i
KATA PENGANTAR
Namun, hal tersebut belum dituangkan secara eksplisit untuk mewajibkan daerah
melakukan sinkronisasi dokumen perencanaan. Selain itu, pedoman dan petunjuk teknis
sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan masih belum tersedia. Oleh
karena itu, perlu disusun suatu pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan.
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menghasilkan panduan sinkronisasi rencana tata ruang
dan rencana pembangunan, agar rencana umum tata ruang yang telah disusun, dapat
diimplementasikan dengan baik ke dalam rencana pembangunan.
Dalam rangka mengimplementasikan materi teknis kajian sikronisasi antara rencana tata
ruang dan rencana pembangunan ini menjadi pedoman yang telah berkekuatan hukum
(seperti Peraturan Menteri, Peraturan Presiden, atau lainnya), maka perlu ada
pentahapan langkah selanjutnya yang harus dilakukan, baik di tingkat nasional atau
Pemerintah Pusat maupun daerah atau Pemerintah Daerah, antara lain yaitu kesepakatan
di forum Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) terhadap tindak lanjut
pedoman sinkronisasi, uji coba pedoman sinkronisasi, dan penetapan pedoman
sikronisasi menjadi PP, Perpres, atau Permen.
Kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan kerjasama berbagai pihak,
khususnya untuk mitra kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, selama proses
kegiatan hingga tersusunnya laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN LAPORAN........................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL................................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 LatarBelakang.......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan, Sasaran, dan Keluaran ................................................................................................ 2
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan dan Wilayah Studi ............................................................................ 2
1.4 Metodologi.............................................................................................................................. 3
1.5 Sistematika Pembahasan ........................................................................................................ 5
BAB 2 KAJIAN LITERATUR DAN INVENTARISASI KENDALA ..................................................................... 7
2.1 Kajian Literatur ........................................................................................................................ 7
2.1.1 Pengalaman di Luar Negeri .............................................................................................. 7
2.1.2. Kajian Studi yang Pernah Dilakukan di Indonesia .......................................................... 11
2.2 Inventarisasi Kendala yang Dihadapi oleh Daerah................................................................ 25
2.2.1 Pelaksanaan Inventarisasi Kendala di Daerah ............................................................... 25
2.2.2 Rumusan Hasil Inventarisasi Kendala di Daerah ............................................................ 26
2.3 Hasil Diskusi dengan Kementerian Dalam Negeri ................................................................. 29
BAB 3 RUMUSAN HASIL PELAKSANAAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) DI WILAYAH STUDI ........ 31
3.1 Pelaksanaan FGD di 3 (Tiga) Provinsi .................................................................................... 31
3.1.1 Provinsi Gorontalo ......................................................................................................... 31
3.1.2 Provinsi Sumatera Barat ................................................................................................ 32
3.1.3 Provinsi Jawa Timur ....................................................................................................... 33
3.2 Masukan Bagi Pedoman Sinkronisasi.................................................................................... 34
BAB 4 PEDOMAN SINKRONISASI RENCANA TATA RUANG DAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH39
4.1 Amanat Integrasi ................................................................................................................... 39
4.1.1 Amanat Integrasi dalam PelaksanaanPenataan Ruang ................................................. 39
4.1.2 Amanat Integrasi dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ........................ 41
4.1.3 Kedudukan RPJMD terhadap RTRW .............................................................................. 43
4.1.4 Konsistensi Perencanaan dari Jangka Panjang ke dalam Jangka Menengah ................. 44
4.2 Integrasi antara RTRW dan RPJMD ...................................................................................... 48
4.2.1 Integrasi Proses/Dokumen ............................................................................................ 48
4.2.2 Legalitas RTRW............................................................................................................... 49
4.2.3 Sinkronisasi Periodisasi Waktu ...................................................................................... 55
4.2.4 Integrasi Muatan RTRW dengan RPJMD dan RKPD Provinsi ......................................... 60
4.2.5 Integrasi Nomenklatur ................................................................................................... 90
4.2.6 Langkah-langkah Pengintegrasian RTRW ke dalam RPJMD ........................................... 94
4.3 Isu-Isu Pengintegrasian ......................................................................................................... 98
BAB 5 REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT ..................................................................................... 103
1. Pada tingkat nasional atau Pemerintah Pusat ........................................................................ 103
2. Pada tingkat daerah atau Pemerintah Daerah ....................................................................... 103
iii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1.1 Metodologi Kegiatan 5
Gambar 2.1 Alternatif I Integrasi Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang dan 12
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Gambar 2.2 Alternatif II Integrasi Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang dan 13
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Gambar 2.3 Model Integrasi Perumusan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD dengan 14
RTRW Berdasarkan Legalitas/Kekuatan hukum
Gambar 4.1 Keterkaitan Rencana Pembangunan dan Rencana Tata Ruang 42
Gambar 4.2 Keterkaitan RTRW dengan RPJMD dan Renstra SKPD 43
Gambar 4.3 Konsistensi Perencanaan Jangka Panjang ke Perencanaan Jangka 45
Menengah
Gambar 4.4 Integrasi Proses/Dokumen RTRW dan RPJMD 49
Gambar 4.5 Prosedur Penetapan Perda RTRW 50
Gambar 4.6 Integrasi RTRW dan RPJMD berdasarkan Status Kekuatan Hukum RTRW 52
Gambar 4.7 Sinkronisasi RPJMD dengan RTRW yang Sedang Peninjauan Kembali (PK) 54
Gambar 4.8 Sinkronisasi Periodisasi Waktu Kondisi Ideal 55
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam rangka pemanfataan ruang, terdapat dokumen rencana pembangunan yang juga
menjadi acuan bagi pengguna ruang, baik di Pusat maupun Daerah. Menurut Undang-
Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN),
Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP). Lebih lanjut, masing-masing sektor pembangunan, baik di Pusat maupun
Daerah, wajib menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja).
Baik UU SPPN maupun UUPR menghendaki sebuah keintegrasian, yaitu agar dokumen
rencana tata ruang yang dibuat dapat selaras dengan dokumen rencana pembangunan.
Lebih khusus lagi, UU No. 17 Tahun 2007 RPJP Nasional 2005-2025 mengamanatkan bahwa
konsistensi pemanfaatan ruang dapat dicapai dengan mengintegrasikannya ke dalam
dokumen perencanaan pembangunan. Pemerintah Pusat, melalui pendekatan
pembangunan berbasis kewilayahan mulai pada RPJMN 2010-2014 telah melakukan
sinkronisasi tersebut. Produk dari integrasi kedua dokumen rencana tersebut adalah Buku III
RPJMN 2010-2014 dan Buku III RPJMN 2015-2019; dan setiap tahun dijabarkan di dalam
RKP. Proses sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan di Daerah perlu juga
dilakukan dengan mengacu pada proses yang terjadi di Pusat.
Namun demikian, upaya sinkronisasi di Daerah tersebut kerap menemui kendala. Hal ini
disebabkan karena meskipun sudah tersedia peraturan perundangan yang mengindikasikan
perlunya keintegrasian dokumen perencanaan, namun hal tersebut belum dituangkan
secara eksplisit untuk mewajibkan daerah melakukan sinkronisasi dokumen perencanaan.
1
Selain itu, masih belum tersedianya pedoman dan petunjuk teknis sinkronisasi rencana tata
ruang dan rencana pembangunan merupakan salah satu hal yang harus dijawab agar Daerah
dapat memperoleh acuan bagaimana keintegrasian dapat dilaksanakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian untuk penyusunan materi
teknis pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan.
Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan materi teknis pedoman sinkronisasi rencana tata
ruang dan rencana pembangunan, agar rencana umum tata ruang yang telah disusun, dapat
diimplementasikan dengan baik ke dalam rencana pembangunan. Adapun sasaran yang
akan dicapai adalah:
Inventarisasi kendala yang dihadapi Daerah dalam upaya sinkronisasi rencana tata
ruang dan rencana pembangunan selama ini;
Penyusunan kriteria dalam proses sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan; dan
Penyusunan materi teknis pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan.
Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen
Laporan Kajian Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan yang meliputi:
Identifikasi kendala yang dihadapi Daerah dalam upaya sinkronisasi rencana tata ruang
dan rencana pembangunan;
Kriteria yang digunakan dalam proses sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan; dan
Rancangan materi teknis pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan yang dapat menjadi masukan kedepan bagi penetapan peraturan
perundangan (misalnya Peraturan Menteri) terkait hal tersebut.
Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam
melakukan sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan.
Fokus kegiatan ini adalah sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah
di tingkat provinsi. Sedangkan lingkup kegiatan studi ini meliputi:
2
a. Melakukan kajian literatur terhadap upaya sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan, yang meliputi peraturan perundangan terkait dan studi-studi yang
telah/sedang dilakukan;
b. Melakukan inventarisasi kendala yang dihadapi Daerah dalam upaya sinkronisasi
rencana tata ruang dan rencana pembangunan melalui kunjungan lapangan dan diskusi
dengan narasumber;
c. Merumuskan kriteria dalam proses sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan untuk dituangkan dalam Materi Teknis;
d. Melakukan penjaringan masukan melalui serangkaian kegiatan, yaitu dengan format
FGD di 3 (tiga) provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Jawa Timur, dan Gorontalo dan
dengan format seminar di Jakarta.
Wilayah studi pada kegiatan ini mencakup 3 (tiga) daerah yaitu Provinsi Sumatera Barat,
Jawa Timur dan Gorontalo. Kriteria pemilihan Provinsi adalah karena pada tahun 2010
pernah dilakukan pelatihan terkait sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan kepada Pemerintah Provinsi di ketiga provinsi tersebut, sehingga akan dilihat
perkembangan dan kendala dalam pelaksanaannya hingga saat ini.
1.4 Metodologi
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pada kegiatan ini, maka langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
3
- Provinsi Gorontalo pada tanggal 30 Maret 2015.
3. Perumusan draft 1 Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan. Berdasarkan hasil kajian literatur dan inventarisasi kendala di
daerah, dirumuskan draft 1 Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang
dan Rencana Pembangunan (Laporan Antara).
4. Pelaksanaan FGD-Lokakarya di 3 wilayah studi untuk membahas draft 1 Materi Teknis
dan menjaring masukan serta saran perbaikan dari daerah. FGD-Lokakarya dilaksanakan
sebagai berikut:
- Provinsi Gorontalo pada tanggal 4 Juni 2015;
- Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 10 Juni 2015; dan
- Provinsi Jawa Timur pada tanggal 16 Juni 2015.
5. Perumusan draft 2 Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan (Laporan Draft Akhir). Berdasarkan rumusan hasil FGD-
Lokakarya di 3 wilayah studi, dilakukan perbaikan terhadap draft 1 Materi Teknis.
6. Pelaksanaan Seminar dengan Anggota BKPRN di Jakarta. Seminar dilakukan untuk
membahas draft 2 Materi Teknis bersama-sama dengan anggota BKPRN di Jakarta.
Seminar ini bertujuan untuk menyosialisasikan kegiatan ini serta menjaring masukan
dan saran dari anggota BKPRN untuk perbaikan draft 2 Materi Teknis.
7. Perumusan draft 3 Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan (Laporan Akhir). Berdasarkan rumusan hasil seminar dengan
anggota BKPRN tersebut dilakukan perbaikan dan finalisasi draft 2 Materi Teknis.
8. Finalisasi Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana
Pembangunan dengan melakukan pengeditan sesuai bahasa hukum yang baku,
sehingga Materi Teknis tersebut nantinya dapat diusulkan sebagai Peraturan Menteri.
4
Gambar 1.1 Metodologi Kegiatan
Laporan ini terdiri atas empat bagian utama. Bagian pendahuluan yang memuat latar
belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup kegiatan, serta metodologi, dibahas pada bab 1.
Bab 2 menyajikan ringkasan mengenai kajian literatur, upaya sinkronisasi rencana tata
ruang dan rencana pembangunan yang dilakukan Daerah serta kendala yang dihadapi oleh
Daerah. Bab 3 menyajikan rumusan hasil FGD-Lokakarya yang dilakukan di tiga wilayah
studi. Muatan inti dari laporan ini disajikan pada bab 4 yang memaparkan pedoman
sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah, yang dirumuskan
berdasarkan kajian literatur, upaya-upaya sinkronisasi dan inventarisasi kendala di daerah,
serta hasil pelaksanaan FGD-Lokakarya di tiga wilayah studi.
5
BAB 2
KAJIAN LITERATUR DAN INVENTARISASI KENDALA
SINKRONISASI RENCANA TATA RUANG DAN
RENCANA PEMBANGUNAN DI DAERAH
Perencanaan merupakan bagian dari suatu kebijakan (Healey, 1997). Pada tingkat
pemerintahan, perencanaan dapat dibedakan menjadi perencanaan praktis dan
sistem perencanaan. Kedua jenis kategori perencanaan ini biasa dibedakan sebagai
“infrastruktur perangkat keras” dan “infrastruktur perangkat lunak”. Healey (1997)
mendefinisikan perencanaan praktis sebagai suatu arena dimana berbagai pihak
terlibat secara bersama dalam proses implementasi rencana. Sedangkan, sistem
perencanaan didefinisikan sebagai sistem hukum dan prosedur yang menetapkan
aturan dasar bagi perencanaan praktis atau praktek perencanaan. Dengan kata lain,
sistem perencanaan menyediakan kerangka hukum dan peraturan bagi praktek
perencanaan.
7
peran yang dominan dalam proses realisasi rencana. Dengan kata lain, sistem
top-down berlaku pada pedekatan ini.
