Disusun Oleh:
TACHLIL
D101181314
Disusun Oleh:
TACHLIL
D101 18 1314
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT Dr. Eng. Abdul Rachman Rasyid, ST., M.Si
NIP. 19630504 199512 1 001 NIP. 19741006 2008 12 1 002
Mengesahkan,
Ketua Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena berkat, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan Kerja
Praktek Profesi (KPP) dalam proyek Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Kepulauan.
Laporan KPP ini disusun dalam rangka pemenuhan salah satu syarat mata
kuliah Kerja Prakter Profesi (KPP) dan sebagai bukti bahwa mahasiswa bersangkutan
telah melaksanakan kerja praktek di salah satu instansi/lembaga yang diharapkan
dapat menjadi referensi terkait bagaimana pelaksanaan teknis kegiatan kerja di
lapangan. Laporan KPP ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran secara
langsung bagaimana hubungan teori yang dipelajari selama berada di bangku
perkuliahan dengan kegiatan profesi di lapangan.
Dalam penyusunan laporan dan pelaksanaan KPP ini, penulis banyak dibantu
oleh pihak-pihak terkait yang telah menampung dan membimbing penulis yang
mungkin masih memiliki banyak kekurangan. Penulis juga berterima kasih kepada
rekan-rekan setim serta tak lupa juga Dosen Pembimbing mata kuliah yang telah
membekali penulis terkait kegiatan praktek sebelum turun ke lapangan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan KPP ini, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan oleh penulis untuk
perbaikan ke depannya. Akhir kata, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Terima kasih
Gowa, 2023
Tachlil
iii
DAFTAR ISI
iv
3.4 Tenaga Ahli ................................................................................................... 13
3.5 Metodologi .................................................................................................... 14
3.6 Keluaran/Output ............................................................................................ 14
3.7 Jangka Waktu Pelaksanaan ........................................................................... 15
BAB IV TINJAUAN KEBIJAKAN ........................................................................... 18
4.1 Pengertian Dasar Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ........................... 18
4.2 Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah ................................................... 18
4.3 Fungsi dan Manfaat RTRW Kabupaten/Kota ............................................... 19
4.4 Tinjauan Kebijakan RTRW Kabupaten Banggai Kepulauan ....................... 20
4.4.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten............................. 20
4.4.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten................................... 21
BAB V KEGIATAN PROFESIONAL PRAKTIKAN ............................................... 33
5.1 Pembuatan Peta Dasar (Kegiatan Profesional 1) .......................................... 35
5.1.1 Uraian Kegiatan .......................................................................... 35
5.1.2 Hasil Kegiatan ............................................................................. 39
5.1.3 Lesson Learned ........................................................................... 41
5.2 Pembuatan Peta Tematik (Kegiatan Profesional 2) ...................................... 41
5.2.1 Uraian Kegiatan .......................................................................... 41
5.2.2 Uraian Kegiatan .......................................................................... 42
5.2.3 Lesson Learned ........................................................................... 45
5.3 Analisis Ekonomi Wilayah (Kegiatan Profesional 1) ................................... 45
5.3.1 Uraian Kegiatan .......................................................................... 45
5.3.2 Hasil Kegiatan ............................................................................. 49
5.3.3 Lesson Learned ........................................................................... 51
5.4 Analisis Jasa Lingkungan Hidup (Kegiatan Profesional 4) .......................... 51
5.4.1 Uraian Kegiatan .......................................................................... 51
5.4.2 Hasil Kegiatan ............................................................................. 55
5.4.3 Lesson Learned ........................................................................... 59
5.5 Analisis Transportasi (Kegiatan Profesional 5) ............................................ 59
v
5.5.1 Uraian Kegiatan .......................................................................... 59
5.5.2 Hasil Kegiatan ............................................................................. 67
5.5.3 Lesson Learned ........................................................................... 67
BAB VI PENUTUP .................................................................................................... 68
6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 68
6.2 Lesson Learned ............................................................................................. 69
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nama dan Jabatan Struktur Organisasi Dinas PUPR Kab.
Banggai Kepulauan……………………………………………… 10
Tabel 3.1 Deskripsi Proyek……………………………………………..…. 12
Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Proyek…………………………………… 16
Tabel 5.1 Hasil Analisis LQ……………………………………………….. 38
Tabel 5.2 Hasil Analisis DLQ……………………………………………… 39
Tabel 5.3 Distribusi Luas Bentuk Lahan Kabupaten Banggai Kepulauan… 51
Tabel 5.4 Distribusi Luas Vegetasi Kabupaten Banggai Kepulauan……… 51
Tabel 5.5 Distribusi Penutupan Lahan Kabupaten Banggai Kepulauan…… 52
Tabel 5.6 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Penyediaan Pangan di
Kabupaten Banggai Kepulauan…………………………………. 54
Tabel 5.7 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Penyediaan Air di Kabupaten
Banggai Kepulauan……………………………………………… 54
Tabel 5.8 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara di Kabupaten Banggai Kepulauan……………… 55
Tabel 5.9 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Iklim di
Kabupaten Banggai Kepulauan…………………………………. 55
Tabel 5.10 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Air di Kabupaten
Banggai Kepulauan…………………………………………….. 56
Tabel 5.11 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Pemurnian Air
dan Pengolahan Limbah di Kabupaten Banggai Kepulauan…… 56
Tabel 5.12 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pendukung di Kabupaten
Banggai Kepulauan……………………………………………. 57
Tabel 5.13 Ruas Jalan Kolektor Primer………...…………………………… 58
Tabel 5.14 Ruas Jalan Lokal Primer………...……………………………… 59
Tabel 5.15 Ruas Jalan Lokal Sekunder………...…………………………… 60
Tabel 5.16 Ruas Jalan Lingkungan Primer………...………..……………… 61
Tabel 5.17 Ruas Jalan Lingkungan Sekunder…..…..……………………….. 61
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan perubahan-perubahan tata ruang di wilayah kabupaten akibat semakin
pesatnya laju pembangunan sosial ekonomi.
RTRW merupakan kebutuhan operasionalisasi digital dalam sistem pelaksanaan
Online Single Submission (OSS) hal ini dijelaskan dalam PP nomor 24 tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Pasal 44 ayat
(1), (2), dan (3), sehingga pemerintah pusat memberikan berbagai kemudahan kepada
pemerintah Daerah Kabupaten/Kota untuk segera melaksanakan percepatan
penyusunan dokumen regulasi tata ruang sebagai payung hukum dalam pemberian
izin sekaligus instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
Kabupaten Banggai Kepulauan sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Tengah, memerlukan suatu kebijakan pengaturan ruang sebagai pengarah
perkembangan wilayah di masa mendatang. Kabupaten Banggai Kepulauan memiliki
banyak potensi, khususnya sektor pertanian, perkebunan, kelautan dan pariwisata,
tetapi keberadaan potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan
menyusun suatu rencana tata ruang yang mampu mengakomodasi potensi, dan
memperhatikan isu serta persoalan wilayah, maka diharapkan dapat tercipta suatu
pemanfaatan ruang yang optimal, resposif terhadap perkembangan dan tetap menjaga
keseimbangan dengan lingkungan.
