Anda di halaman 1dari 20

GADJAH MADA JOURNAL OF PROFESSIONAL PSYCHOLOGY

VOLUME 4, NO. 1, 2018: 42-61


ISSN: 2407-7801

Peningkatan Kesejahteraan Psikologis Wanita Menikah


dengan Gangguan Fertilitas Idiopatik melalui
Terapi Narima Ing Pandum

Astrini Arimurti Suhita1 & Subandi2


Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. Conceiving a child in marriage is one factor that influencing well-being. The inability
to have a child means to pressure and suffering for the couple, especially toward women with
idiopathic infertility. This study aimed to investigate the influence of Narima Ing Pandum (NIP)
therapy. NIP was developed based on Javanese values of sabar (patience), syukur (gratitude) and
narima (acceptance). This study used a single case A-B-A design. Psychological well-being and
NIP measured using NIP checklist and psychological well-being checklist. Visual inspection and
descriptive analysis were used. The result indicated that NIP therapy increased the psychological
well being of married women with idiopathic infertility, marked by the increasing of NIP values
of the two participants.

Keywords: narima ing pandum; psychological well-being; idiopathic infertility

Abstrak. Memiliki anak merupakan salah satu faktor penting dan banyak dicari oleh pasangan
yang telah menikah. Hanya saja, tidak setiap pasangan dapat dengan mudah memiliki
keturunan, di mana salah satunya disebabkan karena masalah infertilitas. Meskipun infertilitas
ini dapat dialami oleh kedua belah pihak, hanya saja banyak penelitian menemukan bila beban
akan infertilitas ini lebih banyak dialami oleh wanita, terlebih wanita dengan gangguan fertilitas
idiopatik. Adanya beban yang besar dan banyak berdampak pada penurunan kesejahteraan
psikologis mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Narima Ing
Pandum (NIP). NIP dikembangkan berdasarkan nilai-nilai Jawa yakni sabar, syukur dan narima.
Desain penelitian menggunakan single case A-B-A. Kesejahteraan psikologis diukur
menggunakan ceklis kesejahteraan psikologis, sedangkan sikap NIP diukur mengunakan ceklis
NIP. Hasil analisis data menggunakan visual inspection dan analisis deskriptif menemukan bahwa
terapi NIP dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis wanita menikah dengan gangguan
fertilitas idiopatik seiring dengan meningkatnya pula nilai-nilai NIP dalam diri partisipan.

Kata kunci: narima ing pandum; kesejahteraan psikologis; gangguan fertilitas idiopatik

Dalam menjalankan hubungan perkawinan, menyebutkan, terdapat beberapa faktor


setiap individu tentunya memiliki harapan yang dapat memengaruhi kepuasan dan
yang ingin dicapai guna mendapatkan kesejahteraan, baik bagi individu ataupun
suatu kepuasan, baik secara pribadi pasangan dalam menjalani kehidupan
maupun hubungan. Duvall & Miller (1985) perkawinan seperti: komunikasi,
kepribadian pasangan, kemampuan
1 Korespondensi mengenai isi artikel ini dapat menyelesaikan konflik, kebersamaan,
dilakukan melalui : astrini.arimurti.s@mail.ugm.ac.id keintiman, seksualitas, agama, hubungan
2 Atau melalui massubandi@gmail.com
dengan mertua, komitmen bersama dan
anak. Secara lebih jauh, Duvall & Miller
42 E-JURNAL GAMA JPP
NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

(1985) menjelaskan bila dari sekian banyak memiliki anak salah satunya disebabkan
faktor yang ada, anak merupakan salah satu karena adanya gangguan fertilitas.
faktor terpenting dalam pernikahan. Hal Menurut pengertiannya, gangguan
tersebut disebabkan karena kehadiran anak fertilitas atau yang biasa dikenal dengan
dalam pernikahan dirasa merupakan hal istilah infertilitas merupakan suatu
yang dapat membawa banyak dampak gangguan di mana pasangan tidak mampu
positif. untuk memiliki anak setelah dalam jangka
Dalam kacamata budaya waktu 12-18 bulan melakukan hubungan
masyarakat Indonesia, Moeloek (1986) seksual secara teratur dan tanpa
menyebutkan bila kehadiran anak dalam menggunakan kontrasepsi (Hiferi, Perfitri,
kehidupan perkawinan menunjukkan suatu Iaui & Pogi, 2013). Infertilitas ini sendiri
gambaran ideal dari sebuah keluarga. Di menurut Hiferi et al. (2013) terbagi menjadi
samping itu, dari segi sisi budaya, sosial tiga jenis yaitu infertilitas primer,
dan agama yang ada di Indonesia juga infertilitasi sekunder, dan infertilitas
terdapat anggapan bila anak memiliki idiopatik. Infertilitas primer merupakan
beberapa fungsi penting dalam keluarga ketidakmampuan seseorang untuk
seperti simbol kesuburan dan keberhasilan, mendapatkan anak yang biasanya
pelanjut keturunan, sebagai teman dan disebabkan karena adanya masalah pada
penghibur, amanat dan anugrah dari Tuhan organ reproduksi. Infertilitas sekunder,
serta penolong orangtua di dunia dan merupakan ketidakmampuan seseorang
akhirat (Moeloek, 1986). Beberapa (khususnya wanita) untuk
penelitian yang dilakukan di berbagai mempertahankan kehamilan serta
daerah di Indonesia pun juga menunjukkan mengalami kesulitan untuk mendapatkan
hal serupa, bila anak dianggap dapat anak kembali setelahnya. Sedangkan
membawa nilai-nilai positif yang kuat, baik infertilitas idiopatik, merupakan pasangan
bagi individu ataupun pasangan yang telah yang memiliki hasil normal pada setiap
menikah (Singarimbun, Darroch & Meyer, pemeriksaan organ reproduksi namun
1997; Hartoyo, Latifah & Mulyani, 2011; memiliki kesulitan dalam memiliki anak,
Oktriyanto, Puspitawati & Muflikhati, biasanya dikarenakan adanya faktor
2015). Hal-hal tersebut yang kemudian psikologis.
dirasa menjadi alasan mengapa banyak Data menyebutkan, dalam kurun
pasangan sangat berusaha untuk waktu 10 tahun belakangan ini terjadi
mendapatkan keturunan setelah menikah. peningkatan jumlah pasangan infertil yang
Walaupun kehadiran seorang anak tersebar di seluruh penjuru dunia. Hal
memiliki hubungan yang kuat dengan tersebut dapat dilihat dari terus
kesejahteraan individu yang telah menikah, menurunnya angka total fertilitas atau TFR
namun tidak semua pasangan dapat (Total Fertility Rate) dari tahun ke tahun. Di
langsung dikaruniai anak seperti yang Indonesia, survei yang dilakukan oleh
diinginkan. Sebagian pasangan dapat Departemen Kesehatan menyebutkan,
dengan mudah memiliki keturunan, angka TFR Indonesia terus mengalami
sebagian lain perlu usaha yang cukup keras penurunan. Survey terakhir yang dilakukan
untuk mendapatkan keturunan, dan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa
sebagian pasangan yang lain bahkan tidak angka TFR di Indonesia kini sebesar 2.2.
mampu mewujudkan keinginan untuk Permasalahan tentang fertilitas
mendapatkan keturunan tersebut. sebenarnya dapat dialami oleh kedua belah
Ketidakmampuan pasangan untuk pihak, baik suami ataupun istri. Hanya saja