8
(4) Pendekatan penggunaan lahan dan pengelolaan pertumbuhan (land use and
growth management)
Pada pendekatan ini, perencanaan terkait erat dengan pengendalian perubahan
guna lahan, yang dilakukan baik di tingkat pemerintahan strategis maupun lokal
(European Commission, 1997). UK atau Inggris merupakan salah satu contoh
negara di Eropa yang menganut pendekatan penggunaan lahan dan pengelolaan
pertumbuhan, disamping Irlandia dan Belgia yang telah mengalami pergeseran
pendekatan secara lebih menyeluruh. Selain UK, USA merupakan negara di
benua Amerika yang juga mengadopsi pendekatan ini. Di UK, pendekatan ini
diimplementasikan melalui upaya pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan yang didominasi oleh kewenangan pemerintah daerah dan sistem
pasar. Peran Pemerintah Pusat dalam kasus ini hanya berada pada tataran
pengawasan sistem dan pengaturan tujuan nasional. Di USA, implementasi
pendekatan ini dilakukan secara holistik melalui pengelolaan pertumbuhan
penggunaan lahan. Dalam sistem ini, negara menetapkan kerangka kerja di
tingkat regional serta tujuan pembangunan, yang didukung oleh upaya
implementasi secara konsisten dari Pemerintah Daerah. Jika dibandingkan
dengan pendekatan penggunaan lahan dan pengelolaan pertumbuhan yang
diterapkan di UK, pendekatan di USA ini lebih terfragmentasi dan tidak solid.
9
European Union
European
National/
regional
Regional National Regional Spatial Plan for
Spatial Planning Development Wales
Strategies framework for Strategy for
Scotland Northen
Sub- Ireland 2025
regional
strategis
Note: the local development framework in UK and the local development plans in
Wales are planning sturcture plans, local plans, and unitary development plans
10
perencanaan memberikan arah terhadap implementasi suatu praktek perencanaan.
Lingkup praktek perencanaan yang dimaksud adalah lingkup perencanaan penataan
ruang dan perencanaan pembangunan. Berdasarkan European Commission,
karakteristik sistem perencanaan dikategorikan kedalam 4 kategori sesuai dengan
pendekatan yang dianutnya. Perbedaan pendekatan tersebut memengaruhi arah
implementasi praktek perencanaan di suatu negara.
Pada gambaran sistem perencanaan di beberapa negara Uni Eropa, dapat dirumuskan
bahwa sistem perencanaan pada negara-negara tersebut menjadi arahan terhadap
perencanaan ruang (penataan ruang) dan non-keruangan (pembangunan). Sistem
perencanaan tersebut terhierarki secara sistematis berdasarkan wilayah administrasi,
dari tingkat Uni Eropa, Nasional, Regional, hingga Lokal. Poin penting dari gambaran
sistem perencanaan pada beberapa negara Uni Eropa ini adalah bahwa pembagian
lingkup praktek perencanaan (perencanaan penataan ruang dan perencanaan
pembangunan) umumnya dilakukan secara sistematis dan tidak bersifat paralel.
Sebagai gambaran, sistem perencanaan yang diaplikasikan di UK terdiri dari
perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan regional. Perencanaan
pembangunan ini kemudian dijabarkan secara lebih detail dalam bentuk perencanaan
tata ruang yang diterapkan pada tingkat lokal. Sistem perencanaan secara sistematis
dan berhierarki ini menjadikan proses integrasi dan sinkronisasi antara rencana tata
ruang dan rencana pembangunan menjadi lebih mudah dilakukan, karena proses
integrasi hanya dilakukan pada tingkat lokal.
Bagian ini menyajikan ringkasan dari studi-studi yang pernah dilakukan di Indonesia
mengenai integrasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan daerah. Terdapat
tiga studi yang telah dilakukan, yaitu:
1. “Institution Building for the Integration of National-Regional Development and
Spatial Planning”, DSF dan Bappenas, tahun 2010-2011;
2. “Model Pengintegrasian Rencana Tata Ruang dengan Rencana Pembangunan
Daerah”, Kementerian Dalam Negeri, tahun 2011; dan
3. “Panduan Integrasi Rencana Pembangunan dan Rencana Tata Ruang”,
Kementerian Pekerjaan Umum, tahun 2012.
Dari ketiga kajian studi tersebut terlihat bahwa muatan studi tersebut dapat saling
melengkapi dalam upaya pengintegrasian rencana tata ruang dan rencana
pembangunan daerah. Terdapat 4 (empat) aspek penting yang dapat disarikan dari
ketiga studi tersebut terkait dengan upaya integrasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan daerah, khususnya RPJPD dan RPJMD, yaitu:
11
a. Integrasi prosedur antara RTRW dengan RPJPD (DSF-Bappenas);
b. Model integrasi berdasarkan status kekuatan hukum RTRW (Kemendagri);
c. Integrasi periodisasi waktu (KemenPU); dan
d. Integrasi muatan antara RTRW dengan RPJPD dan RPJMD (DSF-Bappenas).
Gambar 2.1 Alternatif I Integrasi Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
12
Sumber: DSF-Bappenas, 2011
Alternatif II, pengintegrasian dilakukan sebelum pembentukan tim penyusun.
Gambar 2.2 Alternatif II Integrasi Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Terdapat 2 model integrasi, yaitu (1) model integrasi Rencana Pembangunan Daerah
dengan RTRW berkekuatan hukum tetap (Perda); dan (2) Model integrasi Rencana
Pembangunan Daerah dnegan RTRW yang belum berkekuatan hukum tetap.
13
(2) Model Integrasi Rencana Pembangunan Daerah dengan RTRW yang Belum
Berkekuatan Hukum Tetap
Pada prinsipnya bila proses penyusunan RTRW telah melalui prosedur yang benar,
sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku, maka
RTRW tersebut dapat dipandang sah secara hukum, sehingga dapat dijadikan
pedoman awal dalam penyusunan RPJPD dan RPJMD.
Gambar 2.3 Model Integrasi dalam Perumusan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
dengan RTRW Berdasarkan Status Legalitas/Kekuatan Hukum
14
c. Integrasi Periodisasi Waktu
Pada prinsipnya, integrasi dapat dipermudah bila pentahapan dalam RPJPD dan RTRW
sesuai dengan periode RPJMD. Namun, pada kenyataannya hal tersebut sulit dicapai.
Hal ini disebabkan karena adanya variasi kondisi penyusunan dokumen-dokumen
perencanaan (RPJPD, RPJMD, dan RTRW) yang mengakibatkan adanya perbedaan
periodisasi waktu. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, periode untuk RPJPD,
RTRW, dan RPJMD diatur sebagai berikut:
1. Periode RPJPD adalah tetap 2005-2025 mengikuti periode RPJPN, pada tahun
berapapun dokumen tersebut disusun (pasal 1 ayat 2 UU 17/2007 tentang RPJPN
2005-2025);
2. Periode RPJMD terikat dan mengikuti masa jabatan kepala daerah terpilih;
sementara
3. Periode RTRW relatif lebih fleksibel, karena tidak diatur di dalam UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Oleh karena itu, integrasi periodisasi waktu antara RTRW dan RPJPD maupun RPJMD
didasarkan pada beberapa variasi kemungkinan kondisi yang dapat terjadi dalam
penyusunan dokumen RPJPD, RTRW dan RPJMD, yaitu:
c. Kondisi 1 : Dokumen Rencana yang sudah ditetapkan terlebih dahulu;
d. Kondisi 2: Dokumen yang disusun di tengah periode dari dokumen rencana yang
telah ditetapkan terlebih dahulu (poin a);
e. Kondisi 3: Dokumen yang disusun di akhir periode per 5 tahun dari dokumen
rencana yang telah ditetapkan terlebih dahulu (poin a).
Tabel 2.1
Integrasi Periodisasi Waktu pada Berbagai Variasi Kondisi
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
1 RPJPD RPJMD RTRW Misal: RPJPD 2005-2025
RPJPD-RPJMD
RPJMD disusun 2008 (RPJM 2008-2012)
Breakdown RPJMD dan RPJPD periode berjalan tidak mungkin sama.
Sebab RPJMD mengikuti periode KDH terpilih.
KDH terpilih tidak dapat mengakomodir tahun-tahun sebelum terpilih
ke dalam RPJMD.
Breakdown RPJPD: 2005-2009, 2010-2014, 2015-2019, 2020-2025.
RPJP-RTRW
RTRW disusun tahun 2009 (RTRW 2009-2029)
RTRW mengikuti periodisasi RPJMD, bukan RPJPD.
Pembagian PJM juga tidak harus 5 tahun per PJM dan tidak harus 4
periode PJM.
15
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
Pembagian PJM: I (2009-2012), II (2013-2017), III (2018-2022), IV
(2023-2027) dan V (2028-2029).
RTRW PJM 1 RTRW PJM 2 RTRW PJM 3 RTRW PJM 4 RTRW PJM 5
2009-2012 2013-2017 2018-2022 2023-2027 2028-2029
16
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
RPJPD Tahap n RPJPD Tahap 1 RPJPD Tahap 2 RPJPD Tahap 3 RPJPD Tahap 4
2005-2008 2008-2012 2013-2017 2018-2022 2023-2025
17
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
tidak mesti harus 5 tahun di tiap PJM.
PJM I: 2010-2012; PJM II: 2013-2017; PJM III: 2018-2022; PJM IV:
2023-2027; PJM V: 2028-2030.
RPJMD-RPJPD
RPJPD tetap 2005-2025.
Periodisasi di dalam RPJPD tidak harus 4 tahapan dan tidak harus 5
tahun per periode: I (2005-2008); II (2008-2012); III (2013-2017); IV
(2018-2022); V (2023-2025)
RPJPD Tahap n RPJPD Tahap 1 RPJPD Tahap 2 RPJPD Tahap 3 RPJPD Tahap 4
2005-2008 2008-2012 2013-2017 2018-2022 2023-2025
RPJPD Tahap n RPJPD Tahap 1 RPJPD Tahap 2 RPJPD Tahap 3 RPJPD Tahap 4
2005-2008 2008-2012 2013-2017 2018-2022 2023-2025
18
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
RPJPD Tahap n RPJPD Tahap 1 RPJPD Tahap 2 RPJPD Tahap 3 RPJPD Tahap 4
2005-2008 2008-2012 2013-2017 2018-2022 2023-2025
19
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
RPJPD Tahap n RPJPD Tahap 1 RPJPD Tahap 2 RPJPD Tahap 3 RPJPD Tahap 4
2005-2009 2010-2013 2014-2018 2019-2023 2024-2025
20
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
13 RPJPD RTRW RPJPD 2005-2025
dan RPJMD 2005-2009
RPJMD RTRW disusun 2008 (2008-2028)
Periodiasi PJM RTRW mengikuti periode RPJMD: 2008-2009;2010-
2014; 2015-2019; 2020-2024; 2025-2028
RTRW PJM RTRW PJM 2 RTRW PJM 3 RTRW PJM 4 RTRW PJM 5
1 2010-2014 2015-2019 2020-2024 2025-2028
2008-2009
14 RPJPD RTRW RPJPD 2005-2025
dan RPJMD 2005-2009
RPJMD RTRW disusun 2010 (2010-2030)
BAU (Business as Usual), periodisasi PJM I dalam RTRW mengikuti
RPJMD periode berikutnya (RPJMD 2010-2014)
21
Variasi Kondisi
No Kondisi Kondisi Kondisi Langkah Pengintegrasiannya
1 2 3
Dalam melakukan integrasi muatan perlu dilakukan kajian keterkaitan antara urusan
dalam RPJPD dan RPJMD dengan aspek-aspek dalam RTRW. Tidak semua urusan
22
dalam RPJPD memiliki implikasi ruang sehingga tidak dituangkan dalam RTRW
(keterkaitan lemah). Sebaliknya ada urusan-urusan yang mempunyai implikasi ruang
yang besar, seperti jaringan transportasi, jaringan infrastruktur, kawasan industri,
kawasan perdagangan dan jasa, dan sebagainya.
Analisis integrasi muatan Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan dibedakan
menjadi dua, yaitu:
(1) Analisis integrasi muatan antara RTRW dengan RPJPD; dan
(2) Analisis integrasi muatan antara RTRW dengan RPJMD.
(1) Analisis integrasi muatan antara RTRW dengan RPJPD terdiri dari 4 langkah,
yaitu:
Langkah 1: analisis integrasi antara tujuan dalam RTRW dan visi dalam RPJP
Berikut merupakan tabel analisis integrasi antara tujuan dalam RTRW dan visi
dalam RPJPD.
Langkah 2: analisis integrasi antara alokasi ruang dalam RTRW dan misi dalam
RPJPD
Berikut merupakan tabel analisis integrasi antara alokasi ruang dalam RTRW dan
misi dalam RPJPD.
Arah kebijakan:
2 Alokasi ruang: Misi 2:
Arah kebijakan:
Langkah 3: analisis integrasi antara kebijakan dalam RTRW dan arah kebijakan
dalam RPJPD
Berikut merupakan tabel analisis integrasi antara kebijakan dalam RTRW dan arah
kebijakan dalam RPJPD.
23
1 Kebijakan1: Misi 1:
Strategi 1.1: Arah kebijakan:
Strategi 1.2: …
2 Kebijakan 2: Misi 2:
Strategi 2.1: Arah kebijakan:
Strategi 2.2: ...
Langkah 4: analisis integrasi antara program RTRW, tahap dalam RPJMD dan arah
kebijakan dalam RPJPD
Berikut merupakan tabel analisis integrasi antara program RTRW, tahap dalam
RPJMD dan arah kebijakan dalam RPJPD.
No RTRW Tahap RPJMD RPJPD Rekomendasi
1 Program … RPJM 1, 2, 3, 4 Misi 1:
2 Program … RPJM 1, 2, 3, 4 Arah kebijakan:
3 Program … RPJM 1, 2, 3, 4 …
4 Program … RPJM 1, 2, 3, 4 Misi 2:
5 Program … RPJM 1, 2, 3, 4 Arah kebijakan:
(2) Analisis integrasi muatan antara RTRW dengan RPJMD terdiri dari 2 langkah,
yaitu:
Langkah 1: analisis integrasi antara kebijakan RTRW dan arah kebijakan dalam
RPJMD
Berikut merupakan tabel analisis integrasi antara kebijakan RTRW, dan arah
kebijakan dalam RPJMD.
Langkah 2: analisis integrasi antara program RTRW dan program dalam RPJMD
24
Berikut merupakan tabel analisis integrasi antara program RTRW dan program
dalam RPJMD.
