Anda di halaman 1dari 13

1

SERAT RAYON

Serat rayon, adalah bahan tekstil setengah buatan, terdiri dari regenerasi selulosa yang
berasal dari sumber tanaman dan dimurnikan. Dikembangkan pada akhir abad ke-19.
Rayon adalah serat yang dibuat manusia pertama kali.

Secara ekonomi selulosa sangat besar kegunaannya, untuk bahan tekstil selulosa diolah
menjadi serat rayon dan turunannya. Rayon diuraikan sebagai serat regenerasi selulosa
karena diperoleh dari kayu lunak atau dari serat pendek (linter) yang mengandung
selulosa, diubah menjadi senyawa cair, diperas melalui lubang-lubang kecil di alat yang
disebut spinnerette, dan kemudian diubah kembali dalam bentuk serat selulosa.

Selulosa, merupakan “karbohidrat kompleks”, atau “polisakarida”, yang terdiri dari


3.000 atau lebih unit glukosa. Komponen struktural dasar dari dinding sel tumbuhan,
sekitar 33% dari semua unsur tanaman terdiri dari selulosa, tanaman kapas
mengandung selulosa 90%, kayu mengandung selulosa 40-50% dan rami kering
mengandung sekitar 45% selulosa dan tersedia paling melimpah dari semua senyawa
organik yang ada secara alami.

Serat rayon diproduksi dari regenerasi selulosa yang dimurnikan, terutama dari kayu
pulp, yang secara kimiawi diubah menjadi senyawa, kemudian dibuburkan dan ditekan
melalui spinneret untuk menghasilkan filamen yang dipadatkan secara kimiawi,
menghasilkan serat selulosa yang hampir murni.

Sifat Utama Serat Rayon.

Rayon adalah serat serba guna dan secara luas diklaim memiliki sifat kenyamanan yang
sama seperti serat alam, meskipun kelicinan sebagai penghalang, namun tekstil dari

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


2

rayon sering lebih seperti nilon. Hal ini dapat meniru rasa dan tekstur sutra, wol, katun
dan linen.

Serat ini mudah dicelup dalam berbagai warna. Kain rayon yang halus, lembut, sejuk,
nyaman, dan sangat penyerap, tidak mengisolasi panas tubuh, membuat mereka ideal
untuk digunakan di iklim panas dan lembab, meskipun juga membuat handfeel mereka
dingin dan kadang-kadang hampir licin untuk disentuh.

Daya tahan dan tampilan viscose rayon biasa rendah, terutama ketika basah, juga rayon
memiliki pemulihan elastis terendah dari serat apapun. Namun, HWM rayon (modulus
tinggi rayon basah) jauh lebih kuat dan menunjukkan daya tahan yang lebih tinggi.

Macam-macam serat Rayon :

1. Rayon Viscose (terbuat dari pulp dan linters kapas).


2. Rayon Cuproamonium (terbuat dari linters kapas dan pulp).
3. Rayon Acetat (terbuat dari pulp dan linters kapas).
4. Rayon Triacetat (terbuat dari pulp dan linters kapas).
5. Polinosic (terbuat dari pulp dan linters kapas).

1. RAYON VISCOSE.

Sebagai bahan dasar adalah pulp kayu yang dimurnikan dan dengan natrium
hidroksida diubah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida
diubah menjadi natrium selulosa xantat dan selanjutnya dilarutkan di dalam
larutan natrium hidroksida encer. Larutan ini kemudian direndam dan

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


3

akhirnya dipintal dengan cara pemintalan basah mempergunakan larutan


asam.

Sifat Rayon Viscose.


a. Kekuatan mulur.
Kekuatan serat rayon dalam keadaan kering kira-kira 2 gram/denier,
dalam keadan basahnya kira-kira 1.4 gram/denier. Mulur serat kira-kira
15% dalam keadaan kering dan 25% dalam keadaan basah.

b. Moisture regain.
Moisture regain serat viscose rayon dalam kondisi standar adalah 12 –
13 %.

c. Elastisitas.
Elastisitas serat rayon viscose jelek, apabila dalam pertenunan
benangnya mendapat suatu tarikan mendadak, kemungkinan ada
kemuluran pada benangnta tetapi tidak mudah kembali lagi, akibatnya
dalam pencelupan akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan
kelihatan seperti garis-garis yang lebih berkilau.

d. Sifat listrik.
Dalam keadaan kering viscose rayon merupakan isolator listrik yang
baik tetapi uap air yang diserap oleh rayon akan mengurangi sifat
isolasinya.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