E-JURNAL GAMA JPP 43


SUHITA & SUBANDI

banyak penelitian menunjukkan bahwa dialami juga menjadi faktor yang dapat
beban akan infertilitas lebih banyak dialami gangguan fertilitas idiopatik merupakan
oleh seorang istri dibandingkan suami gangguan yang menimbulkan tekanan
(Peterson, Newton, Rosen & Skaggs, 2006; psikologis yang paling tinggi dibandingkan
Draye, Wood, & Mitchell, 2009; Haica, 2013). dengan gangguan fertilitas primer ataupun
Hal tersebut terkait dengan adanya sekunder. Pada gangguan fertilitas primer
pandangan di masyarakat, dimana kodrat ataupun sekunder, wanita merasa lebih
seorang wanita salah satunya adalah masalah mudah pasrah dan menerima kenyataan
mengandung dan melahirkan anak bahwa dirinya memang tidak dapat/
(Dermatoto, 2008). Wanita dianggap kesulitan memiliki anak dikarenakan faktor
memiliki lebih banyak komponen biologis biologis yang memang bermasalah. Pada
yang menunjang keberhaslian maupun wanita dengan gangguan fertilitas idiopatik,
ketidakberhasilan dalam usaha memiliki mereka merasa tidak ada yang salah dengan
anak seperti: sel telur, indung telur, saluran kondisi tubuhnya sehingga harapan untuk
telur, rahim, mulut rahim dan vagina memiliki anak sangat besar.
(Dermatoto, 2008). Hal tersebutlah yang Adanya tekanan yang kuat baik dari
menyebabkan ketika keturunan susah lingkungan ataupun diri sendiri dirasa
diperoleh maka pihak wanita yang akan lebih menjadi faktor yang dapat menimbulkan
banyak dituntut serta dipersalahkan. Selain berbagai permasalahan pada diri seorang
itu, dengan adanya pandangan bila wanita yang telah menikah. Salah satu
wanitalah yang bertanggung jawab terhadap permasalahan yang dapat timbul adalah
keberhasilan ataupun kegagalan dalam munculnya respon stres. Respon stres atau
memiliki anak menyebabkan adanya pula yang biasa dikenal dengan stres merupakan
harapan yang besar pada diri seorang wanita suatu kondisi ketegangan mental, fisik
dalam usaha memiliki anak (Dermatoto, ataupun emosional yang dihasilkan dari
2008). adanya suatu tekanan atau stressor (Pinel,
Tekanan mengenai infertilitas pada 2009). Sesuai dengan pengertiannya, stres
wanita tidak hanya berupa stigma dan tersebut akan dapat bermanifestasi menjadi
pandangan dari masyarakat. Hal lain yang banyak bentuk, baik fisik, emosi ataupun
menjadi sumber tekanan seputar infertilitas perilaku pada individu yang mengalaminya.
pada wanita adalah mengenai lamanya Penelitian yang dilakukan oleh
pernikahan yang telah dijalani. Besarnya Rascanu & Vladica (2012) menemukan
tekanan dan harapan seputar isu fertilitas bahwa stres akan infertilitas dapat
biasanya timbul secara kuat setelah individu menimbulkan adanya perasaan depresif,
memasuki usia pernikahan tiga tahun kecemasan, bersalah serta ketakutan dalam
(Smolak, 1993). Pada masa tersebut, individu hubungan pernikahan dan sosial. Bahkan
yang telah menikah sudah diharapkan tekanan sosial pada wanita dengan
memiliki anak pertama, oleh karenanya, infertilitas juga dapat menyebabkan
ketika sampai pada masa tersebut pasangan munculnya perilaku isolasi terhadap
belum juga memiliki anak, tekanan dan lingkungan di sekitarnya (Rascanu &
harapan baik dari luar ataupun diri sendiri Vladica, 2012). Penelitian yang dilakukan
akan muncul dengan kuat (Smolak, 1993). oleh Hidayah (2012) pun menemukan bahwa
Berdasarkan hasil preliminary study stres mengenai infertilitas merupakan salah
yang dilakukan kepada lima orang wanita satu faktor yang sangat memengaruhi
dengan gangguan fertilitas yang beragam, kepuasan seorang wanita dalam menjalani
diketahui bila jenis dari fertilitas yang hubungan perkawinan. Dengan kata lain,

44 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

infertilitas dapat menyebabkan munculnya terjadi pada setiap wanita. Hal tersebut
perasaan negatif pada wanita dalam tergantung dari bagaimana koping seorang
memandang hubungan perkawinan dan individu dalam menghadapi situasi yang
sosial. dialami. Garcia, Nima & Kjell (2014)
Tidak hanya berdampak pada menyebutkan bahwa, kemampuan
pandangan pada lingkungan sosial dan penerimaan terhadap kondisi penuh stres
perkawinan, penelitian yang dilakukan oleh merupakan salah satu hal yang dapat
Tuzsr, Tuncel, Goka, Bulut, Yuksel, Atan & memengaruhi kondisi kesejahteraan
Goka (2010) menyebutkan bahwa adanya psikologis individu. Ketika individu mampu
kondisi tertekan akan adanya infertilitas melakukan penerimaan terhadap kondisi
dalam pernikahan dapat memunculkan yang dialami, individu tersebut cenderung
adanya simptom-simptom depresi dan memiliki kondisi kesejahteraan psikologis
kecemasan. Penurunan kesehatan secara fisik yang lebih baik (Garcia et al., 2014). Selain
dan kualitas hidup juga dirasakan oleh masalah penerimaan, penelitian lain juga
wanita-wanita yang memiliki tekanan mengungkapkan bahwa kemampuan untuk
mengenai isu infertilitas (Haica, 2013; Xiaoli, bersyukur (Wood, Froh & Geraghty, 2010)
et al., 2015). Penelitian lain pun juga dan sabar (Schnitker, 2012) juga memiliki
menemukan stres akan infertilitas juga dapat dampak yang positif terhadap kondisi
menyebabkan adanya perasaan kosong dan kesejahteraan psikologis individu dalam
tidak lengkap pada seorang wanita (Park & menghadapi situasi penuh tekanan. Oleh
Hill, 2014). karena itulah, perlu dilakukan suatu
Adanya berbagai kondisi negatif program intervensi yang komprehensif,
sebagai akibat dari stres infertilitas, sehingga dapat meningkatkan individu
merupakan hal yang menunjukkan terhadap situasi penuh stres dan
terjadinya penurunan terhadap kondisi kesejahteraan psikologisnya pun dapat ikut
kesejahteraan psikologis wanita menikah meningkat.
yang memiliki gangguan fertilitas. Hal Dalam menentukan jenis intervensi
tersebut sesuai dengan penjelasan yang yang tepat, salah satu hal yang perlu
dikemukakan oleh Ryff (1998) di mana diperhatikan adalah mengenai budaya dari
kesejahteraan psikologis merupakan sesuatu individu yang akan diberikan terapi. Tseng
hal yang lebih dari sekedar bebas distres atau (1999) mengungkapkan bahwa budaya dan
gangguan mental. Secara lebih jelas, intervensi psikologi merupakan dua hal yang
kesejahteraan psikologis diartikan sebagai sebaiknya tidak terpisahkan. Hal tersebut
suatu perasaan sejahtera yang ditandai disebabkan, budaya merupakan sesuatu nilai
dengan adanya sikap positif, baik terhadap yang akan memengaruhi sikap individu
diri sendiri ataupun terhadap orang lain dan dalam menghadapi sesuatu. Dengan adanya
lingkungan sekitar, mampu melakukan kesesuaian antara intervensi psikologi
pertumbuhan dan perkembangan diri yang dengan budaya yang dianut, maka
berkelanjutan, memiliki keyakinan bahwa kemungkinan keberhasilan intervensi
dirinya memiliki tujuan, mampu secara psikologi dirasa akan semakin meningkat.
efektif mengatur kehidupannya dan memiliki Senada dengan hal tersebut, White, Gibbons
prinsip (Ryff, 1998; Ryff, 2014). & Scamberger (2006) juga mengungkapkan
Meskipun terdapat kemungkinan bahwa adanya keselarasan intervensi dengan
penurunan kesejahteraan psikologi pada budaya yang dipegang oleh klien akan dapat
wanita menikah yang tidak mampu memiliki mempermudah terapis dalam menyatukan
anak, namun hal tersebut tidaklah mutlak