Kegiatan ini dilaksanakan di 3 provinsi, yaitu: Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jawa
Timur, dan Provinsi Gorontalo dengan waktu pelaksanaan sebagai berikut:
25
2.2.2 Rumusan Hasil Inventarisasi Kendala di Daerah
Hasil kunjungan lapangan dan diskusi dengan Pemerintah Provinsi di 3 wilayah studi
dapat dirangkum sebagai berikut:
b. Koordinasi antarLembaga
Pada umumnya, BKPRD di ketiga wilayah studi telah berfugsi secara aktif, terutama
dalam membahas berbagai permasalahan penataan ruang yang ditemukan di
lapangan dan integrasi vertikal antara RTRW Provinsi dengan RTRWN dan RTRW
Kabupaten/Kota. Namun, belum ada pertemuan rutin BKPRD yang membahas
khusus mengenai integrasi antara rencana tata ruang dengan rencana
pembangunan. Selain itu juga diakui bahwa pada umumnya sektor-sektor masih
merasa bahwa sinkronisasi tidak penting, karena sektor lebih mengedepankan
program pembangunan masing-masing sesuai dengan rencana induk sektor dan
Renstra SKPD masing-masing.
c. Kendala Regulasi
Terkait dengan regulasi dan kebijakan Pemerintah Pusat, ada beberapa hal yang
dianggap dapat menjadi kendala, yaitu:
1. Dinamisnya perumusan peraturan baru dari Pemerintah Pusat memengaruhi
penyusunan RTRWP dan implementasinya. Salah satu contohnya adalah
kebijakan mengenai Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (Inpres No. 6 Tahun
2013) yang dirasa menghambat implementasi pembangunan pada kawasan
konservasi yang telah tertuang dalam RTRW maupun RPJMD.
2. Belum tersedianya peta dengan skala besar (1:5.000) dapat menghambat
proses penyusunan RDTR. Selain itu, kebijakan mekanisme penyusunan peta
dalam perumusan RTRW yang mengharuskan Daerah untuk melakukan
verifikasi peta ke BIG di Cibinong. Kebijakan ini justru menjadi bottleneck dalam
penyusunan RTRW, sehingga membutuhkan anggaran dan waktu yang tidak
sedikit. Hal ini kemudian mempengaruhi waktu penyusunan RTRW beserta
periodenya. Oleh karena itu, diusulkan agar pemerintah provinsi diberikan
kewenangan untuk melakukan verifikasi peta.
3. Adanya kebijakan dari Kementerian ATR yang menginstruksikan untuk
mengakomodasi Nawacita dalam RTRW Provinsi. Hal ini menimbulkan
kebingungan bagi Pemda: apakah RTRW yang baru saja menjadi Perda (2012)
26
sudah harus direvisi kembali, padahal penyusunannya membutuhkan waktu
dan anggaran yang tidak sedikit. Apakah tidak sebaiknya akomodasi dilakukan
pada saat melakukan peninjauan kembali pada tahun 2017?
4. Belum adanya pedoman dari Pemerintah Pusat untuk penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi/Kabupaten/Kota, serta pedoman untuk
peninjauan kembali RTRW. Hal ini dianggap dapat menghambat proses
perumusan RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP) di daerah serta upaya
sinkronisasinya dengan Rencana Pembangunan.
27
Selain itu, saat ini Pemerintah Provinsi Gorontalo telah memiliki sistem ‘Renggar’
atau ‘Rencana Anggaran’ Terpadu yang juga berfungsi sebagai proses filterisasi
dalam penyusunan RKPD, sehingga program-program yang diusulkan sesuai dengan
program-program yang terdapat dalam RPJMD. Sistem ini rencananya akan
dikembangkan sehingga juga mencakup RTRW.
Tabel 2.2
Rangkuman Hasil Kunjungan Lapangan
Rumusan Hasil Kunjungan Lapangan Wilayah Studi
Kualitas Sumber Daya Terkait rotasi aparat yang tidak sesuai Jawa Timur, Gorontalo
Manusia (SDM) bidang kompetensi, serta belum ada
transfer of knowledge
Koordinasi antar Lembaga BKPRD aktif dalam membahas Sumatera Barat, Jawa
permasalahan penataan ruang, tetapi Timur, Gorontalo
belum tentang integrasi
Sektor masih lebih mengedepankan Jawa Timur
program masing-masing
Kendala Regulasi Dinamisnya peraturan baru dari Sumatera Barat
Pemerintah Pusat memengaruhi
penetapan RTRW
Belum ada pedoman (1) Peninjauan Sumatera Barat, Jawa
Kembali RTR; (2) Pedoman Penyusunan Timur
RTR KSP/K
Kebijakan untuk verifikasi peta ke BIG Jawa Timur
dianggap menjadi bottleneck dalam
penyusunan RTRW
Belum adanya peta dengan skala besar Gorontalo
Kendala Periodisasi Waktu Terdapat ketidaksinkronan periodisasi Sumatera Barat, Jawa
waktu antara RTRW dengan RPJPD dan Timur, Gorontalo
RPJMD, sehingga ada wacana bahwa PK
RTRW akan disinkronkan dengan
periode RPJMN atau RPJMD untuk
memudahkan sinkronisasi
Sinkronisasi Muatan RTRW Sinkronisasi melalui perumusan secara Sumatera Barat
dan RPD simultan
RTRW menjadi acuan dalam
28
Rumusan Hasil Kunjungan Lapangan Wilayah Studi
implementasi pembangunan melalui
pelayanan perizinan satu pintu dan
pelaksanaan Amdal
Bappeda berinisiatif memaparkan Draft Jawa Timur
0 RPJMD & RTRW kepada calon-calon
Gubernur
Sinkronisasi RTRW-RPJMD: melalui
penetapan klaster-klaster dalam RPJMD
untuk mengurangi disparitas wilayah
dan menjembatani RTRW
Sistem Informasi Tata Ruang Terpadu
Upaya integrasi melalui koordinasi Gorontalo
antarSKPD
Dokumen RTRW menjadi acuan
perumusan RPJMD dan RKPD
Sistem Rencana Anggaran Terpadu
(Renggar) untuk filterisasi program-
program yang diusulkan agar sesuai
dengan RPJMD
Kendala Politis dan Adanya faktor politis anggota dewan Gorontalo
Ketersediaan Anggaran dalam proses pengambilan keputusan
Alokasi ketersediaan anggaran yang
belum optimal dalam upaya
sinkronisasi
Beberapa hal penting dari diskusi dengan Kementerian Dalam Negeri dapat dirangkum
sebagai berikut:
Sejak tahun 2013, Direktorat FPRLH - Ditjen Bina Bangda telah melakukan kajian
pedoman integrasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan, namun hasil
kajian masih belum rampung. Terkait dengan substansi pedoman integrasi yang
disusun oleh Kemendagri, pihak Dit. FPRLH mengakui bahwa masih terdapat
29
beberapa kekurangan, diantaranya: (1) mengenai aspek sinkronisasi periodisasi
waktu antara rencana tata ruang dan rencana pembangunan, (2) mengenai teknis
proses pengintegrasian.
Saat ini sedang disusun revisi/perubahan Permendagri No. 54 Tahun 2010 mengenai
pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan,
pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Revisi ini
perlu dilakukan mengingat keluarnya UU 23/2014 menimbulkan beberapa perubahan
dalam penyusunan rencana pembangunan daerah. Salah satu perubahan yang krusial
adalah penghapusan program kewilayahan dalam RPJMD. Dalam UU 23/2014, RPJMD
hanya memuat program perangkat daerah dan program lintas perangkat daerah.
Pengintegrasian Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Daerah (RTR-RPD)
dianggap penting, karena rencana tata ruang akan menjadi sia-sia bila tidak
dituangkan ke dalam RPJMD untuk implementasinya. Namun, Daerah masih
mengalami kesulitan dalam menerjemahkan RTRW ke dalam RPJMD.
Terkait dengan sinkronisasi RTRW-RPD:
- Periodisasi Waktu: Pelaksanaan Pilkada secara serentak dapat menjadi peluang
dalam upaya sinkronisasi periodisasi waktu antara rencana tata ruang dan rencana
pembangunan daerah.Selain itu, telah diputuskan bahwa pentahapan dalam RPJPD
akan mengikuti pentahapan dalam RPJPN 2005-2025.
- Nomenklatur: Penerjemahan istilah/nomenklatur dalam rencana pembangunan
masih sulit untuk dijabarkan dalam rencana tata ruang, begitupun sebaliknya. Hal ini
perlu menjadi perhatian dalam penyusunan kajian pedoman integrasi kedepan.
- Status hukum: Perlu pengkajian mengenai mekanisme proses pengintegrasian
berdasarkan status hukum RTRW yang akan menjadi acuan sinkronisasi dengan
rencana pembangunan daerah.
- Sinkronisasi Muatan: Urusan dalam dokumen RPJMD yang dapat disinkronkan
dengan dokumen RTRW hingga saat ini masih terbatas pada urusan mengenai
infrastruktur dan perumahan permukiman, sedangkan urusan lain (seperti
konservasi, dll.) masih sulit untuk disinkronkan. Hal ini perlu diperhatikan kedepan,
khususnya dalam upaya penyusunan kajian pedoman integrasi.
- Berdasarkan UU No. 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, RPJMD dapat direvisi dan
disesuaikan dengan perubahan yang ada, termasuk perubahan pada RTRW.
30
BAB 3
RUMUSAN HASIL PELAKSANAAN FOCUS GROUP
DISCUSSION (FGD) DI WILAYAH STUDI
31
(Rencana Anggaran) yang menjadi alat verifikasi dalam penyusunan RKPD yang
mengacu pada RPJMD.
Bappeda Provinsi Gorontalo perlu melakukan upaya sosialisasi muatan RTRWP
kepada seluruh SKPD dalam rangka meningkatkan pemahaman SKPD terhadap
RTRWP.
Mengingat bahwa RTRW Provinsi Gorontalo tidak lama lagi akan melalui
Peninjauan Kembali (PK), maka untuk meningkatkan sinkronisasi antara RTRWP-
RPJMD-RKPD, Bappeda Provinsi sebaiknya menyelenggarakan forum diskusi
kelompok kerja dengan melibatkan seluruh SKPD yang terkait dengan ruang dan
melakukan penelaahan terhadap RTRW, RPJMD & Renstra SKPD, seperti kegiatan
FGD yang telah dilakukan, sehingga substansi RTRW-RPJMD-RKPD dapat sinkron
dan sinergis serta lebih dipahami oleh SKPD.
32
Masih adanya kesulitan dalam membaca dokumen RTRW.
Solusi dan rekomendasi:
Diperlukan upaya serius dalam penyelarasan nomenklatur antara RTRWP-
RPJMD-RKPD.
Bappeda Provinsi Sumatera Barat perlu melakukan upaya sosialisasi muatan
RTRWP kepada seluruh SKPD dalam rangka meningkatkan pemahaman SKPD
terhadap RTRWP.
Mengingat bahwa RTRW Provinsi Sumatera Barat akan melalui Peninjauan
Kembali, maka untuk meningkatkan sinkronisasi antara RTRWP-RPJMD-RKPD,
Bappeda Provinsi sebaiknya menyelenggarakan forum diskusi kelompok kerja
dengan melibatkan seluruh SKPD yang terkait dengan ruang dan melakukan
penelaahan terhadap RTRW, RPJMD, dan Renstra SKPD, seperti kegiatan FGD
yang telah dilakukan, sehingga substansi RTRW-RPJMD-RKPD dapat sinkron dan
sinergis serta lebih dipahami oleh SKPD. Forum diskusi ini sebaiknya melibatkan
pula perwakilan Kab./Kota.
Secara keseluruhan, kesimpulan dan tindak lanjut pelaksanaan FGD di Provinsi Jawa
Timur adalah sebagai berikut:
Kendala sinkronisasi:
Terdapat beberapa program RTRW yang tidak konsisten dengan kebijakan dan
strategi RTRW.
Belum terjawabnya beberapa strategi penataan ruang dalam tabel indikasi
program.
Belum sinkronnya program yang tertuang dalam RPJMD dengan program dalam
RTRW.
33
Perbedaan nomenklatur antara RTRW dan Rencana Pembangunan Daerah
(RPJMD dan RKPD).
Periode dan masa berlaku yang berbeda antara RTRW-RPJMD-RKPD.
Belum sinkronnya kebijakan nasional-provinsi-kabupaten/kota.
Solusi dan rekomendasi:
Penyelarasan nomenklatur antara RTRWP-RPJMD-RKPD merupakan hal yang
krusial dalam upaya sinkronisasi antara Rencana Tata Ruang dan Rencana
Pembangunan. Namun, upaya penyelarasan nomenklatur yang berdasar
pada Permendagri 13 Tahun 2006 sulit untuk dilakukan karena nomenklatur
yang ditetapkan pada Permendagri tersebut masih bersifat umum untuk
semua daerah, sehingga tidak mencerminkan isu spesifik di tiap daerah. Salah
satu upaya riil yang bisa dilakukan dalam rangka penyelarasan nomenklatur
antara RTRW-RPJMD-RKPD adalah dengan melakukan pengkategorian
program-program dalam RTRW berdasarkan nomenklatur yang diatur oleh
Permendagri 13/2006 tersebut. Kedepan, pendetailan sinkronisasi
nomenklatur ini dapat dijadikan alat yang mempermudah proses pengukuran
capaian input dan program pembangunan yang diterjemahkan dari rencana
tata ruang ke dalam rencana pembangunan jangka menengah dan pendek.
Upaya sinkronisasi antara RTRW-RPJMD-RKPD dapat dilakukan sejak proses
Pilkada, dimana para calon KDH harus sudah diperkenalkan dengan RTRW,
sehingga mereka dapat menyelaraskan visi-misi mereka dengan RTRW yang
telah ditetapkan. Namun, upaya ini perlu diperkuat dengan adanya regulasi
berkekuatan hukum tetap.
Perlunya merumuskan indikator kinerja untuk mengukur pencapaian
pelaksanaan tata ruang.
Penyerasian waktu PK RTRW dengan periodisasi RPJMD untuk memudahkan
sinkronisasi.