Kabupaten Banggai Kepulauan secara umum mengalami perkembangan cukup
pesat pada kawasan perkotaannya khususnya pada kawasan perkotaan Salakan, di sisi
lain hal positif sebagai isu berkembang adalah masih adanya potensi sumber daya
yang belum termanfaatkan secara optimal, sehingga belum dapat mendukung upaya
pengembangan wilayah secara maksimal pula. Oleh karena itu, Kabupaten Banggai
Kepulauan dalam perkembangannya kini, dirasa perlu untuk melakukan menyusun
materi RTRW Kabupaten Banggai Kepulauan.
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan
diharapkan dapat memberikan arahan bagi pemerintah kabupaten dalam menetapkan
kebijakan pembangunan melalui program-program pembangunan yang mampu
mendorong pengembangan wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan dengan tetap
menjamin kelangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan wilayah
2
juga seyogyanya menjadi suatu kerangka untuk tindakan-tindakan bagi terbentuknya
suatu pembangunan lokal (local development), yang diartikan sebagai penumbuhan
suatu lokalitas secara sosial ekonomi dengan lebih mandiri berdasarkan potensi-
potensi yang dimilikinya. Dengan adanya rencana tata ruang wilayah juga
diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang memberikan tingkat kebebasan dan
tindakan yang lebih bervariasi, juga meningkatkan keterlibatan masyarakat yang lebih
besar dan peluang untuk adaptasi aktif-kreatif dan modifikasi.
Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan
ini juga diharapkan mampu merumuskan kebijakan pengembangan wilayah yang
mempertimbangkan asas manfaat, pemerataan, keseimbangan dan pertumbuhan serta
pelestarian, sesuai dengan tingkat kemampuan pengembangan wilayah dengan daerah
sekitarnya.
3
1.3 Manfaat KPP
adapun manfaat yang diharapkan dari KPP ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiwa mampu untuk memahami dan mengaplikasikan teori-teori maupun
aplikasi yang telah diperoleh/dipelajari selama perkuliahan dan praktik
perencanaan terutama dalam menggunakan aplikasi pendukung seperti ArcGIS
sesuai dengan kegiatan/proyek yang didalami;
2. Mahasiswa dapat meningkatkan wawasan dan pemahamannya terkait disiplin
ilmu perencanaan wilayah dan kota utamanya langkah-langkah sistematis
dalam mengerjakan suatu proyek terkait tata ruang;
3. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan dalam membangun profesionalisme
kerja dan networking di perusahaan/lembaga.
4
teori tersebut sebagai dasar pengaplikasian ilmu selama terlibat dalam kegiatan
profesional perencana.
BAB 5 Pengalaman Profesional Praktikan
Bab ini memuat tentang kegiatan profesional yang dilakukan praktikan selama
melakukan kerja praktek profesi.
BAB 6 Penutup
Bab ini memuat kesimpulan, lesson learned berisi hal yang didapatkan oleh praktikan
selama menjalani KPP dan saran yang direkomendasikan oleh praktikan terkait
dengan kegiatan pelaksanaan selama proses KPP.
5
BAB II
DESKRIPSI PROYEK DAN LEMBAGA
1. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak
diminati oleh penyedia barang/jasa
2. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai dengan
tugas pokok K/L/D/I.
3. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung
masyarakat setempat.
4. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan.
5. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar.
6. Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian
di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu
7. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan.
8. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
9. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan industri
almatsus dalam negeri.
10. Pekerjaan industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri.
6
11. Penelitian dan pengembangan dalam negeri.
Kerja sama antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Banggai Kepulauan dengan swakelola dan secara langsung penunjukan yang
disepakati dengan MoU. Dalam hal ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
(PUPR) melaksanakan kerjasama dalam kegiatan Tahapan Legalisasi Revisi Perda
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Banggai Kepulauan Tahun 2016-2036 untuk pekerjaan pengadaan jasa dengan
menggunakan metode swakelola tipe 1. Kerjasama swakelola ini dilaksanakan setelah
keluarnya surat keterangan Dinas PUPR Nomor 600/157.a/SPM/PUPR/VI/2022.
Surat ini ditandatangani langsung oleh Kepala Dinas PUPR Kabupaten Banggai
Kepulauan, yakni Asrin, S.T., M.Si.
7
Kepala Dinas
Sekretaris
Kelompok Jabatan Fungsional
Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang
Sumber Daya Air Bina Marga Cipta Karya Jasa Konstruksi Tata Ruang
Pengelola Sumber Daya Penata Kelola Jalan dan Penata Kelola Pembinsa Jasa Penata Ruang
Air Ahli Muda Jembatan Ahli Muda Penyehatan Lingkungan Konstruksi Ahli Muda Ahli Muda
Pengelola Sumber Daya Penata Kelola Jalan dan Penata Kelola Pembinsa Jasa Penata Ruang
Air Ahli Muda Jembatan Ahli Muda Penyehatan Lingkungan Konstruksi Ahli Muda Ahli Muda
= Penempatan Praktikan
8
Tabel 2.1 Nama dan Jabatan Struktur Organisasi Dinas PUPR Kab. Banggai Kepulauan
No Nama Jabatan
1 Asrin, S.T., M.Si Kepala Dinas
2 Tata Tadjudin, S.T. Sekretaris
Kepala Sub Bagian
3 Asrul Uwe, S.T.
Perencanan Program
Kepala Sub Bagian
4 William Wiem Jefri Nuno, S.Sos
Keuangan dan Aset
Kepala Sub Bagian
5 Murni Masso, S.M.
Umum dan Kepegawaian
Kepala Bidang Sumber Daya
6 Frangky Haryanto, S.T.
Air
7 Achmad Arba, S.T. Kepala Bidang Bina Marga
8 Sainudin, S.T. Kepala Bidang Cipta Karya
Kepala Bidang Jasa
9 Jasrun Hasan, S.T., M.A.P
Konstruksi
10 Hendra Dermawan, S.T., M.Si Kepala Bidang Tata Ruang
11 Moh. Farid Ladjim, S.T. Pengelola Sumber Daya Air
12 Hardianto I. Bukarim, S.T. Ahli Muda
13 Risgar Abdul Rahim, S.T.
Penata Kelola Jalan dan
14 Iswan Dangkua, S.T.
Jembatan Ahli Muda
15 Sixsanto A. Esa, S.T.
16 Sutarman Pakayamo, S.T.
Penata Kelola Penyehatan
17 Muh. Irpan Lapasang, S.T.
Lingkungan
18 Suhirman, S.T.
19 Jufri, S.T. Pembinsa Jasa Konstruksi
20 Hendra Moidady, S.T. Ahli Muda
21 Zuasri, S.T.
Penata Ruang
22 Mekson Samadake, A.Md
Ahli Muda
23 Andri Kismanto, S.T.
Sumber: Arsip Lembaga
9
RTRW tersebut. Tugas praktikan sebagai tenaga operasional dalam pelaksanaan
proyek yaitu terlibat dalam penyusunan draft laporan.
Praktikan
10
2.5 Tugas dan Fungsi Lembaga
2.5.1 Tugas
Menurut Perbup Banggai Kepulauan Nomor 57 Tahun 2018 pasal 3, Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki tugas membantu Bupati dalam
melaksanakan fungsi pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang.
2.5.2 Fungsi
Sehubungan dengan tugas yang dijelaskan pada pasal 3 Perbup Banggai
Kepulauan No. 57 Tahun 2018, dinas pekerjaan umum dan penataan ruang
mempunyai fungsi antara lain:
1. Perumusan kebijakan di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang
4. Pelakasanaan administrasi dinas di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya
11
BAB III
URAIAN KEGIATAN PROYEK
12
3.2.3 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen revisi RTRW Kabupaten
Banggai Kepulauan dengan tetap memperhatikan aspek pengembangan wilayah,
dalam rangka mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
2. Ahli Pemetaan
Sekurang-kurangnya S1 bidang pemetaan dan memiliki pengalaman 3 tahun,
sebanyak 1 orang.