4

e. Sinar.
Dalam penyinaran kekuatan viscose rayon berkurang dan turunnya
kekuatan lebih tinggi dibandingkan acetat.

f. Panas.
Viscose rayon tahan terhadap penyetrikaan, tetapi pemanasan dalam
waktu yang lama menyebabkan rayon berubah menjadi kuning.

g. Sifat kimia.
Rayon viscose lebih mudah rusak oleh asam dibandingkan dengan
kapas terlebih dalam keadaan panas. Pengerjaan dengan asam encer
dingin dalam waktu yang singkat biasanya tidak ada pengaruh, tetapi
pada suhu tinggi akan merusak serat viscose rayon.

h. Sifat biologis.
Jamur akan menyebabkan viscose rayon berkurang kekuatan dan
mempengaruhi warnanya. Biasanya jamur mula-mula tumbuh pada
kanji yang menempel pada benang (kain grey), apabila kanjinya sudah
dihilangkan maka kemungkinan diserang jamur berkurang.

i. Morfologi.
Bentuk memanjang serat viscose seperti silinder bergaris dan
penampang lintangnya bergerigi.

Pemutihan dan pencelupan viscose rayon.


Rayon viscose paling sesuai diputihkan dengan sodium hipoclorit dalam
suasana netral. Dapat dikerjakan dengan kalium permanganate dan kemudian

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


5

dicuci dengan natrium bisulfit atau dengan hidrogen peroksida pada suhu
tidak lebih dari 55⁰C. Pemutihan tidak selalu diperlukan terutama apabila
seratnya telah diputihkan dalam pembuatannya.
Karena viscose rayon mudah menyerap air maka mudah dicelup, Zat warna
yang dipakai untuk mencelup viscose rayon sama seperti zat warna yang
dipakai mencelup kapas dan biasanya dilakukan pada suhu yang lebih rendah
daripada mencelup kapas. Kesulitan mencelup viscose rayon adalah
perbedaan dari sifat fisika yang kecil akan mempengaruhi hasil celupan.
Benang atau kain yang kelihatannya rata sebelum dicelup, setelah dicelup
hasihnya bisa tidak rata dan kelihatan seperti bergaris-garis.

Penggunaan.
Viscose rayon digunakan untuk tekstil : pakaian dan tekstil tumah tangga
seperti kain tirai, kain renda, pakaian dan pakaian dalam. Kain viscose baik
untuk kain lapis karena tahan gesekan, berkilau dan licin. Campuran viscose
rayon dan polyester banyak digunakan untuk pakaian.

2. RAYON KUPROAMONIUM.

Matthias Eduard Schweizer dari Swiss Chemical (1818-1860) menemukan


bahwa dihydroxide tetraaminecopper bisa melarutkan selulosa. Produksi
kuproamonium rayon untuk tekstil dimulai pada 1899 di Vereinigte Glanzstoff
Fabriken AG di Oberbruch. Peningkatan oleh JP Bemberg AG pada tahun 1904
membuat produk yang nyata sebanding dengan sutra buatan.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


6

Bahan baku utama yang digunakan adalah kapas linter, meskipun kadang
digunakan pulp kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar
selulosa yang tinggi.

Meskipun produksinya berkembang cepat, tetapi produksinya kecil


dibandingkan dengan rayon viscose atau rayon asetat.
Dibanding dengan regenerasi serat selulosa lainnya, rayon kuproamonium
dapat dibuat filament yang sangat halus.

Sifat rayon kuproamonium.


Karena rayon kuproamonium adalah selulosa yang diregenerasi, maka
sifatnya dalam banyak hal sama dengan rayon viscose. Perbedaan pokok
iyalah filamennya sangat halus, rata-rata 1.2 denier/filament, untuk keperluan
khusus dapat dibuat sampai 0.4 denier/filament. Kekuatan kering 2.3
gram/denier dan kekuatan basahnya 1.2 gram/denier. Mulur kering 15% dan
mulur basah 25%. Moisture conten 11%. Rayon kuproamonium dapat rusak
terbakar dada suhu 180⁰C dan kekuatannya berkurang oleh sinar matahari.

Sifat kimia sama dengan rayon viscose, rusak oleh alkali kuat, tetapi tahan
alkali lemah. Juga tidak tahan zat-zat oksidator. Pemutihan dapat dikerjakan
dengan larutan hipoclorit atau dengan hidrogen peroksida.