34
Upaya penyelarasan nomenklatur program yang berdasarkan pada Permendagri
No 13 Tahun 2006 sulit untuk dilakukan karena nomenklatur yang ditetapkan
dalam Permendagri tersebut bersifat umum untuk semua daerah, sehingga tidak
mencerminkan isu spesifik di tiap daerah. Salah satu upaya riil yang dapat
dilakukan dalam rangka penyelarasan nomenklatur antara RTRW-RPJMD-RKPD
adalah dengan melakukan pengkategorian program-program dalam RTRW
berdasarkan nomenklatur yang diatur oleh Permendagri 13/2006 tersebut.
Adanya kebijakan pelaksanaan Pilkada serentak dapat menjadi suatu momentum
yang tepat dalam upaya sinkronisasi periodisasi waktu antara RTRW dengan
RPJMD; periode pentahapan RTRW disesuaikan dengan periode RPJMD.
Upaya sinkronisasi antara RTRW-RPJMD-RKPD dilakukan sejak proses Pilkada,
dimana Bappeda mempresentasikan RTRW kepada para calon KDH, sehingga
mereka dapat mengembangkan visi-misi mereka saat kampanye dengan mengacu
pada RTRW yang telah ditetapkan. Namun, upaya ini perlu diperkuat melalui
regulasi berkekuatan hukum tetap. Sebagai contoh, kewajiban para calon KDH
merumuskan visi-misinya dengan mengacu pada RPJPD telah diatur dalam UU
23/2014 tentang Pemerintah Daerah.
Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil kegiatan FGD, dirumuskan beberapa
rekomendasi untuk penyusunan materi teknis pedoman sinkronisasi Rencana Tata
Ruang dan Rencana Pembangunan sebagai berikut:
Diperlukan penyusunan pedoman integrasi muatan/substansi, periodisasi waktu,
dan nomenklatur dalam upaya sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana
Pembangunan (RTRW dan RPJPD maupun RPJMD).
Dalam mendukung implementasi integrasi Rencana Tata Ruang dan Rencana
Pembangunan (RTRW dan RPJPD maupun RPJMD), perlu dilakukan upaya:
- Peningkatan kualitas SDM yang kompeten dalam menangani upaya sikronisasi
antara RTRW dan RPJPD maupun RPJMD. Upaya ini dapat dilakukan melalui
kegiatan pelatihan atau bimbingan teknis.
- Penguatan badan koordinasi pentaan ruang di daerah dalam upaya
memfasilitasi kegiatan koordinasi antarSKPD terkait.
Diperlukan penyelenggaraan forum diskusi kelompok kerja yang dikoordinasikan
oleh Bappeda/BKPRD, dengan melibatkan seluruh SKPD yang terkait dengan ruang
dan melakukan penelaahan terhadap RTRW, RPJMD, dan Renstra SKPD, seperti
kegiatan FGD yang telah dilakukan, sehingga substansi RTRW-RPJMD-RKPD dapat
sinkron dan sinergis serta lebih dipahami oleh SKPD. Forum diskusi ini sebaiknya
melibatkan pula perwakilan Kabupaten/Kota. Forum ini dilakukan dalam rangka
memudahkan proses sinkronisasi antara dokumen rencana pembangunan dengan
dokumen rencana tata ruang (RTRW-RPJMD-RKPD).
35
Terkait dengan draft matek pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan, perlu ada penjelasan yang lebih kaya mengenai segala
kemungkinan masalah sinkronisasi antara dokumen RTRW-RPJMD-RKPD.
36
Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Pelaksanaan FGD di 3 Wilayah Studi
37
ISU SOLUSI & REKOMENDASI LOKASI
Perbedaan outline dokumen antara Penyelenggaraan forum diskusi kelompok Sumatera Barat
RTRWP, RPJMD, RKPD kerja dengan melibatkan seluruh SKPD yang
Kendala pembagian kewenangan antara terkait dengan ruang dan melakukan
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam upaya penelaahan terhadap RTRW, RPJMD, dan
implementasi sinkronisasi RTRW-RPJMD- Renstra SKPD dalam rangka PK RTRW
RKPD
Belum sinkronnya kebijakan nasional- Sosialisasi RTRW kepada para calon KDH, Jawa Timur
provinsi-kabupaten/kota sehingga mereka dapat menyelaraskan visi-
misi mereka dengan RTRW yang telah
ditetapkan
38
BAB 4
PEDOMAN SINKRONISASI RENCANA TATA RUANG
DAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bab ini memberikan pedoman untuk sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana
pembangunan daerah, khususnya untuk Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Amanat keintegrasian antara dokumen rencana tata ruang dengan dokumen rencana
pembangunan telah tertuang dalam UU Sistem Perencanaan Pembangunan
NasionalNo. 25 Tahun 2004 (UU SPPN) maupun UU Penataan Ruang No. 26 Tahun
2007 (UUPR). Lebih khusus lagi, UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional 2005-
2025 mengamanatkan bahwa konsistensi pemanfaatan ruang dapat dicapai dengan
mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan. Oleh karena
itu, penting untuk dapat melihat secara jelas bagaimana amanat integrasi tersebut
dijabarkan secara lebih rinci, baik dari sudut pandang pelaksanaanpenataan ruang,
maupun dari sudut pandang sistem perencanaan pembangunan nasional.
39
Di dalam pasal-pasal tersebut, disebutkan bahwa:
1) Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), baik itu di tingkat
Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota.
2) Rencana Tata Ruang Wilayah kemudian menjadi pedoman untuk penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) serta Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM), baik itu di tingkat Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota,
serta dalam mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar
sektor.
Selain Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010
juga membahas mengenai integrasi rencana tata ruang dengan rencana
pembangunan. Pembahasan mengenai integrasi tersebut tertuang dalam ketentuan
mengenai “Pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang”, khususnya pada beberapa pasal
sebagai berikut:
Pasal 25 Ayat (2) butir d, mengenai penyusunan dan penetapan RTRWN;
Pasal 27 Ayat (2) butir d, mengenai penyusunan dan penetapan RTRWP;
Pasal 32 Ayat (2) butir d, mengenai penyusunan dan penetapan RTRW
Kabupaten;
Pasal 35 Ayat (2) butir d, mengenai penyusunan dan penetapan RTRW Kota;
Pasal 53 Ayat (2), mengenai penyusunan dan penetapan RTR Kawasan Strategis;
Pasal 61 Ayat (2), mengenai penyusunan dan penetapan Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR); serta
Pasal 43 Ayat (2), mengenai penyusunan dan penetapan RTR Pulau/Kepulauan;
penyusunan dan penetapan RTR Kawasan Perkotaan; serta penyusunan dan
penetapan RTR Kawasan Perdesaan.
40
dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, serta pelaksanaan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Keterkaitan antara rencana pembangunan dan rencana tata ruang dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
41
Gambar 4.1 Keterkaitan Rencana Pembangunan dan Rencana Tata Ruang
42
4.1.3 Kedudukan RPJMD terhadap RTRW
RTRW dan RPJPD merupakan dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang
seharusnya saling berkaitan dan terintegrasi. Kedua dokumen perencanaan jangka
panjang tersebut menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD. Penyusunan rencana
pembangunan daerah (RPJMD) sendiri dilakukan secara paralel dan iteratif dengan
penyusunan Renstra SKPD oleh masing-masing SKPD. Dalam hal ini, RTRW (rencana
tata ruang) juga menjadi acuan dalam penyusunan Renstra SKPD, khususnya bagi
urusan-urusan yang bersifat spasial.Urusan-urusan yang bersifat spasial dan memiliki
keterkaitan erat dengan rencana tata ruang adalah urusan-urusan yang kegiatannya
memiliki implikasi terhadap ruang, misalnya pengembangan infrastruktur (urusan
Pekerjaan Umum), pengembangan kawasan industri (urusan industri), penetapan
destinasi kawasan pariwisata (urusan pariwisata), dan sebagainya. Kedudukan dan
keterkaitan RPJMD dan Renstra SKPD terhadap RTRW dan RPJPD dapat dilihat pada
Gambar 4.2.
RPJPD
RPJMD RKPD
RTRWP
Renstra Renja
SKPD SKPD
43
4.1.4 Konsistensi Perencanaan dari Jangka Panjang ke dalam Jangka
Menengah
Rencana tata ruang adalah hasil dari suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dan pola ruang. Sedangkan rencana pembangunan daerah merupakan hasil dari suatu
proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur
pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada,
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial lingkungan wilayah/daerah dalam
jangka waktu tertentu. Dokumen rencana tata ruang dan dokumen rencana
pembangunan haruslah saling terintegrasi. Dalam rangka pemanfaatan ruang,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) menjadi acuan bagi
pelaksana pembangunan.
Sinkronisasi antara RTRW dan RPJMD ini menjadi krusial karena dokumen RPJMD
merupakan dokumen rencana pembangunan yang bersifat implementatif dan
mengakomodir amanat visi dan misi kepala daerah terpilih (KDH). Dengan
terintegrasinya RTRW dan RPJMD, maka melalui pelaksanaan RPJMD, perencanaan
dalam RTRW terimplementasikan.
Dengan adalanya pemilihan kepala daerah secara langsung, maka ada kecenderungan
bahwa rencana pembangunan jangka menengah daerah disusun (hanya) berdasarkan
visi, misi, dan program kepala daerah terpilih. RPJPD, apalagi RTRW, kurang dijadikan
acuan dalam penyusunan RPJMD. Akibatnya kedua dokumen perencanaan
pembangunan jangka panjang daerah tersebut tidak terimplementasikan. Namun, hal
tersebut saat ini sudah diantisipasi melalui UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah yang mengamanatkan bahwa RPJPD harus menjadi pedoman dalam
perumusan visi, misi, dan program calon kepala daerah (pasal 265 ayat 1). Sayangnya,
RTRW tidak disebut dalam amanat tersebut. Namun demikian, UU No. 26 tahun 2007
telah mengamanatkan bahwa RTRW menjadi pedoman dalam penyusunan RPJPD
maupun RPJMD. Dengan demikian, dalam proses pilkada harus ditegaskan bahwa
dalam merumuskan visi, misi, dan program, calon kepala daerah harus mengacu pada
RPJPD maupun RTRW yang ada.
44
- RTRW dan RPJPD disosialisasikan kepada masyarakat dengan menggunakan cara-
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat sesuai dengan kebiasaan
masyarakat setempat. Diharapkan dengan memahami muatan RTRW dan RPJPD,
masyarakat dapat menilai kampanye calon KHD secara lebih obyektif pada saat
Pilkada.
RPJPD
Penyusunan
Provinsi
RPJMD
Apablia menilik sistem perencanaan yang dilakukan pada beberapa negara lain di
dunia (Uni Eropa), maka sistem perencanaan yang ada di Indonesia ini dipengaruhi
oleh sistem yang ada di Negara Belanda. Dimana pendekatan yang diacu merupakan
pendekatan comprehensive-integrated. Implementasi pendekatan ini terindikasikan
dari adanya sistem perencanaan yang bersifat kaku (rigid), terhierarki, serta memiliki
fokus perencanaan yang terkesan terpisah antara fokus pengembangan ekonomi lokal
dan fokus pengaturan ruang. Hal ini terlihat jelas dari pelaksanaan penyusunan antara
perencanaan pembangunan (RPJP dan RPJM) dengan perencanaan tata ruang (RTR)
yang dilakukan secara paralel dan terhierarki dari tingkat nasional, provinsi, sampai
kabupaten/kota.
Sistem perencanaan yang dianut oleh Indonesia ini disesuaikan dengan karakter
pemerintahan Indonesia yang bersifat demokrasi pancasila serta kondisi global yang
ada saat ini, dimana Indonesia berupaya mengadopsi sistem pasar bebas, tetapi tetap
terkontrol oleh Pemerintah Pusat. Namun, diakui bahwa dalam prakteknya sistem
perencanaan yang diterapkan ini tidak diikuti dengan sistem pemerintahan yang ajeg
dan baik, sehingga kemudian dalam prakteknya banyak ditemui ketidaksesuaian
45
antara rencana dan implementasi pembangunan. Upaya perumusan kondisi sistem
perencanaan yang ideal di Indonesia bukanlah hal yang mudah, karena kita tidak
dapat serta merta mengadopsi sistem perencanaan dari negara lain. Upaya
pengadopsian suatu sistem perencanaan sangatlah dipengaruhi oleh karakteristik
suatu negara.
1. Periode perencanaan
Akan ideal apabila semua dokumen perencanaan daerah memiliki periode
perencanaan yang sama sesuai dengan hierarkinya. Idealnya, RPJPD dan RTRW
(juga berbagai rencana induk sektor) yang merupakan dokumen perencanaan
daerah jangka panjang memiliki periode perencanaan yang sama, misalnya 2005-
2015. Kemudian RPJMD (dan Renstra SKPD), sebagai dokumen perencanaan jangka
menengah daerah yang mengoperasionalkan dokumen perencanaan jangka
panjang tersebut dan menjembataninya menjadi acuan implementasi dalam
perencanaan tahunan, memiliki periode yang sama dengan periodisasi
waktu/pentahapan dalam dokumen perencanaan jangka panjang tersebut. Dalam
kenyataannya hal ini tidak terjadi. Walau untuk RPJPD diatur bahwa periodenya
harus sama dengan RPJPN, yaitu 2005-2025, tidak ada pengaturan untuk periode
RTRW. Demikian juga, periode RPJMD lebih dipengaruhi oleh pelaksanaan Pilkada
yang dapat berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Terkait
dengan hal-hal tersebut, adanya rencana pelaksanaan Pilkada serentak di seluruh
Indonesia dapat dijadikan momentum untuk melakukan penyesuaian periode
waktu perencanaan dari berbagai dokumen perencanaan daerah tersebut dari
tingkat nasional sampai kabupaten/kota, dan dari perencanaan jangka panjang ke
perencanaan jangka menengah.