13
3. Ahli Ekonomi Wilayah
Sekurang-kurangnya S1 di bidang ekonomi wilayah dan memiliki pengalaman 3
tahun, sebanyak 1 orang.
3.5 Metodologi
Data dan informasi pendukung diperoleh dengan melakukan survei primer dan
sekunder dalam bentuk:
1. Data sekunder, diperoleh melalui kunjungan instansi untuk memperoleh data
kondisi sosial ekonomi dan kondisi wilayah perencanaan yang akan
diidentifikasi.
2. Data primer, diperoleh melalui survei lapangan untuk melihat kondisi fisik dan
menggali aspirasi dan motivasi masyarakat rencana pembangunan Kabupaten
Banggai Kepulauan.
3.6 Keluaran/Output
Adapun Keluaran dari Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan, adalah sebagai berikut:
1. Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) RTRW.
2. Dokumen materi teknis.
3. Dokumen naskah akademik.
14
4. Dokumen fakta dan analisa.
5. Album peta dan Gdb.
6. Tujuh muatan strategis Kab. Banggai Kepulauan.
7. Tabel pemeriksaan mandiri.
8. Tabel sanding Ranperda RTRW dengan Perda RTRW.
9. Tabel sanding Ranperda RTRW Banggai Kepulauan dengan RTRW Provinsi.
10. Berita acara pemeriksaan pet*a dasar BIG.
15
Tabel 3.2 Pelaksanaan Kegiatan Proyek
Bulan Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7
Tahap Persiapan
1. Pembentukan tim penyusun
2. Kajian awal data sekunder
2. Kedudukan dan peran daerah provinsi, daerah kabupaten atau kota dalam wilayah yang
lebih luas
16
7. Analisis sebaran ketersediaan sarana dan prasarana
2. Pembahasan/evaluasi ranperda
17
BAB IV
TINJAUAN KEBIJAKAN
RPJM Provinsi
RDTR Kabupaten
18
4.3 Fungsi dan Manfaat RTRW Kabupaten/Kota
Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 11 ayat (2), pemerintah daerah
kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten.
Penataan tersebut meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kebupaten.
19
4.4 Tinjauan Kebijakan RTRW Kabupaten Banggai Kepulauan
4.4.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan pusat-pusat
permukiman (sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kabupaten, dan
mengintegrasikan wilayah kabupaten. Sistem perkotaan wilayah tersebut di atas dapat
berupa pusat perekonomian, rencana kota baru, simpul ekonomi baru, dan/atau
koridor ekonomi baru yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ruang,
keberlanjutan pembangunan, dan ketahanan masyarakat. Kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan
kriteria:
1. Berdasarkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Mempertimbangkan kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten
dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi dan pelestarian lingkungan;
3. Mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kabupaten;
4. Mengacu rencana struktur ruang wilayah nasional (RTRW nasional dan rencana
rincinya), rencana struktur ruang wilayah provinsi (RTRW provinsi), serta
memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Pusat kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. Mengadopsi pusat-pusat kegiatan yang kewenangan penetapannya berada
pada pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang berada di wilayah
kabupaten bersangkutan;
20
b. Memuat penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) serta Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL);
c. Harus berhirarki dan/atau berjejaring di dalam ruang wilayah kabupaten serta
saling terkait menjadi satu kesatuan sistem perkotaan; dan
d. Mempertimbangkan cakupan pelayanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan
perdesaan yang berada dalam wilayah kabupaten, yang meliputi pusat layanan
dan peletakan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang menunjang
keterkaitan fungsional antarpusat pelayanan.
6. Dapat ditransformasikan ke dalam penyusunan indikasi program utama jangka
menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun; dan
7. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten.
21
Rencana pola ruang wilayah kabupaten, terdiri atas:
1. Kawasan lindung
Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan
satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-
kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten, dapat terdiri
atas:
a. Badan air;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dapat
meliputi:
1) Kawasan hutan lindung, yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui surat
keputusan menteri yang berwenang di bidang kehutanan; dan/atau
2) Kawasan lindung gambut.
Berdasarkan PP No.23 Tahun 2021 yang termasuk Hutan Lindung, apabila
memenuhi kriteria:
a) Kawasan Hutan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas
hujan setelah masing- masing dikalikan dengan angka penimbang
mempunyai jumlah nilai lebih besar dari 175 (seratus tujuh puluh lima);
b) Kawasan Hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% (empat puluh
persen) atau lebih;
c) Kawasan Hutan yang berada pada ketinggian 2.000 m (dua ribu meter)
atau lebih di atas permukaan laut;
d) Kawasan Hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap erosi
dengan lereng lapangan lebih dari 15% (lima belas persen);
e) Kawasan Hutan yang merupakan daerah resapan air; danlatau
f) Kawasan Hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai.
3) Kawasan perlindungan setempat; Kawasan perlindungan setempat ini dapat
berupa sempadan, seperti sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan
22
danau/waduk/embung, dan sempadan mata air, serta dapat juga berupa
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di area perkotaan di dalam
wilayah kabupaten yang secara kaidah perpetaan dapat digambarkan dalam
skala RTRW kabupaten.
c. Kawasan konservasi, dapat meliputi:
Berdasarkan PP No.23 Tahun 2021 Kawasan Hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
1) Kawasan Suaka Alam (KSA), dapat meliputi:
a) Cagar alam;
b) Cagar alam laut;
c) Suaka margasatwa; dan/atau
d) Suaka margasatwa laut.
2) Kawasan Pelestarian Alam (KPA), dapat meliputi:
a) Taman nasional;
b) Taman hutan raya;
c) Taman wisata alam; dan/atau
d) Taman wisata alam laut
3) Kawasan taman buru;
Berdasarkan PP No.23 Tahun 2021 yang termasuk kawasan taman buru
yaitu kawasan hutan yang yang ditetapkan sebagai wisata berburu Taman
Buru, apabila memenuhi kriteria:
a) Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan;
dan/ atau
b) Terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi rekreasi, olahraga,
dan kelestarian satwa.
4) Kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dapat
meliputi:
23
a) Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil, yang dapat meliputi:
(i) Suaka pesisir;
(ii) Suaka pulau kecil;
(iii) Taman pesisir; dan/atau
(iv) Taman pulau kecil.
b) Kawasan konservasi maritim yang, yang dapat meliputi:
(i) Daerah perlindungan adat maritim; dan/atau
(ii) Daerah perlindungan budaya maritim.
c) Kawasan konservasi perairan.
Kawasan taman nasional laut (apabila ada), cagar alam laut, suaka
margasatwa laut, dan taman wisata laut dijelaskan di batang tubuh
Raperda dan di pola ruang, hanya bila terletak di wilayah pesisir.
24
(i) Kawasan cagar alam geologi, dapat meliputi:
- Kawasan keunikan batuan dan fosil;
- Kawasan keunikan bentang alam; dan/atau
- Kawasan keunikan proses geologi.