E-JURNAL GAMA JPP 45


SUHITA & SUBANDI

dan antusias pada diri klien. pemahaman bersama dengan usaha, kesabaran dan
serta memunculkan rasa aman kebersyukuran (Sulaksono, 2014). Penelitian
Di Indonesia, khususnya di Jawa, tentang NIP sebagai suatu psikoterapi sudah
salah satu nilai budaya yang masih dikenal pernah dilakukan dalam rangka pe-
dan dianut hingga saat ini adalah sikap ningkatan kesejahteraan psikologis dan
Narima Ing Pandum (NIP) (Endraswara, 2012). penurunan ekspresi emosi keluarga. Prasetyo
NIP merupakan salah satu pitutur luhur (2014) menemukan bahwa terapi NIP
(sestradi) dalam masyarakat Jawa yang terbukti mampu meningkatkan kondisi
membantu individu menemukan pencerahan kesejahteraan psikologis caregiver skizofrenia
dan kesempurnaan lahir batin (Saktimulya, yang sedang menghadapi situasi sulit. Selain
2016). Menurut pengertiannya, NIP itu, NIP juga telah terbukti mampu
didefiniskan sebagai suatu sikap sarat nilai menurunkan tingkat ekspresi emosi keluarga
spiritual yang mengajarkan individu untuk pendamping dari pasien skizofrenia (Zulyet,
mampu sadar dan menerima dengan 2014).
perasaan syukur atas apa yang telah Terapi NIP yang digunakan dalam
diberikan (pandum) oleh Tuhan serta penelitian ini, disusun dengan menggunakan
memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu pendekatan humanistik. Terapi dengan
yang terjadi sudah diatur (Bratawijaya, 1997; menggunakan pendekatan humanistik,
Endraswara, 2012; Suratno & Astiyanto, 2009, merupakan terapi yang bertujuan untuk
Rahmat, 2017). membantu individu agar dapat berfungsi
Adanya kesadaran bahwa hidup sepenuhnya (Roger, dalam Passer & Smith,
manusia telah memiliki jatah (pandum) 2007). Terapi NIP ini dilakukan dengan cara
masing-masing disinyalir mampu men- terapis mendengarkan secara aktif terhadap
dorong seseorang untuk lebih ikhlas, cerita partisipan serta terbuka terhadap
berfikiran positif serta tidak menggerutu perasaan partisipan baik yang bersifat positif
terhadap apa yang terjadi (Suratno & ataupun negatif. Terapi NIP ini bertujuan
Astiyanto, 2009; Rahmat, 2017). Selain itu, membantu partisipan untuk mengurangi
NIP juga merupakan sikap yang distres akibat adanya ketidaksesuaian antara
mengajarkan individu untuk menerima ideal self yang partisipan miliki dengan real
secara penuh kejadian masa lalu, sekarang self yang ada. Dengan adanya penurunan
dan segala kemungkinan yang dapat terjadi tingkat distres dalam diri partisipan,
(Endraswara, 2012; Sulaksono, 2014). Hal individu yang berfungsi penuh sehingga
tersebut merupakan suatu cara untuk kesejahteraan psikologis dalam diri
mengurangi kekecewaan, menghadapi diharapkan partisipan dapat menjadi
kemungkinan buruk yang terjadi serta partisipan dapat meningkat. Berdasarkan
menurunkan emosi-emosi yang bersifat uraian di atas, nilai-nilai yang terkandung
negatif seperti rasa marah, benci, kesal, dalam sikap NIP terbukti memiliki banyak
bersalah serta cemas (Endraswara, 2012; manfaat untuk meningkatkan kondisi
Sulaksono, 2014). Meskipun sikap NIP kesejahteraan psikologis individu. Penelitian
mengajarkan individu untuk belajar tentang NIP sendiri juga telah terbukti
menerima suatu kejadian, sikap NIP mampu meningkatkan kondisi kesejahteraan
bukanlah suatu sikap yang mengajarkan psikologis. Oleh karena itu, hipotesis yang
individu untuk bersikap pasif. Hal tersebut diajukan adalah Terapi Narima Ing Pandum
dikarenakan, sikap NIP mengajarkan kepada dapat meningkatkan kesejahteraan
seorang individu untuk tidak hanya psikologis pada wanita menikah yang
menerima sesuatu tanpa usaha, melainkan memiliki gangguan fertilitas idiopatik.

46 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

Metode 2014). Selain kedua ceklis tersebut, partisipan


Desain penelitian juga diberikan lembar-lembar tugas untuk
Desain yang digunakan dalam penelitian ini diisi pada setiap sesi intervensi. Data juga
adalah eksperimen single case A-B-A design diperoleh dari lembar observasi dan hasil
dengan repeated assessment and marked changes. wawancara yang ada selama sesi intervensi
Desain A-B-A menggambarkan tiga fase diberikan.
dalam penelitian, yakni fase baseline (A) yang
merupakan kondisi tanpa intervensi- Prosedur Penelitian
sebelum intervensi diberikan. Fase intervensi Program intervensi diberikan sebanyak 8 kali
(B) merupakan fase pemberian tritmen sesi kepada setiap partisipan. Sesi intervensi
kepada partisipan, dan kemudian kembali dilakukan selama 2 kali dalam seminggu
pada fase baseline (A) yaitu fase tanpa selama 4 minggu berturut-turut. Intervensi
intervensi – setelah intervensi selesai terdiri dari sesi katarsis, sesi materi sikap-
diberikan. Pengukuran berulang dilakukan sikap NIP, latihan penerapan sikap NIP serta
sebelum, saat dan sesudah intervensi. rileksasi. Intervensi dilakukan di ruang terapi
yang telah ditentukan dan disepakati
Partisipan penelitian sebelumnya.
Partisipan dalam penelitian ini adalah dua
orang wanita yang memenuhi kriteria inklusi Teknik analisis data
, yaitu wanita dewasa dalam usia subur (20- Metode analisis data dari ceklis NIP dan
35 tahun), suku Jawa, memahami bahasa dan ceklis kesejahteraan psikologi, dilakukan
budaya Jawa, belum memiliki anak, telah melalui visual inspection. Hal tersebut
menikah minimal tiga tahun dan secara dilakukan untuk mengetahui perubahan
teratur melakukan hubungan seksual yang terjadi antara sebelum, selama dan
(khususnya dalam satu tahun terakhir) tanpa setelah intervensi. Ceklis NIP dan ceklis
adanya pemakaian kontrasepsi, tidak kesejahteraan psikologis diberikan sebanyak
memiliki masalah / penyakit fisik yang 14 kali, yaitu 3 kali pada fase baseline 1, 8 kali
berhubungan dengan reproduksi yang pada fase intervensi dan 3 kali pada fase
dinyatakan dengan keterangan dokter, dan baseline 2. Analisis deskriptif terhadap hasil
bersedia mengikuti penelitian dengan observasi, lembar tugas serta hasil
mengisi lembar informed consent. wawancara juga dilakukan untuk
memperdalam pemahaman mengenai proses
Metode pengumpulan data dan kemajuan yang dicapai oleh masing-
Metode pengumpulan data dilakukan masing partisipan.
dengan meminta partisipan untuk mengisi
ceklis NIP yang berjumlah 12 aitem. Ceklis Hasil
NIP disusun berdasarkan 3 aspek yaitu sabar, Partisipan N
syukur dan narima. Ceklis NIP berbentuk Latar belakang
likert dengan lima pilihan jawaban yang N merupakan perempuan berusia 35 tahun
dapat menunjukkan kondisi kesesuaian dan telah menikah selama 4 tahun. N
partisipan terhadap pernyataan dalam aitem. mengungkapkan bila selama 4 tahun
Ceklis kesejahteraan psikologi juga diberikan pernikahan tersebut, N dan suami belum juga
kepada partisipan untuk diisi selama proses dikaruniai momongan meskipun sudah
pengumpulan data. Ceklis kesejahteraan teratur dalam melakukan hubungan seksual.
psikologi disusun berdasarkan teori Hal tersebut yang kemudian mendorong N
kesejahteraan psikologi oleh Ryff (1989; dan suami melakukan berbagai cara untuk

E-JURNAL GAMA JPP 47


SUHITA & SUBANDI

Gambar 1. Kerangka Berfikir Penelitian

Stressor yang dihadapi wanita menikah


dengan gangguan fertilitas idiopatik:
- Stigma negatif yang kuat pada wanita
infertil
- Tekanan sosial dari lingkungan keluarga,
tetangga, masyarakat
- Harapan diri sendiri yang tidak
terealisasikan Intervensi Narima Ing Pandum

• Katarsis
• Pengetahuan akan sikap sabar
Kondisi stres yang bermanifestasi menjadi: • Penerapan sikap sabar
• Pengetahuan sikap syukur
- Munculnya perasaan-perasaan negatif
• Penerapan sikap syukur
pada diri sendiri seperti kecewa, sedih,
• Pengetahuan sikap narima
marah
• Penerapan sikap narima
- Munculnya perilaku isolasi diri dari
lingkungan
- Ketidakpuasan dalam hubungan - Lebih sabar dalam dalam
pernikahan dan sosial menghadapi stressor yang ada.
- Munculnya simptom depresi dan - Lebih mampu menerima kondisi
kecemasan saat ini
- Lebih bersyukur dan menghargai
hal-hal yang sudah dimiliki