Penggunaan.
Rayon kuproamonium banyak digunakan untuk pakaian wanita, kaos kaki
wanita dan pakaian dalam yang lembut. Kebanyakan untuk kain-kain yang
bermutu baik. Kehalusan filamennya memberikan sifat lemas dan drape yang

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


7

baik. Kain wanita yang dibuat dengan benang ini banyak disebut dengan
“Bemberg Rayon”.

3. RAYON ASETAT.
a) Serat asetat skunder.
Selulosa asetat dibuat oleh Schutzenberger pada tahun 1869 dengan
memanaskan selulosa dan asetat nonhidrat dalam tabung tertutup.
Pada tahun 1891 Cross dan Bevan menemukan bahwa pembuatan
selulosa asetat dapat dilakukan pada atmosfir biasa apabila terdapat
katalisator dehidrasi yaitu asam sulfat atau seng clorida. Ekperimen
dilakukan terus hingga pada tahun 1919 oleh Celenes Corporation dan
diperdagangkan dengan nama Amel.

Pemintalan.
Asetat sekunder dilarutkan dengan aseton sebanyak kira-kira tiga kali
berat asetat didalam suatu tempat tertutup yang dilengkapi dengan
pengaduk yang kuat. Pelarutan berjalan selama 24 jam. Pemintalan
dilakukan dengan cara pemintalan kering. Filamen digulung sambil
digintir dan ditarik sedikit.

Mula-mula selulosa asetat dipergunakan sebagai lapisan penutup kain


sayap kapal terbang dan banyak dipergunakan masa perang tahun
1914-1918. Pada tahun 1912 Dr. Dreyfus menemukan cara memintal
benang selulosa asetat, dan hasil seratnya diberi nama Celanese.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


8

Sifat serat acetat scunder.


- Kekuatan dan mulur.
Kekuatan rayon acetat kira-kira 1.4 gram/denier dan mulut kira-
kira 24%. Dalam keadaan basah kekuatannya 0.9 gram/denier
dengan mulur 35%. Elastisitas mulur hanya 5%, lebih dari itu
tidak akan kembali ke panjang semula.

- Panas : Titik leleh 230⁰C. Daalam penyetrikaan yang sangat


panas akan meleleh, nyala api akan menjalar dengan lambat.
Meskipun demikian bahayanya terhadap api untuk pakaian
sama dengan rayon viscose atau kapas.

- Kilau : Biasanya sangat berkilau, tetapi kilaunya dapat dikurangi


dengan adanya titanium oksida. Kilaunya akan berkurang
setelah direndam dalam air mendidih, tetapi akan kembali lagi
setelah disetrika.

- Moisture regain : 6.5%.

- Berat jenis : 1.32.

- Pengangan: selulosa asetat lembut dan kainnya mempunyai


sifat menggantung yang baik.

- Sifat listrik : merupakan isolator listrik yang baik dan dapat


timbul muatan statis.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


9

Pencelupan.
- Pencelupan serat rayon asetat sukar dilakukan karena : Hampir
semua gugus hidroksil telah diesterkan, sehingga tidak
mempunyai afinitas terhadap zat warna dan tidak banyak
menyerap air.
- Rayon asetat peka terhadap pendidihan, sehingga pencelupan
harus dilakukan pada suhu tidk lebih dari 85⁰C.
- Rayon asetat tersabunkan oleh sodium hidrosida, pencelupan
pada umumnya dilakukan dengan zat warna dispers.
- Pewarnaan juga dilakukan dengan cara mencampurkan pigmen
warna pada larutan selulosa asetat pada waktu pembuatannya.
Zat warna basa juga bisa dilakukan untuk mencelup rayon asetat
tetapi tahan luntur warnanya jelek.

Pengunaan rayon asetat.


Karena pegangannya lembut dan hangat, rayon asetat benyak
digunakan untuk pakaian wanita. Rayon asetat juga banyak digunakan
untuk tekstil rumah tangga, untuk lapisan pengeras kain misalnya leher
kemeja, isolasi listrik dan untuk filter pada rokok.

b) Alon atau Tohalon.


Alon atau tohalon adalah serat selulosa yang dibuat oleh Toyo Rayon
Ltd Tokyo, Japan. Alon dibuat dengan cara asetilasi serat viscose rayon.

Sifat :
- Kekuatan mulur alone 2.8 gram/denier, kira-kira dua kali
kekuatan asetat skunder, kekuatan basahnya 2.2 gram/denier,

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


10

mulur 23%. Penarikan sampai 5% dapat kembali dengan baik


tetapi tidak bisa jika lebih panjang lagi.

