Anda di halaman 1dari 17

TERAPI SYUKUR DALAM PENANGANAN INFERTILITAS

Studi Penerapan Terapi Syukur dalam Terapi Garis Dua Dengan Doa(GDDD)

Ila Listiyani (20191010031)


Magister Psikologi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak:
Aims: Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan sejauh mana peran terapi syukur dalam menurunkan
kecemasan sebgai akibat dari kasus infertilitas. Selain itu bagaimana akhirnya mampu mendapat bonus
garis dua (kehamilan). Metode: penelitian kualitatif fenomenologis dimana data didapat dari penelitian
library research, dengan melakukan pendekatan fenomenologis. Pengambilan data dengan teknik
wawancara dengan informan dan juga admin/pendamping terapi. Objek penelitian: 5 informan peserta
terapi syukur Garis Dua Dengan Doa (GDDD) yang berhasil mendapatkan kehamilan dan 1 informan yang
belum berhasil mendapatkan kehamilan setelah mengikuti terapi syukur dalam terapi Garis Dua Dengan
Doa (GDDD).
Hasil Penelitian: Setelah dilakukan 21 hari terapi syukur dengan mencatat segala kebaikan dari hal-halyang
kecil setiap malam sebelum tidur, kemudian menulis afirmasi diriyang positif, maka sebagian besar peserta
merasakan manfaat positif berupa kebahagiaan, ketentraman dan lebih ikhlas dan tentram menjalanai hidup,
yang kemudian meningkatkan kesejahteraan jiwa dan kesehatan fisik sehingga siap untuk hamil. Dan
akhirnya semula 5 peserta dengan usia perkawinan di atas 4 tahun dan sudah usaha ke dokter dan alternative
lain belum berhasil, akhirnya berhasil hamil.

Kata Kunci: infertilitas, self acceptance, terapi syukur

Pendahuluan
Pembahasan tentang syukur sebagai aspek psikologis positif semakin deras dibahas.
Syukur sendiri masuk dalam psikologi indegineous Islam yang mempunyai keunikan sendiri.1
Tidak semua perkawinan mampu menghasilkan keturunan. Padahal kelahiran anak dalam
suatu pernikahan merupakan dambaan setiap pasangan. Pernikahan diindikasikan berhasil
apabila mempunyai anak dan wanita menjadi sempurna tatkala memiliki peran sebagai ibu
(Triwijati & Andara, 2005; Kartono, 1992). Ditambah lagi paradigm masyarakat umumnya
mengganggap perempuan kodratnya adalah hamil dan melahirkan anak (Triwijati & Andara,
2005; Matlin, 2008). Singkatnya, sosok perempuan berkewajiban memiliki anak dan memainkan
perannya sebagai seorang ibu dalam keluarganya.
Kemampuan memiliki keturunan salah satu syarat utamanya memiliki tingkat fertilitas
(kesuburan) yang normal. (Kartono, 1992). Salah satu syarat utama seorang perempuan mampu
memiliki keturunan adalah kesuburan atau fertilitas (Kartono, 1992). Fertilitas dipahami sebagai
kondisi seorang perempuan untuk bisa hamil dan melahirkan anak dari suami atau pasangan
1
M Setyawan, M Adin Setyawan, and Ridho Riyadi, ‘PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SYUKUR MENURUT PSIKOLOGI
BARAT, ISLAM, DAN BUDAYA JAWA’, Al-Muaddib : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman, 5.2 (2020), 272–81
<https://doi.org/10.31604/muaddib.v5i2.272-281>.
yang juga memiliki kesuburan (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, & Setiati, 2006).
Sebaliknya, ketidakmampuan mengalami kehamilan dan melahirkan anak dinamakan sebagai
infertilitas. Istilah ini muncul saat ketidakmampuan memiliki keturunan setelah mengalami satu
tahun periode melakukan hubungan seksual tanpa adanya penggunaan alat kontrasepsi (Sudoyo,
dkk, 2006). 2
Ketidaksuburan (infertility) pada pernikahan merupakan masalah yang krusial. Laporan
tentang kasus infertilitas di berbagai Negara mengalami peningkatan. 3Dalam berbagai penelitian
baik di Indonesia maupun Turki, ketidaksuburan (infertility) baik pria dan wanita memiliki
sumbangsih yang sama besarnya yaitu 40%. Sedangkan hanya 20% kasus disebabkan oleh factor
suami dan istri secara bersamaan. 4
dan hampir di setiap Negara mempunyai kasus yang mirip
prosentatasenya. 5
Wanita yang infertile sering mengalami pengalaman hidup yang berat dan menjalani
krisis kehidupan yang kurang membahagiakan. Menurut Harkness (1987) wanita yang memiliki
pengalaman infertile diliputi perasaan dan emosi negative, tidak nyaman, seperti merasa kurang
berarti, sedih, kecewa, merasa bersalah, kehilangan kendali diri, dan kekesalan. Sangat umum
terjadi, wanita yang infertile mengalami life crisis. Namun, krisis kehidupan (life crisis) tersebut
bukan berarti akan dijalani sepanjang hidupnya.
Hubungan antara tekanan emosional dan infertilitas telah dipelajari oleh beberapa penulis
Gejala kejiwaan yang paling sering dilaporkan pada pasangan yang tidak subur adalah
kecemasan dan depresi. Ada 4 tahapan psikologis dalam infertilitas (psychological stages of
infertility) menurut Menning (dalam Harkness, 1987) berupa denial (penyangkalan) disertai
keterkejutan terhadap kondisi infertilnya. Yang selanjutnya berupa tahap kemarahan (anger)
pada orang-orang terdekat di sekitarnya, dengan disertai rasa frustasi, stress, iri dan tidak berdaya
serta putus asa.
Yang lebih parah yaitu selanjutnya akan mengarah pada perasaan duka (grief) yang
mendalam. Muncul dalam bentuk tangisan secara individu ataupun berpasangan. Dan mulai
bercerita kepada orang terdekat. Tahap ke empat yaitu munculnya penerimaan diri (self
acceptance) terhadap kondisinya. Yang kemudian membantu tahap selanjutnya berupa
resolution to infertility. Istilah resolution ini dimaknai sebagai kondisi seseorang yang sudah
menerima keadaannya dengan tetap muncul semangat untuk berusaha atau ikhtiar. Atau dalam
bahasa jawa dikenal istilah narimo ing pandum.