(ii) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, yang
berupa kawasan imbuhan air tanah;
f) Kawasan keunikan bentang alam karst digambarkan sebagai:
(i) Kawasan lindung dalam rencana pola ruang, apabila kawasan
tersebut akan dipertahankan sebagai kawasan berfungsi lindung,
dimana kegiatan lain yang diizinkan adalah kegiatan yang tidak
menganggu fungsi utama kawasan;
(ii) Kawasan pertampalan (overlay), apabila kawasan tersebut berada
di dalam kawasan hutan, memiliki fungsi utama selain sebagai
kawasan bentang alam karst, atau direncanakan sebagai kawasan
budidaya tertentu dengan tetap mempertahankan fungsi lindung
dari kawasan bentang alam karst, dimana ketentuan terkait fungsi
kawasan bentang alam karst ditambahkan dalam ketentuan khusus
kawasan yang bertampalan.
(iii)Menurut Permen ESDM No. 32 Tahun 2006 kawasan cagar alam
geologi adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk melindungi cagar alam geologi. Cagar alam geologi adalah
objek geologi yang terbentuk secara alami dan karena
keunikannya memerlukan upaya perlindungan.
(iv) Kawasan bentang alam karst, kawasan hutan bebatuan yang
mudah larut oleh air (kapur, dolotone, gamping, marmer, gipsu,),
bercekung dengan mata air dan sungai bawah tanah
6) Kawasan cagar budaya; dan/atau Kawasan cagar budaya digambarkan
sebagai:
25
a) Kawasan lindung dalam rencana pola ruang, apabila kawasan tersebut
akan dipertahankan sebagai kawasan berfungsi lindung, dimana
kegiatan lain yang diizinkan adalah kegiatan pendukung yang tidak
mengganggu fungsi utama kawasan;
b) Kawasan pertampalan (overlay), apabila kawasan tersebut memiliki
fungsi utama selain sebagai kawasan cagar budaya, atau direncanakan
sebagai kawasan budidaya tertentu dengan tetap mempertahankan
fungsi lindung dari kawasan cagar budaya, dimana ketentuan terkait
fungsi kawasan cagar budaya ditambahkan dalam ketentuan khusus
kawasan yang bertampalan.
c) Berdasarkan UU No.11 Tahun 2010, kawasan cagar budaya adalah
satuan ruang geografis yang memiliki dua situs cagar budaya atau
lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat
kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya,
struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya
di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,
agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
d. Kawasan ekosistem mangrove.
Menurut PP No. 73 Tahun 2012, ekosistem mangrove adalah kesatuan antara
komunitas vegetasi mangrove berasosiasi dengan fauna dan mikroorganisme
sehingga dapat tumbuh dan berkembang pada daerah sepanjang pantai terutama
di daerah pasang surut, laguna, muara sungai yang terlindung dengan substrat
lumpur atau lumpur berpasir dalam membentuk keseimbangan lingkungan hidup
yang berkelanjutan.
26
2. Kawasan budi daya
Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan di wilayah kabupaten yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, dapat terdiri atas:
a. Kawasan hutan produksi, meliputi:
1) Kawasan hutan produksi terbatas;
2) Kawasan hutan produksi tetap; dan/atau
3) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi.
Berdasarkan Permen LHK No.11 Tahun 2020, hutan produksi yang juga disebut
hutan tanaman rakyat merupakan hutan yang dibangun oleh kelompok
masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.
b. Kawasan perkebunan rakyat;
c. Kawasan pertanian, meliputi:
1) Kawasan tanaman pangan;
2) Kawasan hortikultura;
3) Kawasan perkebunan; dan/atau
4) Kawasan peternakan.
Di dalam kawasan pertanian ini dapat ditetapkan luasan dan sebaran Kawasan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) dengan kriteria sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, terkait penyelenggaraan urusan pemerintahan
bidang pertanian. Dalam hal persebaran KP2B dimuat dalam RTR Kabupaten,
penunjukan kawasannya dapat digambarkan dalam peta tersendiri dan akan
ditampalkan (overlay) dengan peta rencana pola ruang. Peta hasil penampalan
(overlay) sebagaimana dimaksud akan memiliki pengaturan tersendiri yang
menambahkan aturan dasar masing-masing kawasan. Aturan ini akan tercantum
dalam ketentuan umum zonasi.
d. Kawasan perikanan, meliputi:
1) Kawasan perikanan tangkap; dan/atau
27
2) Kawasan perikanan budi daya; kawasan perikanan dilengkapi dengan sarana
penunjang berupa terminal khusus (pelabuhan) perikanan dan tempat
pelelangan ikan.
e. Kawasan pergaraman;
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2016 Pergaraman adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pra produksi, produksi, pasca produksi, pengolahan, dan
pemasaran garam.
f. Kawasan pertambangan dan energi, meliputi:
1) kawasan pertambangan mineral, meliputi:
a) Kawasan pertambangan mineral radioaktif;
b) Kawasan pertambangan mineral logam;
c) Kawasan pertambangan mineral bukan logam; dan/atau
d) Kawasan pertambangan batuan.
2) Kawasan pertambangan batubara; Kawasan pertambangan batubara
digambarkan sebagai:
a) Kawasan pertambangan minyak dan gas bumi;
b) Kawasan panas bumi; dan/atau
c) Kawasan pembangkitan tenaga listrik
Kawasan pertambangan dan energi digambarkan sebagai:
(i) Kawasan budidaya dalam rencana pola ruang, apabila kawasan
tersebut merupakan atau direncanakan menjadi kegiatan hilir dari
pertambangan minyak dan gas bumi, atau pada kawasan tersebut
telah dilakukan kegiatan operasi produksi pertambangan mineral
dan batubara, dimana kegiatan lain yang diizinkan adalah kegiatan
pendukung yang tidak mengganggu fungsi utama kawasan.
(ii) Kawasan pertampalan (overlay), apabila pada kawasan tersebut
terdapat potensi pertambangan mineral dan batubara, dapat berupa
Wilayah Pertambangan (WP), Wilayah Usaha Pertambangan
(WUP), dan lain-lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
28
di bidang pertambangan. Ketentuan terkait pelaksanaan kegiatan
pertambangan dan kegiatan lain di kawasan yang bertampalan
dengan kawasan potensi pertambangan mineral dan batubara, diatur
lebih lanjut dalam ketentuan khusus.
7) Kawasan peruntukan industri;
Menurut PP No. 142 Tahun 2015, kawasan peruntukan industri adalah bentangan
lahan yang diperuntukkuan bagi kegiatan industri berdasarkan RTRW yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
8) Kawasan pariwisata;
Berdasarkan UU No.10 Tahun 2009, kawasan pariwisata merupakan
pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman,
keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk
berwisata.
9) Kawasan permukiman, meliputi:
1) Kawasan permukiman perkotaan; dan/atau dalam merencanakan kawasan
permukiman perkotaan harus sudah mempertimbangkan ruang-ruang yang
akan diperuntukan sebagai ruang terbuka hijau yang akan digambarkan dan
didetailkan pada saat penyusunan rencana detail tata ruang.
2) Kawasan permukiman perdesaan.
10) Kawasan transportasi;
Berdasarkan PP No.10 Tahun 2021, kawasan trasportasi berupa:
1) Akses ke dan dari Jalan tol; Pelabuhan;
2) Bandar udara;
3) Terminal;
4) Stasiun kereta api;
5) Tempat penyimpanan kendaraan;
6) Fasilitas parkir untuk umum; dan/atau
7) Infrastruktur lain yang dapat menimbulkan bangkitan dan/atau tarikan lalu
lintas.