Penurunan kondisi kesejahteraan psikologis

Meningkatnya kondisi kesejahteraan


psikologi

Keterangan :
: menghasilkan
: pemberian intervensi

48 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

mendapatkan momongan seperti mengikuti Hasil pengukuran kondisi sikap-


pengobatan medis ataupun pengobatan sikap NIP dalam diri partisipan juga terlihat
secara alternatif. N mengungkapkan bila dari semakin meningkat dari fase ke fase. Dari
pemeriksaan medis yang dilakukan pada hasil pengukuran skor rerata harian sikap
tahun kedua dalam pernikahan, tidak NIP, skor sikap NIP partisipan bergerak dari
ditemukan adanya masalah mengenai M= 45,7 pada fase baseline 1, menjadi M= 47,9
reproduksi N. Hanya saja pada saat pada fase intervensi dan M= 52 pada fase
pemeriksaan tersebut, suami N diketahui baseline 2. Jika dilihat dari garis tren linear
memiliki masalah pada spermanya sehingga seperti yang tertera pada gambar 3,
memerlukan pengobatan. Meskipun sudah partisipan terlihat mulai mengalami
melakukan pengobatan selama setahun dan peningkatan sikap NIP sejak fase intervensi
dinyatakan sudah sembuh, N dan suami hingga fase paska intevensi, meskipun pada
tetap belum juga dikaruniai momongan fase baseline 2 hasil sikap NIP partisipan
hingga saat ini. berada dalam kondisi stabil.
Apabila dilakukan analisis secara
Analisis kuantitatif lebih terperinci, khususnya pada
Analisis dengan menggunakan visual perkembangan aspek sikap-sikap NIP dalam
inspection pada kesejahteraan psikologis diri partisipan, ditemukan bahwa tidak
partisipan N, seperti yang tertera pada semua aspek sikap NIP dalam diri partisipan
gambar 2, menunjukkan adanya tren mengalami peningkatan. Partisipan hanya
penurunan pada fase baseline 1 dengan rerata mengalami peningkatan pada aspek sikap
skor M=80,3 dan stabil pada presentase sabar dan sikap syukur, sedangkan aspek
90.5%. Angka rerata tersebut kemudian sikap narima dalam diri partisipan diketahui
menurun pada fase intervensi dengan mengalami penurunan. Berdasarkan
besarnya skor M =76.25. Berdasarkan grafik perhitungan hasil skor rerata, diketahui bila
pada gambar 2, terlihat skor kesejahteraan aspek sikap sabar partisipan bergerak dari
partisipan N selama fase intervensi memang angka M= 13 pada fase baseline 1, kemudian
selalu lebih rendah dibandingkan selama fase naik menjadi M= 13,6 pada fase intervensi
baseline 1. Bahkan skor partisipan N sempat dan semakin naik menjadi M= 17 pada fase
mengalami penurunan yang cukup banyak baseline 2. Bila dilihat dari pergerakan arah
pada pengukuran ke 6 grafik, seperti yang tercantum pada gambar
dan ke 7 (intervensi ke 3 dan 4), 4, terlihat bila sikap sabar partisipan memang
sebelum kemudian mulai mengalami cenderung mendatar pada fase baseline
peningkatan skor. Meskipun demikian, dari hingga pertengahan fase intervensi, dan
hasil garis trend linear skor ceklis mulai meningkat sejak pertengahan fase
kesejahteraan psikologis selama intervensi intervensi dan stabil pada fase baseline 2.
terlihat bila partisipan mengalami kenaikan Perhitungan skor rerata pada aspek
kondisi. Pada fase baseline 2, yaitu fase sikap syukur pada diri partisipan N
setelah intervensi selesai diberikan, menunjukkan hasil M= 15,6 pada fase baseline
partisipan terlihat mengalami peningkatan 1, kemudian meningkat menjadi M= 17,5
skor dengan besarnya skor M=79. pada fase intervensi dan semakin meningkat
Perubahan terhadap kondisi menjadi M= 19 pada fase baseline 2. Bila
kesejahteraan psikologis partisipan N, dilihat dari arah perkembangan garis dalam
menunjukkan adanya keselarasan dengan grafik, diketahui bila aspek sikap syukur
perubahan kualitas sikap NIP partisipan. pada diri partisipan cenderung fluktuatif.
Aspek sikap syukur partisipan cenderung

E-JURNAL GAMA JPP 49


SUHITA & SUBANDI
84
Grafik Skor Ceklis Kesejahteraan Psikologis Partisipan N
82
80
78 Baseline A1

Skor Ceklis
76 Intervensi
74
Baseline A2
72
Linear
70 (Intervensi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 2. Grafik Skor Ceklis Harian Kesejahteraan Psikologis

Grafik Skor Ceklis Sikap NIP Partisipan N


60
50
Skor Ceklis

40 Baseline 1
30 Intervensi
20
Baseline 2
10
Linear
0 (Intervensi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 3. Grafik Hasil Skor Ceklis Harian Sikap NIP (Cek Manipulasi)

menurun pada fase baseline 1, kemudian sedikit naik pada fase pertengahan
mulai naik pada awal fase intervensi kemudian menurun pada fase akhir
kemudian cenderung stabil pada intervensi hingga baseline 2.
pertengahan intervensi, sempat naik cukup Dari hal tersebut dapat disimpulkan
tajam pada pertemuan ke 6 proses intervensi bahwa meskipun kondisi kesejahteraan
dan stabil pada fase baseline 2. psikologis partisipan sempat menurun pada
Berbeda dengan dua sikap yang lain, awal fase intervensi, terapi NIP mampu
sikap narima dalam diri partisipan terlihat kembali meningkatkan kesejahteraan
mengalami penurunan. Dari perhitungan psikologis pada diri partisipan, seiring
hasil skor rerata diketahui bila partisipan dengan meningkatnya pula kualitas sikap-
memperoleh skor M= 17 pada fase baseline 1, sikap NIP dalam diri partisipan khususnya
kemudian turun menjadi M= 16,7 pada fase sikap sabar dan syukur. Selain itu, efek dari
intervensi dan semakin turun menjadi M= 16 terapi NIP masih bertahan pada diri
pada fase baseline 2. Bila dilihat dari hasil partisipan baik terhadap sikap NIP ataupun
garis grafik, seperti yang tertera pada gambar kesejahteraan diri meskipun terapi sudah
4, diketahui bila partisipan N berada dalam tidak lagi diberikan.
kondisi stabil pada fase baseline 1, kemudian
menurun pada fase awal intervensi, sempat

50 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

Grafik Skor Ceklis Kesejahteraan Psikologi Partisipan A


120

100

80
Skor Ceklis

baseline A1
60
intervensi
40
baseline A2
20
Linear
(intervensi)
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Gambar 5. Grafik Hasil Ceklis Harian Kesejahteraan Psikologis

Analisis deskriptif dan hal tersebut sangatlah bertentangan


Analisis deskriptif dilakukan kepada hasil dengan nilai yang dianut N. Adanya
tugas, hasil wawancara dan hasil observasi perbedaan tersebut membuat N seringkali
tertulis. Berdasarkan hasil analisis deskriptif merasa sakit hati dan tidak merasa nyaman
diketahui bila N merasakan adanya empat saat berinteraksi dengan mereka sehingga N
tekanan terkait kondisinya yang sekarang cenderung menghindari interaksi dengan
belum memiliki anak. Pertama, tekanan dari lingkungan sekitar. Adanya tekanan-tekanan
mertua dikarenakan N dan suami tinggal di tersebut menjadi tanda bila partisipan
rumah mertua. N merasa mertuanya mengalami permasalahan dalam dimensi
terkadang terlalu ikut campur dalam kesejahteraan psikologis yaitu pada bagian
masalah rumah tangganya, meskipun di sisi hubungan positif dengan orang lain dan
lain N merasa mertuanya kurang peduli pemahaman terhadap lingkungan.
terhadap N secara personal. Kedua, masalah Selama fase baseline 1, N mengatakan
dengan dua keluarga saudara ipar suami bahwa dirinya telah belajar banyak tentang
yang kebetulan juga tinggal satu rumah penerimaan dari kajian-kajian agama yang Ia
dengan N. Kedua keluarga saudara ipar ikuti. Partisipan N juga sering kali
tersebut saat ini telah memiliki anak, mengulang-ulang pernyataan bahwa dirinya
sehingga menimbulkan adanya perasaan iri bisa menerima dan tidak merasa bermasalah
pada diri N. Kondisi tersebut juga membuat dengan kondisi belum memiliki anak, karena
N merasa tertekan karena mertua secara semua itu adalah kehendak Allah.
tidak langsung jadi membandingkan dirinya Pernyataan tersebut masih juga sering
dengan ipar. Adanya tekanan tersebut di diulang hingga pertemuan ketiga. Hanya saja
rumah dari mertua dan saudara iparnya di sisi lain partisipan N juga terus
membuat hubungan N dengan anggota mengeluhkan kondisi yang secara tidak
keluarga di rumah menjadi kurang hangat langsung berhubungan dengan kondisi
dan dekat. belum memiliki anak tersebut, seperti
Ketiga, tekanan dari lingkungan sekitar hubungan dengan mertua, ipar ataupun
yang berupa cibiran ataupun pertanyaan lingkungannya. Di saat terapis mencoba
seputar momongan yang dirasa N terkadang untuk meluruskan, N sering melakukan
menyakitkan ataupun membebani. N penyangkalan dengan berkata “Enggak mbak,
mengungkapkan bila lingkungan sekitar N enggak gitu, cuman…”.
memiliki pegangan nilai yang terlalu kejawen,

