6.
2.
Pemeraman
perendaman
(Ripening)
7. Pemintalan
(Spinning)
5. 3. Penuaan
Pencampuran (Ageing)
4. Xantatasi
1. Pembuatan pulp kayu
• Pulp lembaran-lembaran papan kertas yang dibuat dari bahan kayu
pinus merkusii.
• Kayu pinus gelondongan dihancurkan sampai membentuk bubur
kayu dikerjakan dalam Calsium bi-sulfit (Ca(HSO3)2) pada suhu
100oC pada tekanan 1,5-2 Atm (15 jam) dilarutkan dengan air
diatur kadar selulosanya sampai 30% hingga memmbentuk lembaran.
• Agar pulp yang dihasilkan lebih baik, dilakukan juga proses pemutihan
dengan natrium hipoklorit (NaOCl), hingga dihasilkan pulp yang lebih
putih.
2. Perendaman
• Lembaran pulp direndam dalam larutan NaOH 17,5% selama 1-4
jam.
• Pengerjaan ini mengakibatkan hemi selulosa larut, sedangkan
selulosanya tidak larut terbentuk selulosa soda.
(C6H10O5)n + nNaOH (C6H9O4Na)n + nH2O
selulosa selulosa soda
• selulosa soda dicabik dalam mesin pencabik (shredding machine)
crumb.
3. Penuaan
• Crumb selulosa soda didiamkan dalam suatu tempat dengan suhu
22oC selama kira-kira 3 hari sehingga terjadi degradasi rantai polimer
dari derajat polimerisasi, kira-kira dari 800 menjadi 350.
4. Xantatasi
• Crumb selulosa soda dimasukkan ke dalam tempat kedap udara yang
berputar secara perlahan.
• Larutan CS2 dimasukkan sebanyak kurang lebih 10% dari berat
selulosa-soda 3 jam menghasilkan natrium selulosa Xantat.
SNa
(C6H9O4ONa)n + nCS2 SC
OC6H9O4
n
Karbon Disulfida Natrium Selulosa Xantat
5. Pencampuran
• Tempat pencampuran yang dingin Xantat dicampur dengan larutan
NaOH encer selama 4-5 jam larutan kental berwarna coklat bening
seperti madu yang mengandung alkali 6,5% dan selulosa 7,5%.
6. Pemeraman (Ripening)
• Larutan disimpan selama 4-5 hari pada suhu 10o-18oC.
• Selama penyimpanan, viskositas larutan mula-mula menurun,
kemudian naik lagi, hingga pada waktu larutan siap untuk dipintal,
viskositasnya telah naik lagi hamper sama dengan viskositas asli.
• Gelembung udara yang mungkin ada dihilangkan dengan pengisapan
selama 24 jam.
• Proses ripening ini menghasilkan bahan dasar rayon viscose.
6. Pemintalan
• Rayon viskosa dengan pemintalan basah ( wet spinning)
• Prinsip melewatka larutan viskosa pada cetakan serat (spinneret)
yang kemudian akan dimampatkan menjadi filamen serat dengan
dilewatkan pada larutan koagulan.
• Komposisi larutan koagulan: Asam sulfat:10 bagian berat, Natrium
sulfat: 18 bagian berat, Glukosa, dan Seng sulfat: 1 bagian berat.
• Proses selanjutnya adalah pemotongan tow.
• Tow kumpulan filamen yang panjangnya tidak berujung.
Proses pemintalan serat rayon viscosa
Sifat Serat Rayon viscosa
• Kurang elastis
• Tahan terhadap setrika panas, tetapi berubah menjadi kuning jika
terlalu lama disetrika
• Lebih cepat rusak oleh asam
• Tahan terhadap pelarut untuk pencucian kering
• Mudah menyerap air
• Memiliki daya tahan luntur yang buruk. Tidak tahan terhadap jamur,
dan kekuatan serat akan berkurang apabila dalam penyinaran.
Jenis Rayon Viscosa
• Celta
• Bubblefil
• Rayon viskosa dibasakan: a. Rayolanda, b. Cisalpha dan Lacisana
• Lanusa
• Selofan
• Corval
• Topel
• Avril
B. Rayon Kuproamonium
• Larut damal ammonia yang mengandung kupro-oksida.
• Kuproamonium selulosa yang digenerasi, maka sifatnya dalam
banyak hal sama dengan rayon viscosa.
• Ditemukan pertama kali oleh Schweizer pada tahun 1857 di Swiss.
• Dibandingkan dengan dengan serat selulosa regenerasi lainnya, rayon
kuproamonium dapat dibuat filamen yang sangat halus.
Skema
Pembuatan
Serat Rayon
Kuproamonium
Skema pemintalan Serat
Rayon Kuproamonium
Penampang serat rayon Kuproamonium
Sifat serat rayon kuproamonium
• Filamen sangat halus
• Kekuatannya dalam keadaan kering 2,3 gram/denier dengan mulur
15%, sedangkan dalam keadaan basah kekuatannya 1,2 gram/denier
dengan tingkat mulur 25%.
• Moisture contentnya 11%
• Dapat terbakar pada suhu 180oC
• Akan rusak dan kekuatannya berkurang oleh sinar matahari
• Pembakaran akan menghilangkan abu yang sedikit sekali tembaga.
Penggunaan Rayon Kuproamonium
• Digunakan untuk kain pakaian, kaos kaki Wanita dan pakaian dalam
• Kehalusan filamennya memberikan sifat lemas dan drape yang baik,
sehingga pada umumnya digunakan untuk membuat kain-kain pada
mutu yang baik.