29
11) Kawasan pertahanan dan keamanan. Kawasan pertahanan dan keamanan
digambarkan sebagai:
1) Kawasan budi daya dalam rencana pola ruang, apabila memiliki fungsi
utama sebagai kawasan pertahanan dan keamanan yang bersifat
tetap/permanen (seperti kantor/basis/pangkalan militer, tempat penyimpanan
senjata/amunisi atau peralatan militer lainnya, dll.), dimana kegiatan lain
yang diizinkan adalah kegiatan pendukung sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan bidang pertahanan dan keamanan;
2) Kawasan pertampalan (overlay), apabila fungsi kawasan pertahanan dan
keamanan bersifat sementara/temporer pada kawasan lindung atau kawasan
budi daya selain kawasan pertahanan dan keamanan, dimana ketentuan
kegiatan terkait fungsi pertahanan dan keamanan ditambahkan dalam
ketentuan khusus kawasan yang bertampalan.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten digambarkan dalam peta sebagai lampiran
peraturan daerah dengan mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Digambarkan dalam beberapa lembar peta dengan ketelitian peta 1:50.000 yang
tersusun secara beraturan mengikuti indeks peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau
mengikuti ketentuan instansi yang berwenang di bidang pemetaan dan data
geospasial.
2. Dilengkapi dengan peta yang menunjukkan satu cakupan wilayah secara utuh
dengan menggunakan format landscape atau portrait sesuai dengan bentuk
wilayah dan mencantumkan nomor indeks peta yang berada di dalam wilayah
tersebut.
3. Dalam peta rencana pola ruang wilayah kabupaten perlu ditampilkan juga unsur
dasar peta (batas administrasi, danau, sungai, dan garis pantai) rencana jaringan
jalan baik dalam bentuk garis atau polygon sesuai dengan ketentuan penyajian
peta.
4. Kawasan lindung dan kawasan budidaya yang berukuran minimal 6,25 ha harus
tergambar dalam bentuk poligon di peta rencana pola ruang RTRW kabupaten.
30
Dalam hal kawasan lindung dan kawasan budidaya berukuran kurang dari 6,25
ha, dapat digambarkan dalam bentuk poligon jika memiliki nilai strategis dan/atau
memiliki penetapan dalam bentuk peraturan perundangan;
5. Pada peta rencana pola ruang terdapat ketentuan tambahan sebagai berikut:
a. Pada kawasan hutan yang diusulkan perubahan peruntukan dan/atau fungsi
kawasan hutannya, dan pada saat penetapan peraturan daerah tentang
RTRW Kabupaten belum disepakati, penggambaran di dalam peta rencana
pola ruang menggunakan ketentuan holding zone, yaitu “kode kawasan
hutan/kode kawasan yang diusulkan”;
b. Pada kawasan pertanian (tanaman pangan) yang diusulkan untuk
dialihfungsikan menjadi kawasan peruntukan lain, dan pada saat proses
penetapan peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten belum disepakati,
penggambaran di dalam peta rencana pola ruang menggunakan ketentuan
holding zone, yaitu “kode kawasan pertanian/kode kawasan yang
diusulkan”. Holding zone pada kawasan ini tidak berlaku untuk kawasan
yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
c. Pada kawasan perairan pesisir atau badan air berupa sungai yang diusulkan
untuk diilakukan reklamasi menjadi kawasan peruntukan lain, dan pada
saat penetapan peraturan daerah tentang RTRW Kabupaten belum
disepakati, penggambaran di dalam peta rencana pola ruang menggunakan
ketentuan holding zone, yaitu “kode kawasan semula/kode kawasan yang
diusulkan”;
d. Pada kawasan hutan yang di dalamnya terdapat Izin Pinjam Pakai Kawasan
Hutan (IPPKH)/Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH)
penggambaran di dalam peta rencana pola ruang menggunakan ketentuan
“kode kawasan hutan/kode kawasan yang telah diberikan izinnya”.
e. Simbolisasi dan penyajian peta rencana pola ruang wilayah kabupaten
mengacu pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tentang Pedoman Penyusunan Basis Data dan
31
Penyajian Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota, serta Peta Rencana Detail Kabupaten/Kota; dan
f. Mengikuti ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
32
BAB V
KEGIATAN PROFESIONAL PRAKTIKAN
33
Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Banggai Kepulauan
Peta Dasar:
Peta perairan
Peta Tematik:
Peta morfologi
Peta DAS
Analisis ekonomi
wilayah
Perencanaan
Keterlibatan
Penyusunan Laporan dan Ranperda
praktikan
Penyerahan Laporan
34
5.1 Pembuatan Peta Dasar (Kegiatan Profesional 1)
5.1.1 Uraian Kegiatan
Praktikan ditugaskan untuk membuat peta dasar yang termasuk dalam
delineasi kawasan perencanaan. Peta dasar dibuat dengan melakukan digitasi terlebih
dahulu. Digitasi merupakan tahap membuat kenampakan bangunan/kondisi eksisting
dengan model Polygon maupun Polyline yang nantinya akan diisikan dengan
informasi sesuai dengan kebutuhan data pada atribut tabelnya. Berikut ini proses
pembuatan peta dasar oleh praktikan:
35
b. Setelah membuka fitur ArcCatalog atau Toolbars Catalog (pada
aplikasi ArcMap) > pilih di folder mana kita akan menaruh shapefile baru
kita.
c. Setelah kita menentukan di folder mana kita akan menaruh shapefile baru
tersebut, selanjutnya adalah klik kanan pada folder yang terpilih > pilih new
> pilih shapefile.
d. Setelah itu, akan muncul kotak dialog shapefile. Pada bagian name isi dengan
nama shapefile yang akan kita buat (misal: Bangunan) > pada bagian feature
type bias disesuaikan dengan apa yang sekiranya akan kita buat. Feature type
36
point untuk membuat landmark atau tanda, polygon untuk membuat guna
lahan atau hal lain yang sekiranya membentuk suatu kawasan, dan polyline
untuk membuat jalan atau batas administrasi atau hal-hal lain yang sekiranya
hanya berbentuk garis. Untuk database kita memilih tipe polygon pada
feature type point-nya
e. Setelah mengisi kolom name dan feature type, klik Edit > klik Geographic
Coordinate System > klik Projected Coordinate Systems > klik UTM > klik
WGS 1984 > klik Southern Hemisphre > klik WGS 1984 UTM Zone 51N >
klik OK.
37
Gambar 5.8 Menentukan koordinat yang digunakan
Sumber: Aplikasi ArcMap, 2022
f. Setelah mengklik Polygon, kita sudah bisa memulai digitasi pada peta dasar.
Dan memasukan SHP yang ada. Klik kawasan mana yang akan kita digit pada
peta dasar, setelah selesai pada satu kawasan, Double Klik pada akhir digitasi.
Jika dirasa sudah cukup, klik Editor lalu Stop Editing (jika kita klik Stop
Editing maka akan muncul Windows Save untuk Editing, klik Yes jika kita
ingin menyimpan hasil digitasi pada shapefile, klik No jika tidak ingin
menyimpan, klik cancel jika ingin melanjutkan digitasi).
38
Gambar 5.9 Tampilan tab pada aplikasi
Sumber: Aplikasi ArcMap, 2022
39
Gambar 5.10 Peta perairan Kabupaten Banggai Kepulauan
40
Gambar 5.11 Kegiatan pembuatan peta bersama tim
41
ditugaskan untuk membuat peta tematik yang merupakan lanjutan dari peta dasar.