E-JURNAL GAMA JPP 51


SUHITA & SUBANDI

Dari hasil observasi selama pertemuan berkaitan dengan kesabaran dan


pertama hingga ketiga, diketahui pula N kebersyukuran serta memiliki keyakinan
seringkali menyangkal ketika terapis bahwa dirinya mampu menerapkan hal
mencoba merefleksikan emosi yang muncul tersebut Pada sesi kedelapan, partisipan
seperti: menyatakan bila dirinya tidak mau mengungkapkan bahwa terapi NIP membuat
baper (membawa perasaan) dalam dirinya merasa lebih legawa dan mampu
memandang masalah pada dan menjawab mengontrol emosinya yang cenderung
bila sedang mengalami masuk angin saat fluktuatif.
ditanya mengapa N diam dan berkaca-kaca Pengambilan data wawancara juga
setelah bercerita. dilakukan di akhir fase baseline 2. Partisipan
Pada pertemuan keempat, N mulai N mengungkapkan bila dirinya masih terus
dapat fokus terhadap jalannya tujuan dari belajar menjadikan sikap sabar, syukur dan
intervensi diadakan. N juga mulai dapat narima sebagai nilai yang dipegang untuk
terbuka baik secara komunikasi ataupun menghadapi kejadian sehari-hari. Dari
emosi, serta tidak banyak melakukan keseluuruhan proses terapi, bagian rileksasi
penyangkalan. Pada pertemuan keempat merupakan hal yang paling dirasakan
tersebut, N mengatakan bila dirinya jadi lebih bermanfaat bagi partisipan N terutama untuk
menyadari bahwa dirinya masih memiliki mengatur emosinya yang cenderung
rasa sedih, iri, ingin dan kecewa terhadap fluktuatif.
kondisinya yang belum memiliki keturunan.
N juga mengungkapkan bila dirinya belajar Partisipan A
banyak sudut pandang baru tentang sabar Latar belakang
dan syukur. Kesabaran dan kebersyukuran A merupakan wanita berusia 28 tahun yang
dimaknai partisipan sebagai sesuatu yang sudah menjalani 4 tahun pernikahan dengan
tidak hanya selalu mengenai hal-hal yang suami. Selama 4 tahun pernikahan, A dan
besar-besar saja, namun juga hal-hal kecil suami sudah melakukan berbagai macam hal
dalam hidup. untuk memperoleh keturunan baik dari segi
Pada pertemuan kelima, N sempat medis ataupun alternatif. Dari proses
mengalami kesulitan saat diajak untuk pemeriksaan secara medis, A dinyatakan
berdiskusi mengenai sikap syukur yang sehat oleh dokter. Hanya saja suami A perlu
sudah dipelajari pada pertemuan keempat. N mendapatkan pengobatan dengan vitamin
masih terlihat belum paham terhadap makna dikarenakan gaya hidupnya yang kurang
sikap syukur sehingga kesulitan saat diminta sehat sehingga dimungkinkan dapat
memberikan contoh. Terapis harus kembali memengaruhi kualitas sperma. Meskipun
memberikan materi dan penjelasan hingga N demikian, A dan suami dinyatakan sehat
akhirnya dapat paham serta menemukan secara medis oleh dokter.
makna bila dirinya perlu bersyukur lebih
banyak lagi terkait hal-hal kecil, menyadari Analisis kuantitatif
lebih banyak lagi terhadap hal-hal yang Analisis kesejahteraan psikologis partisipan
dapat disyukuri oleh dirinya dan menjadi A menggunakan visual inspection,
pribadi yang lebih tangguh. menunjukkan adanya tren grafik yang stabil
Pertemuan keenam dan ketujuh dengan besarnya rerata skor M=55 pada fase
berjalan dengan lancar dan sesuai dengan baseline 1 dengan presentase kestabilan 100%,
alur dari intervensi diadakan. Partisipan N yaitu fase sebelum terapi diberikan.
merasa mendapatkan banyak ilmu baru dan Selanjutnya pada fase intervensi, yaitu ketika
skill baru tentang penerimaan, terutama yang partisipan mulai diberikan perlakuan berupa

52 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

terapi, rerata hasil skor partisipan juga bergerak dari M= 13,3 pada fase baseline 1,
terlihat mengalami kenaikan kondisi menjadi M= 15,5 pada fase intervensi dan M=
kesejateraan psikologis dengan nilai M=68,4. 19 pada fase baseline 2. Untuk aspek sikap
Perhitungan skor rerata pada fase baseline 2 narima, diketahui bila partisipan
juga menunjukkan bila partisipan semakin memperoleh hasil rerata skor M= 11 pada
mengalami peningkatan kondisi kesejahtera- baseline 1, kemudian naik menjadi M= 15 pada
an psikologis dengan skor M = 79.3. . Dari fase intervensi dan M= 19,7 pada fase baseline
arah garis tren syang bergerak semakin ke 2.
kanan atas seperti yang terdapat pada Apabila dilihat dari hasil grafik skor
gambar 5, dapat disimpulkan bila kondisi per aspek NIP, seperti yang tertera dalam
kesejahteraan psikologis terlihat mengalami gambar 7, terlihat bila partisipan A memang
peningkatan. mengalami peningkatan pada ketiga aspek
Adanya perubahan terhadap hasil dalam NIP. Meskipun ketiganya sama-sama
kesejahteraan psikologis partisipan A mengalami peningkatan, sikap sabar dan
ternyata memiliki kesesuaian dengan sikap narima merupakan dua sikap yang
perubahan hasil kualitas sikap NIP pada diri terlihat mengalami peningkatan yang lebih
partisipan. Berdasarkan perhitungan hasil banyak dibandingkan dengan sikap syukur.
skor rerata ceklis sikap harian NIP, diketahui Hasil ga mbar grafik juga menunjukkan bila
bila partisipan mengalami kenaikan dari skor peningkatan aspek-aspek dalam NIP
M= 34,3 pada fase baseline 1, kemudian partisipan mulai terlihat sejak awal intervensi
meningkat menjadi M= 44,6 pada fase hingga fase baseline 2.
intervensi dan terus meningkat menjadi M= Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
57,3 pada fase baseline 2. Adanya peningkatan bahwa terapi NIP dapat meningkatkan sikap-
hasil skor rerata tersebut menunjukkan bila sikap NIP yang berupa sikap sabar, sikap
terjadi peningkatan sikap NIP pada diri syukur dan sikap narima dalam diri
partisipan. partisipan, yang kemudian berpengaruh pula
Peningkatan sikap NIP dalam diri dalam peningkatan kondisi kesejahteraan
partisipan A juga dapat terlihat dari arah tren psikologis.
garis linear seperti yang terdapat pada
gambar 6. Kenaikan mulai terjadi sejak fase Analisis deskriptif
intervensi diberikan kepada partisipan, Data deskriptif diperoleh dari hasil lembar
terutama mulai dari pertemuan ketiga. kerja, wawancara dan hasil observasi tertulis.
Kenaikan sikap NIP juga terus terlihat hingga Berdasarkan data deskriptif partisipan,
fase baseline 2, yaitu fase setelah intervensi partisipan mengungkapkan bila dirinya
selesai diberikan.Bila dianalisis secara lebih memiliki keinginan untuk mendapat anak
terperinci terhadap aspek-aspek dalam NIP, sejak lama. Hanya saja, meskipun telah
diketahui bila partisipan mengalami melakukan banyak usaha baik medis
peningkatan pada ataupun non medis, A belum juga berhasil
ketiga aspek dalam NIP. Berdasarkan mendapatkan keturunan. Hal tersebut
perhitungan skor rerata aspek sabar, menyebabkan munculnya perilaku
diketahui bila partisipan A mendapatkan mempertanyakan dan menyalahkan diri
skor M= 10 pada fase baseline 1, meningkat sendiri atas kondisi yang ada. Partisipan juga
menjadi M= 14,1 pada fase intervensi dan mengungkapkan bila kondisinya yang sulit
semakin meningkat menjadi M= 18,7 pada memiliki anak, terkadang menyebabkan
fase baseline 2. Untuk perhitungan skor rerata adanya perasaan kesal dan cemas terhadap
aspek syukur, diketahui skor partisipan diri sendiri. Hal tersebut mengindikasikan