2. Prosedur penyusunan
Idealnya RTRW dan RPJPD sudah diintegrasikan sejak saat penyusunannya, yaitu
dengan mengembangkan prosedur penyusunan yang parallel antara RTRW dan
RPJPD. Sebagai contoh lihat kembali gambar 2.1 dan 2.2 pada Bab 2 di atas.
Dengan prosedur penyusunan yang terintegrasi dan paralel diharapkan muatan
dalam RPJPD dan RTRW dapat saling melengkapi, terkait, terintegrasi, dan sinkron.
Dalam hal ini, RTRW dapat menjadi muatan spasial dari RPJPD. Ke depannya dapat
dipertimbangkan apa kelebihan masing-masing: apakah RPJPD dan RTRW tetap
menjadi 2 dokumen dengan proses penyusunan yang diintegrasikan atau RPJPD
dan RTRW digabung menjadi 1 dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang
46
memuat grand design pengembangan daerah dan dijabarkan ke dalam rencana
pembangunan maupun spasial.
3. Muatan
Saat ini muatan RPJPD dan RTRW tidak setara. RPJPD lebih bersifat arah kebijakan
strategis, sementara RTRW mengatur sampai indikasi program utama selama 20
tahun, dengan 5 tahun pertama terinci setiap tahun. Dengan sifatnya yang rinci,
muatan RTRW menjadi lebih mudah (dan rigid) untuk dioperasionalkan ke dalam
RPJMD sesuai dengan periode waktu pelaksanaannya. Pertanyaan yang muncul
adalah harus seberapa detil sebenarnya muatan perencanaan yang diatur dalam
RTRW? Apakah tingkat kedetilan muatan perencanaan dalam RTRW tersebut harus
sama dari tingkat nasional sampai dengan tingkat kabupaten/kota? Bagaimana
seharusnya kesetaraan muatan antara RPJPD dan RTRW (bila tetap menjadi 2
dokumen terpisah) dan kedetilan arahan dalam RTRW (dan RPJPD) sebagai acuan
penyusunan RPJMD?
4. Legalitas
Dari sisi legalitas, RPJPD, RPJMD, dan RTRW memiliki kekuatan hukum yang setara
yaitu ditetapkan dengan Peraturan Daerah, walaupun proses penetapan Perdanya
melalui prosedur yang berbeda. RTRW harus melalui proses persetujuan substansi
dalam forum BKPRN. Selain itu evaluasi Raperda RTRW Kabupaten/Kota saat ini
juga harus melalui proses konsultasi dengan Menteri Dalam Negeri yang kemudian
berkoordinasi dengan Menteri yang menangani bidang tata ruang (Menteri Agraria
dan Tata Ruang). Sementara tidak demikian halnya dengan proses evaluasi
Raperda RPJMD.
Hal yang perlu ditekankan di sini adalah, walau RPJPD, RPJMD, dan RTRW sama-
sama ditetapkan dengan Peraturan Daerah, tetapi karena RPJPD dan RTRW
merupakan dokumen perencanaan jangka panjang dengan periode waktu
perencanaan 20 tahun, maka kedua dokumen tersebut memiliki hierarki lebih
tinggi daripada RPJMD, dan penyusunan RPJMD harus mengacu pada kedua
dokumen tersebut. Dengan demikian, bila terjadi perubahan pada dokumen RTRW
yang telah Perda (dan menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD), maka dokumen
RPJMD juga harus disesuaikan kembali dengan perubahan yang ada dalam RTRW,
apabila perubahan tersebut terjadi pada jangka waktu periode RPJMD yang
berlaku.
5. Nomenklatur
RPJPD, RPJMD, dan RTRW sama-sama merupakan dokumen perencanaan daerah
yang seharusnya saling melengkapi, terintegrasi, dan sinkron satu dengan lainnya.
47
Atas dasar itu, seharusnya muatan dalam dokumen-dokumen tersebut
menggunakan nomenklatur yang sama dan setara.
Berdasarkan analisis secara komprehensif dari hasil kunjungan lapangan dan tinjauan
literasi, dapat diidentifikasi bahwa integrasi antara RTRW dan RPJMD dapat dilakukan
melalui 5 (lima) langkah, yaitu (1) integrasi proses/dokumen, (2) legalitas RTRW; (3)
periodisasi waktu, (4) integrasi muatan; serta (5) pemahaman nomenklatur.
Sehubungan dengan itu, berikut ini dijabarkan pedoman integrasi RTRW dan RPJMD
berdasarkan kelima langkah tersebut di atas.
Penyusunan RPJMD dilakukan melalui proses berikut ini (lihat Gambar 4.4):
a. Penyusunan rancangan awal RPJMD oleh Bappeda sebagai penjabaran dari visi,
misi, dan program Kepala Daerah;
b. Penyusunan rancangan RPJMD: Bappeda menyempurnakan rancangan awal
RPJMD menjadi rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra-
SKPD sebagai masukan;
c. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah: Musrenbang dilaksanakan untuk
membahas rancangan RPJMD;
d. Penyusunan rancangan akhir RPJMD: Bappeda merumuskan rancangan akhir
RPJMD berdasarkan hasil Musrenbang;
e. Penetapan peraturan daerah tentang RPJMD.
Keseluruhan proses tersebut harus terlaksana maksimal dalam waktu 6 (enam) bulan
setelah Kepala Daerah terpilih dilantik, yaitu dengan penetapan Perda RPJMD (PP No.
8 tahun 2008 pasal 15 ayat 2). Sementara rancangan awal RPJMD baru dapat disusun
oleh Bappeda setelah Kepala Daerah terpilih. Berdasarkan hasil diskusi dengan
48
Daerah terlihat bahwa umumnya Bappeda menyiasati waktu yang terbatas tersebut
dengan terlebih dulu membuat draft 0 RPJMD sebagai bagian dari pendekatan
teknokratik1. Setelah Kepala Daerah terpilih, Bappeda memperbaiki draft 0 RPJMD
hasil kajian teknokratik tersebut dengan menjabarkannya sesuai dengan visi, misi,
dan program Kepala Daerah terpilih. Sehubungan dengan itu, maka proses integrasi
RTRW dan RPJMD sudah dimulai pada saat Bappeda menyusun draft 0 RPJMD, di
mana RTRW menjadi acuan, dan dimantapkan kembali dalam penyusunan
Rancangan Awal RPJMD yang sudah memuat visi, misi dan program Kepala Daerah
terpilih. RTRW juga menjadi acuan dalam penyusunan Renstra SKPD, yang dimulai
dengan penyusunan Rancangan Renstra SKPD. Lihat Gambar 4.4.
RTRW Rancangan
Provinsi Awal Renstra
SKPD
Visi, Misi,
Program
KDH
Pada prinsipnya, penyusunan suatu dokumen perencanaan tidak terlepas dari acuan
legalitas hukum dokumen terkait lainnya. Sebagai suatu dokumen perencanaan yang
memiliki jangka waktu 20 tahun, RTRW idealnya menjadi acuan bagi penyusunan
RPJMD yang berjangka waktu 5 tahunan. Berdasarkan PP No. 8 Tahun 2008 dan
1
Seperti diketahui, terdapat 5 (lima) pendekatan dalam proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu
pendekatan (1) politik; (2) teknokratik; (3) partisipatif; (4) atas-bawah (top-down); dan (5) bawah-atas
(bottom-up). Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan
kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu, yaitu
Bappeda.
49
Permendagri No. 54 Tahun 2010, pengintegrasian RTRW dalam proses penyusunan
Rencana Pembangunan Daerah (RPJPD dan RPJMD) sudah mulai dilakukan pada saat
penyusunan rancangan awal dokumen rencana pembangunan tersebut. Mengingat
bahwa dokumen rencana tata ruang (RTRW) maupun dokumen rencana
pembangunan (RPJPD dan RPJMD) merupakan suatu dokumen rencana yang harus
dilegalkan menjadi suatu produk hukum (Perda), maka proses integrasi antar kedua
jenis dokumen rencana tersebut akan terkait dengan status legalitas hukum dari
masing-masing dokumen.
Idealnya, dokumen RTRW yang dijadikan acuan dalam penyusunan dokumen RPJMD
adalah dokumen yang telah memiliki legalitas secara hukum, yaitu telah menjadi
Perda. Namun, pada kenyataannya upaya legalisasi RTRW menjadi Perda
membutuhkan prosedur yang berjenjang serta waktu yang lama. Menurut Permen
PU No. 15, 16, 17/PRT/M/2009, jangka waktu penyusunan RTRW berkisar antara 8-
18 bulan, tegantung pada kondisi masing-masing daerah. Jangka waktu tersebut
hanya untuk proses penyusunan RTRW, tidak termasuk proses penetapannya
menjadi peraturan daerah. Secara keseluruhan, proses perumusan Perda RTRW yang
panjang ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
50
hukum RTRW tersebut, maka upaya integrasi RTRW dalam penyusunan RPJMD
dikategorikan kedalam 3 kondisi sebagai berikut:
1) Integrasi RPJMD dengan RTRW yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
(Perda RTRW)
Secara yuridis berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 Pasal 23 ayat (6), RTRW pada
akhirnya akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Status Perda merupakan
status legalitas hukum akhir bagi RTRW daerah. Penetapan RTRW sebagai Perda
mengindikasikan bahwa Rencana Tata Ruang di suatu daerah telah ditetapkan
secara hukum dan sah. Oleh karena itu, segala bentuk upaya pembangunan yang
terkait dengan aspek ruang di suatu wilayah, haruslah mengacu pada RTRW yang
sudah menjadi Perda. Demikian juga penyusunan RPJMD dilakukan dengan
mengacu pada RTRW yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (Perda).
51
rencana. Kesiapan substansi ini kemudian menjadi dasar bagi Daerah untuk
dapat melakukan integrasi antara dokumen RPJMD dengan dokumen RTRW ini.
Hal ini karena dalam proses penyusunan RTRW tersebut telah mengacu dan
memerhatikan: (1) RTRW di atasnya (RTRWN); (2) pedoman bidang penataan
ruang; (3) RPJPD; (4) aspirasi pembangunan; (5) RTRW wilayah yang berbatasan;
serta telah dilengkapi (6) dokumen KLHS. Ke-6 acuan dan konsideran dalam
proses penyusunan RTRW provinsi diatas merupakan persyaratan minimal untuk
terbitnya surat Rekomendasi Gubernur dan Persetujuan Substansi dari Menteri
Pekerjaan Umum. Dengan demikian, suatu Raperda RTRW yang telah melalui
keenam acuan dan konsideran tersebut dan mendapatkan rekomendasi
Gubernur dapat dijadikan sebagai Pedoman Awal dengan catatan, yaitu
terbatas pada arahan yang bersifat lokal. Hal-hal yang terkait dengan urusan
kehutanan dan yang menjadi perhatian nasional belum dapat menjadi acuan
karena masih akan dibahas dalam proses forum konsultasi dengan Kementerian
Kehutanan dan BKPRN sehingga masih terdapat kemungkinan adanya
perubahan.
Bila RTRW belum mendapatkan rekomendasi Gubernur, maka RTRW belum dapat
menjadi acuan, sehingga dalam penyusunan RPJMD digunakan RTRW terakhir yang
masih berlaku sebagai acuan awal. Lihat Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Integrasi RTRW dan RPJMD berdasarkan Status Kekuatan Hukum RTRW
BELUM
BELUM
BELUM
52
Disamping 3 kondisi status kekuatan hukum RTRW tersebut, terdapat pula
kemungkinan kondisi di mana RTRW yang telah menjadi Perda harus dilakukan
peninjauan kembali dan mengalami revisi. Berdasarkan pasal 16 ayat (1) UU No. 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, rencana tata ruang (RTRW) dapat ditinjau
kembali. Menurut pasal 82 PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, idealnya pelaksanaan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun. Namun, peninjauan kembali dapat pula dilakukan lebih dari
1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan lingkungan strategis
berupa:
Berdasarkan hal tersebut, maka sinkronisasi RPJMD terhadap RTRW yang sedang pada
tahap Peninjauan Kembali dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut (lihat
Gambar 4.7):
1. RTRW yang mengalami peninjauan kembali dalam kondisi normal 1 (satu) kali dalam
5 (lima) tahun:
a. Rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW
- Penyusunan RPJMD dilakukan dengan mengacu pada RTRW yang sudah
menjadi Perda sesuai dengan periodenya.
b. Rekomendasi perlu dilakukan revisi terhadap RTRW
53
- Pasal 90 PP 15/2010 menetapkan bahwa bila perubahan dalam revisi tidak
lebih dari 20% penetapannya dilakukan melalui perubahan peraturan daerah
tentang RTRW Provinsi dan jangka waktu RTRW hasil revisi tetap sama dengan
jangka waktu RTRW yang direvisi.
- Dengan demikian, bila revisi tidak lebih dari 20%, maka penyusunan RPJMD
mengacu pada perubahan Perda RTRW sesuai hasil revisi.
- Sedangkan bila revisi lebih dari 20%, maka penyusunan RPJMD mengacu pada
Perda RTRW yang baru setelah direvisi dengan proses seperti pada Gambar
4.6 di atas.
2. RTRW yang mengalami peninjauan kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun dan perlu dilakukan revisi
- Pada kondisi ini, revisi yang dilakukan lebih dari 20% sehingga prosesnya seperti
proses penyusunan RTRW baru sampai ditetapkan kembali menjadi Perda, dan
periodenya pun juga berubah.
- Dengan demikian penyusunan RPJMD mengacu pada Perda RTRW yang baru
sesuai dengan arahan dalam Gambar 4.6 di atas.
Gambar 4.7
Sinkronisasi RPJMD dengan RTRW yang Sedang Peninjauan Kembali (PK)
Penyusunan RPJMD
>1x
>20% mengacu pada
dalam 5
Perda RTRW yang
tahun
baru setelah direvisi
Adapun hal detail yang perlu diperhatikan dalam upaya integrasi pada kondisi seperti
ini adalah:
1. Untuk RTRW yang revisinya lebih dari 20% terjadi perubahan periode, karena harus
melalui prosedur penetapan Perda RTRW seperti pada Gambar 4.5. Sehubungan
54
dengan itu, pada saat revisi, sekalian dilakukan penyesuaian periodisasi waktu
dalam RTRW sesuai dengan periode RPJMD.