Peta tematik merupakan peta yang hanya menampilkan sebagian permukaan bumi
atau kenampakan bumi tertentu yang ingin ditampilkan yang dibuat dengan tujuan
khusus.Peta tematik dibuat berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. Langkah-
langkah dalam pembuatan peta tematik sama dengan pada saat pembuatan peta dasar.
Peta dibuat menggunakan aplikasi ArcGIS. Berikut merupakan hasil-hasil pembuatan
peta tematik.
42
Gambar 5.12 Peta daerah aliran sungai Kabupaten Banggai Kepulauan
43
Gambar 5.13 Peta morfologi Kabupaten Banggai Kepulauan
44
5.2.3 Lesson Learned
Pada kegiatan profesi ini, praktikan bertugas untuk mendigitasi wilayah kajian
sesuai tema khusus. Dalam kegiatan ini, praktikan mendapatkan banyak pelajaran
terkait bagaimana cara mengaplikasikan software/aplikasi ArcMap, mulai dari cara
mengunduh citra satelit, membuat shapefile hingga menghasilkan sebuah digitasi peta
tematik, berupa jalan, titik-titik jembatan, titik-titik pelabuhan, dan lain-lain.
Proses pendigitasian ini, tidak hanya menambah wawasan praktikan dalam
menggunakan aplikasi ArcMap, tetapi juga menanamkan sikap sabar, kerapian serta
ketelitian kepada praktikan, dikarenakan dalam proses pendigitasian ini, praktikan
harus mendigit jalan-jalan yang jumlahnya cukup banyak, sehingga memerlukan
kesabaran, kerapian, serta ketelitian.
45
dari waktu ke waktu. Naik turunnya DLQ dapat dilihat untuk sektor tertentu pada
dimensi waktu yang berbeda.
1. Location Quotient (LQ)
Sumber data yang digunakan dalam melakukan analisis ini merupakan
data sekunder yang tersedia di BPS Kabupaten dan Provinsi tahun 2020. Dalam
menentukan LQ sektor unggulan Kabupaten Banggai Kepulauan, data yang
dibutuhkan adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
dan Provinsi berdasarkan sektor-sektor ekonomi. Metode analisa LQ secara
umum yaitu sebagai berikut:
LQ= (𝑠𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟I𝑗/PD𝑅𝐵𝑗)/(sektorI𝑘/𝑃𝐷𝑅𝐵𝑘)
Dimana:
SektorIj = sektor I pada daerah j
P47DRBj = PDRB pada daerah j
SektorIk = sektor I pada daerah yang lebih luas dari daerah j
PDRBk = PDRB pada daerah yang lebih luas dari derah j
46
Gambar 5.2 Tabel excel analisis LQ
47
2. Dinamic Location Quotient (DLQ)
Analisis DLQ merupakan bentuk modifikasi dari SLQ dengan
mengakomodasi besarnya PDRB dari nilai produksi sektor atau subsektor dari
waktu ke waktu. Metode DLQ diformulasikan sebagai berikut:
𝑗 𝑗
𝐷
Dimana:
gij = Laju pertumbuhan sektor I daerah j
gj = laju pertumbuhan daerah j
Gj= laju pertumbuhan sektor I wilayah yang lebih luas
G= laju pertumbuhan wilayah yang lebih luas
48
Gambar 5.3 Tabel excel analisis DLQ
49
Kabupaten Provinsi
LQ
No Lapangan Usaha Banggai Sulawesi
(2020)
Kepulauan Tengah
minum
J Informasi dan komunikasi 107.295,50 4.843.490 1,15
K Keuangan dan asuransi 63.765,90 2.459.060 1,34
L Real estate 51.339,50 1.902.490 1,40
M,N Jasa perusahaan 2.665,80 254.780 0,54
Pemerintahan, pertahanan,
O 141.546,30 6.467.250 1,14
dan jaminan sosial
P Jasa pendidikan 143.333,20 3.828.190 1,94
Q Jasa kesehatan 72.065,90 1.632.670 2,29
R,
Jasa lainnya 38.252,80 825.220 2,40
S,T,U
Sumber: Hasil analisis, 2021
50
DLQ
No Lapangan Usaha
(2020)
K Keuangan dan asuransi 1,12
L Real estate 1,07
M,N Jasa perusahaan 1,07
O Pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial 1,04
P Jasa pendidikan 1,06
Q Jasa kesehatan 1,07
R, S,T,U Jasa lainnya 1,08
Sumber: Hasil analisis, 2021
51
(spatial), sehingga daya dukung dapat disajikan secara informatif dengan
menggunakan peta yang mampu menunjukkan sebaran, luasan serta mudah untuk
diintegrasikan pada perencanaan pembangunan suatu wilayah di Kabupaten Banggai
Kepulauan. Terdapat tiga parameter yang digunakan untuk mengetahui jasa
lingkungan suatu wilayah, yaitu karakteristik bentuk lahan, tipe vegetasi alami dan
penutupan lahan.
Data karakteristik bentuk lahan, tipe vegetasi alami dan penutupan lahan
Kabupaten Banggai Kepulauan diperoleh dari data sekunder yang berasal dari data
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2018, Kabupaten Banggai Kepulauan. Berikut
merupakan klasifikasi bentuk lahan, jenis vegetasi, dan penutup lahan di Kabupaten
Banggai Kepulauan.
