SERAT RAYON
Serat rayon, adalah bahan tekstil setengah buatan, terdiri dari regenerasi selulosa yang
berasal dari sumber tanaman dan dimurnikan. Dikembangkan pada akhir abad ke-19.
Rayon adalah serat yang dibuat manusia pertama kali.
Secara ekonomi selulosa sangat besar kegunaannya, untuk bahan tekstil selulosa diolah
menjadi serat rayon dan turunannya. Rayon diuraikan sebagai serat regenerasi selulosa
karena diperoleh dari kayu lunak atau dari serat pendek (linter) yang mengandung
selulosa, diubah menjadi senyawa cair, diperas melalui lubang-lubang kecil di alat yang
disebut spinnerette, dan kemudian diubah kembali dalam bentuk serat selulosa.
Serat rayon diproduksi dari regenerasi selulosa yang dimurnikan, terutama dari kayu
pulp, yang secara kimiawi diubah menjadi senyawa, kemudian dibuburkan dan ditekan
melalui spinneret untuk menghasilkan filamen yang dipadatkan secara kimiawi,
menghasilkan serat selulosa yang hampir murni.
Rayon adalah serat serba guna dan secara luas diklaim memiliki sifat kenyamanan yang
sama seperti serat alam, meskipun kelicinan sebagai penghalang, namun tekstil dari
rayon sering lebih seperti nilon. Hal ini dapat meniru rasa dan tekstur sutra, wol, katun
dan linen.
Serat ini mudah dicelup dalam berbagai warna. Kain rayon yang halus, lembut, sejuk,
nyaman, dan sangat penyerap, tidak mengisolasi panas tubuh, membuat mereka ideal
untuk digunakan di iklim panas dan lembab, meskipun juga membuat handfeel mereka
dingin dan kadang-kadang hampir licin untuk disentuh.
Daya tahan dan tampilan viscose rayon biasa rendah, terutama ketika basah, juga rayon
memiliki pemulihan elastis terendah dari serat apapun. Namun, HWM rayon (modulus
tinggi rayon basah) jauh lebih kuat dan menunjukkan daya tahan yang lebih tinggi.
1. RAYON VISCOSE.
Sebagai bahan dasar adalah pulp kayu yang dimurnikan dan dengan natrium
hidroksida diubah menjadi selulosa alkali. Kemudian dengan karbon disulfida
diubah menjadi natrium selulosa xantat dan selanjutnya dilarutkan di dalam
larutan natrium hidroksida encer. Larutan ini kemudian direndam dan
b. Moisture regain.
Moisture regain serat viscose rayon dalam kondisi standar adalah 12 –
13 %.
c. Elastisitas.
Elastisitas serat rayon viscose jelek, apabila dalam pertenunan
benangnya mendapat suatu tarikan mendadak, kemungkinan ada
kemuluran pada benangnta tetapi tidak mudah kembali lagi, akibatnya
dalam pencelupan akan menghasilkan celupan yang tidak rata dan
kelihatan seperti garis-garis yang lebih berkilau.
d. Sifat listrik.
Dalam keadaan kering viscose rayon merupakan isolator listrik yang
baik tetapi uap air yang diserap oleh rayon akan mengurangi sifat
isolasinya.
e. Sinar.
Dalam penyinaran kekuatan viscose rayon berkurang dan turunnya
kekuatan lebih tinggi dibandingkan acetat.
f. Panas.
Viscose rayon tahan terhadap penyetrikaan, tetapi pemanasan dalam
waktu yang lama menyebabkan rayon berubah menjadi kuning.
g. Sifat kimia.
Rayon viscose lebih mudah rusak oleh asam dibandingkan dengan
kapas terlebih dalam keadaan panas. Pengerjaan dengan asam encer
dingin dalam waktu yang singkat biasanya tidak ada pengaruh, tetapi
pada suhu tinggi akan merusak serat viscose rayon.
h. Sifat biologis.
Jamur akan menyebabkan viscose rayon berkurang kekuatan dan
mempengaruhi warnanya. Biasanya jamur mula-mula tumbuh pada
kanji yang menempel pada benang (kain grey), apabila kanjinya sudah
dihilangkan maka kemungkinan diserang jamur berkurang.
i. Morfologi.
Bentuk memanjang serat viscose seperti silinder bergaris dan
penampang lintangnya bergerigi.
dicuci dengan natrium bisulfit atau dengan hidrogen peroksida pada suhu
tidak lebih dari 55⁰C. Pemutihan tidak selalu diperlukan terutama apabila
seratnya telah diputihkan dalam pembuatannya.
Karena viscose rayon mudah menyerap air maka mudah dicelup, Zat warna
yang dipakai untuk mencelup viscose rayon sama seperti zat warna yang
dipakai mencelup kapas dan biasanya dilakukan pada suhu yang lebih rendah
daripada mencelup kapas. Kesulitan mencelup viscose rayon adalah
perbedaan dari sifat fisika yang kecil akan mempengaruhi hasil celupan.