E-JURNAL GAMA JPP 53


SUHITA & SUBANDI

Grafik Skor Ceklis Sikap NIP Partisipan A


70

60

50
Skor ceklis

40 baseline A1

30 intervensi
20
baseline A2
10

0 Linear
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 (intervensi)

Gambar 6. Grafik Hasil Ceklis Harian Sikap NIP (Cek Manipulasi)

adanya permasalahan dalam dimensi proses terapi supaya dapat belajar cara
kesejahteraan psikologis yaitu penerimaan mengatur emosi dan mengungkapkan emosi
terhadap diri. dengan lebih tepat.
A juga menyebutkan bila kondisi Selama proses terapi, pada pertemuan
belum memiliki anak disertai dengan pertama dan kedua, partisipan mampu
keinginan yang besar untuk memilikinya, menyadari emosi-emosi yang ada dalam
membuat adanya permasalahan dalam dirinya. Partisipan A menyadari bahwa
hubungan sosial. A menyebutkan bila suami dirinya masih menyimpan rasa sedih, rasa
sampai saat ini masih saja merokok dan marah, perasaan bersalah dan berbagai emosi
melakukan gaya hidup tidak sehat lainnya lainnya. Kesadaran akan emosi-emosi
sehingga dirasa A dapat memengaruhi tersebut muncul ketika partisipan diberikan
keberhasilan dalam memiliki anak. Hal proses rileksasi dan pemaknaan. Kesadaran
tersebut membuat A merasa kesal dan sering akan emosi tersebut mendorong partisipan
kali mengomel serta marah kepada suami. A untuk lebih terbuka dalam bercerita kepada
juga mengungkapkan bila kondisi belum terapis selama proses terapi. Hal tersebut
memiliki anak menyebabkan A menghindari terlihat dari antuasisme dan keterbukaan
teman ataupun keluarga yang sering kali partisipan untuk kembali bercerita seusai
nyinyir dan menanyainya seputar kehamilan. proses rileksasi.
Adanya hal-hal tersebut mengindikasikan A Pada pertemuan ketiga partisipan
memiliki permasalahan dalam dimensi mengungkapkan bila dirinya mulai mencoba
kesejahteraan psikologis yang berupa menerapkan pengetahuan tentang sikap
hubungan positif dengan orang lain. Dalam sabar yang didapatkan dari hasil terapi paska
mengatasi emosi-emosi negatif dalam diri, A pertemuan kedua. Hanya saja terkadang
biasanya berusaha melupakan kejadian partisipan masih lupa bagaimana cara
negatif yang terjadi, menghindari kondisi menerapkannya, sehingga membuatnya
yang sekiranya dapat memunculkan emosi ragu-ragu dalam menerapkannya.
negatif dan melampiaskan dengan Pertemuan ketiga membuat partisipan
mengomel. A mengatakan bila cara tersebut merasa semakin yakin dan termotivasi untuk
tidak banyak membantu dan malah menerapkan sikap sabar. Pada pertemuan
terkadang membuat munculnya keempat dan kelima, partisipan
permasalahan yang lain. Hal tersebut yang mengungkapkan bila sikap syukur
kemudian mendorong A untuk mengikuti merupakan hal yang jauh lebih mudah untuk

54 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

Grafik Skor Per Aspek Ceklis NIP Partisipan A


25

20

15
skor

10
Fase
5 Fase Fase Baseline 2
Baseline 1 Intervensi
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

sabar syukur narima

Gambar 7. Grafik Hasil Skor Setiap Aspek NIP Partisipan A

dipahami dan diterapkan dibanding sikap terapi, dirinya sangat sensitif terhadap
sabar. Meskipun demikian, pertemuan masalah memiliki momongan. Namun,
keempat dan kelima membuat partisipan sekarang partisipan merasa sudah lebih jauh
merasa semakin paham dan termotivasi dapat menerima kondisi tersebut sehingga
untuk menerapkan sikap syukur merasa semakin nyaman dan semakin
dikarenakan adanya dukungan dan bersemangat untuk berusaha. Partisipan juga
penguatan dari terapis mengungkapkan dirinya sudah mampu
Pada pertemuan keenam, partisipan mengontrol emosi dan mengurangi
mengungkapkan bila dirinya teringat kemarahannya kepada suami sehingga
kembali mengenai arti dari penerimaan. hubungan di antara mereka berdua
Partisipan juga mengungkapkan bila sikap membaik.
sabar, syukur dan menerima membawa Pada wawancara akhir di fase baseline 2
dampak positif dalam dirinya, salah satunya partisipan A mengungkapkan bila dirinya
mampu lebih sabar dalam menghadapi masih terus menerapkan apa yang Ia
suami dan mampu mengajak suami untuk dapatkan dari proses terapi. A merasa bahwa
bersama-sama menerapkan sikap sabar dan apa yang dipelajari dari terapi kini
syukur dalam menghadapi kondisi yang merupakan bagian dari dirinya, dan apa yang
terjadi. Pada pertemuan ketujuh, partisipan dilakukannya tersebut (menerapkan sikap-
mengungkapkan bila dirinya lebih mampu sikap NIP) memberikan perasaan nyaman
menerima kondisi yang terjadi di sekitarnya. dan tenang dalam diri. Dari keseluruhan
Sebagai contoh, saat mendengar temannya proses terapi, A menyatakan bahwa proses
hamil, partisipan tidak merasakan iri namun pemberian materi, pemaknaan diserta
dapat ikut berbahagia. Partisipan merasa rileksasi merupakan tiga hal yang paling
mampu menerima kondisi dirinya dan suami berkesan dan bermanfaat dalam dirinya.
yang belum dapat hamil. Pemahaman yang Bahkan A juga mengajarkan dan menularkan
dimiliki partisipan juga membuat partisipan ketiga hal tersebut kepada suami serta teman-
merasa yakin saat akan mengajarkannya teman yang dirasa memiliki kondisi serupa.
kepada suami. A mengungkapkan bila dirinya masih terus
Di pertemuan kedelapan, partisipan merasakan manfaat yang didapat dari proses
mengutarakan bila dirinya merasakan terapi yaitu mampu mengontrol emosi dan
banyak manfaat dari terapi yang telah mampu menerima kondisi belum memiliki
dilakukan. Partisipan merasa sebelum ikut anak dengan perasaan tenang.

E-JURNAL GAMA JPP 55


SUHITA & SUBANDI

Diskusi merasa jauh lebih legawa dan partisipan A


Studi ini dilakukan untuk menguji efektivitas yang merasa bahagia dan nyaman setelah
dari Terapi Narima Ing Pandum untuk proses intervensi diberikan. Penelitian
meningkatkan kesejahteraan psikologis pada mengenai penerimaan, sesuatu yang paling
wanita menikah dengan gangguan fertilitas ditekankan dalam penelitian ini, juga
idiopatik. Dari hasil analisis visual inspection menemukan bahwa adanya peningkatan
kedua partisipan, diketahui bahwa kedua penerimaan dalam diri individu dapat
partisipan mengalami peningkatan kondisi membawa dampak positif pada
kesejahteraan psikologis seiring dengan kesejahteraan psikologis individu yang
adanya peningkatan kualitas sikap-sikap NIP sedang menghadapi kondisi sulit (Fava &
dalam diri partisipan. Peningkatan akan Tomba, 2009; Moghanloo, Moghanloo &
kesejahteraan psikologis dan sikap-sikap Moazezi, 2015; Garcia et al., 2014). Hal
dalam NIP dapat terlihat dari perubahan skor tersebut selaras dengan apa yang dialami dan
rerata antara satu fase dengan fase yang lain didapatkaan partisipan dalam penelitian ini.
serta perubahan arah garis tren linear dalam Partisipan A mengungkapkan bila yang
hasil grafik. semula sensitif terhadap pembicaraan
Adanya perubahan kondisi ke- seputar isu memiliki anak, menjadi lebih jauh
sejahteraan psikologis yang selaras dengan lebih nyaman dan semakin bersemangat
perubahan kualitas sikap-sikap NIP (sabar, untuk berusaha mengikuti program
syukur dan narima) dalam diri individu, kehamilan di saat dirinya mampu menerima
sesuai dengan berbagai hasil dari penelitian kondisi tersebut.
yang telah ada. Penelitian mengenai sikap Dari penjelasan di atas dapat
sabar dikemukakan oleh Schnitker (2012) disimpulkan bahwa Terapi NIP dalam
menyebutkan bahwa, adanya peningkatan penelitian ini tidak hanya mengurangi distres
sikap sabar terbukti dapat menurunkan pada diri partisipan. Terapi NIP juga terbukti
kondisi depresif, menurunkan tingkat emosi dapat menumbuhkan sikap positif baik
negatif serta meningkatkan kemampuan terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang
untuk menghadapi tantangan yang ada lain dan lingkungan sekitar, mampu
dalam diri individu. Hal tersebut juga sesuai melakukan pertumbuhan dan
dengan kondisi partisipan A yang perkembangan diri yang berkelanjutan serta
menyatakan bahwa peningkatan sikap sabar memiliki tujuan. Hal tersebut sesuai dengan
dalam dirinya karena terapi NIP dirasakan teori mengenai ciri-ciri adanya kesejahteraan
membantu A dalam menghadapi suami dan psikologi yang baik menurut Ryff (2014).
memperbaiki hubungan di antara mereka Berdasarkan hal tersebut, hipotesis dalam
berdua. Begitu pula dengan partisipan N penelitian ini diterima.
yang mengungkapkan bila terapi NIP Dalam pelaksanaan intervensi,
mampu membantunya merasa lebih legawa terdapat beberapa hal yang dirasa
dan mengatur emosinya yang selama ini menunjang keberhasilan terapi untuk
cenderung fluktuatif mencapai tujuan dari penelitian ini diadakan.
Adanya peningkatan kualitas akan Hal yang pertama adalah adanya sesi
sikap syukur juga telah terbukti dapat bercerita dan berdiskusi sebagai suatu sarana
menciptakan perasaan bahagia (Emmons & katarsis bagi partisipan. Proses katarsis
Stern, 2013) serta menurunkan tingkat stres berlangsung selama proses terapi diadakan,
dan depresi pada seorang individu (Emmons terutama pada pertemuan sesi pertama.
& Stern, 2013; Gavian, 2011). Hal tersebut pun Proses katarsis diketahui membawa banyak
sesuai dengan kondisi partisipan N yang manfaat pada partisipan yaitu menimbulkan

