Anda di halaman 1dari 13

I.

JUDUL
Penyempurnaan Merserisasi Kain Kapas dan Rayon dengan NaOH 38 oBe

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Mempelajari pengaruh tegangan dan waktu perendaman pada proses merserisasi
terhadap kekuatan tarik dan kereaktifan kain kapas dan rayon.

III. ALAT & ZAT KIMIA YANG DIGUNAKAN


3.1. Alat yang digunakan :
- Alat pemegang kain ( frame penjepit bahan )
- Bak kostik soda
- Wadah air
- Sarung tangan karet
- Kantung plastik
- Alat pengukur waktu
- Panci aluminium
- Mesin Padder
- Mesin Steaming
- Bunsen & kasa
- Pengaduk kaca
- Alat pengukur kekuatan tarik kain

3.2. Zat Kimia yang digunakan :


- NaOH 25 –30 %
- CH3COOH 5 %
- Zat warna reaktif
- Na2CO3
- NaCl
- Teepol
- Air
3.3. Fungsi Zat Kimia :
 NaOH 380 Be sebagai larutan pemerser yang berfungsi
menggelembungkan serat sehingga penampang serat lebih bulat.
 Asam asetat sebagai pengatur pH sehingga pH larutan pada
bahan yang telah dimerser menjadi netral.

 ZW Reakritf untuk mewarnai serat yang telah dimerserisasi.

 NaCl untuk menambah penyerapan zat warna pada kain


merserisasi.

 Na2CO3 untuk fiksasi zat warna pada kain.

IV. TEORI PENDEKATAN


4.1. Kapas
Serat kapas dihasilkan dari rambut biji tanaman jenis
Gossypium.Dimensi serat yang terpenting adalah panjangnya. Kapas yang
lebih panjang cenderung mempunyai diameter lebih halus, lembut dan
mempunyai konvolusinya lebih banyak.

Penampang melintang Penampang membujur

Gambar 1. PENAMPANG SERAT KAPAS

Serat kapas mempunyai komposisi :


 Selulosa 80-90 %
 Protein dan zat yang mengandung nitrogen 5%
 Lemak, minyak dan malam 0,5-1%
 Pektat 0,5-1%
 Mineral dan warna alam 1%
 Air 8%
Sifat fisika dan kimia serat kapas :
 Kekuatan tarik 3-5 g/l
 Mulur 7 %
 Moisture Regain 7,5-8%
 Tidak tahan terhadap asam, terutama asam an-organik
missal :H2SO4.HCl
 Tahan terhadap alkali dengan syarat tidak ada udara, karena adanya
udara (oksigen pada udara) akan menyebabkan oksiselulosa.
 Dalam keadaan kering,tahan terhadap jamur, bakteri dan serangga.
 Mempunyai daya adsorpsi yang tinggi terhadap air,asam, gram,alkali
dan zat lain.
 Tahan dalam penyimpanan Berat jenis 1,54.

4.2. Rayon

Rayon Viskosa adalah serat selulosa yang diregenerasi sehingga


strukturnya sama dengan serat selulosa yang lain kecuali derajat polimerisasi
lebih rendah karena terjadinya degradasi rantaipolimer selama pembuatan
seratnya. Bahan dasar dari serat rayon viskosa adalah kayu yang dimurnikan
dan denganm larutan NaOH dirubah menjadi selulosa alkali. Kemudian
dengan karbon disulfida dirubah menjadi natrium selulosa xantat dan
selanjutnya dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida encer. Larutan ini
kemudian diperam dan akhirnya dipintal dengan cara pemintalan basah
mempergunakan larutan asam.

Sifat fisika
 Kekuatan dan mulur
Kekuatan; kering : 2.6 gram / denier
basah : 1.4 gram / denier
Mulur; kering : 15 %

basah : 25 %

 Moisture regain

Moisture regain dalam keadaan standar adalah 12 – 13 %.

 Elastisitas

Elastisitas jelek, apabila dalam pertenunan benangnya mendapat


suatu tarikan mendadak kemungkinan benangnya tetap mulur dan
tidak mudah kembali lagi, akibatbya dalam pencelupan akan
menghasilkan celupan yang tidak rata dan kelihatan garis – garis
yang lebih berkilau.
 Berat jenis

Berat jenis serat rayon adalah 1.52.