• Kain Wanita yang dibuat dengan jenis rayon ini banyak
diperdagangkan dengan nama Bemberg rayon
C. Rayon Asetat
• Dibuat oleh Schutzenberger tahun 1869 memanaskan selulosa dan
asetat anhidrida dalam tabung tertutup.
• Tahun 1921 dari penelitian yang dipimpin oleh Dr. Henry Dreyfus
ditemukan cara untuk memintal benang rayon asetat, dan hasil
seratnya diberi nama “Celanese”
• Struktur kimia rayon asetat hamper sama dengan selulosa, tapi gugus
hidroksilnya telah diasetilasi.
Pembutan serat rayon asetat
• Pemurnian
• Pengerjaan pendahuluan
• Asetilasi
• Hidrolisa
• Pemintalan
• pencelupan
Sifat rayon asetat
• Kurang higroskopis sehingga sulit untuk dicelup
• Memiliki daya elastisitas cenderung lebih baik
• Sifat kilau tinggi
• Pegangan yang lembut dan sifat drape yang baik
• Tahan terhadap serangga dan jamur, serta memiliki ketahanan yang
cukup baik terhadap asam.
• Asam-asam lemah dingin tidak berpengaruh pada selulosa asetat,
tetapi asam pekat dingin dapat merusak serat
Penggunaan rayon asetat
• Karena memiliki pegangan yang lembut dan hangat, rayon ini banyak
dimanfaatkan untuk membuat pakaian Wanita,
• tekstil rumah tangga,
• sebagai kain pengeras,
• sebagai isolator pada jaringan listrik,
• filter pada rokok.
D. Rayon Triasetat
• Selulosa Triasetat eter dari selulosa dan asam asetat.
• Zat potih amorf dalam bentuk serpihan atau bubuk dengang formula
kimia [C6H7O2(OCOCH3)3]n, dimana n adalah derajat polimerisasi.
Nilai ini berada di kisaran 150-700.
• Tingkat rata-rata polimerisasi =260-300.
• Berat molekul senyawa adalah 25-115 ribu g/mol.
• Senyawa ini adalah termoplastik senyawa pada material yang
mampu berubah menjadi sangat elastis Ketika dipanaskan tetapi
resistansi termalnya tidak tinggi Ketika suhu pelunakkan mengubah
warna material.
Pembuatan Rayon Triasetat
• Bahan dasar linter kapas/ pulp kayu yang mengandung selulosa
murni.
• Selulosa direaksikan dengan asam asetat, kemudian di asetilasi.
• Proses asetilasi dapat dilakukan dengan 3 cara:
a. Cara bukan pelarut
b. Cara pelarut
c. Pemintalan basah
Sifat fisik serat rayon triasetat
• Kekuatan dalam keadaan kering 1,2 g/denier dan dalam keadaan
basah 0,8 g/denier, mulur kering 20-28% dan mulur basah 35-40%.
• Titik leleh 290-300 lebih tinggi dari asetat biasa
• Morfologinya hamper sama dengan asetat sekunder
• Kain mudah terbakar dan menyala apabila kainnya mempunyai
struktur terbuka
• Moisture reagain triasetat 4,5%
Sifat kimia rayon triasetat
• Tahan terhadap air mendidih
• Tahan terhadap alkali encer, tetapi terhidrolisa oleh alkali kuat
• Tahan terhadap asam encer, tetapi akan rusak oleh asam kuat
• Tahan terhadap pemutihan komersil
• Larut dalam metilena diklorida, kloroform, asam formiat, asam asetat
glasial dan larut lambat di dalam dioksan dan kresol.
Penggunaan serat rayon Triasetat
• Rayon triasetat diperdagangkan dan banyak digunakan untuk pakaian
Wanita dan pakaian yang memerlukan lipatan tetap.
• Digunakan untuk pembuatan produk industry, seperti plastic, cat, film,
dsb.
E. Rayon Berkekuatan Tinggi (Hi Tenacity
Rayon)
• Merupakan rayon viscosa yang kekuatannya lebih tinggi.
• Cara pemintalan hamper sama dengan cara pembuatan rayon viscosa
biasa, hanya larutan koagulasinya mengandung seng sulfat lebih
banyak, atau dengan menaikkan derajat polimerisasinya.
• Rayon ini didagangkan dengan nama Tenasco, Cordura, Durafil, dan
Fortisan.
Karakteristik
• Benang selulosa yang dihasilkan mempunyai kekuatan 4-6 g/denier.
• Apabila benang tersebut disabunkan, akan menghasilkan selulosa
dengan kekuatan 7-10 g/denier.
Penggunaan Hi Tenacity Rayon
• Digunakan untuk tekstil industry, misalkan untuk benang ban, ban
pengangkut, kain lapis sepatu, pipa pemadam kebakaran
• Digunakan untuk kain tirai dna pakain kerja
• Digunakan untuk tekstil pelapis landasan udara
F. Polynosic
• Merupakan serat yang dibuat lebih baik dari rayon viscosa dengan
memperbaiki kekurangan dari rayon viscosa.
• Ditemukan oleh S. Tachikawa dari Jepang pada tahun 1951.
• Polynosic dibuat dijepang dengan nama Toramomen, di Eropa
diproduksi dengan nama Z 54, dan di Amerika dengan nama Zantrel.
Perbedaan pokok pembuatan polynosic
dengan rayon viscosa menurut Tachikawa