56 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

adanya perasaan lega pada diri partisipan kondisi intervensi. Berdasarkan hasil
dan membantu partisipan menemukan wawancara akhir dengan partisipan,
perasaan-perasaannya yang selama ini diketahui bila kedua partisipan berusaha
terabaikan. Hal tersebut sesuai manfaat dari menjadikan nilai-nilai NIP sebagai nilai
katarsis yaitu mengurangi simptom depresi dalam hidup untuk terus dilakukan. Dengan
dan kecemasan serta mampu meningkatkan bersikap sesuai dengan nilai-nilai NIP,
pemahaman individu atas kondisi emosional partisipan merasa nyaman dan tenang dalam
yang dimiliki (Powell, 2007; Qonitatin, menghadapi kejadian sehari-hari. Hal
Widyawati & Asih, 2011). tersebut membuktikan bahwa efek dari terapi
Hal berikutnya adalah adanya proses NIP dapat bertahan pada diri partisipan
pemberian materi pada partisipan. Proses selama sikap-sikap NIP masih terus
pemberian materi diketahui membantu dilakukan.
partisipan untuk memahami secara lengkap Hal yang menarik perhatian dalam
dan komprehensif terkait dengan topik-topik penelitian ini adalah adanya penurunan skor
yang diangkat. Dalam proses ini, kedua rerata kesejahteraan psikologis pada
partisipan merasa bila dirinya menjadi lebih partisipan N. Meskipun telah terjadi
tahu dan paham mengenai seluk beluk sikap- peningkatan skor rerata dari fase intervensi
sikap NIP yaitu sabar, syukur dan narima. Hal hingga fase baseline 2, kedua skor rerata
tersebut sesuai dengan manfaat dari tersebut tetap lebih rendah apabila
pemberian materi yaitu memberikan dibandingkan dengan skor rerata pada fase
pengetahuan kepada individu terkait dengan baseline 1. Kondisi lain yang menarik dari
kondisi dirinya sehingga individu lebih partisipan N adalah tidak semua aspek NIP
memahami keadaan diri sendiri, mampu dalam diri partisipan meningkat selama
melakukan tindakan preventif ataupun mengikuti terapi. Hanya aspek sikap sabar
kuratif (Lukens & McFarlane, 2004). dan sikap syukur partisipan yang meningkat,
Rileksasi dalam terapi ini juga dirasa sedangkan aspek sikap narima dalam diri
sebagai salah satu hal yang menunjang partisipan cenderung menurun seiring
keberhasilan terapi NIP. Partisipan A merasa dengan jalannya terapi.
rileksasi mampu membantunya mengen- Adanya kondisi tersebut diduga karena
dalikan emosi yang cenderung fluktuatif. Hal N kurang memiliki kesiapan (readiness)
yang dirasakan oleh partisipan tersebut dalam mengikuti proses terapi, meskipun
selaras dengan penelitian Ali & Hasan (2010) sebenarnya N telah memiliki kemauan
yang menemukan bahwa rileksasi mampu (willingness) yang baik. Peneliti menduga
mengurangi ketegangan otot sehingga dapat ketidaksiapan N sebenarnya sudah terjadi
membantu individu mengurangi rasa cemas sejak baseline 1, ditunjukkan dengan sikap
dan merasa lebih tenang. sering mengulang-ulang pernyataan bahwa
Pada saat proses intervensi selesai dirinya baik-baik saja. Hal tersebut yang
diberikan lalu dilakukan pengukuran dan sekiranya mungkin menyebabkan terjadinya
follow up kurang lebih selama tiga kali, faking-good dalam proses pengisian ceklis
diketahui bila kedua partisipan tidak sehingga hasil skor ceklis pada fase tersebut
mengalami penurunan kesejahteraan sangat tinggi. N kemudian juga masih
psikologis. Selaras dengan hal tersebut, menunjukkan ketidaksiapan di awal proses
kondisi sikap-sikap NIP dalam diri partisipan terapi sehingga N masih sering menyangkal
juga tidak mengalami penurunan. Bahkan, disaat diberikan refleksi emosi dan saat
kedua partisipan mengalami kondisi terapis mencoba menyimpulkan hasil
peningkatan bila dibandingkan dengan pembicaraan.

E-JURNAL GAMA JPP 57


SUHITA & SUBANDI

Secara lebih jauh, Ogrodniczuk et al. partisipan penelitian tidak hanya sekedar
(2009) menyebutkan bila kesiapan dapat suku Jawa dan paham bahasa Jawa, namun
memengaruhi dimensi-dimensi lain dalam juga memahami serta menjalankan nilai-nilai
diri individu seperti kemauan (willingness), Jawa. Mencobakan kembali pada kriteria
hasrat (desire) dan tingkat distres. Oleh partisipan yang sama untuk melihat
karena itu, ketika individu tidak siap dalam keefektivan dari terapi NIP lebih lanjut.
mengikuti proses psikoterapi maka hasilnya Bagi partisipan penelitian dapat
dapat dipastikan tidak sesuai dengan arah menerapkan narima ing pandum secara terus-
dari terapi tersebut dirancang. menerus dalam kehidupan sehari-hari. Hal
N baru menunjukkan kesiapan tersebut dikarenakan NIP merupakan sikap
sesungguhnya pada pertemuan ke 4. Pada yang perlu dibentuk dengan pembiasaan.
pertemuan tersebut N mulai mengizinkan
terapis dan dirinya sendiri untuk berproses Daftar Pustaka
bersama dalam terapi. N tidak lagi Ali, U., & Hasan, S. (2010). The effectiveness
menunjukkan adanya penolakan dan of relaxation therapy in the reducing
penyangkalan akan emosi dalam dirinya. of anxiety related symptoms: a case
Munculnya kesiapan tersebut yang disinyalir study. International Journal of
mendorong N untuk mengisi ceklis secara Psychological Studies, 2(2), 202-208.
jujur, sesuai dengan kondisi emosi dan doi: 10.5539/ijps.v2n2p202
pikiran yang N miliki. Bratawijaya, T. W. (1997). Mengungkap dan
Terapi NIP dalam penelitian ini, juga mengenal budaya Jawa. Jakarta: PT.
tidak terlepas dari hal-hal di luar terapi yang Pradnya Paramita.
dapat menjadi ancaman validitas internal Dermatoto, A. (2008). Dampak infertilitas
penelitian, seperti kondisi kedua partisipan terhadap perkawinan: Suatu perspektif
yang bekerja yang menyebabkan gender. Laporan Penelitian Fakultas
pelaksanaan intervensi menjadi berubah dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Tidak
waktu yang seharusnya, suasana tempat diterbitkan). Surakarta: Universitas
terapi yang terkadang kurang mendukung Sebelas Maret.
jalannya terapi serta waktu yang cenderung Draye, M. A., Wood, N. F., & Mitchell, E.
terbatas dalam melakukan proses intervensi. (2009). Coping with infertility in
couples: Gender differences. Health
Kesimpulan Care for Women International Journal, 9,
Hasil penelitian yang telah dilakukan 163-175. doi: 10.1080/0739933880
menunjukkan bahwa Terapi Narima Ing 9515815
Pandum terbukti dapat meningkatkan Duvall, E., & Miller C. M. (1985). Marriage and
kesejahteraan psikologis pada wanita family develompent 6th Ed. New York:
menikah dengan gangguan fertilitas Harper & Row Publisher.
idiopatik. Hal tersebut dapat terlihat dari Emmons, R. A., & Stern, R. (2013). Gratitude
peningkatan skor rerata kesejahteraan as psychotherapeutic intervention.
psikologis pada partisipan setelah mengikuti Journal of Clinical Psychology in Session,
terapi. 8(69), 846-855. doi: 10.1002/jclp.22020
Endraswara, S. (2012). Falsafah hidup Jawa:
Saran Menggali mutiara kebijakan dari intisari
Bagi peneliti selanjutnya dapat memperjelas filsafat kejawen. Yogyakarta:
definisi operasional dalam ceklis NIP yang Cakrawala.
digunakan, seperti memastikan bahwa