 Sifat listrik

Dalam keadaan kering rayon merupakan isolator listrik yang baik


tetapi uap air yang diserat oleh rayon akan mengurangi daya
isolasinya.

 Tahan sinar

Dalam penyinaran kekuatan berkurang lebih rendah bila dibanding


sutera dan lebih tinggi dibanding asetat.

 Tahan panas

Rayon tahan terhadap penyetrikaan tetapi pengerjaan panas dalam


waktu lama menyebabkan rayon menjadi kuning.

Sifat kimia
Rayon lebih cepat rusak oleh asam dibanding dengan kapas
terutama dalam keadaan panas. Rayon Viskosa tahan terhadap pelarut
– pelarut untuk dry cleaning.
Sifat biologi
Jamur akan menyebabkan rayon viskosa berkurang
kekuatannya serta warnanya. Biasanya jamur tumbuh karena kanji
yang menempel pada benang. Apabila kanjinya telah dihilangkan
kemungkinan diserang jamur berkurang.

4.3. Merserisasi
Merserisasi merupakan proses pada bahan tekstil terutama untuk kapas
yang pada umumnya bertujuan untuk:
- Kekuatan tarik lebih baik
- Higroskopitas
- Daya serap terhadap zatwarna
- Reaktifitas terhadap pereaksi-pereaksi kimia
Efek pertama pada merserisasi adalah pemberian tegangan ataupun
efek tanpa tegangan. Pemberian tegangan pada benang atau kain selama
proses merserisasi akan meningkatkan efek kilau yang bersifat tetap
sedangkan pengerjaan tanpa tegangan memberikan pertambahan mulur yang
besar.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada merserisasi :
- Konsentrasi larutan
- Suhu larutan
- Waktu pengerjaan
- Kualitas dan anyaman bahan
Selama proses merserisasi berlangsung terjadi perubahan penampang
melintang serat secara bertahap mulai dari bentuknya yang pipih hingga
mencapai penggmbungan maksimum. Penggelembungan sangat ditentukan
oleh kemampuan senyawa yang digunakan untuk memutus ikatan hidrogen
antar rantai molekul dan mengadakan ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil
yang terbebaskan. Sebagian besar sumber – sumber literatur menyebutkan
penggelembungan maksimum terjadi pada konsentrasi 18 %. Tetapi pada
kenyataannya digunakan konsentrasi sekitar 25-30 % karena pada konsetrasi
tersebut hampir tidak ada perbedaan mengkeret. Pemberian tegangan selama
merserisasi juga akan memberikan kekuatan tarik namun pertambahan
mulurnya berkurang.