2
‘Konsensus Penanganan Infertilitas DAFTAR ISI - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/konsensus-penanganan-
infertilitas-daftar-isi-e57289484.html> [accessed 27 March 2021].
3
Astrini Arimurti Suhita and Subandi Subandi, ‘Peningkatan Kesejahteraan Psikologis Wanita Menikah Dengan
Gangguan Fertilitas Idiopatik Melalui Terapi Narima Ing Pandum’, Gadjah Mada Journal of Professional Psychology
(GamaJPP), 4.1 (2018), 42 <https://doi.org/10.22146/gamajpp.45348>.
4
Verda Tuzer and Altug, ‘Marital Adjusment in Infertility Couple’.
5
IAUI Himpunan endokrinologi dan infertilitas Indonesia (HIFERI), PERFITRI, ‘Konsensus Penanganan Infertilitas
DAFTAR ISI’.
Pengaruh psikologis dan isu social berdampak pada infertilitas, demikian juga sebaliknya.
Di berbagai hasil penelitian menunjukkan hal demikian. 6
Kecemasan dan depresi ini membuat
kesiapan fisik untuk hamil menjadi terganggu. Dan kesejahteraan psikologis pasangan terutama
wanita menurun bahkan sampai tingkat kesehatan terganggu dan menurun disebabkan tekanan
psikologis. (Haica, 2013; Xiaoli, et.al., 2015). Self Acceptance sebagai salah satu aspek dari syukur
(gratitude) dalam berbagai penelitian mampu mengatasi kecemasan dan depresi (Garcia, et.al,
2014). Dalam penelitian oleh mahasiswa kedokteran UI Detricia Tejawijaya dan melaporkan hasil
bahwa penerimaan diri atau self acceptance atas kondisi diri infertile mampu lebih membuat emosi
wanita lebih tenang, dan berakibat pada kesiapan individu untuk masuk tahap resolution to
infertility dan membuat keberhasilan program bayi tabung berhasil.7Sedangkan penelitian yang
dilakukan Dyani Petra Vilyani hanya menggambarkan bahwa hasil penelitian menunjukkan
gangguan psikopatologi pada program bayi tabung adalah kecemasan dan depresi. 8Penelitian yang
dilakukan oleh Suhita melaporkan bahwasanya terapi narimo Ing Pandum (NIP) sebagai hal yang
mirip dari self acceptance (penerimaan diri) dalam literature budaya Jawa, mampu meningkatkan
kesejahteraan psikologis wanita infertile.9
Dari berbagai laopran penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya masalah infertilitas
akan teratasi dengan lebih baik apabila kondisi kesejahteraan psikologis meningkat yang berefek
pada kesehatan jasmani sebagai bentuk kesiapan fisik untuk hamil juga sehat.
Ketika banyak pasangan stress dengan sudah berikhtiar melalui pengobatan dari dokter
berupa terapi obat- obatan, vitamin dan prosedur yang sudah disepakati oleh para dokter dalam
menangani infertilitas10 semuanya ternyata gagal. Pengobatan alternative tradisional dari pijat dan
juga jamu sudah dilakukan juga gagal. Maka kemudian muncul sikap pasrah/tawakal (surrender),
menerima (self acceptance) dan narimo ing pandum dengan mensyukuri dan menerima bahwasanya
semuanya kehendak Allah dan tidak melakukan pengobatan apapun, kecuali dengan syukur dan
pasrah, malah kemudian kehamilan yang ditunggu-tunggu datang. Dan akhirnya masalah infertilitas
selama bertahun-tahun dapat teratasi dengan baik. Walaupun ada yang 6 tahun, 7 tahun, 10 tahun,
bahkan ada yang 19 tahun pernikahan, dengan rentang usia wanita yang semakin rentan
kesuburannya bermacam-macam. Dari sini peneliti ingin membahas bagaimana intervensi Terapi
Syukur ini mampu mengatasi masalah persoalan infertilitas yang bertahun-tahun dengan banyak
biaya yang sudah dikeluarkan.

6
Mokanzi Atilla, ‘Az Infertilitás Hátterében Álló Genetikai Eltérések Vizsgálata És Klinikai Jelentősége by Mokánszki
Attila - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/az-infertilitás-hátterében-álló-genetikai-eltérések-vizsgálata-és-klinikai-
jelentősége-d61943538.html> [accessed 4 March 2021].
7
Detricia Tedjawidjaja and Michael Seno Rahardanto, ‘Antara Harapan Dan Takdir: Resolution To Infertility Pada
Perempuan Infertil’, EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia, 3.1 (2015), 109–19
<https://doi.org/10.33508/EXP.V3I1.783>.
8
Yang Memengaruhi and Pada Pasangan, Gambaran Psikopatologi Dan Faktor-Faktor Gambaran Psikopatologi Dan
Faktor-Faktor, 2014.
9
Suhita and Subandi.
10
‘Konsensus Penanganan Infertilitas DAFTAR ISI - PDF Drive’.
Konsep syukur (gratitude)
Dalam kamus American Heritage Dictionary of the English Language (2009) Bersyukur
(gratitude) berasal dari bahasa latin atau gratitude yang mempunyai arti pujian atau berterimakasih
(Pleasing and thankfulness).
Sesuai kamus American Heritage Dictionary of the English Language (2009) berupa
gratitude atau gratus yang mempunyai arti berterimakasih (thankfulness) atau pujian (pleasing).
Sedangkan sesuai kamus Bahasa Indoensia, rasa terimakasih (thankfulness) bisa dipadankan dengan
makna syukur. Syukur itu sendiri berasal dari Bahasa Arab yang bermakna ‘pujian atas kebaikan’
dan ‘penuhnya sesuatu’.
Dalam terminologi Bahasa Arab, kata syukur berasal dari kata ‫ َش َك َر يَ ْش ُك ُر‬memiliki dua
makna dasar terkait rasa berterima kasih dan membuka atau menampakkan. Pertama adalah pujian
karena kebaikan yang diperoleh, yakni merasa ridha dan puas sekalipun hanya sedikit. Kedua
adalah adanya perasaan telah dipenuhi kebutuhan kita dan disertai ketabahan. Dengan demikian,
makna-makna dasar itu menjelaskan arti bersyukur bahwa siapa yang merasa puas dengan sedikit
maka ia akan memperoleh yang lebih banyak (Amin, 2009).
Hal ini sesuai dengan Al-Qur’an bahwasanya barangsiapa banyak beryukur maka Allah
akan menambahnya dengan karuniaNYA, sedangkan apabila dia tidak bersyukur (berterimakasih)
atau kufur atas nikmat-nikmat Allah maka Allah akan mengancamnya. Sebagaimana disebutkan
dalam surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi.