2. Apabila pada saat dilakukan peninjauan kembali RTRW, RPJMD sudah disusun dan
menjadi Perda, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Bila rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW, maka RPJMD tidak
perlu diubah.
b. Bila rekomendasi perlu dilakukan revisi RTRW, maka muatan dalam RPJMD juga
perlu direvisi disesuaikan dengan perubahan dalam revisi RTRW, bila perubahan
dalam RTRW tersebut berada dalam periode yang sama dengan periode RPJMD
(Pasal 264 ayat 5 UU 23/2014 menyatakan bahwa RPJMD dapat diubah apabila
berdasarkan hasil pengendalian dan evaluasi tidak sesuai dengan perkembangan
keadaan atau penyesuaian terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat).
RPJPD 2005-2025
RTRW 2005-2025
Akan tetapi, dalam kondisi nyata terdapat berbagai variasi kondisi penyusunan
dokumen-dokumen perencanaan (RPJMD dan RTRW). Ada kondisi dimana dokumen
RTRW disusun terlebih dahulu dari dokumen RPJMD, ataupun sebaliknya. Oleh
55
karena itu, sinkronisasi periodisasi waktu antara RTRW dan RPJMD didasarkan pada
beberapa variasi kemungkinan kondisi yang dapat terjadi dalam penyusunan
dokumen RTRW dan RPJMD, antara lain (Lihat Tabel 4.1):
56
Variasi Kemungkinan
Kondisi Penyusunan Dokumen Langkah Pengintegrasian
Rencana
57
Variasi Kemungkinan
Kondisi Penyusunan Dokumen Langkah Pengintegrasian
Rencana
ketentuan waktu)
58
Variasi Kemungkinan
Kondisi Penyusunan Dokumen Langkah Pengintegrasian
Rencana
(A)
(B)
Catatan Tambahan:
Model sinkronisasi periodisasi waktu yang dijelaskan lebih ditekankan pada model
sinkronisasi antara RTRW dan RPJMD. Hal ini dikarenakan periode RPJPD telah
59
ditetapkan mengikuti periode RPJPN 2005-2025, demikian juga pentahapannya.
Dengan demikian periodisasi waktu/pentahapan dalam RPJPD bersifat tetap.
Ketentuan kebijakan Peninjauan Kembali (PK) terhadap RTRW merujuk pada Surat
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor S-
163/M.EKON/07/2015 mengenai Peninjauan Kembali dan Revisi Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Upaya sinkronisasi RPJMD dengan RTRW dilakukan melalui 3 (tiga) langkah, yaitu:
A. Menelaah RTRW;
B. Mengkaji keterkaitan RTRW dengan RPJMD periode berjalan yang hampir selesai
masanya; dan
C. Merumuskan hal-hal dalam RTRW yang harus masuk dalam RPJMD periode
berikutnya.
A. Menelaah RTRW
Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan
ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang berikut asumsi-asumsinya,
dengan cara:
2
Permen PU No. 15/PRT/M/2009 tentang Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, hal. 12
3
Ibid.
60
Tabel 4.2
Hasil Telaahan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang dengan
Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang
No. Kebijakan/ Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang Penilaian
Strategi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kebijakan
1:……………
……..
Strategi 1. Perwujudan a. Program
1.1:………… ……………… …….
………..
b. Program
…….
c. Program
……
61
utama. Hasil telaahan ini nantinya menjadi acuan dalam perumusan
program-program prioritas yang perlu masuk dalam RPJMD yang akan
disusun. Hasil telaahan rencana struktur ruang dan arahan pemanfaatan
ruang disusun ke dalam Tabel 4.3.
62
Tabel 4.3
Hasil Telaahan Struktur RuangProvinsi......*)
Rencana Pentahapan Pemanfaatan Struktur Ruang sesuai RTRW
Waktu pelaksanaan
Arah pemanfaatan
No Rencana Struktur Ruang Lima Lima Lima Lima
Ruang/Indikasi Lokasi
tahun tahun tahun tahun
Program
ke-I ke-II ke-III ke-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
I. Rencana pusat permukiman
I.1 ...........................................
I.2 Dst…
II. Rencana jaringan transportasi
II.1 ...........................................
II.2 Dst…
III. Rencana jaringan energi
III.1 ...........................................
III.2 Dst….
IV. Rencana jaringan telekomunikasi
IV.1 ...........................................
IV.2 Dst…
V. Rencana sistem jaringan sumber daya air
V.1 ...........................................
V.2 Dst….
*) Sesuaikan atau diisi dengan nama provinsi
Sumber: Permendagri No. 54 tahun 2010, Lampiran III
63
3. Menelaah rencana pola ruang
Rencana pola ruang wilayah provinsi merupakan rencana distribusi
peruntukan ruang dalam wilayah provinsi yang meliputi rencana peruntukan
ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan untuk fungsi budi daya 5.
Telaahan terhadap rencana pola ruang, meliputi:
a. Rencana kawasan lindung; dan
b. Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis.
Telaahan ini dilakukan dengan melihat keterkaitan antara rencana pola
ruang dengan arahan pemanfaatan ruang yang merupakan upaya
perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program
utama. Hasil telaahan ini nantinya menjadi acuan dalam perumusan
program-program prioritas yang harus masuk dalam RPJMD yang akan
disusun. Hasil telaahan rencana pola ruang dan arahan pemanfaatan ruang
disusun ke dalam Tabel 4.4.
5
Ibid., hal. 21
64
Tabel 4.4
Hasil Telaahan Pola RuangProvinsi......*)
Rencana Pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Waktu pelaksanaan
Arah pemanfaatan
No Rencana Pola Ruang lima lima lima lima
Ruang/Indikasi lokasi
tahun tahun tahun tahun
Program
ke-I ke-II ke-III ke-IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
I. Rencana kawasan lindung
I.1 ...........................................
I.2 ...........................................
Dst ...
II. Rencana kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis
II.1 ...........................................
II.2 ...........................................
Dst ...
65
B. Menelaah keterkaitan RTRW dengan RPJMD
Penelaahan ini dilakukan antara RTRW dengan RPJMD periode berjalan yang
mendekati akhir masa periodenya ditambah dengan hasil evaluasi pelaksanaan
RPJMD tersebut.
Penelaahan dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu:
1. Menelaah keterkaitan antara kebijakan dan strategi RTRW dengan
strategi/arah kebijakan dalam RPJMD; dan
2. Menelaah keterkaitan antara arahan pemanfaatan ruang/indikasi program
utama dalam RTRW dengan program dalam RPJMD.
Berikut ini tabel analisis integrasi antara kebijakan RTRW dan strategi/arah
kebijakan dalam RPJMD (Tabel 4.5) dan tabel analisis integrasi antara program
RTRW dan program dalam RPJMD (Tabel 4.6).
Tabel 4.5
Analisis Integrasi antara Kebijakan RTRW dan Strategi/Arah Kebijakan RPJMD
No DOKUMEN DOKUMEN RPJMD PENILAIAN REKOMENDASI
RTRW
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kebijakan1:
Strategi 1.1: Strategi/Arah
kebijakan:
Strategi 1.2: Strategi/Arah
kebijakan:
2 Kebijakan 2:
Strategi 2.1: Strategi/Arah
kebijakan:
Strategi 2.2: Strategi/Arah
kebijakan:
Sumber: DSF-Bappenas, 2011
66
Tabel 4.6
Analisis Integrasi antara Indikasi Program Utama RTRW dan Program RPJMD
No. DOKUMEN RTRW DOKUMEN RPJMD PENILAIAN REKOMENDASI
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Program: Program:
……………………. …………………….
2 Program: Program:
……………………. …………………….
3 Program: Program:
……………………. …………………….
4 Program: Program:
……………………. …………………….
5 Program: Program:
……………………. …………………….
6 Program: Program:
……………………. …………………….
7 Program: Program:
……………………. …………………….
8 Program: Program:
……………………. …………………….
9 Program: Program:
……………………. …………………….
10 Program: Program:
……………………. …………………….
67
C. Merumuskan masukan untuk RPJMD berikutnya
Berdasarkan hasil penelaahan pada tahap B, dapat diketahui program-
program yang sudah dan yang belum dilakukan dalam RPJMD periode
berjalan, sehingga dapat dirumuskan program-proram yang harus masuk
dalam RPJMD periode berikutnya, sesuai dengan arahan program jangka
menengah dalam RTRW.Untuk lebih jelasnya lihat pembahasan pada 4.2.6.
Dalam melakukan sinkronisasi RTRW dan RPJMD ini, juga perlu untuk melihat
keterkaitannya dengan RKPD untuk melihat apakah program-program dalam
RTRW dan RPJMD diimplementasikan tahunan dalam RKPD.
Tabel analisis integrasi antara program RTRW, program dalam RPJMD, dan
program dalam RKPD dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah.
CONTOH PENERAPAN
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini diberikan contoh
penerapan tahapan-tahapan tesebut di atas (A s/d C) dengan menggunakan
RTRW Sumatera Barat 2009-2013 dan RPJMD Sumatera Barat 2010-2015.
68
Tabel 4.7
Analisis Integrasi antara Indikasi Program RTRW, Program RPJMD, dan Program RKPD
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Penilaian dan
/Strategi Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Rekomendasi
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Kebijakan 1. Program Strategi: Program 1. …………………… 18. Program Rp.
: ……………… ………………… …………… …………………… ……………… xx.xxx.xxx
…………… ……………… ………………… …………… …………………… ………………
…………… ……………… ………………… …………… …………………… ……………… Dinas
…………… ……………… ………………… …………… …………………… ……………… ……………
…………… ……………… ………………… …………… ………… ……………… ………
…………… ……………… …………… …………… ………………
…… ………… ……………
…………..
Strategi: Arah
…………… kebijakan:
…………… ……………………
…………… ……………………
…………… ……………………
…………… ………………
…..
69
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Penilaian dan
/Strategi Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Rekomendasi
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2. Program Program 16. Program Rp.
……………… …………… ……………… Xx.xxx.xxx
……………… …………… ………………
……………… …………… ……………… Dinas
……………… …………… ……………… ……………
…………… ……… ………
……………
Kebijakan 9. 1. Program Rp.
: …………………… ……………… Xx.xxx.xxx
…………… …………………… ………………
…………… …………………… ……………… Dinas
…………… ………………. ……………… ………….
…………… ………
……………
……………
……………
…
Strategi: Program Strategi: 1. Program 2. Program Rp.
…………… ………………… ………………… …………… ……………… Xx.xxx.xxx
…………… ………………… ………………… ……… ………………
70
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Penilaian dan
/Strategi Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Rekomendasi
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
…………… ………………… ………………… 2. Program ……………… Dinas
…………… ………………… … …………… ……………… ………….
…………… ………………… Arah ……… ………………
…………… ………………… Kebijakan: 3. Program ………………
…………… ……………… 1. …………… ……………
…………… …………… ……..
………….. …… 4. Program
2. …………… …….
…
Strategi Program Strategi: 1. 11.Program… Rp.
6.3: .………………… ………………… Program ……………… Xx.xxx.xxx
…………… ………………… ………… …………… ………………
…………… ………………… Arah …………… ……………. Dinas
…………. ………………… Kebijakan: …………… ………….
…………… ………………… 4………………… ……………
…………… ………………… ……………
…………… ………… ……………
…… ……
71
A. Menelaah RTRW
1. Menelaah kebijakan dan strategi penataan ruang
2. Kebijakan 6:
72
No Kebijakan/Strategi Rencana Struktur Ruang Rencana Pola Ruang
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendorongan terbentuknya
aksesibilitas jaringan
transportasi dalam rangka
menunjang perkembangan
wilayah
Strategi 6.1: 2. Perwujudan 1. Program perwujudan
Perwujudan dan peningkatan sistem sistem prasarana
hubungan lintas barat, tengah, prasarana transportasi:
dan timur Sumatera dengan a.Pembangunan
mengembangkan jaringan jalan jaringan jalan arteri
arteri primer dan kolektor primer
primer. b. Pembangunan
jaringan jalan
kolektor primer
Strategi 6.3: 2. Perwujudan 1. Program perwujudan
Pengembangan sistem sistem sistem prasarana
transportasi kereta api di prasarana transportasi:
Provinsi Sumatera Barat dalam a.Pembangunan jalur
rangka menunjang jaringan kereta api
transportasi kereta api Pulau b. Rehabilitasi/fung
Sumatera sionalisasi jalur
angkutan kereta api
73
2. Menelaah rencana struktur ruang
74
Rencana Pentahapan Pemanfaatan Struktur Ruang sesuai RTRW
Arah pemanfaatan Waktu pelaksanaan
No Rencana Struktur Ruang
Ruang/Indikasi Lokasi 2009- 2014- 2019- 2024-
Program/Kegiatan 2013 2018 2023 2029
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
api Indarung, dst…
a.Peningkatan pengairan Padang
Perwujudan sistem irigasi teknis Pariaman, dst.
II.2 prasarana sumber daya b.Pengembangan dan
Pesisir Selatan,
air konservasi area rawa seluas
dst..