- Berat jenis Alon : 1.34.

- Moisture regain : 5%, sedang serat acetat skunder bisa


mempunyai moisture regain 6.5%.

- Penyetrikaan : Alon lebih tahan panas disbanding Acetat


skunder, Alon menguning pada suhu 200⁰C.

- Sifat kimia : hamper sama dengan aceta biasa.

Penggunaan :
Kain Alone dipakai untuk pakaian anak-anak dan juga digunakan untuk
bahan-bahan yang menggunakan serat triasetat.

4. RAYON TRIASETAT.

Selulosa asetat yang pertama-tama dibuat adalah selulosa triasetat, tetapi


karena pelarutnya tidak aman, maka selulosa ini tidak diproduksi secara
besar-besaran. Lama kemudian selulosa ini dikembangkan secara besar-
besaran dengan nama dagang Tricel oleh Nritish Gelanes Ltd, di Ingris.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


11

5. Polynosic.

Serat polynosic merupakan serat yang dibuat lebih baik dari rayon viskosa
dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan rayon viskosa. Kekurangan
rayon viskosa terutama pada kekuatan basahnya yang rendah, mulurnya yang
tinggi, elastisitasnya jelek, dimensi tidak stabil dan untuk beberapa tujuan
terlalu lembek. Banyak usaha dilakukan namun rayon viskosa yang terbaik
masih belum menyamai kapas. Kejelekan tersebut disebabkan karena:

- Derajat polimerisasi rayon 250 – 270 sedangkan kapas 2.000 – 10.000.


- Kapas mempunyai struktur mikrofibril.

Untuk mendapatkan sifat yang lebih baik diusahakan supaya rayon


polimerisasinya lebih tinggi dengan mengurangi pengerjaan kimianya
sehingga masih mempunyai polimerisasi 500 – 700. Selain itu untuk
mendapatkan struktur mikrofibril pemadatan viscosa dilakukan secara
perlahan dan penarikan dilakukan sebelum xantat diudh kembali menjadi
selulosa. Pembuatan Polynosic ditemukan oleh S. Tachikawa dari Jepang pada
tahun 1951. Polynosic dibuat di Jepang dengan nama Toramomen. Dieropa
diproduksi dengn nama Z 54 dan di Amerika dengan nama Zantrel.

1. Zantrel, Toramomen.
Sifat polynosic mempunyai derajat polimerisasi lebih tinggi serat struktur
mikrofibril yang tidak terdapat pada rayon viskosa. Kekuatan serat lebih
tinggi, mulur lebih rendah, perbandingan kekuatan basah dengan kering
jauh lebih tinggi dan penggelembungan dalam air lebih kecil.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


12

Perbandingan sifat polynosic dan rayon viskosa tercantum dalam tabel di


bawah ini :

Dan perbandingan sifat Polynosic dengan Rayon dan Kapas sebagai berikut

Pencelupan dan penyempurnaan basah.


Kekuatan basah serat Polynosic lebih tinggi, penggelembungan yang lebih
kecil, serat tahan terhadap sodium hidroksida memungkinkannya dicelup
dan diberi penyempurnaan seperti cara untuk kapas.

Penggunaan.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.


13

Polynosic dibuat dalam bentuk staple dan digunakan terutama untuk


pakaian dan juga kain tirai.

2. Vincel dan Moynel.


Vincel adalah serat polynosic yang dibuat oleh Courtaulds dan di Amerika
dikenal dengan nama “Moynel”, sifatnya sama dengan polynosic Jepang
yaitu derajat polymerisasi kira-kira dua kali polymerisasi rayon biasa.
Penampang lintang bulat, kristalisasi tinggi (55-60%), Kekuatan kering 3.5
gram/denier, kekuatan basah/kering 70%, mulur kering 8%, mulur basah
10% dan modulus basah awalnya sama dengan Z 54. Moisture regain
11.8%.

3. SM 27.
SM 27 adalah serat polynosic buatan Courtaulds dengan sifat seperti
Vincel. Kekuatan kering 3.2 gram/denier, kekuatan basah 2.3 gram/denier,
dengan perbandingan basah/kering 71%. Mulur 7% dan pembebanan yang
diperlukan untuk menarik serat basah sampai mulur 5% adalah 1.2
gram/denier, sama dengan kapas.

Disiapkan oleh : Eddy Soetiono.

Anda mungkin juga menyukai