‫َو إِ ْذ تَأَذَّ َن َربُّ ُك ْم لَئِ ْن َش َك ْرمُتْ ألَ ِزيْ َدنَّ ُك ْم َو اِ ْن َك َف ْرمُتْ اِ َّن َع َذايِب ْ لَ َش ِديْ ٌد‬
Dari ayat ini nanti kita akan lihat bagaimana syukur dengan nikmat sedikit berupa belum
dikaruniai anak, mampu menghasilkan dan memecahkan solusi infertilitas dengan adanya
kehamilan yang ditunggu-tunggu.
Peterson dan Seligman (2004) memaknai syukur hampir sama dengan makna bahasa arab
yaitu rasa terimakasih dan senang sebagai respon sudah diberi.

“Gratitude is a sense of thankfulness and joy in response to receiving a gift, whether


the gift be tangible benefit from a specifics other or a moment of peaceful bliss
evoked by natural beauty.” (Peterson & Seligman, 2004).

Selain itu, Emmons dan Shelton, dalam Snyder & Lopez (2005) mengemukakan bahwa:

“As a psychological state, gratitude is a felt sense of wonder, thankfulness, and


appreciation for life. It can be expressed toward others, as well as toward
impersonal (nature) or non-human sources (God, animals).” (Emmons & Shelton,
dalam Snyder & Lopez, 2005).
Jadi, aspek bersyukur terdiri dari suatu rasa takjub, berterima kasih, dan apresiasi terhadap
kehidupan yang dirasakan individu. Emmons dan Shelton (dalam Snyder & Lopez, 2005). Selain
itu, bersyukur dapat diekspresikan kepada orang lain dan obyek impersonal (Tuhan, alam, hewan,
dan sebagainya).

Dalam Islam cara bersyukur dengan 3 cara yakni bersyukur dengan hati, dengan membuka
dan menuculkan rasa terimakasih di dalam hati berupa kesadaran adanaya nikmat dari Allah. Yang
kedua, syukur dengan lisan. Dengan mengucapkan lafal Alhamdulillah dan terimakasih serta
mencatat nikmat-nikmat dan karunia pemberian dari Allah. Yang ketiga, syukur dengan perbuatan.
Dengan penuh kesadaran akan banyaknya karunia Allah, maka langkah nyata dengan perduli dan
memberi apa yang sedikit yang sudah diberi oleh Allah kepada yang lebih berhak dan layak untuk
diberi. 11Hal ini sesuai dengan hadits nabi tentang syukur yang artinya “Apabila tentang nikmat
dunia, maka lihatlah ke bawahmu. Sedang apabila tentang akhirat, lihatlah ke atasmu (yang lebih
taqwa).” Selain juga menjalankan semua syariat Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Aspek syukur

Fitzgerald (1998) mengatakan bahwa bersyukur terdiri dari tiga komponen, yaitu: (a)
perasaan apresiasi yang hangat terhadap seseorang atau sesuatu; (b) keinginan atau kehendak baik
(goodwill) yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu; dan (c) kecenderungan untuk bertindak
positif berdasarkan rasa apresiasi dan kehendak baik yang dimilikinya.

Menurut Fitzgerald (1998), ketiga komponen ini merupakan komponen yang saling
berkaitan dan tidak terpisahkan, karena seseorang tidak mungkin melakukan perilaku bersyukur
tanpa merasakan apresiasi di dalam hatinya. Selain Fitzgerald, Watkins dkk (2003) juga
mengemukakan empat karakteristik orang yang bersyukur. Menurut Watkins, dkk (2003), individu
yang bersyukur memiliki ciri: 1) tidak merasa kekurangan dalam hidupnya, 2) mengapresiasi
adanya kontribusi pihak lain terhadap kesejahteraan (well-being) dirinya, 3) memiliki rasa
penerimaan kecenderungan untuk menghargai dan merasakan kesenangan yang sederhana (simple
pleasure), yaitu kesenangan-kesenangan dalam hidup yang sudah tersedia pada kebanyakan orang,
seperti udara untuk bernafas, air untuk hidup sehari-hari, dan sebagainya, serta 4) menyadari akan
pentingnya mengalami dan mengekspresikan bersyukur.

Dalam empat penelitian, McCullough et al. (2002) secara luas meneliti korelasi dari
disposisi bersyukur dan mengembangkan GQ-6 (enam item, ukuran laporan diri dari disposisi
bersyukur). Orang yang sangat bersyukur, dibandingkan dengan rekan mereka yang kurang
bersyukur, cenderung mengalami emosi positif lebih sering, menikmati kepuasan hidup yang lebih
besar dan lebih banyak harapan, serta mengalami lebih sedikit depresi, kecemasan, dan iri hati.

11
Burhan Elfanny, Rahasia Dasyat di Balik Keajaiban Sabar, Syukur dan Shalat. (Yogyakarta: Pinang Merah Publisher, 2013), hal 92.
Mereka cenderung mendapat skor lebih tinggi dalam prososialitas dan lebih empati, pemaaf,
membantu, dan mendukung serta kurang fokus pada pengejaran materialistik, dibandingkan dengan
rekan mereka yang kurang bersyukur. Mereka mereplikasi temuan ini dalam sampel non-siswa
yang besar dan menunjukkan bahwa asosiasi tetap ada bahkan setelah mengontrol keinginan sosial
(Paulhus, 1998). 12

Peneliti lain sampai pada kesimpulan yang sama (Watkins, Woodward, Stone, & Kolts,
2003). Watkins dan rekannya merancang Gratitude Resentment and Appre ciation Test (GRAT),
ukuran laporan diri yang mengkonseptualisasikan rasa syukur sebagai kombinasi dari empat aspek:
menghargai para dermawan, menghargai pengalaman dan ekspresi syukur, merasakan lebih banyak
kelimpahan daripada kekurangan dalam hidup, dan menghargai kesenangan sederhana yang umum
lebih dari kesenangan yang berlebihan. Skor pada GRAT berhubungan positif dengan kepuasan
hidup dan berhubungan negatif dengan depresi. Dua alasan rasa syukur dikaitkan dengan penurunan
depresi adalah bahwa hal itu membantu individu mengalami emosi yang lebih positif dan secara
positif membingkai ulang situasi negatif atau netral (Lambert, Fincham, & Stillman, 2012). 13

Melihat lebih jauh terkait penelitian dengan variabel gratitude saat ini tidak terlepas dari
konstruk thankfulness, gratefulness, dan appreciative yang tergambar dalam skala Gratitude GQ-6
(McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). Thankfulness dan gratefulness dalam konsep gratitude
dijelaskan oleh Steindl -Rast (2004). Sedangkan aspek syukur dalam Islam menurut penelitian yang
dilakukan Handrix Cris Haryanto untuk mahasiswa Universitas Paramadina menghasilkan aspek
syukur yang agak berbeda dibandingkan aspek syukur ilmuwan barat yaitu berupa 14
aspek
transcendental kepada Tuhan untuk menimbulkan rasa syukur itu sendiri. Walaupun ada juga yang
Selain juga kesamaan aspek yang dihasilkan dari gratitude (syukur) yaitu penerimaan (self
acceptance), berterimakasih, menikmati, menghargai, memanfaatkan.