Gambar 2. PERUBAHAN PENAMPANG LINTANG


SERAT KAPAS PADA MERSERISASI

Reaksi yang berlangsung selama proses merserisasi merupakan reaksi


eksoterm sehingga pengerjaan pada suhu rendah pada satu sisi memang
memberikan hasil yang lebih baik yaitu penggembungan yang lebih besar dari
proses dengan tegangan akan menimbulkan kilau yang lebih tinggi.
Pada mulanya banyak yang beranggapan bahwa rayon tidak perlu
dimerser lagi, karena rayon telah memiliki kilau yang baik tetapi berhubung
ada beberapa proses yang dapat mengakibatkan turunnya kilau rayon maka
dalam beberapa hal merserisasi dari rayon dipandang perlu. Disamping itu
banyak barang tekstil yang terdiri dari campuran kap[as – rayon. Merserisasi
kain campuran tersebut harus dijaga jangan sampai rayonnya rusak. Rayon
dapat dikerjakan dengan KOH 32 0Be dengan suhu ± 150C. kepekatan KOH
tersebut juga berlaku untuk merserisasi kain kapas. Tetapi penggunaan KOH
saja dalam merserisasi mahal maka sering digunakan campuran NaOH dan
KOH. Kemungkinan rayon masuk dalam KOH lebih kecil daripada dalam
NaOH. Karena derajat penggfelembungan dan turunnya daya melar dari rayon
lebih kecil dalam NaOH.
Waktu proses merserisasi bergantung pada konstruksi dan keadaan
benang atau kain, namun pada umumnya berada diantara 30-90 detik. Waktu
proses yaitu waktu yang dibutuhkan oleh soda kostik untuk berpenetrasi
kedalam dan bereaksi dengan serat. Waktu optimum merserisasi dicapai bila
telah terjadi pembasahan sempurna pada kain.
Kilau pada dasarnya merupakan efek yang dihasilkan dari pemantulan
cahaya yang jatuh pada permukaan serat, dan sangat bergantung pada bentuk
penanpang lintang dan sifat permukaannya. Pada merserisasi dengan
tegangan, penampang lintang serat kapas menjadi lebih bulat dan
permukaannya lebih halus sehingga cahaya yang jatuh diatasnya akan
dipantulkan secara teratur dan menimbulkan kilau yang lebih baik dari pada
merserisasi tanpa tegangan. Oleh karena itu semakin besar tegangan atau
penarikan pada bahan maka semakin tinggi efek kilau yang dihasilkan.
Salah satu factor yang turut menentukan kilau serat yaitu jenis serat.
Bahwa serat panjang ( long staple ) memiliki penampang lintang yang relatif
lebih bulat daripada serat pendek sehingga pada kondisi proses yang sama
akan menempakkan kilau yang lebih tinggi.
Pemberian tegangan selama merserisasi akan menaikkan kekuatan
tarik. Namun sebagai konsekuensinya mulur serat sebelum putus akan
berkurang, pertambahan mulur yang besar dapat dicapai dengan merserisasi
tanpa tegangan. Kesesuaian antara drajat merserisasi dan perubahan sifat
mekanik serat menjadi petunjuk bahwa kenaikan kekuatan tarik pada serat
disebabkan oleh perubahan struktur kehalusannya. Kenaikan kekuatan tarik
pada benang hasil merserisasi ditentukan oleh konsolidasi struktur benang.
Pada umumnya proses merserisasi normal menggunakan larutan soda
kostik 25-30% pada suhu 15-20C dan 60-97C untuk merserisasi panan
dengan waktu kontak 30-90 detik. Bila kilau bukan merupakan tujuan utama
dan dimaksudkan hanya untuk menghilangkan nep kapas maka konstruksi
soda kostik 15%.
Proses merserisasi pada prinsipnya terbagi atas beberapa tahap proses
yaitu impregnasi larutan, penegangan, penstabilan ( pencucian awal ), dan
pencucian akhir serta penetralan.
Derajat kristalinitas yang lebih rendah pada kapas merser akan sama
artinya dengan besarnya bagian yang dapat dimasuki sehingga daya serap dan
kereaktifan terhadap pereaksi-pereaksi kimia bertambah besar. Mouiture
regain, imbibisi air, adsorpsi hidrosida logam dan zat warna serta laju hidrolisa
dan oksidasi semuanya meningkat dan sangat ditentukan oleh kondisi
merserisasi seperti suhu, konsentrasi soda kostik maupun tegangan.
Peningkatan mouisture regain baru terjadi pada konsentrasi 10% dan
sejalan dengan bertambah besarnya penggembungan hingga mencapai
maksimum. Hal ini disebabkan oleh bertambah banyaknya gugus hidroksil
yang dapat berikatan akibat makin terbukanya struktur kristal oleh
penggembungan.

V. PERCOBAAN, PENGUJIAN DAN HASIL PENGUJIAN


5.1. Percobaan
a. Bagan
b. Resep Umum
 Merserisasi
NaOH : 20 - 25%
Asam asetat : 5%

Suhu : 25 oC
Waktu : disesuaikan dengan tabel 5.1.
Tabel 5.1.Petunjuk Proses Merserisasi

Dengan Tegangan Tanpa Tegangan

Waktu Perendaman 60
30 90 120 30 60 90
(detik)
Kapas
Kelompok 1 2 3 4 5 6 7
Rayon

 Pencelupan
ZW Reaktif dingin : 2%
Na2CO3 : 5 g/l
NaCl : 40 g/l
Teepol : 1 ml/l
Suhu : kamar
Waktu : 45 menit