Benang atau kain yang kelihatannya rata sebelum dicelup, setelah dicelup
hasihnya bisa tidak rata dan kelihatan seperti bergaris-garis.
Penggunaan.
Viscose rayon digunakan untuk tekstil : pakaian dan tekstil tumah tangga
seperti kain tirai, kain renda, pakaian dan pakaian dalam. Kain viscose baik
untuk kain lapis karena tahan gesekan, berkilau dan licin. Campuran viscose
rayon dan polyester banyak digunakan untuk pakaian.
2. RAYON KUPROAMONIUM.
Bahan baku utama yang digunakan adalah kapas linter, meskipun kadang
digunakan pulp kayu yang telah dimurnikan sehingga mempunyai kadar
selulosa yang tinggi.
Sifat kimia sama dengan rayon viscose, rusak oleh alkali kuat, tetapi tahan
alkali lemah. Juga tidak tahan zat-zat oksidator. Pemutihan dapat dikerjakan
dengan larutan hipoclorit atau dengan hidrogen peroksida.
Penggunaan.
Rayon kuproamonium banyak digunakan untuk pakaian wanita, kaos kaki
wanita dan pakaian dalam yang lembut. Kebanyakan untuk kain-kain yang
bermutu baik. Kehalusan filamennya memberikan sifat lemas dan drape yang
baik. Kain wanita yang dibuat dengan benang ini banyak disebut dengan
“Bemberg Rayon”.
3. RAYON ASETAT.
a) Serat asetat skunder.
Selulosa asetat dibuat oleh Schutzenberger pada tahun 1869 dengan
memanaskan selulosa dan asetat nonhidrat dalam tabung tertutup.
Pada tahun 1891 Cross dan Bevan menemukan bahwa pembuatan
selulosa asetat dapat dilakukan pada atmosfir biasa apabila terdapat
katalisator dehidrasi yaitu asam sulfat atau seng clorida. Ekperimen
dilakukan terus hingga pada tahun 1919 oleh Celenes Corporation dan
diperdagangkan dengan nama Amel.
Pemintalan.
Asetat sekunder dilarutkan dengan aseton sebanyak kira-kira tiga kali
berat asetat didalam suatu tempat tertutup yang dilengkapi dengan
pengaduk yang kuat. Pelarutan berjalan selama 24 jam. Pemintalan
dilakukan dengan cara pemintalan kering. Filamen digulung sambil
digintir dan ditarik sedikit.
Pencelupan.
- Pencelupan serat rayon asetat sukar dilakukan karena : Hampir
semua gugus hidroksil telah diesterkan, sehingga tidak
mempunyai afinitas terhadap zat warna dan tidak banyak
menyerap air.
- Rayon asetat peka terhadap pendidihan, sehingga pencelupan
harus dilakukan pada suhu tidk lebih dari 85⁰C.
- Rayon asetat tersabunkan oleh sodium hidrosida, pencelupan
pada umumnya dilakukan dengan zat warna dispers.
- Pewarnaan juga dilakukan dengan cara mencampurkan pigmen
warna pada larutan selulosa asetat pada waktu pembuatannya.
Zat warna basa juga bisa dilakukan untuk mencelup rayon asetat
tetapi tahan luntur warnanya jelek.
Sifat :
- Kekuatan mulur alone 2.8 gram/denier, kira-kira dua kali
kekuatan asetat skunder, kekuatan basahnya 2.2 gram/denier,
Penggunaan :
Kain Alone dipakai untuk pakaian anak-anak dan juga digunakan untuk
bahan-bahan yang menggunakan serat triasetat.
4. RAYON TRIASETAT.
5. Polynosic.
Serat polynosic merupakan serat yang dibuat lebih baik dari rayon viskosa
dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan rayon viskosa. Kekurangan
rayon viskosa terutama pada kekuatan basahnya yang rendah, mulurnya yang
tinggi, elastisitasnya jelek, dimensi tidak stabil dan untuk beberapa tujuan
terlalu lembek. Banyak usaha dilakukan namun rayon viskosa yang terbaik
masih belum menyamai kapas. Kejelekan tersebut disebabkan karena:
1. Zantrel, Toramomen.
Sifat polynosic mempunyai derajat polimerisasi lebih tinggi serat struktur
mikrofibril yang tidak terdapat pada rayon viskosa. Kekuatan serat lebih
tinggi, mulur lebih rendah, perbandingan kekuatan basah dengan kering
jauh lebih tinggi dan penggelembungan dalam air lebih kecil.
Dan perbandingan sifat Polynosic dengan Rayon dan Kapas sebagai berikut
Penggunaan.
3. SM 27.
SM 27 adalah serat polynosic buatan Courtaulds dengan sifat seperti
Vincel. Kekuatan kering 3.2 gram/denier, kekuatan basah 2.3 gram/denier,
dengan perbandingan basah/kering 71%. Mulur 7% dan pembebanan yang
diperlukan untuk menarik serat basah sampai mulur 5% adalah 1.2
gram/denier, sama dengan kapas.