Dari pendapat fitgerzarld, Watkins dan temuan Handrix maka dapat diambil kesimpulan
bahwa komponen syukur yaitu penerimaan secara positif terhadap kondisi yang di luar kendali dia
dengan tanpa syarat, seperti belum adanya keturunan yang diharapkan, 2). Berterimakasih
(thankfullness) dan sense of appreciation atas segala nikmat yang sudah diberi walaupun sedikit
tanpa rasa mengeluh, 3) kecenderungan untuk berbuat positif sebagai reaksi syukur secara
perbuatan.

12
‘Hubungan Antara Syukur Dan Fungsi Psikologis, Sosial, Dan Akademik Dalam ... PDF (196 Halaman)’
<https://www.pdfdrive.com/the-relationship-between-gratitude-and-psychological-social-and-academic-functioning-
in-e21510776.html> [accessed 4 March 2021].
13
Graduate Theses and Michelle Denise Hasemeyer, Scholar Commons The Relationship between Gratitude and
Psychological, Social, and Academic Functioning in Middle Adolescence, 2013
<http://scholarcommons.usf.edu/etdhttp://scholarcommons.usf.edu/etd/4688> [accessed 4 March 2021].
14
Handrix Chris Haryanto and others, ‘SYUKUR SEBAGAI SEBUAH PEMAKNAAN’, 18.2 (2016), 109–18.
Terapi syukur

Definisi syukur menurut Ibn katsir berupa ucapan terimakasih. Dalam tafsir Jalalain
disampaikan oleh Jalal al -Din Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan Jalal al-Din Abd ar-
Rahman Abi Bakar al-Suyutiy bahwa makna syukur adalah berterimakasih kepada Allah SWT
segala nikmat-Nya.

Makna secara bahasa (etimologis) terapi semakna dengan kata “Syafa – Yasfi – Syifaan,
yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan. 15 Menurut Kamus Arab- Indonesia, syukur
diambil dari kata syakara, yaskuru, syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuriNya, memuji-
Nya. Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-Nya. Menurut
bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan segala
nikmat-Nya, baik di deskripsikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan
melalui perbuatan.

Berbicara tentang terapi maka berhubungan pengobatan atau syifa. Pengobatan dalam terms
barat adalah selalu berfokus pengobatan fisik dengan memberikan obat-obatan dan tindakan
operasi. Walaupun juga ada terapi psikologi berupa konseling dengan terapi kognitif salah
satunya.16Demikian juga pengobatan modern untuk mengatasi infertilitas juga mengedepankan
penanganan secara medis berupa pemberian obat ataupun tindakan inseminasi ataupun bayi tabung
(IVF). Seperti yang tercantum dalam buku konsensus penanganan infertilitas.17

Dalam Islam pengobatan dilakukan secara holistic. Karena manusia terdiri dari unsur
jasmani dan ruhani. Bahkan kebanyakan penyakit jasmani atau fisik bersumber dari penyakit
ruhani. Maka pengobatan yang dilakukan selain mengobati fisik juga mengobati ruhani dengan doa
dan juga terapi ruhiyah berupa memunculkan rasa syukur sehingga memunculkan perasaan yang
positif. Sejalan dengan pendapat Watkins (2004) bahwa pengaruh rasa syukur mampu
meningkatkan mutu kesehatan dan korelasinya sangat positif antara rasa syukur dan tingkat
religiusitas.18

Dalam Islam pengobatan sendiri bersumber Al-Quran, karena disebutkan bahwasanya Al-
Qur’an itu adalah syifa atau obat19. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

15
Muhammad Yunus, Kmus Bahasa Arab-Indonesia, (Pt. Hidakarya Agung, Jakarta, 1989), hal.120

16
Robert L Leahy, ‘Bilişsel Terapi ve Uygulamaları by Robert L. Leahy - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/bilişsel-
terapi-ve-uygulamaları-e177762327.html> [accessed 24 March 2021].
17
Himpunan endokrinologi dan infertilitas Indonesia (HIFERI), PERFITRI.
18
‘The Benefits of Gratitude in Spiritual Formation by Jens Uhder - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/the-
benefits-of-gratitude-in-spiritual-formation-d31059493.html> [accessed 4 March 2021].
19
‘BAB 3: KONSEP AL-SHIFĀ’ DAN PENYAKIT DALAM AL-QURAN DAN AL-SUNNAH MENURUT ... - PDF Drive’
<https://www.pdfdrive.com/bab-3-konsep-al-shifĀ-dan-penyakit-dalam-al-quran-dan-al-sunnah-menurut-
e54003339.html> [accessed 28 March 2021].218.
ِ ‫آن َما ُه َو ِش َفاءٌ لِّلن‬
‫َّاس‬ ِ ‫ونَُنِّز ُل ِمن الْ ُقر‬20
ْ َ َ
Maka terapi pengobatan yang dilakukan salah satunya dengan mengaktifkan dan melatih
kekuatan ruhaniyah dengan syukur, baik di dalam hati, ucapan dengan lafal ayat Al-Quran, dan
perbuatan dengan taat atas syariat Allah. Perilaku syukur merupakan salah satu bentuk kecerdasan
spiritual (spiritual quotient) yang bisa memberikan energi dahsyat bagi manusia dalam memperoleh
ketenangan dan kedamaian. Energi yang terdapat dalam zona syukur bisa membuat manusia tegar
dalam menghadapi semua ketentuan Tuhan, termasuk menerima ketentuan belum adanya anak
dalam perkawinan.