18.500 Ha
a. Pembangunan TPA Kota
Perwujudan sistem
Regional Bukittinggi
II.3 prasarana perumahan
b. Penyediaan prasarana dan Kws rawan air
dan permukiman
sarana air bersih bersih
75
3. Menelaah rencana pola ruang
76
Rencana Pentahapan Pemanfaatan Pola Ruang sesuai RTRW
Arah pemanfaatan Waktu pelaksanaan
No Rencana Pola Ruang
Ruang/Indikasi lokasi 2009- 2014- 2019- 2024-
Program/Kegiatan 2013 2018 2023 2029
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
buahan Pariaman, dst…
a. Pengembangan komoditi
Kab/Kota
Pengembangan perkebunan
II.2
perkebunan b. Peremajaan & rehabilitasi
Kab/Kota
tanaman perkebunan
Sentra
a. Pengembangan
produksi/kota
77ndustry unggulan
pusat
Provinsi Sumbar
pengolahan
II.3 Pengembangan industry
Sentra
b. Pengembangan 77
produksi/kota
industri inti
pusat
kabupaten/kota
pengolahan
77
B. Menelaah keterkaitan RTRW dengan RPJMD
1. Analisis Integrasi antara Kebijakan RTRW dan Strategi/Arah Kebijakan RPJMD
78
No RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 Penilaian Rekomendasi
(1) (2) (3) (4) (5)
Strategi 2.3: Strategi/Arah kebijakan: Strategi 2.3 dari
Peningkatan pengembangan 1. Mengembangkan industri pengolahan berbasis Kebijakan 2 RTRW
industri berbasis pertanian komoditi unggulan daerah dioperasionalkan
berupa perlengkapan saprodi 1. Memfasilitasi pengembangan industri pengolahan dalam Misi 4,
dan sarana pendukungnya berbasis komoditi unggulan daerah. Tujuan 2, Strategi
1 dan Arah
kebijakan 1 dalam
RPJMD
2 Kebijakan 6:
Pendorongan terbentuknya
aksesibilitas jaringan
transportasi dalam rangka
menunjang perkembangan
wilayah
Strategi 6.1: Strategi/Arah kebijakan: Strategi 6.1 dari
Perwujudan dan peningkatan 1. Membangun jalan dan jembatan pada kawasan sentra Kebijakan 6 RTRW
hubungan lintas barat, tengah, produksi dioperasionalkan
dan timur Sumatera dengan 1. Meningkatkan kualitas jalan dan jembatan; dalam Misi 4,
mengembangkan jaringan jalan 2. Meningkatkan aksesibilitas wilayah yang sedang dan Tujuan 5, Strategi
arteri primer dan kolektor belum berkembang pada koridor-koridor utama, 1 dan Arah
primer perdesaan, wilayah perbatasan, terpencil, dan pulau kebijakan 1,2, dan
3. Meningkatkan investasi swasta dalam pembangunan 3 dalam RPJMD
79
No RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 Penilaian Rekomendasi
(1) (2) (3) (4) (5)
infrastruktur.
Strategi 6.3: Strategi/Arah kebijakan: Strategi 6.3 dari
Pengembangan sistem 1. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi Kebijakan 6 RTRW
transportasi kereta api di darat, laut, dan udara dioperasionalkan
Provinsi Sumatera Barat dalam 4. Mengembangkan angkutan kereta api dalam Misi 4,
rangka menunjang jaringan Tujuan 5, Strategi
transportasi kereta api Pulau 1 dan Arah
Sumatera kebijakan 4 dalam
RPJMD
80
2. Analisis Integrasi antara Indikasi Program Utama RTRW dan Program RPJMD
81
No RTRW RPJMD Penilaian Rekomendasi
terminal dilakukan pada PJM-1 dan RTRW
2; sedangkan pembangunan dialokasikan
jaringan jalan kolektor primer dalam PJM-1 dan
dilaksanakan mulai dari PJM-1 PJM-2, kecuali
sampai dengan PJM-4. untuk
pembangunan
jaringan jalan
kolektor yang
sampai PJM-4.
j. Rehabilitasi/fungsionalisasi jalur 1. Pembangunan, Rehabilitasi - Program pengembangan kereta api - Cek kegiatan
angkutan kereta api dan Pemeliharaan Sarana dioperasionalkan dalam RPJMD yang belum
Prasarana dan Fasilitas Lalu melalui tujuan 5, sasaran 5, strategi dilakukan dan
k. Pembangunan jalur kereta api
Lintas Angkutan Jalan 1, dan arah kebijakan 4. lokasi yang belum
l. Rehabilitasi sarana prasarana Indikator kinerja output: - Hanya ada 1 program dalam RPJMD dibangun dalam
perkeretaapian a. Tersedianya jalur baru KA terkait dengan pengembangan RPJMD ini, maka
m. Penyediaan sarana (4,5 Km) kereta api, yaitu program harus
halte/stasiun mini dan jalur b. Terlaksananya pembangunan, rehabilitasi dan dimasukkan
pejalan kaki pada lokasi objek pembangunan short cut pemeliharaan sarana prasarana dan dalam RPJMD
wisata Padang- Solok fasilitas lalu lintas angkutan jalan. periode
c. Tersedianya perencanaan Detil arahannya dicantumkan berikutnya,
n. Rehabilitasi/pembangunan
rencana induk sebagai indikator kinerja output. karena
stasiun dan lintasan sebidang
pembangunan jaringan KA - Dalam RTRW, pengembangan pengembangan
jalur kereta api dengan jalan
Sumbar kereta api dilakukan pada PJM-1 KA dalam RTRW
o. Paduserasi penanganan dan PJM-2. dilakukan pada
82
No RTRW RPJMD Penilaian Rekomendasi
berbagai moda transportasi PJM-1 dan PJM-2.
jalan dengan angkutan kereta
api
B. Program Perwujudan Pola Ruang
2. Program pengembangan industri
a. Program pengembangan 2. Program penumbuhan - Strategi tentang pengembangan - Untuk RPJMD
industri unggulan Provinsi industri unggulan berbasis industri muncul dua kali dalam periode
Sumatera Barat agro dan manufaktur RPJMD, yaitu dalam (1) Tujuan 1, berikutnya,
Strategi 3 tentang pengembangan program
- Pengembangan industri
industri pengolahan hasil pertanian pengembangan
pengolahan kakao
dan pengolahan hasil perikanan industri di
- Pengembangan industri bio laut; dan (2) Tujuan 2, Strategi 1 Provinsi
diesel tentang pengembangan industri Sumatera Barat
- Pengembangan industri pengolahan berbasis komoditi akan difokuskan
pengolahan pangan unggulan daerah. pada
- Program pengembangan industri pengembangan
b. Program pengembangan 2. Program pengembangan
dalam RTRW dioperasionalkan industri
industri inti Kabupaten dan sentra-sentra industri
melalui 3 (tiga ) program dalam pengolahan kako
Kota potensial
RPJMD. Di luar ketiga program dan bio diesel;
- Industri pengolahan hasil laut tersebut, dalam RPJMD juga karena program
- Industri pengolahan hasil terdapat program (1) peningkatan pengembangan
ternak iklim usaha industri; (2) revitalisasi yang lain
dan pengembangan industri kecil seharusnya
- Industri pengolahan hasil
83
No RTRW RPJMD Penilaian Rekomendasi
perkebunan dan menengah; dan (3) sudah
pengembangan teknologi tepat diimplementasika
- Industri kerajinan
guna. n semuanya
- Industri pakan ternak - Program pengembangan industri dalam RPJMD
- Pengembangan klaster 3. Program pengembangan dalam RTRW dilaksanakan dalam 2010-2015.
industri unggulan klaster industri unggulan PJM 1 (2009-2013), kecuali - Bila dari hasil
pengembangan industri pengolahan evaluasi
kakao dan bio diesel yang pelaksanaan
direncanakan sampai dengan PJM RPJMD 2010-
4. 2015, ternyata
ada
program/kegiata
n yang belum
terlaksana, maka
program/kegiata
n tersebut
dilanjutkan dalam
RPJMD periode
berikutnya.
84
C. Menelaah keterkaitan RTRW dengan RPJMD dan RKPD
85
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan/Strategi Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
a. Program Program 16. Program Rp.
pengemba pengembanga Pengemban 2.045.00
ngan n sentra- gan Sentra- 0.000
industri inti sentra industri sentra
kabupaten potensial industri Dinas
dan kota potensial Perindag
- Ind
pengolaha
n hasil
laut
- Ind
pengolaha
n hasil
ternak
- Ind Program 21. Program Rp.
pengolaha pengembanga pengemban 660.000.
n hasil n klaster gan klaster 000
perkebun industri industri
an unggulan unggulan Dinas
- Ind Perindag
86
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan/Strategi Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
kerajinan
- Ind pakan
ternak
- Pengemb
angan
klaster
industri
unggulan
Kebijakan 6: 9. 1. Program Rp.
Pendorongan Pembangunan pembangun 311.690.
terbentuknya infrastrutkur an jalan dan 000 .000
aksesibilitas penunjang jembatan
jaringan ekonomi Dinas
transportasi dalam rakyat Prasjal
ranga menunjang Tarkim
perkembangan
wilayah
Strategi 6.1: Program Strategi: 1. Program 2. Program Rp.
Perwujudan dan perwujudan Membangun pembangunan Rehabilitasi 59.100.0
peningkatan sistem jalan dan jalan dan dan 00. 000
87
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan/Strategi Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
hubungan lintas prasarana jembatan pada jembatan Pemeliharaa
barat, tengah, dan transportasi: kawasan sentra 2. Rehabilitasi n Jalan dan Dinas
timur Sumatera - Peningkata produksi dan Jembatan Prasjal
dengan n jalan Arah Kebijakan: pemeliharaan Tarkim
mengembangkan arteri 1. Meningkatkan jalan dan
jaringan jalan primer kualitas jalan jembatan
arteri primer dan - Pembangun dan jembatan 3. Peningkatan
kolektor primer an jalan 2. Meningkatkan partisipasi
arteri aksesibilitas investasi
primer wilayah yang swasta dalam
- Pembangun sedang dan pembangunan
an jaringan belum infrastruktur
jalan berkembang 4. Pembangunan
kolektor 3. Meningkatkan infrastruktur
primer investasi permukiman
- Dst……. swasta dalam di perdesaan
pembangunan
infrastruktur
Strategi 6.3: Program Strategi: 1. 11.Program Rp.
Pengembangan perwujudan Meningkatkan Pembanguna Pengemban 6.791.688.9
88
RTRW 2009-2029 RPJMD 2010-2015 RKPD 2015
Kebijakan/Strategi Indikasi Strategi/Arah Program Prioritas Program Pagu
Program Kebijakan Pembangunan Indikatif/
Terkait SKPD
terkait
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
sistem sistem sarana dan n, rehabilitasi gan 30
transportasi prasarana prasarana dan Angkutan
kereta api di transportasi: transportasi pemeliharaan Kereta Api Dishub
Provinsi Sumatera - Rehabilitasi darat, laut, dan sarana Kominfo
Barat dalam / udara prasarana
rangka menunjang fungsionalis Arah Kebijakan: dan fasilitas
jaringan asi jalur 4.Mengembangka LLAJ
transportasi angkutan n angkutan
kereta api Pulau KA kereta api
Sumatera - Pembangun
an jalur KA
- Rehabilitasi
sarana
prasarana
perkeretaa
pian
- Dst……………
….
89
4.2.5 Integrasi Nomenklatur
Dari hasil wawancara, terlihat bahwa masih ada Daerah yang mengalami kesulitan
dalam menerjemahkan rencana tata ruang ke dalam rencana pembangunan,
khususnya RPJMD. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan nomenklatur dalam
perumusan program. Dalam penyusunan rencana pembangunan daerah,
nomenklatur program dan kegiatan sudah distandarkan melalui Permendagri No. 13
tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Dengan demikian
perumusan program dan kegiatan dalam RPJMD juga harus mengacu pada arahan
yang telah diberikan pada Lampiran Permendagri No. 13 tahun 2006, yaitu Kode dan
Daftar Program dan Kegiatan menurut Urusan Pemerintahan Daerah. Sementara
perumusan program dan kegiatan dalam RTRW tidak diatur, sehingga lebih bebas.
Salah satu langkah dalam upaya pengintegrasian RTRW ke dalam RPJMD adalah
melalui penyelarasan antara indikasi program dalam RTRW dengan nomenklatur
program yang ada dalam RPJMD. Hal ini dikarenakan dokumen RPJMD merupakan
dokumen rencana pembangunan yang bersifat implementatif dan terkait dengan
penganggaran, sehingga rencana tata ruang akan menjadi sia-sia dan tidak
terimplementasikan jika tidak dituangkan dalam RPJMD.
Dengan adanya Permendagri No. 13 tahun 2006, nama program dan kegiatan di
setiap daerah menjadi baku dan seragam. Walau dalam beberapa aspek, hal tersebut
memudahkan, tetapi di lain pihak pembakuan tersebut menghilangkan karakteristik
atau kebutuhan khusus setiap daerah. Dengan adanya pembakuan, nama program
dan kegiatan di setiap daerah menjadi bersifat umum atau generik. Hal tersebut tidak
berlaku bagi RTRW. Mengingat bahwa setiap daerah memiliki karakteristik
danpersoalannya masing-masing, maka penamaan program dan kegiatan disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan daerahnya masing-masing, maka penamaan
program dan kegiatan dapat bervariasi antar daerah sesuai dengan kebutuhan
pembangunannya. Adanya perbedaan ini menimbulkan kesulitan dalam melakukan
integrasi RTRW dan RPJMD.
Oleh karena itu, salah satu langkah nyata jangka pendek upaya integrasi RTRW dan
RPJMD adalah dengan melakukan pemahaman atas program-program dalam RPJMD
dan memetakan keselarasannya dengan program-program dalam RTRW. Upaya
sinkronisasi nomenklatur ini terkait dengan upaya integrasi muatan antara RTRW dan
RPJMD, dimana proses pemetaan antara kebijakan-strategi dalam RTRW terhadap
arah kebijakan dalam RPJMD menjadi proses penting dan merupakan langkah awal
dalam upaya pemahaman program. Secara detail, langkah-langkah upaya
sinkronisasi nomenklatur antara RTRW dan RPJMD dapat dilakukan melalui dua
tahapan utama sebagai berikut:
90
1) Analisis awal pemetaan antara indikasi program dalam RTRW dengan program
dalam RPJMD seperti yang dilakukan pada tahap integrasi muatan. Contoh:
Tabel 4.8
Pemetaan Indikasi Program RTRW Terhadap Program RPJMD
Dari Tabel 4.9 terlihat adanya perbedaan antara program dalam RTRW (lokasi
tidak diperlihatkan di sini) dengan program dalam RPJMD. Di sini dilakukan
penilaian: (1) di mana letak perbedaannya, (2) tetapkan program-program dalam
RPJMD tersebut selaras dengan program yang mana dalam RTRW, (3) kemudian
identifikasi program-program apa dalam RTRW yang belum ada dalam RPJMD
tersebut dan perlu dimasukkan dalam RPJMD periode berikutnya.