52
Tabel 5.4 Distribusi Luas Vegetasi Kabupaten Banggai Kepulauan
Luas
No Bentuk Lahan
(Ha) (%)
Vegetasi hutan batugamping monsun pamah pada
1 39.557,19 16,71%
bentang alam karst
Vegetasi hutan batugamping monsun pegunungan
2 15.513,77 6,55%
pada bentang alam karst
3 Vegetasi hutan batugamping pamah monsun 28.971,69 12,24%
Vegetasi hutan batugamping pamah monsun
4 1.038,04 0,44%
merangas pada bentang alam karst
Vegetasi hutan batugamping pamah pada bentang
5 69.891,90 29,53%
alam karst
Vegetasi hutan batugamping pegunungan pada
6 2.440,87 1,03%
bentang alam karst
7 Vegetasi hutan pamah (non dipterokarpa) 67.721,13 28,61%
8 Vegetasi hutan pamah monsun malar hijau 641,08 0,27%
9 Vegetasi hutan pantai 7.396,01 3,12%
10 Vegetasi hutan pantai monsun 769,66 0,33%
11 Vegetasi hutan pegunungan bawah 1.725,60 0,73%
12 Vegetasi terna tepian sungai 1.043,74 0,44%
Grand Total 236.710,69 100,00%
53
dasarnya, metode ini merupakan metode sederhana dengan cara menjumlahkan hasil
perkalian bobot dan skor dari masing-masing parameter. Model matematik yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Jasa lingkungan = f {Bentang Lahan, Vegetasi, Penutup Lahan}
= (wbl x sbl) + (wveg x sveg) + (wpl x spl)
Keterangan:
wbl : bobot bentuk lahan
sbl : skor bentuk lahan
wveg : bobot vegetasi
sveg : skor vegetasi
wpl : bobot penutup lahan
spl : skor penutup lahan
Hasil perhitungan akan menghasilkan indeks jasa lingkungan hidup dengan
rentang indeks 1 sampai 5. Indeks ini kemudian diklasifikasikan ke dalam 5 kategori
dengan menggunakan skala likert. Nilai interval tiap kategori adalah 0,8 dari sangat
rendah hingga sangat tinggi. Adapun rentang nilai indeks yang digunakan sebagai
berikut:
a. Sangat tinggi = 4,21 - 5,00
b. Tinggi = 3,41 - 4,20
c. Sedang = 2,61 - 3,40
d. Rendah = 1,81 - 2,60
e. Sangat rendah = 1,00 - 1,80
Dalam kegiatan ini, praktikan menghitung tujuh jenis jasa lingkungan yang
memiliki keterkaitan dengan perencanaan dan pembangunan wilayah. Adapun jasa
lingkungan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Jasa lingkungan hidup penyediaan
a. Penyediaan pangan
b. Penyediaan air
2. Jasa lingkungan hidup pengaturan
54
a. Pemeliharaan kualitas udara
b. Iklim
c. Air
d. Pemurnian air dan pengolahan limbah
3. Jasa lingkungan hidup pendukung
b. Penyediaan air
Tabel 5.7 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Penyediaan Air di Kabupaten Banggai
Kepulauan
No Kecamatan Luas Wilayah Per Kelas Jasa Lingkungan (Ha)
55
Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
1 Buko - 775,89 9.596,29 10.711,40 123,92
2 Buko Selatan - - 2.290,04 9.226,16 122,48
3 Bulagi - - 5.598,87 18.735,95 660,78
4 Bulagi Selatan - - 9.629,75 26.585,58 62,00
5 Bulagi Utara - 4,57 10.417,72 26.737,56 322,50
6 Liang - - 6.729,84 6.177,37 357,63
7 Peling Tengah - - 5.250,80 6.155,23 2.000,83
8 Tinangkung - - 10.621,44 9.573,62 1.199,86
9 Tinangkung Selatan - - 11.187,05 4.717,53 938,63
10 Tinangkung Utara - 2,33 10.844,13 2.881,54 306,62
11 Totikum - - 14.322,52 1.058,87 159,06
12 Totikum Selatan 141,72 - 10.128,16 348,32 6,12
Grand Total 141,72 782,79 106.616,61 122.909,15 6.260,42
b. Iklim
56
Tabel 5.9 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Iklim di Kabupaten
Banggai Kepulauan
Luas Wilayah Per Kelas Jasa Lingkungan (Ha)
No Kecamatan Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
1 Buko - 11.790,61 9.218,74 198,15 -
2 Buko Selatan - 2.803,40 8.813,10 22,19 -
3 Bulagi - 17.963,66 7.000,25 31,70 -
4 Bulagi Selatan - 13.102,83 23.152,34 22,16 -
5 Bulagi Utara - 24.766,31 12.641,79 74,26 -
6 Liang - 3.421,97 9.824,11 18,77 -
7 Peling Tengah - 12.489,27 900,89 16,69 -
8 Tinangkung - 16.926,28 4.314,03 154,62 -
9 Tinangkung Selatan - 8.284,28 8.551,77 - 7,17
10 Tinangkung Utara - 9.997,43 3.775,40 261,79 -
11 Totikum - 10.121,02 5.309,77 58,08 51,58
12 Totikum Selatan - 5.899,52 4.706,83 17,97 -
Grand Total - 137.566,58 98.209,00 876,36 58,74
c. Air
Tabel 5.10 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Air di Kabupaten Banggai
Kepulauan
Luas Wilayah Per Kelas Jasa Lingkungan (Ha)
No Kecamatan Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
1 Buko 6.361,19 5.429,42 7.441,48 1.975,18 0,22
2 Buko Selatan 1.742,62 1.060,78 8.813,10 22,19 -
3 Bulagi 3.738,90 14.224,75 7.000,25 31,70 -
4 Bulagi Selatan 6.428,27 6.674,56 23.152,34 22,16 -
5 Bulagi Utara 6.000,05 18.766,27 12.641,79 74,26 -
6 Liang 1.467,28 1.954,69 8.365,13 1.477,74 -
7 Peling Tengah 1.254,33 11.234,94 568,16 343,99 5,43
8 Tinangkung 4.334,54 12.591,74 1.763,22 2.705,43 -
9 Tinangkung Selatan 986,64 7.787,19 3.390,56 4.678,82 -
10 Tinangkung Utara 2.390,73 7.606,70 607,99 3.429,20 -
11 Totikum 374,82 10.335,74 164,81 4.641,61 23,47
12 Totikum Selatan - 5.899,80 34,01 4.672,53 17,97
Grand Total 35.079,38 103.566,58 73.942,83 24.074,81 47,08
57
d. Pemurnian air dan pengolahan limbah
Tabel 5.11 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Pengaturan Pemurnian Air dan
Pengolahan Limbah di Kabupaten Banggai Kepulauan
Luas Wilayah Per Kelas Jasa Lingkungan (Ha)
No Kecamatan Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
1 Buko - - 2.280,73 8.881,04 10.045,72
2 Buko Selatan - - - 1.060,78 10.577,90
3 Bulagi - - - 14.224,75 10.770,85
4 Bulagi Selatan - - - 6.674,56 29.602,77
5 Bulagi Utara - - - 19.580,42 17.901,94
6 Liang - - 691,71 2.727,67 9.845,46
7 Peling Tengah - - 5.017,21 6.555,94 1.833,70
8 Tinangkung - - 7.798,73 7.411,41 6.184,78
9 Tinangkung Selatan - - 7.297,64 5.027,21 4.518,37
10 Tinangkung Utara - - 7.115,89 3.675,89 3.242,84
11 Totikum - - 9.164,58 5.775,23 600,64
12 Totikum Selatan - 141,72 5.757,80 4.690,79 34,01
Grand Total - 141,72 45.124,30 86.285,69 105.158,98
Tabel 5.12 Distribusi Jasa Lingkungan Hidup Jasa Lingkungan Hidup Pendukung di
Kabupaten Banggai Kepulauan
Luas Wilayah Per Kelas Jasa Lingkungan (Ha)
No Kecamatan Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
1 Buko - 11.790,61 650,96 7.740,60 1.025,33
2 Buko Selatan - 2.803,40 2.285,86 5.583,68 965,74
3 Bulagi - 17.963,66 52,69 6.884,69 94,57
4 Bulagi Selatan - 13.102,83 205,67 17.982,45 4.986,37
5 Bulagi Utara - 24.766,31 610,36 9.601,81 2.503,87
6 Liang - 3.421,97 2.254,05 6.374,52 1.214,30