Terapi syukur merupakan pengembangan potensi fitrah yang menekankan pada kecerdasan
manusia dalam mendayagunakan segenap rezeki Tuhan dengan tetap berprasangka baik kepada
sang pencipta. 21Terapi syukur sebagai salah satu metode terapi dalam kesehatan sudah dikenal di
barat dengan menekankan pada self acceptance untuk mengatasi anxiety (kecemasan berlebih) juga
depresi.22 Tidak heran bila pola keterampilan yang berdimensi psikologis ini dapat disebut sebagai
sebuah miracle atau keajaiban yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya yang benar-benar
bertaqwa dan beriman dengan penuh keikhlasan.23

Memanfaatkan pemberian Tuhan dengan melakukan ketaatan terhadap syariat Allah secara
totalitas tanpa keluh kesah sebagai latihan mental merupakan pengertian dari Terapi Syukur. Terapi
syukur yang dibahas peneliti disini merupakan terapi syukur yang dicetuskan oleh Muhammad
Mufti C.Ht.C.Herb yang menangani permasalahan infertilitas bagi pasangan perkawinan dengan
massa perkawinan bervariatif, sekaligus rentang usia wanita bervariatif sebagai yang rentan
kesuburan seiring bertambahnya usia. Terapi ini melakukan program syukur terjadwal dengan
mencatat dan mensyukuri/menghargai hal-hal kecil diterima. Selain itu juga memberikan shadaqah
subuh sebagai bentuk syukur atas segala nikmat yang diberikan tuhan. Bahkan mensyukuri masalah
yang menjadi kendala terjadinya kehamilan.

Terapi syukur ini merupakan salah satu metode terapi kehamilan di dalam komunitas
program Garis Dua Dengan Doa (GDDD). Komunitas Program Hamil GDDD ini berpusat di
Yogyakarta dengan Mufti C.Ht. C.Herb sebagai foundernya dengan dibantu tim yang bertugas
sebagai coordinator setiap kelompok. Kelompok promil dengan GDDD ini menggunakan 12
metode terapi dengan didampingi meminum madu beedara sebagai pendamping suplemennya. 12
metode tersebut antara lain terapi syukur, terapi istighfar, terapi doa, terapi ruqyah, terapi SEFT,
20
Surat Fushilat ayat 17
21
Mohammad Takdir, ‘Kekuatan Terapi Syukur Dalam Membentuk Pribadi Yang Altruis: Perspektif Psikologi Qur’ani
Dan Psikologi Positif’, Jurnal Studia Insania, 5.2 (2017), 175–98 <https://doi.org/10.18592/jsi.v5i2.1493>.
22
John M. Chamberlain and David A.F. Haaga, ‘Unconditional Self-Acceptance and Psychological Health’, Journal of
Rational - Emotive and Cognitive - Behavior Therapy, 19.3 (2001), 163–76
<https://doi.org/10.1023/A:1011189416600>.
23
Takdir.
terapi vibrasi, terapi ruang kosong, terapi shadaqah subuh, terapi asy-syifa, terapi tabungan
kebaikan dan terapi quantum ikhlas. Penulis memfokuskan pada terapi syukur karena ini dilakukan
setiap hari dengan dicatat dan diucapkan dengan kontinyu, selain shadaqah subuh dan minum madu
bidara.

Banyak sekali pasangan yang mengalami masalah infertilitas ditandai dengan belum
dikarunainya anak yang kemudian berhasil hamil dengan menggunakan metode terapi ini.
Kebanyakan sudah menjalani pengobatan secara medis dan juga tradisonal. Diantara banyak
testimony keberhasilan mengatasi infertilitas diantaranya ada Neng Noyare yang sudah 22 tahun
menikah, Teh Lilis yang sudah 20 tahun perkawinan, Teh Ellis hamil usia 44 tahun, Ifa dari Cilacap
10 tahun pernikahan, Heny usia pernikahan 7 tahun dengan suami varikokel dan astheno, Naura 42
tahun dengan 9 tahun pernikahan, Anis 10 tahun perkawinan, Novita 10 tahun pernikahan, Zuhrotul
19 tahun perkawinan, Haini 10 tahun pernikahan. Dengan adanya testimony hasil nyata dari terapi
Doa dengan salah satunya terapi syukur ini maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengeksplore
bagaimana gambaran para peserta terapi ini menerapkan terapinya. Dan akhirnya berhasil
mendapatkan kehamilan yang diinginkan. Peneliti juga menyertakan reaksi kelompok yang belum
berhasil untuk mendapat karunia hamil setelah mengikuti terapi ini.

Program terapi syukur ini berjalan selama 21 hari dengan dibimbing oleh salah seorang
koordinator yang memberi arahan materi program syukur setiap harinya sesuai kelompoknya
masing-masing. Dengan tujuan agar setelah 21 hari dibimbing dan dipantau bersama, maka muncul
habbits (kebiasaan) yang positif sesuai terapi syukur yangsudah dijalankan. Program terapi syukur
ini berbeda-beda hal yang disyukuri setiap harinya. Hal-hal yang disyukuri adalah hal-hal yang
sederhana. Mulai dari mensyukuri mampu shalat tepat waktu, mempunyai organ tubuh yang
lengkap, bersyukur punya suami, bersyukur dengan mertua, bersyukur dengan kebaikan tetangga,
dll. Dengan adanya kegiatan syukur ini banyak yang merasakan ketenangan dan kebahagiaan.
Terapi syukur ini didampingi dengan meminum madu bidara yang sebelumnya sudah dirukyah
dahulu.

Terapi syukur ini menekankan bahwa informan yang bahagia atau sejahtera secara
psikologis dulu, baru akan mampu mengatasi masalah infertilitas. Maka proses terapi itu
dilaksanakan dengan proses menerima dan mengakui segala nikmat yang sudah diterima dari Allah
dengan mencatat nya sebelum tidur, dan self talk berupa afirmasi diri yang positif secara berulang
dan rutin sebelum tidur. Kemudian merasa berkecukupan dengan nikmat yang ada dengan
mengekspresikan syukur dengan perbuatan dengan shadaqah subuh, selain itu didampingi dengan
terapi rukyah yang merupakan terapi doa berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan. Sebagaimana
dibahas sebelumnya bahwa pengobatan dalam Islam salah satunya dengan ayat-ayatAl-Qur’an
disebabkan Al-Qur’an itu obat atas segala penyakit.24
24
Surat Fusshilat ayat 17
Terapi hamil Garis Dua Dengan Doa (GDDD) ini menekankan untuk memperbaiki pola
hidup sehat, memperbaiki kualitas diri dengan mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan
ridhoNya dengan senantiasa bersyukur, beristighfar dan menabung kebaikan dengan shadaqah
subuh kepada masyarakat sekitar. Ditambah dengan rukyah mandiri dengan membacakan ayat-ayat
Al-Qur’an berupa ta’awudz, al-Fatichah, An-Nas, Al-Falaq, al-Ikhlash, Ayat kursi dan akhir surat
Al-BAqarah pada madu bidara sebelum diminum pagi dan sore.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif25 karena bertujuan utuk


mengetahui gambaran bagaimana perasaan informan dan bagaimana dia mengelola tahapan
peristiwa dalam hidupnya (Willig, 2001). Khususnya bagaimana menjalani proses terapi syukur
hingga informan infertile tersebut mampu menerima kondisinya serta siap menerima karunia yang
lebih besar berupa kehamilan. Untuk mendukung tujuan penelitian, peneliti memakai pendekatan
fenomenologis sehingga mendapatkan gambaran makna proses terapi darisudut pandang informan
sendiri, yang terlibat dalamproses tersebut (Alsa, 2003).