91
Untuk lebih lanjut, dalam rangka memudahkan sinkronisasi RTRW dan RPJMD,
indikasi program dalam RTRW dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori
sesuai dengan nomenklatur program dalam RPJMD berdasarkan Permendagri No.
13/2006. Lihat Tabel 4.10.
Tabel 4.9
Pengecekan Muatan Program dalam RPJMD
RTRW RPJMD
Program Indikator Kinerja Output
A. Program Perwujudan Struktur
Ruang
4. Program perwujudan sistem
prasarana transportasi
a. Peningkatan jalan arteri Pembangunan a. Pembangunan jembatan kelok
primer Jalan dan sembilan
b. Pembangunan jaringan Jembatan b. Pembangunan dan peningkatan
jalan arteri primer jalan nasional
c. Pembangunan jaringan c. Pembangunan Jalan Rao-Rokan
jalan kolektor primer (Bts Riau)
d. Fungsionalisasi terminal d. Pembangunan dan peningkatan
regional jalan nasional pantai barat
e. Optimalisasi terminal e. Terlaksananya pembangunan jalan
f. Pengembangan Padang-By Pass
g. Relokasi terminal f. Lanjutan Pembangunan jalan
h. Pembangunan terminal Duku-Sicincin-Malalak-Bukittinggi
i. Peningkatan dan g. Pembangunan Jembatan Provinsi
pengembangan sarana dan Jembatan Strategis Provinsi
dan prasarana terminal h. Dst….
barang Rehabilitasi a. Pemeliharaan rutin jalan nasional
dan b. Pemeliharaan rutin jembatan
Pemeliharaan nasional
Jalan dan c. Pemeliharaan rutin jalan provinsi
Jembatan
92
RTRW RPJMD
Program Indikator Kinerja Output
Partisipasi pemerintah-swasta Provinsi
Investasi Sumatera Barat
Swasta dalam
Pembangunan
Infrastruktur
Pembangunan a. Peningkatan pertumbuhan
infrastruktur pembangunan infrastruktur
permukiman permukiman di kawasan
di perdesaan perdesaan
b. Terbangunnya jalan perdesaan
penunjang pertanian dan
perkebunan
Sumber: Diolah dari RTRW Sumatera Barat dan RJMD Sumatera Barat 2010-2015
Tabel 4.10
Pengelompokan Program dalam RTRW sesuai dengan Nomenklatur Program dalam
RPJMD
RTRW RPJMD
Pengelompokan Program Program
A. Program Perwujudan Struktur Ruang
1. Program perwujudan sistem prasarana transportasi
1.1 Pembangunan Jalan a. Pembangunan jaringan Pembangunan Jalan dan
dan Jembatan jalan arteri primer Jembatan
b. Pembangunan jaringan
jalan kolektor primer
c. …………
1.2 Pemeliharaan Jalan a. Peningkatan jalan arteri Pemeliharaan Jalan dan
dan Jembatan primer Jembatan
b. Pemeliharaan rutin
jalan dan jembatan
c. …………..
1.3 Pembangunan a. Pembangunan jalan Pembangunan
infrastruktur perdesaan yang infrastruktur permukiman
permukiman di menghubungkan di perdesaan
perdesaan kawasan pertanian
b. Pembangunan jaringan
jalan kolektor primer
ke perdesaan
c. …………………
93
Di masa depan, upaya pengintegrasian nomenklatur ini sebaiknya dapat ditindaklanjuti
melalui pembahasan di tingkat forum BKPRN, sehingga menghasilkan ketentuan yang telah
disepakati bersama dalam mengatur upaya sinkronisasi nomenklatur antara rencana tata
ruang dan rencana pembangunan. Ketentuan tersebut dapat berupa dikeluarkannya SEB
(Surat Edaran Bersama) Menteri Dalam Negeri, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan
Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), atau melalui perarturan lain dengan kekuatan
hukum yang lebih tinggi.
Setelah melakukan evaluasi sinkronisasi RTRW dan RPJMD secara menyeluruh, dapat
dilakukan pengintegrasian RTRW ke dalam RPJMD periode berikutnya. Dalam
melakukan evaluasi dan sinkronisasi, harus diperhatikan hal-hal berikut ini:
2. Perbedaan muatan
Muatan perencanaan dalam RTRW hanya meliputi aspek-aspek yang terkait
dengan ruang (spasial), sementara muatan perencanaan dalam RPJMD lebih luas
mencakup spasial dan non-spasial. Oleh karenanya, perlu dipahami bahwa
evaluasi/sinkronisasi hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang terkait ruang
(spasial) saja. Dengan demikian perlu diidentifikasi program-program dalam
RPJMD yang terkait dengan ruang (spasial) dan yang tidak terkait dengan ruang
(non-spasial). Biasanya hal ini sudah dapat diidentifikasi pada perumusan Misi
dalam RPJMD. Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 4.11.
94
Tabel 4.11
Contoh Pengidentifikasian Keterkaitan Misi dalam RPJMD dengan Ruang
Misi Keterkaitan dengan Ruang
1. Mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, Tidak terkait dengan ruang,
agamais, beradat, dan berbudaya kecuali untuk persebaran
berdasarkan falsafah ”Adat Basandi Syarak, fasilitas keagamaan
Syarak Basandi Kitabullah”;
2. Mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, Tidak terkait dengan ruang
bersih dan profesional
3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang Tidak terkait dengan ruang,
cerdas, sehat, beriman, dan berkualitas kecuali untuk persebaran
tinggi fasilitas pendidikan dan
kesehatan
4. Mewujudkan ekonomi masyarakat yang Terkait erat dengan ruang
tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, (spasial)
berdayasaing regional dan global
5. Mewujudkan pembangunan yang Terkait erat dengan ruang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (spasial)
Sumber: Diolah dari RPJMD Provinsi Sumatera Barat 2010-2015
3. Perbedaan nomenklatur
Nomenklatur program dalam RPJMD mengacu pada Permendagri No. 13 tahun
2006, sehingga bersifat generik. Sementara penamaan program dalam RTRW
lebih bebas sesuai kebutuhan daerah. Dengan demikian, evaluasi/sinkronisasi
dilakukan dengan cara (a) mengelompokkan program-program dalam RTRW
sesuai dengan nomenklatur program pada RPJMD; dan (b) mengidentifikasi
kegiatan atau indikator kinerja output yang lebih detil pada RPJMD.
95
pembangunan jalan arteri yang dibiayai oleh APBD provinsi hanya 20 km,
sedangkan yang 30 km dibiayai dari sumber-sumber lain.
RPJPD 2005-2025
RTRW 2005-2025
96
b. Rekomendasikan hal-hal yang belum dicakup dalam RPJMD yang lalu dan
harus masuk pada RPJMD berikutya, sesuai dengan pentahapan dan jangka
waktu program RTRW.
6. Kolom rekomendasi tersebut yang dijadikan dasar acuan dalam perumusan
RPJMD periode berikutnya (2015-2019 pada contoh di atas):
a. Buat daftar program-program yang harus masuk dalam RPJMD yang akan
disusun (2015-2019): (i) sesuai dengan rekomendasi dari evaluasi sinkronisasi
RPJMD tahap-tahap sebelumnya (2005-2009 dan 2010-2014); serta (ii)
program-program yang terdapat dalam tahapan RTRW yang sesuai (2015-
2019).
b. Lakukan pemrioritasan terhadap daftar program-program tersebut untuk
menetapkan program-program yang akan dilaksanakan pada 5 tahun
mendatang, disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Kriteria
pemrioritasan, antara lain:
i. Program yang mendesak (untuk mengatasi isu strategis);
ii. Program yang menerus (multi years);
iii. Program yang saling berkaitan (misalnya, Program B tidak dapat
dilaksanakan bila Program A belum dilakukan);
iv. Program yang membentuk struktur ruang;
v. Dan sebagainya.
Dalam melakukan pemrioritasan program ini berdasarkan ketersediaan
anggaran, perlu diingat bahwa (i) RTRW hanya memuat program spasial; dan
(ii) RTRW memuat semua program dari berbagai sumber dana, sementara
RPJMD hanya memuat program yang didanai dari APBD provinsi yang
bersangkutan.
c. Cek kebijakan dan strategi dalam RTRW yang memayungi program-program
tersebut.
d. Kebijakan dan strategi RTRW tersebut menjadi dasar perumusan strategi dan
arah kebijakan dalam RPJMD, dikaitkan dengan Visi-Misi dalam RPJMD.
97
pihak Bappeda bagi SKPD terkait. Pada kegiatan workshop ini, Bappeda beserta SKPD
terkait mulai melakukan langkah-langkah teknis upaya sinkronisasi yang telah dijabarkan
(langkah 2 s.d 6). Upaya sinkronisasi diawali dengan kegiatan membedah serta
mengevaluasi sinkronisasi masing-masing dokumen RTRW, RPJMD, serta RKPD.
Secara lebih ringkas, langkah-langkah sinkronisasi antara rencana tata ruang dan rencana
pembangunan dapat digambarkan sebagai berikut.
98
kurang sesuai dengan kompetensi, menjadi salah satu faktor utama kondisi
kualitas SDM di daerah. Hal ini kemudian menjadi salah satu isu yang krusial bagi
upaya pengintegrasian, mengingat bahwa SDM aparat pelaku merupakan subjek
utama dalam proses pengintegrasian yang menentukan kualitas proses dan
produk dari proses tersebut. Oleh karena itu, upaya peningkatan kapasitas SDM
aparat pelaku upaya integrasi patut untuk diperhatikan dan didukung dengan
adanya mekanisme alih pengetahuan (transfer of knowledge), sehingga bila
aparat yang telah dilatih tersebut dirotasi ke tempat lain, pengetahuannya sudah
dialihkan ke aparat lain di tempat itu. Pada ranah yang lebih tegas, upaya
penanganan solusi seperti ini dapat dilakukan melalui penetapan kebijakan yang
tegas mengenai pelarangan sistem rotasi aparat yang tidak sesuai dengan bidang
kerja atau keahliannya.
99
Isu politis pengambilan keputusan
Terhambatnya implementasi RTRW, RDTR, maupun RPJMD di tataran
kewenangan legislatif (DPRD Provinsi maupun Kabupaten/Kota) yang
disebabkan oleh faktor politis dari proses pengambilan keputusan oleh para
anggota dewan. Dalam rangka menyiasati isu politis pengambilan keputusan
ini, beberapa daerah telah melakukan inovasi penanganan isu tersebut.
Pemerintah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu Pemda yang telah
berupaya berinovasi dalam rangka mengatasi isu politis pengambilan
keputusan melalui sistem ‘Renggar’ atau ‘Rencana Anggaran’ terpadu yang
dapat dimanfaatkan sebagai proses filterisasi dalam penyusunan RKPD,
sehingga program-program yang diusulkan bisa dijamin sesuai dengan
program-program dalam RPJMD dan RTRW Provinsi. Bila program yang
diusulkan tidak sesuai, maka akan otomatis ditolak dan tidak dapat masuk ke
dalam sistem. Dengan demikian pemrograman yang dilakukan telah dianggap
tetap dan tidak dapat diganggu gugat oleh intervensi politis di tataran
legislatif.
100
dimungkinkan terjadinya perubahan lingkungan strategis, maka bisa jadi
diperlukan penyesuaian kembali terhadap konsep pengembangan wilayah
dalam RTRW untuk mengantisipasi perubahan di lingkungan strategis
tersebut dalam rangka mencapai tujuan pembangunan wilayah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karenanya, program-program yang
diusulkan oleh KDH perlu dikaji dalam konteks tersebut. Apabila program-
program KDH tersebut sesuai dengan perubahan lingkungan strategis yang
terjadi dan tetap mendukung pencapaian tujuan, maka RTRW dapat
direvisi. Namun, bila program-program KDH tersebut tidak menjawab
perubahan yang terjadi di lingkungan strategis, tidak sesuai dengan
konsep pengembangan wilayah atau tidak mendukung pencapaian tujuan
pembangunan wilayah yang telah ditetapkan dalam RTRW, maka RTRW
tidak perlu direvisi untuk memasukkan program-program tersebut. Dalam
kasus ini, penting untuk merujuk kembali pada naskah akademis dokumen
RTRW. Naskah akademis merupakan dokumen yang memuat analisis latar
belakang perumusan suatu rencana tata ruang, baik berupa analisis
kuantitatif maupun kualitatif, yang juga telah mempertimbangkan
berbagai aspek secara ilmiah. Berdasarkan hal tersebut, maka naskah
akademis ini patut dijadikan acuan dasar dalam mempertimbangkan isu
perbedaan substansi.
(2) Bila program-program tersebut tetap dipaksakan untuk masuk dalam
RPJMD, perlu ditekankan bahwa dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan
Ruang telah diatur sanksi bagi setiap orang yang tidak menaati rencana
tata ruang yang telah ditetapkan (pasal 61 & 62, 69).
101
(RTRW dan RPJMD), serta perencanaan di tingkat nasional-provinsi-
kota/kabupaten.
102
BAB 5
REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT
Dalam rangka mengimplementasikan materi teknis kajian sikronisasi antara rencana tata
ruang dan rencana pembangunan ini menjadi pedoman yang telah berkekuatan hukum
(seperti Peraturan Menteri, Peraturan Presiden, atau lainnya), maka perlu ada pentahapan
langkah yang harus dilakukan, baik di tingkat nasional atau Pemerintah Pusat maupun
daerah atau Pemerintah Daerah. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
103
b. Bappeda mengadakan mengadakan pelatihan/bimbingan teknis kepada SKPD
mengenai RTRW, sinkronisasi RTRW ke dalam perencanaan sektor (rencana induk
sektor), serta sinkronisasi RTRW ke dalam RPJMD dan Renstra SKPD.
c. Bappeda memfasilitasi pelaksanaan sinkronisasi antara rencana tata ruang dan
rencana pembangunan dalam bentuk workshop atau sejenisnya (seperti yang telah
dijelaskan pada sub bab 4.2.6).
104