5.2. Pengujian
a. Kekuatan tarik
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Dinamo Meter dengan cara
pita tiras.
Cara kerja :
1. Kain dipotong dengan panjang sekitar 20 cm dan lebar 3,1 – 3,6 cm
2. Lalu ditiras lebarnya sampai 2,5 cm
3. Jepit pada mesin dengan panjang antar penjepit sekitar 7,5 cm
dengan posisi tegak.
4. Pastikan jarum pengukur pada kondisi 0
5. Injak pedal sampai kain sobek
6. Catat kekuatan tarik dan mulurnya.

5.3. Hasil Pengujian


a. Kekuatan tarik dan mulur sebelum putus serat.
Tabel 5.3.1.a. Data Pengujian Kekuatan Tarik & Mulur Kapas 100%
Tegangan Tanpa Tegangan Blanko
Pengujian Benang 1 2 3 4 5 6 7
Kekutan Lusi 17.2 8.75 14 15.5 5 9.75 2.5 16
Tarik 5
Pakan 9 7 6 8 7 6.5 1.75 8
Lusi 2.3 2.35 2.1 3.1 2.57 3.4 6.25 3
Mulur 5
Pakan 2.95 2.5 2.55 2.65 2.35 2.85 4.4 3.35

Tabel 5.3.1.b. Data Pengujian Kekuatan Tarik & Mulur Rayon 100%
Tegangan Tanpa Tegangan Blanko
Pengujian Benang 1 2 3 4 5 6 7
Kekutan Lusi 13.2 6.7 7.5 8 8.5 10.5 7.75 15
Tarik 5
Pakan 6.25 2.4 5.5 5.05 5.9 13.2 9.5 11
5
Lusi 3.75 2.3 3.55 5.1 3.25 2.35 7.75 3.9
Mulur Pakan 2.95 5.5 3.45 3.0 3.75 2.45 4.45 4.25

b. Mengkeret setelah perendaman (proses merserisasi).


Tabel 5.3.2.a. Mengkeret Setelah Perendaman
Tegangan Tanpa Tegangan
Kain Benang 1 2 3 4 5 6 7
Kapas Lusi 5.38 3.11 11.71 5.97 6.49 7.7 5.55
Pakan 0.55 3.2 0.74 6.8 4.44 1.85 9.09
Lusi 12.22 3.3 6.31 9.09 15.60 12.9 1.85
Rayon Pakan 2.15 2.4 3.27 8.8 3.7 2.2 6.49

VI. DISKUSI
Dari hasil pengujian denganbeberapa variasi waktu perendaman
dalam NaOH 38 0Be kain rayon dan kapas serta variasi dengan tegangan dan
tanpa tegangan, dapat dikemukakan sebagai berikut :
6.1 Tegangan
- Daya serap
Untuk merserisasi tanpa tegangan, menghasilkan kain
dengan daya serap yang lebih tinggi dibanding merserisasi dengan
tegangan. Hal ini disebabkan karena meregangnya jembatan hidrogen
pada selulosa sehingga OH yang berada didalam dapat mengarah
keluar melalui keregangan tersebut, akibatnya gugus OH lebih
mudah diaksis oleh zat warna dan zat – zat lain.
- Mengkeret
Untuk merserisasi tanpa tegangan meghasilkan mengkeret
yang lebih tinggi daripada merserisasi dengan tegangan, hal ini
disebabkan karena merserisasi tanpa tegangan NaOH 38 0Be pada
serat selulosa akan menggelembung dengan bebas. Sedangkan pada
merserisasi dengan tegangan penggelembungan serat selulosa akan
terbatas karena tertahan oleh frame.
- Kekuatan tarik
Pada merserisasi dengan tegangan kekuatan tarik seratnya
lebih tinggi dibanding dengan merserisasi tanpa tegangan. Hal ini
disebabkan adanya penggembungan yang terjadi pada masing-
masing serat penyusun benang membuat struktur benang menjadi
lebih rapat dan dengan penarikan yang diberikan selama proses
merserisasi serat-serat tersebut akan terorientasi lebih sejajar dengan
sumbu benang, sehingga pembebanan gaya tarik pada benang akan
terdistribusi secara lebih merata.