Peserta terapi syukur dalam komunitas ini sukarela mendaftarkan diri dengan usia pasangan
bervariasi. Ada yang masih berusia belasan tahun, 20an dan banyak juga yang berusia 40 tahun.
Selain itu usia perkawinan juga bervariatif, mulai 1 tahun, 5 tahun, 6 tahun, 7 tahun, 12 tahun dan
20 tahun pernikahan. Mayoritas peserta sudah melakukan terapi program kehamilan melalui
kedokteran dan tradisional yang berujung pada kegagalan yang berulang. Peneliti memfokuskan
pada informan dengan usia perkawinan di atas 5 tahun berjumlah 5 orang. Sumber data diambil dari
coordinator kelompok (admin) dan wawancara dengan informan. Dengan kondisi informan dengan
kendala medis berupa ada yang keduanya infertil, suami yang bermasalah dan atau istri yang
bermasalah dalam infertilitas.

Analisa dari data yang diambil dengan wawancara menggunakan Inductive thematic
analysis agar temuan data tidak terbatas pada satu tema saja.

Untuk menguji tingkat validitas penelitian ini;maka dipakai 3 validitas yang saling
berkaitan. Berupa validitas komunikasi, ekologis, argumentative yang mana komunikasi berate
memberi eksempatan informan untukmembaca hasil penelitian, ekologis dengan kondisi real nyata,
dan argumentative dengan dosen pembimbing.

Pembahasan terapi syukur dalam penanganan infertilitas masih belum ada. Sehingga sulit
untuk mencari data. Yang mirip dengan pembahasan ini adalah penelitian oleh Suhita dan Subandi
dalam Peningkatan kesejahteraan psikologis (2018) yang menghasilkan adanya peningkatan
kesejahteraan psikologis wanita infertile setelah adanya intervensi terapi NIP (Narimo Ing

25
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung; Alfabeta, 2011). Hal, 2
Pandum).26Terapi syukur diteliti oleh Rahmawati (2018) dalam mengatasi kebosanan.27Muhamamd
Takdir membahas terapi syukur dalam membentuk pribadi yang altruis.28

Gambaran dan Pembahasan

Menurut Meening (dalam Harkness) dikatakan bahwa untuk sampai tahap penerimaan dan
resolusi, informan yang infertile akan mengalami fase denial (penyangkalan), kemarahan (anger),
duka yang mendalam (grief) dan penerimaan (narimo/self acceptance) yang mengarah pada
perasaan positif untuk usaha yang lebih optimis. Ditambah dengan 3 komponen syukur dari
Watkins dan Fitgerzarld berupa appresiasi (menghargai dengan penuh keberlimpahan terhadap
segala kondisi, berfikir positif terhadap segala kondisi, dan juga kecenderungan untuk berbuat baik
(kontribusi) terhdapa orang lain sebagai bentuk rasa syukur.terhadap maka peneliti meneliti apakah
informan terapi syukur di dalam terapi Garis Dua Dengan Doa (GDDD) sudah sesuai dengan aspek
syukur tersebut dan apakah juga mengalami tahapan sesuai teori Menning (dalam Harkness). Juga
perlu dipahami bahwa syukur dalam Islam dalam 3 bentuk yaitu hati mengakui segala nikmat,
ucapan dan perbuatan.

Informan yang diambil dibatasi 5 orang dengan usia pernikahan lebih dari 4 tahun.
Gambaran informan tersebut antara lain:

1. Teh Ellis usia 44 tahun, lama pernikahan 4 tahun, asal dari Bogor. Mengalami masalah
infertilitas selama 4 tahun disebabkan adanya kista dalam rahimnya. Suami
fertile(sehat). Semula khawatir dan tidak yakin punya anak karena menikah sudah dalam
usia 40 tahun, ditambah divonis dokter ada kista di rahimnya, sehingga perasaan duka
(grief) sempat ada. Kemudian disuruh dokter untuk hamil saja dengan diberi
multivitamin. Perasaan bingung, khawatir dan duka bagaimana mau hamil membuat Teh
Ellis mencoba mencari pengobatan dengan terapi Garis Dua Dengan Doa (GDDD)
dimana salah satu terapinya dengan terapi syukur dan shadaqah subuh, dengan madu
bidara rukyah sebagai multivitaminnya. Menghabiskan 2 botol madu bidara kecil. Dan
akhirnya berhasil hamil dengan terapi syukur dalam terapi GAris Dua Dengan Doa
(GDDD). Terapi syukur yang dijalani berupa mencatat kebaikan-kebaikan dan nikmat
yang telah Allah beri. Kemudian afirmasi diri berupa selftalk sebelum tidur. Dilanjutkan
shadaqah subuh. Setelah mengikuti terapi ini selain bonuskehamilan danbahagia, The
Lilis merasakan keberlimpahan dan kecukupan, dengan sellau menghargai (apresiasi
hal-hal yang kecil) serta sellau berkontribusi memberi shadaqah pada masyarakat
sekitar.