58 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

Fava, G. A., & Tomba, E. (2009). Increasing (2013). Konsensus penanganan


psychological well-being and infertilitas. Jakarta : HIFERI.
resilience by psychotherapeutic Lukens, E. P., & McFarlane, W. R. (2004).
methods. Journal of Personality, 6(77). Psychoeducation as evidence-based
1467-1934. doi: 10.1111/j.1467- practice: Considerations for practice,
6494.2009.00604.x research and policy. Brief Treatment
Garcia, D., Nima, A. A., & Kjell, O. N. E. and Crisis Intervention, 4(3). Oxford:
(2014). The affective profile, University Press.
psychological well-being and Moeloek, F.A. (1986). Aspek psikologi &
harmony: Enviromental mastery and sosiologi kontrasepsi. Jakarta: PKBI.
self-acceptance predict the sense of a Moghanloo, V. A., Moghanloo, R. A., &
harmonious life. PeerJ, 1, 1-21. doi: Moazezi, M. (2015). Effectiveness of
10.7717/peerj.259 acceptance and commitment therapy
Gavian, M.E. (2011). The effect of relaxation and for depression, psychological well-
gratitude intervention on stress outcome. being and feeling of guilt in 7-15 years
Dissertation (Unpublished). old diabetic children. Iran Journal
Minnesota: The University of Pediatric, 4(25), 1-6. doi: 10.5812
Minnesota. /ijp.2436
Haica, C. C. (2013). Gender differences in Ogrodniczuk, J. S., Joyce, A., & Piper, W. E.
quality of life, intensity of (2009). Development of the readiness
dysfunctional attitudes, for psychotherapy index. The Journal
unconditional self-acceptance, of Nervous and Mental Disease, 197(6),
emotional distress and dyadic 427-33. doi: 10.1097/NMD.0b013e31
adjustment of infertile couples. 81a61c56
Procedia–Social and Behavioral Sciences, Park, N. K., & Hill, P. W. (2014). Is adoption
78, 506-510. doi: 10.1016/j.sbspro an option? The role of importance of
.2013.04.340 motherhood and fertilitty help-
Hartoyo, Latifah, M., & Mulyani, S. R. (2011). seeking in considering adoption.
Studi nilai anak, jumlah anak yang Journal of Family Issues, 5(35), 601-626.
diinginkan dan keikutsertaan orang doi : 10.1177/0192513X13493277
tua dalam program KB. Jurnal Ilmu Passer, M. W., & Smith, R. E. (2007).
Keluarga & Konsumen, 4(1), 37-45. Psychology the science of mind and
Hidayah, N. (2012). Nilai anak, stres behavior 3rd ed. New York: McGraw
infertilitas dan kepuasan perkawinan Hill.
pada wanita yang mengalami Peterson, B. D., Newton, C. R., Rosen, K. H.,
infertilitas. Insight, Jurnal Ilmiah & Skaggs, G. E. (2006). Gender
Psikologi Universitas Mercubuana differences in how men and women
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas who are referred for IVF cope with
Mercubuana. infertility stress. Human Reproduction
Hiferi (Himpunan Endokrinologi Reproduksi Journal, 21(9), 2443-2449. doi:
dan Fertilitas Indonesia), Perfitri 10.1093/humrep/de1145
(Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Pinel, J. P. J. (2009). Biopsikologi, Edisi Ketujuh.
Indonesia), IAUI (Ikatan Ahli Urologi Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Indonesia), & POGI (Perkumpulan Powell, E. (2007). Chatarsis in psychology
Obstetri dan Ginekologi Indonesia). and beyond: A historic overview.

E-JURNAL GAMA JPP 59


SUHITA & SUBANDI

Retrieved from http://primal- di Jawa. Laporan Penelitian (tidak


page.com/cathar.htm diterbitkan). Yogyakarta: PPS
Prasetyo, N. H. (2014). Program intervensi Kependudukan UGM.
narima ing pandum untuk meningkatkan Smolak, L. (1993). Adult development. New
kesejahteraan psikologis keluarga pasien Jersey: Pearson.
skizofrenia. Thesis (tidak diterbitkan). Subandi. (2011). Sabar: Sebuah konsep
Yogyakarta: Universitas Gadjah psikologi. Jurnal Psikologi, 3(2), 215-
Mada. 227
Qonitatin, N., Widyawati, S., & Asih, G. Y. Sulaksono, D. (2014). Filsafat Jawa. Surakarta :
(2011). Pengaruh katarsis dalam Cakrawala Media.
menulis ekspresif sebagai intervensi Suratno, P., & Astiyanto, H. (2009). Gusti ora
depresi ringan pada mahasiswa. sare: 90 mutiara nilai kearifan budaya
Jurnal Psikologi Undip 9(1). Semarang: Jawa. Yogyakarta: Adiwacana.
Universitas Diponegoro. Tseng, W. (1999). Culture and psychotherapy:
Rahmat. (2017). Alihbahasa dan interpretasi A review and practical guidelines.
naskah Babad Blarutan. (Tidak Transcultural Psychiatry Article, 36(2),
diterbitkan). Yogyakarta: 131-179.
Pakualaman. Tuzer, V., Tuncel, A., Goka, S., Bulut, S. D.,
Rascanu, R., & Vladica, S. (2012). Attitudinal Yuksel, F. V., Atan, A., & Goka, E.
and emotional structures spesific for (2010). Marital adjustment and
infertile women. Procedia – Social and emotional symptoms in infertile
Behavioral Sciences, 33, 100-103. doi: couples: Gender differences. Journal of
10.1016/j.sbspro.2012.01.091 Turkish Medical Science, 2(40), 229-237.
Ryff, C. D. (2014). Psychological well-being doi: 10.3906/sag-0901-17
revisited: Advances in the science and Oktriyanto, Puspitawati, H., & Muflikhati, I.
practice of eudaimonia. Psychotherapy (2015). Nilai anak dan jumlah anak
and Psychosomatics, 83, 10-28. yang diinginkan pasangan usia subur
Ryff, C. D. (1989). Happiness is everything or di wilayah pedesaan dan perkotaan.
is it? Explorations on the meaning of Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 8(1),
psychological well being. Journal of 1-9.
Personality & Social Psychology, 5, 1069- Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., &
1081. Kolts, R. L. (2003). Gratitude and
Saktimulya, S. R. (2016). Naskah-naskah happiness: Development of a measure
skriptorium Pakualaman, Periode Paku of gratitude, and relationship with
Alam II (1830-1858). Jakarta: subjective well-being. Journal of Social
Gramedia. Behavior and Personality, 31(5), 431-452.
Schnitker, S. A. (2012). An examination of Wood, A. M., Froh, J. J., & Geraghty, A. W. A.
patience and wellbeing. Journal of (2010). Gratitude and wellbeing: A
Positive Psychology, 7, 263-280. review and theoritical integration.
Sigar, A. (2008). Koping istri dalam merespon Clinical Psychology Review. doi:
kegagalan terapi infertilitas di RSUP Dr. 10.1016/j.cpr.2010.03.005
Sardjito Yogyakarta. Thesis (Tidak Wood, A. M., Joseph, S., & Maltby, J. (2008).
diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gratitude uniquely predicts
Gadjah Mada. satisfaction with life: Incremental
Singarimbun, M., Darroch, R.K., & Meyer, validity above the domains and facets
P.A. (1977). Nilai anak: Hasil penelitian of the five factor model. Personality

60 E-JURNAL GAMA JPP


NARIMA ING PANDUM, KESEJAHTERAAN PSIKOLOGI

and Individual Differences, 45(1), 49-54. Gynecology, 55, 244-250. doi:


doi: 10.1016/j.paid.2008.02.019 10.1016/j.tog.2015.06.014
Xiaoli, S., Mei, L., Junjun, B., Shu, D., Zulyet, E. (2014). Penerapan program intervensi
Zhaolian, W., Jin, W., Ju, Q., Wanli, S., narima ing pandum (NIP) untuk
Huali, Z., Li, J., Dong, L., Li, P., & menurunkan expressed emotion keluarga
Xiaojin, H. (2015). Assessing the orang dengan skizofrenia (ODS). Tesis
quality of life of infertile chinese (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
women: A cross-sectional study. Universitas Gadjah Mada.
Taiwanese Journal of Obstetric &

E-JURNAL GAMA JPP 61

Anda mungkin juga menyukai