6.2 Waktu yang digunakan


- Daya serap
Data hasil daya serap dapat dilihat pada tabel 5.3.1.
Semakin lama proses merserisasi berlangsung akan menghasilkan
kain yang mempunyai daya serap yang jelek, hal ini dikarenakan
proses merserisasinya tidak optimal. Merserisasi mempunyai waktu
optimal ± 40 menit, jika lebih dari waktu tersebut tidak akan
menghasilkan kain yang baik.
- Mengkeret
Semakin lama proses merserisasi berlangsung akan
menghasilkan kain yang mengkeret lebih besar. Hal ini disebabkan
semakin banyaknya NaOH yang terserap pada kain.
- Kekuatan tarik
Waktu merserisasi dengan tegangan maupun tanpa
tegangan, semakin lama proses berlangsung maka hasil kekuatan
tarik kain semakin menurun. Hal ini disebabkan terjadinya
oksiselulosa yang akan menurunkan kekuatan tarik.
6.3 Jenis kain
- Daya serap
Daya serap rayon lebih tinggi dibandingkan dengan daya
serap kapas, hal ini disebabkan karena serat rayon mempunyai
Derajat Polimerisasi yang lebih rendah dibanding kapas, sehingga
gugus amorf pada rayon lebih banyak, Akibatnya lebih menyerap air,
zat warna dan zat – zat pembantu lainnya.
- Mengkeret
Mengkeret rayon lebih besar dibanding dengan
mengkeret kapas. Karena serat rayon lebih banyak menyerap NaOH
sehingga penggelembungannya lebih besar.
- .Kekuatan tarik
Kekuatan tarik kapas lebih tinggi dibanding dengan
kekuatan tarik rayon. Hal ini dapat dilihat dari sifat fisika serat kapas
dan rayon.

VI. KESIMPULAN
Dari data percobaan serta pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengaruh waktu perendaman terhadap mulur pada cara konbvensional/tanpa
tegangan pada kapas cenderung naik dan pada campuran cenderung tetap
2. Pengaruh waktu perendaman terhadap kekuatan tarik, pada kapas akan naik
naik dan turun pada suatu titik optimum demikian juga pada campuran.
3. Pengaruh waktu perendaman terhadap mulur pada cara panas kain kapas
cenderung tetap dan kain campuran cenderung stabil.
4. Pengaruh tegangan pada proses merser terhadap kekuatan tarik kain kapas
pada cara panas adalah meningkatkan kekuatan kain kapas
5. Untuk kain merser bila dibandingkan dengan kain grey kekuatan tarik tidak
terlalu berpengaruh kecuali dengan penegangan selama prosesnya, tetapi pada
mulur berpengaruh.
6. Pencelupan kain merser lebih tua dari pada kain grey, sehingga terjadi
kenaikan substantivitas terhadap zat warna.
7. Kain hasil merserisasi memiliki daya serap dan kilau kain lebih baik dibanding
kain kapas yang tidak dimerser.

VII. DAFTAR PUSTAKA


1. H. Arifin Lubis, S.Teks, Kuntari, S.Teks.M.Sc, Noerati,S.Teks,
Hariyanti Rahayu,S.Teks, . Teknologi Persiapan Penyempurnaa .
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1994
2. S. Hendroyantopo, S.Teks,MM, N.M Susyami Hitariat,
S.Teks,M.Si, Purwanti,S.Teks, Mohamad Widodo, A.Teks, .
Teknologi Penyempurnaam Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil,
Bandung, 1998.
3. Sunaryo S.Teks, . Proses Pengerjaan Kain Campuran Polyester
Kapas . Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1974.
LAPORAN
PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN 1

PENYEMPURNAAN MERSERISASI KAIN KAPAS


DAN RAYON DENGAN NaOH 38 Be

Nama : Mulyono
NRP : 00.P.2514
Group : K-3
Dosen : N.Susyami, S.Teks
Assisten : M. Widodo, S.Teks

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2003

Anda mungkin juga menyukai