26
Suhita and Subandi.
27
‘Terapi Syukur Dalam Mengatasi Kejenuhan Seorang Wanita Karir Di Desa Kedungrejo Waru Sidoarjo - PDF Drive’
<https://www.pdfdrive.com/terapi-syukur-dalam-mengatasi-kejenuhan-seorang-wanita-karir-di-desa-kedungrejo-
waru-sidoarjo-e152599637.html> [accessed 4 March 2021].
28
Takdir.
2. Ifah dari Cilacap dengan lama pernikahan 10 tahun. Tidak ada keluhan medis dari suami
istri. Ikhtiar yang dilakukan sebelumnya berupa terapi JSR dr. Zaidul Akbar. Setelah
ikut terapi syukur dalam Garis Dua Dnegan Doa (GDDD) merasakan ketenangan yang
luar biasa, semakin altruis (peduli dengan lingkungan sekitar) dengan selalu shadaqah
subuh pada yang kurang mampu dan membutuhkan di lingkungan sekitar. Dan
senantiasa menjalankan rukyah mandiri pada madu yang akan diminum.
3. Bunda Nurlina usia 41 tahun, lama pernikahan 9 tahun. Keluhan medisnya ada tumor di
Rahim dan divonis tidak punya anak. Semula selalu sedih, putus asa, merasa frustasi.
Setelah mengikuti terapi syukur dalam terpai GAris Dua dengan Doa (GDDD) dengan
menjalankan terapi syukur sebelum tidur berupa mencatat danemngakui nikmat apa saja
yang diterima pada hari itu, ditambah dnegan shadaqah subuh, maka kemudian Allah
beri karunia kehamilan setelah penantian 9 tahun pernikahan. Perasaan setelah terapi
dalah lebih tenang, bahagia, lebih mudah mengendalikan emosi dan ikhlas. Walau tidak
langsung berhasil selama terapi 21 hari dengan terapisyukur dalam GAris Dua dengan
DOA (GDDD), tetapi keyakinan dan berfikir positif dalam hidupnya membuatnya
merasa lebih bersemangat dan lebih baik.
4. Bunda Heny, usia 36 tahun, lama pernikahan 7 tahun. Asal GunungSindur, Bogor.
Keluhan medis 1x keguguran, 4 kali inseminasi buatan, kuret polip Rahim. suami
varikokel. Ikhtiar selain medis berupa terapi pijat. Semula merasa sedih dan hampir
putus asa. Alhamdulillah setelah mengikuti terapi syukur dengan shadaqah subuh,
disertai minum madu rukyah bidara. Kemudian diberi kehamilan sebagai solusi masalah
infertilitas bertahun-tahun kemarin.
5. Novita, usia 39 tahun, lama pernikahan 10 tahun. Keluhan medis hyperplasia
endometriosis, penebalan Rahim. Perasaan sebelum ikut terapi sering mengeluh, duka
mendalam (grief) dengan menangis kenapa belum diberi keturunan. Kemudian setelah
ikut terapi syukur dalam Terapi Garis Dua Dengan Doa (GDDD) dulunya emosinya
tidak terkontrol dan sering marah-marah, menjadi lebih tenang, bahagia, lebh bersyukur
dan ikhlash.sehingga kemudian Alhamdulillah berhasil dikaruniai keturunan.
6. Ila Listiyani, usia 40 tahun dengan lama perkawinan 9 tahun. Keluhan medis berupa
varikokel pada suami dan divonis astheno. Istri sempat mengalami sumbatan pada tuba
falopi. Sebelum ikut terapi syukur dalam Terapi Garis Dua dengan Doa (GDDD)
informan sering mengalami emosi yang tidak terkendali berupa marah, mudah stress,
menyendiri, dan mengeluh serta menyalahkan pasangan. Selain minum madu bidara
dengan diberi bacaan rukyah dahulu, juga sellau menjalankan terapi syukur sebelum
tidur dengan mencatat segala kenikmatan yangs udah diperoleh sesuia arahan
admin/coordinator grup. Juga menjalankan selftalk berupa afirmasi positif pada diri
sendiri. Selain juga shadaqah subuh sebagai manesfistasi syukur dalam perbuatan.
Walaupun belum berhasil mendapatkan kehamilan pada terapi ini, tetapi manfaat yang
dirasakan adalah lebih tenang, bersyukur dan merasa lebih menerima kondisi yang ada
dengan tidak berputus asa selalu yakin dan pasrah pada ketentuan Allah. Dan yaqin
insyaAllah dalam waktu dekat.
Tidak semua para informan dan peserta terapi syukur dalam Garis Dua Dengan Doa
(GDDD) ini langsung berhasil mendapatkan kehamilan. Setelah selesai ikut terapi
selama 21 hari, maka akan ada kelompok pengulangan dengan masih dipandu oleh
admin dari tim terapi GAris Dua dengan Doa (GDDD). Setelah itu para peserta menjadi
alumni atau setelah dikaruniai kehamilan, bergabung dnegan grup ibu hamil.
Dan hampir semua peserta terapi syukur dalam terapi Garis Dua dengan Doa
(GDDD) setelah 21 hari melakukan terapi sesuai arahan dari admin/coordinator
merasakan manfaat yang besar. Berupa kebaikan-kebaikan yangselama ini susah
didapatkan, walaupun belum dikaruniai kehamilan. Kebaikan-kebaikan tersbeut berupa
ketenangan hidup, pengendalian diri, merasa keberlimpahan diri, merasa bersyukur
diketemukan dengan grup terapi ini, dan ternyata banyak yang senasib dengan informan,
yang akhirnya memunculkan perasaan positif, semakin yaqin akan kuasa Allah apabila
Allah sudah berkehendak.
Dilihat dari model terapi syukur yang dijalankan terdapat komponen penerimaan
(self acceptance) yang kemudian meningkatkan kesehatan dan kejahteraan psikologis
seperti hasil penelitian Suhita (2018). Sejalan dengan peningkatan kesehatan fisik
sebagai hasil dari intervensi syukur oleh Morgan Hodge (2016) dan meningkatnya
kualitas hidup.29
Terapi syukur di terapi GDDD dalam bentuk catatan, jurnal juga sejalan dengan
bentuk intervensi syukur oleh Morgan (2016).
Di dalam Islam sendiri, Allah sudah bersumpah dengan menggunakan lam taukid
(penekanan/ sumpah) bahwasanya sungguh Allah akan menambah nikmat bagi orang-
orang yang mau bersyukur.30 Jadi syukur dengan kesungguhan dan disertai sikap altruis
bagi lingkungan sekitar itu sendiri merupakan langkah untuk mendapatkan karunia yang
lebih besar berupa kehamilan.

KESIMPULAN
Ketika usaha lahiriah berupa ikhtiar medis ke dokter dan alternative tradisional
sudah tidak mampu menangani permasalahan infertilitas dalam suatu perkawinan, maka
timbul rasa kegelisahan, kecemasan, depresi dan putus asa. Hidup merasa tidak berarti

29
‘Dampak Intervensi Syukur Pada Kesehatan Oleh Morgan Hodge - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/the-
impact-of-a-gratitude-intervention-on-health-d163067024.html> [accessed 27 February 2021].
30
Surat Ibrahim ayat 7
dan melihat segala hal dengan negatifdan tanpa harapan, sehingga mempengaruhi
kinerja dalam karir maupun dalam rumah tangga.
Terapi syukur dalam Garis Dua Dengan DOa (GDDD) dengan rutin menulis
kenikmatan-kenikmatan kecil dalam sehari-hari, ditambah afirmasi diri (selftalk) yang
positif sebelum tidur, serta syukur dengan amal nyata berupa shadaqah subuh yang rutin
ternyata menghasilkan energy positif dan meningkatkan kesejahteraan jiwa dan
meningkatkan kesehtan fisik yang berakibat menjadi semakin bersemangat dalam
menjalani rutinitas sehari-hari baik di karir dan rumah tangga.
Energi positif dan perasaan bahagia serta puas saat berbagi dalam shadaqah subuh
mampu meningkatkan kesehtan dan akhirnya fisik siap menerima kehamilan. Sesuai
dengan firman Allah yang mengatakan barangsiapa banyak bersyukur maka akan
ditambah nikmatnya. Maka kesimpulannya terapi syukur ini bagus untuk meangani
masalah infertilitas dalam pernikahan, sehingga mendapatkan keturunan yang diidam-
idamkan.
DAFTAR PUSTAKA

