dari tabel perhitungan diatas, maka dapat digambarkan rangkaian
ekuivalen transformator hubung singkat sebagai berikut:
12

Xek
Rek

Sumber AC
V

Gambar 1.10 Rangkaian Ekuivalen Transformator Percobaan Hubung Singkat

1.3.5 Kerja Paralel Transformator


Syarat-syarat kerja paralel transformator:
 Tegangan pada sisi primer dan sekunder kedua transformator sama.
 Impendensi yang sama
 Frekuensi yang sama
 Polaritas kedua transformator adalah sama

Polaritas transformator merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kerja


paralel sehingga polaritas yang sama bisa dihubungkan. Kesalahan polaritas dapat
menghasilkan hubung singkat transformator diparalel.

Perhitungan :

 Sisi primer
ST 1 =V T 1 × I T 1=3 ×0,59=1,77 VA

 Sisi sekunder
ST 2=V T 2 x I T 2=3 ×0,06=0,18 VA
13

Dengan cara yang sama, maka dapat diperoleh table sebagai berikut :

Tabel 1.10 Hasil perhitungan daya pada kerja paralel transformator.

N Beban VT1 VT2 I T1 I T2 ST1 ST2


Sisi
o (W) (V) (V) (A) (A) (VA) (VA)
1 3 3 0,59 0,59 1,77 1,77
2 Primer 100 6 6 0,84 0,86 5,04 5,16
3 9 9 1,08 1,18 9,72 10,62
4 3 3 0,06 0,06 0,18 0,18
5 Sekunder 100 6 6 0,09 0,09 0,54 0,54
6 9 9 0,1 0,11 0,9 0,99

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan pada


trafo 1 dan trafo 2. Pada sisi primer tegangan pada trafo 1 jauh lebih besar
dibandingkan tagangan pada trafo 2. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan saat
melakukan pengukuran dan rugi-rugi pada trafo. Sedangkan pada sisi sekunder,
tegangan pada trafo 1 dan trafo 2 sudah saling mendekati. Perbedaan kecil ini
terjadi karena rugi-rugi pada masing-masing trafo berbeda.

Dari hasil pengukuran pada tabel 1.10 dapat diketahui bahwa kedua trafo
bekerja paralel.
14

1.4 Kesimpulan
1. Pada percobaan digunakan trafo step up, yaitu tegangan sekunder lebih
besar tegangan primer, hal ini dikarenakan jumlah lilitan pada kumparan
sekunder lebih banyak dibandingkan lilitan pada kumparan primer.
2. Perbedaan nilai Rc dan Xin disebabkan magnet sisa transformator.
3. Untuk mengetahui tipe trafo subtractive adictive adalah dengan melakukan
perbandingan. Bila V3 = V2 –V1 maka trafo subtractive, sedangkan jika
V3 = V1 + V2 maka trafo adictive.
4. Efisiensi dipengaruhi oleh keluaran dan masukan.
5. Pada kerja paralel tarnsformator, perbedaan daya disebabkan kurang
presisinya alat ukur dan kurang teliti saat pembacaan alat ukur.
6. Syarat-syarat kerja paralel trafo yaitu :
 Impedensi sama
 Frekuensi sama
 Polaritas kedua trafo sama
7. Polaritas trafo merupakan hal yang sangat diperlukan dalam kerja trafo
diparalel, sehingga polaritas yang sama bisa dihubungkan. Kesalahan
polaritas dapat mengahsilkan hubung singkat saat trafo diparalel.
8. Semakin besar tegangan sekunder pada perhitungan dan pengukuran
semakin besar pula nilai regulasi.
9. Pada percobaan berbeban menghasilkan tegangan sekunder yang berbeda,
hal ini dikarenakan variasi beban yang mempengaruhi nilai arus yang
menyebabkan tegangan pada sisi sekunder berbeda.
10. Pada percobaan hubung singkat arus primer dalam keadaan normal lebih
kecil dibandingkan arus primer hubung singat. Hal ini dikarenakan adanya
lonjakan arus yang terjadi saat hubung singkat.

Anda mungkin juga menyukai