Merserisasi Kapas Dan Rayon
Merserisasi Kapas Dan Rayon
JUDUL
Penyempurnaan Merserisasi Kain Kapas dan Rayon dengan NaOH 38 oBe
4.2. Rayon
Sifat fisika
Kekuatan dan mulur
Kekuatan; kering : 2.6 gram / denier
basah : 1.4 gram / denier
Mulur; kering : 15 %
basah : 25 %
Moisture regain
Elastisitas
Sifat listrik
Tahan sinar
Tahan panas
Sifat kimia
Rayon lebih cepat rusak oleh asam dibanding dengan kapas
terutama dalam keadaan panas. Rayon Viskosa tahan terhadap pelarut
– pelarut untuk dry cleaning.
Sifat biologi
Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang
kekuatannya serta warnanya. Biasanya jamur tumbuh karena kanji
yang menempel pada benang. Apabila kanjinya telah dihilangkan
kemungkinan diserang jamur berkurang.
4.3. Merserisasi
Merserisasi merupakan proses pada bahan tekstil terutama untuk kapas
yang pada umumnya bertujuan untuk:
- Kekuatan tarik lebih baik
- Higroskopitas
- Daya serap terhadap zatwarna
- Reaktifitas terhadap pereaksi-pereaksi kimia
Efek pertama pada merserisasi adalah pemberian tegangan ataupun
efek tanpa tegangan. Pemberian tegangan pada benang atau kain selama
proses merserisasi akan meningkatkan efek kilau yang bersifat tetap
sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan pertambahan mulur yang
besar.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada merserisasi :
- Konsentrasi larutan
- Suhu larutan
- Waktu pengerjaan
- Kualitas dan anyaman bahan
Selama proses merserisasi berlangsung terjadi perubahan penampang
melintang serat secara bertahap mulai dari bentuknya yang pipih hingga
mencapai penggmbungan maksimum. Penggelembungan sangat ditentukan
oleh kemampuan senyawa yang digunakan untuk memutus ikatan hidrogen
antar rantai molekul dan mengadakan ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil
yang terbebaskan. Sebagian besar sumber – sumber literatur menyebutkan
penggelembungan maksimum terjadi pada konsentrasi 18 %. Tetapi pada
kenyataannya digunakan konsentrasi sekitar 25-30 % karena pada konsetrasi
tersebut hampir tidak ada perbedaan mengkeret. Pemberian tegangan selama
merserisasi juga akan memberikan kekuatan tarik namun pertambahan
mulurnya berkurang.
Suhu : 25 oC
Waktu : disesuaikan dengan tabel 5.1.
Tabel 5.1.Petunjuk Proses Merserisasi
Waktu Perendaman 60
30 90 120 30 60 90
(detik)
Kapas
Kelompok 1 2 3 4 5 6 7
Rayon
Pencelupan
ZW Reaktif dingin : 2%
Na2CO3 : 5 g/l
NaCl : 40 g/l
Teepol : 1 ml/l
Suhu : kamar
Waktu : 45 menit
5.2. Pengujian
a. Kekuatan tarik
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Dinamo Meter dengan cara
pita tiras.
Cara kerja :
1. Kain dipotong dengan panjang sekitar 20 cm dan lebar 3,1 – 3,6 cm
2. Lalu ditiras lebarnya sampai 2,5 cm
3. Jepit pada mesin dengan panjang antar penjepit sekitar 7,5 cm
dengan posisi tegak.
4. Pastikan jarum pengukur pada kondisi 0
5. Injak pedal sampai kain sobek
6. Catat kekuatan tarik dan mulurnya.
Tabel 5.3.1.b. Data Pengujian Kekuatan Tarik & Mulur Rayon 100%
Tegangan Tanpa Tegangan Blanko
Pengujian Benang 1 2 3 4 5 6 7
Kekutan Lusi 13.2 6.7 7.5 8 8.5 10.5 7.75 15
Tarik 5
Pakan 6.25 2.4 5.5 5.05 5.9 13.2 9.5 11
5
Lusi 3.75 2.3 3.55 5.1 3.25 2.35 7.75 3.9
Mulur Pakan 2.95 5.5 3.45 3.0 3.75 2.45 4.45 4.25
VI. DISKUSI
Dari hasil pengujian denganbeberapa variasi waktu perendaman
dalam NaOH 38 0Be kain rayon dan kapas serta variasi dengan tegangan dan
tanpa tegangan, dapat dikemukakan sebagai berikut :
6.1 Tegangan
- Daya serap
Untuk merserisasi tanpa tegangan, menghasilkan kain
dengan daya serap yang lebih tinggi dibanding merserisasi dengan
tegangan. Hal ini disebabkan karena meregangnya jembatan hidrogen
pada selulosa sehingga OH yang berada didalam dapat mengarah
keluar melalui keregangan tersebut, akibatnya gugus OH lebih
mudah diaksis oleh zat warna dan zat – zat lain.
- Mengkeret
Untuk merserisasi tanpa tegangan meghasilkan mengkeret
yang lebih tinggi daripada merserisasi dengan tegangan, hal ini
disebabkan karena merserisasi tanpa tegangan NaOH 38 0Be pada
serat selulosa akan menggelembung dengan bebas. Sedangkan pada
merserisasi dengan tegangan penggelembungan serat selulosa akan
terbatas karena tertahan oleh frame.
- Kekuatan tarik
Pada merserisasi dengan tegangan kekuatan tarik seratnya
lebih tinggi dibanding dengan merserisasi tanpa tegangan. Hal ini
disebabkan adanya penggembungan yang terjadi pada masing-
masing serat penyusun benang membuat struktur benang menjadi
lebih rapat dan dengan penarikan yang diberikan selama proses
merserisasi serat-serat tersebut akan terorientasi lebih sejajar dengan
sumbu benang, sehingga pembebanan gaya tarik pada benang akan
terdistribusi secara lebih merata.
VI. KESIMPULAN
Dari data percobaan serta pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaruh waktu perendaman terhadap mulur pada cara konbvensional/tanpa
tegangan pada kapas cenderung naik dan pada campuran cenderung tetap
2. Pengaruh waktu perendaman terhadap kekuatan tarik, pada kapas akan naik
naik dan turun pada suatu titik optimum demikian juga pada campuran.
3. Pengaruh waktu perendaman terhadap mulur pada cara panas kain kapas
cenderung tetap dan kain campuran cenderung stabil.
4. Pengaruh tegangan pada proses merser terhadap kekuatan tarik kain kapas
pada cara panas adalah meningkatkan kekuatan kain kapas
5. Untuk kain merser bila dibandingkan dengan kain grey kekuatan tarik tidak
terlalu berpengaruh kecuali dengan penegangan selama prosesnya, tetapi pada
mulur berpengaruh.
6. Pencelupan kain merser lebih tua dari pada kain grey, sehingga terjadi
kenaikan substantivitas terhadap zat warna.
7. Kain hasil merserisasi memiliki daya serap dan kilau kain lebih baik dibanding
kain kapas yang tidak dimerser.
Nama : Mulyono
NRP : 00.P.2514
Group : K-3
Dosen : N.Susyami, S.Teks
Assisten : M. Widodo, S.Teks