Atilla, Mokanzi, ‘Az Infertilitás Hátterében Álló Genetikai Eltérések Vizsgálata És Klinikai Jelentősége by
Mokánszki Attila - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/az-infertilitás-hátterében-álló-genetikai-
eltérések-vizsgálata-és-klinikai-jelentősége-d61943538.html> [accessed 4 March 2021]

‘BAB 3: KONSEP AL-SHIFĀ’ DAN PENYAKIT DALAM AL-QURAN DAN AL-SUNNAH MENURUT ... -
PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/bab-3-konsep-al-shifĀ-dan-penyakit-dalam-al-quran-dan-al-
sunnah-menurut-e54003339.html> [accessed 28 March 2021]

Baidhowi, ‘Islam Tidak Radikalisme Dan Terorisme’, Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang,
3.1 (2017), 197–218

Chamberlain, John M., and David A.F. Haaga, ‘Unconditional Self-Acceptance and Psychological Health’,
Journal of Rational - Emotive and Cognitive - Behavior Therapy, 19.3 (2001), 163–76
<https://doi.org/10.1023/A:1011189416600>

‘Dampak Intervensi Syukur Pada Kesehatan Oleh Morgan Hodge - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/the-
impact-of-a-gratitude-intervention-on-health-d163067024.html> [accessed 27 February 2021]

Haryanto, Handrix Chris, Fatchiah E Kertamuda, Handrix Chris Haryanto, and Fatchiah E Kertamuda,
‘SYUKUR SEBAGAI SEBUAH PEMAKNAAN’, 18.2 (2016), 109–18

Himpunan endokrinologi dan infertilitas Indonesia (HIFERI), PERFITRI, IAUI, ‘Konsensus Penanganan
Infertilitas DAFTAR ISI’

‘Hubungan Antara Syukur Dan Fungsi Psikologis, Sosial, Dan Akademik Dalam ... PDF (196 Halaman)’
<https://www.pdfdrive.com/the-relationship-between-gratitude-and-psychological-social-and-academic-
functioning-in-e21510776.html> [accessed 4 March 2021]

‘Konsensus Penanganan Infertilitas DAFTAR ISI - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/konsensus-


penanganan-infertilitas-daftar-isi-e57289484.html> [accessed 27 March 2021]

Leahy, Robert L, ‘Bilişsel Terapi ve Uygulamaları by Robert L. Leahy - PDF Drive’


<https://www.pdfdrive.com/bilişsel-terapi-ve-uygulamaları-e177762327.html> [accessed 24 March 2021]

Memengaruhi, Yang, and Pada Pasangan, Gambaran Psikopatologi Dan Faktor-Faktor Gambaran
Psikopatologi Dan Faktor-Faktor, 2014

Setyawan, M, M Adin Setyawan, and Ridho Riyadi, ‘PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SYUKUR
MENURUT PSIKOLOGI BARAT, ISLAM, DAN BUDAYA JAWA’, Al-Muaddib : Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial Dan Keislaman, 5.2 (2020), 272–81 <https://doi.org/10.31604/muaddib.v5i2.272-281>

Suhita, Astrini Arimurti, and Subandi Subandi, ‘Peningkatan Kesejahteraan Psikologis Wanita Menikah Dengan
Gangguan Fertilitas Idiopatik Melalui Terapi Narima Ing Pandum’, Gadjah Mada Journal of Professional
Psychology (GamaJPP), 4.1 (2018), 42 <https://doi.org/10.22146/gamajpp.45348>

Takdir, Mohammad, ‘Kekuatan Terapi Syukur Dalam Membentuk Pribadi Yang Altruis: Perspektif Psikologi
Qur’ani Dan Psikologi Positif’, Jurnal Studia Insania, 5.2 (2017), 175–98
<https://doi.org/10.18592/jsi.v5i2.1493>

Tedjawidjaja, Detricia, and Michael Seno Rahardanto, ‘Antara Harapan Dan Takdir: Resolution To Infertility
Pada Perempuan Infertil’, EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia, 3.1 (2015), 109–19
<https://doi.org/10.33508/EXP.V3I1.783>

‘Terapi Syukur Dalam Mengatasi Kejenuhan Seorang Wanita Karir Di Desa Kedungrejo Waru Sidoarjo - PDF
Drive’ <https://www.pdfdrive.com/terapi-syukur-dalam-mengatasi-kejenuhan-seorang-wanita-karir-di-
desa-kedungrejo-waru-sidoarjo-e152599637.html> [accessed 4 March 2021]

‘The Benefits of Gratitude in Spiritual Formation by Jens Uhder - PDF Drive’ <https://www.pdfdrive.com/the-
benefits-of-gratitude-in-spiritual-formation-d31059493.html> [accessed 4 March 2021]

Theses, Graduate, and Michelle Denise Hasemeyer, Scholar Commons The Relationship between Gratitude and
Psychological, Social, and Academic Functioning in Middle Adolescence, 2013
<http://scholarcommons.usf.edu/etdhttp://scholarcommons.usf.edu/etd/4688> [accessed 4 March 2021]
Tuzer, Verda, and Altug, ‘Marital Adjusment in Infertility Couple’

Peterson, C., & Seligman, M. (2004). Kekuatan dan kebajikan karakter: Buku pegangan dan klasifikasikation.
Oxford: Oxford University Press. Popper, K., & Eccles, J. (1981). Diri dan Otaknya: Argumen untuk
Interaksionisme. NewYork:Springer
Emmons, R. A. (2004). The psychology of gratitude: An introduction. In Emmons, R. A., & McCullough, M. E.
(Eds).The Psychology of Gratitude. New York: Oxford University Press

Emmons, R. A., & Kneezel, T. T. (2005). Giving thanks: Spiritual and religious correlates gratitude. Journal of
Psychology and Christianity, 24(2), 140-148

Muhammad Yunus, Kmus Bahasa Arab-Indonesia, (Pt. Hidakarya Agung, Jakarta, 1989

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung; Alfabeta, 2011

Anda mungkin juga menyukai