7 Peling Tengah - 12.489,27 18,89 898,69 -
8 Tinangkung - 16.926,28 39,49 2.653,07 1.776,09
9 Tinangkung Selatan - 8.773,83 171,93 5.292,70 2.604,75
10 Tinangkung Utara 2,33 9.995,10 25,47 3.176,63 835,09
11 Totikum - 10.710,56 83,76 4.620,38 125,76
12 Totikum Selatan 141,72 5.758,09 2,96 4.690,40 31,15
58
Grand Total 144,05 138.501,91 6.402,09 75.499,61 16.163,02
59
Bangunemo - Sambulangan 4,93
Bulagi - Bangunemo 10,40
Kambal – Bulagi 9,16
Kambani – Sabelak 22,35
Kautu – Palam 20,24
Liang – Alakasing 19,57
Lolantang – Kambal 7,26
Paisubatu – Kambani 32,22
Palam – Sambiut 24,00
Patukuki – Tolulos 19,88
Sabang – Baas 26,05
Sabelak – Lolantang 10,70
Salakan – Kautu 10,10
Sambulangan – Sabang 9,07
Tataba – Paisubatu 13,36
Tolulos – Liang 27,48
Total 393,59
Sumber: SK Gubernur Nomor: 620/932/Dinas Bina Marga-G-ST/2016
60
Nama Ruas Panjang (Km)
Komba Komba – Kuakon 8,19
Kombutokan – Salangano 11,66
Lolantang – Osan 17,66
Lopito – Sampaka 5,48
Luksagu – Batang Babasal 15,14
Manggalai – Kuakon 6,84
Mansamat – Nulion 12,48
Montop – Komba-Komba 21,09
Palam – Salangano 13,81
Salakan – Bakatua 15,49
Salakan – Sasampean 13,57
Sambiut – Batang Babasal 7,39
Sambulangan – Montop 21,61
Tatakalai – Mata 13,35
Kayubet 3,47
Tidak Ada Nama Ruas (Jalan Lainnya) 12,75
Total 257,40
Sumber: SK Gubernur Nomor: 620/932/Dinas Bina Marga-G-ST/2016
61
Sambiut 2,61
Tataba 2,81
Bolonan 1,05
Malanggong 1,73
Ponding-Ponding 3,56
Sakai 0,90
Tatkalai 4,35
Dalam Kota Salakan 31,02
Tidak Ada Nama Ruas (Jalan Lain) 44,86
Total 124,32
Sumber: SK Gubernur Nomor: 620/932/Dinas Bina Marga-G-ST/2016
62
Nama Ruas Panjang (Km)
Akses Mata Air Ponding-Ponding 2,44
Akses Perkuburan Tolon 0,80
Akses Rumah Sakit Pratama 0,60
Alternatif Desa Apal 1,85
Bakalan – Bungin 14,02
Batang Babasal 1,27
Bebek – Luk 8,22
Bulagi – Tolon 2,27
Bulungkobit - Bakalan 3,87
Bungin – Bulungkobit 2,79
Jalan Produksi Batangono 2,31
Jalan Produksi Okulo Potil 2,97
Jalan Produksi Talas Talas 3,64
Kalim – Longo Longo 3,93
Kambani – Batu Alambung 1,76
Kampung Baru – Tinangkung 1,94
Kanali – Danau Tendetung 4,55
Kokondong – Mbatong 5,50
Liang – Balayon 3,40
Lolantang 2,94
Lumbi Lumbia 5,70
Mansamat 6,32
Matamaling – Tatarandang 5,54
Meselesek – Boloi 1,78
Momo – Suboki 3,65
Montomisan – Unu 0,86
63
Nama Ruas Panjang (Km)
Okumel – Sondang 2,45
Oluno – Sumondung 2,53
Paisubatu – Eben 7,88
Pelabuhan Fery Boniton 1,18
Pipilogot – Kokondong 3,27
Ponding Ponding – Paisusinangkal 3,95
Sambulangan 6,19
Sapelang – Panangin 2,45
Sumondung – Peling 2,82
Tatendeng – Kokolomboi 5,03
Tobungku – Lobuton 1,82
Akses Air Bersih Bangunemo 0,88
Akses Air Bersih Lalanday 0,44
Ambelang 3,03
Apal 0,90
Bakalan 2,21
Bakalinga 1,97
Balalon 0,68
Balombong 1,19
Bampanga 0,81
Bangunemo 0,67
Binuntuli 0,17
Bobu 1,08
Bolubung 0,87
Bulungkobit 2,11
Bungin 1,87
64
Nama Ruas Panjang (Km)
Kambani 1,44
Kautu 0,81
Kinandal 1,47
Kolak 2,15
Kombutokan 4,79
Koyobunga 2,41
Labangun 0,51
Lalengan 0,79
Lalong 3,21
Leme Leme 0,45
Leme Leme Darat 0,65
Lopito 2,55
Luk 2,08
Luk Panenteng 1,01
Luksagu 5,22
Manggalai 0,87
Mata 2,42
Matamaling 0,75
Mele 1,94
Montop 2,68
Nulion 2,90
Okulo Potil 0,56
Ombuli 1,46
Paisubatu 1,27
Palam 4,88
Poganda 1,57
65
Nama Ruas Panjang (Km)
Polintang 0,48
Sabang 3,91
Saiyong 0,97
Salangano 0,52
Sampaka 2,71
Sobonon 0,99
Tatendeng 1,10
Tobing 1,02
Toi Toi 0,80
Tombos 0,95
Tidak Ada Nama Jalan 349,42
Total 567,21
66
5.5.2 Hasil Kegiatan
67
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Selama melakukan Kerja Praktek Profesi (KPP) pada Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banggai Kepulauan, praktikan dapat
menyimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan revisi RTRW
Kabupaten Banggai Kepulauan berdasarkan rekomendasi hasil kajian Peninjauan
Kembali RTRW Kabupaten Banggai Kepulauan, dengan tetap mempertimbangkan
dinamika pembangunan di Kabupaten Banggai Kepulauan. Peninjauan Kembali
RTRW Kabupaten Banggai Kepulauan adalah upaya untuk melihat kesesuaian antara
rencana tata ruang dan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan perkembangan
lingkungan strategis dan dinamika internal, serta pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Penyusunan RTRW mesti mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya terkait
kondisi geografis dan administrasi, kondisi kependudukan, kondisi fisik wilayah,
pemanfaatan lahan, kondisi ekonomi dan sosial, dan sebagainya. Hal tersebut
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan identifikasi peluang, potensi dan
kendala pada suatu wilayah yang akan direncanakan. Pengerjaan proyek harus
ditunjang dengan pedoman, standar, dan teori yang harus disesuaikan dengan apa
yang akan dikerjakan.
Setiap kegiatan profesional yang dilakukan oleh praktikan, dapat juga
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada kegiatan pembuatan peta dasar didapatkan peta perairan Kabupaten
Banggai Kepulauan yang berisi data perairan, seperti sungai, danau, dan garis
pantai.
2. Kegiatan pembuatan peta tematik menghasilkan peta morfologi dan peta DAS.
Peta morfologi berisi data terkait bentuk daratan akibat hasil proses geologi,
seperti dataran rendah, dataran tinggi, dan perbukitan. Peta DAS sendiri berisi
informasi terkait daerah-daerah yang dibatasi oleh pembatas topografi.
68
3. Analisis ekonomi yang dilakukan terdiri atas analisis Location Quotient (LQ) dan
analisis Dinamic Location Quotient (DLQ). Hasil yang didapatkan pada yaitu
sektor perdagangan memiliki nilai LQ tertinggi yaitu 2,84, dan sektor keuangan
dan asuransi memiliki nilai DLQ tertinggi yaitu 1,12.
4. Analisis daya dukung dan daya tampung jasa lingkungan hidup menghasilkan
data kemampuan lingkungan hidup secara keseluruhan, termasuk
menggambarkan keseimbangan antara manusia dan makhluk hidup lainnya. Jasa
lingkungan hidup yang didapatkan, yaitu jasa lingkungan hidup penyediaan, jasa
lingkungan hidup pengaturan, dan jasa lingkungan hidup pendukung.
5. Analisis transportasi menghasilkan gambaran terkait arus pergerakan yang terjadi
di Kabupaten Banggai Kepulauan.
69
Selain itu praktikan juga mendapatkan banyak pelajaran dari semua kegiatan
profesional yang dilakukan, yaitu antara lain:
70