Anda di halaman 1dari 47

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN


DAN ELEKTROLIT DENGAN KEJANG DEMAM
DI RS MEILIA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH

RISMA GUSTIANI

17026

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA

JAKARTA 2020
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT DENGAN KEJANG DEMAM
DI RS MEILIA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH

RISMA GUSTIANI

17026

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH


GELAR AHLI MADYA KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA

JAKARTA 2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul:

Gambaran asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan kebutuhan


cairan dan elektrolit dengan kejang demam.

1. Merupakan karya hasil saya sendiri bukan plagiat dari karya orang lain atau
dibuatkan oleh orang lain.
2. Disuse dengan mengacu kepada norma norma etika penelitian
3. Jika pernyataan saya ini ternyata tidak benar saya bersedia di cabut gelar
kesarjanaan saya oleh ketua Akper Berkala Widya Husada.

Jakarta, 08 Mei 2020

Risma Gustiani

17026

ii
PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:

Nama : Risma Gustiani

NIM : 17026

Program Studi : Diploma III keperawatan

Judul KTI : GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DENGAN KEJANG DEMAM.

Telah di setujui dan di sahkan untuk di pertahankan di depan dewan penguji KTI
program studi Diploma III keperawatan Akper Berkala Widya Husada.

Jakarta, 08 Mei 2020

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Restu Irani, M.kep Kurniati N, SKM., M. kes


NIDN 0327018302 NIDN 0318058401

Direktur Prodi III Keperawatan


AKPER Berkala Widya Husada

Ns. Revie Fitria N, M. Kep


NIDN 0327097702

iii
PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh

Nama : Risma Gustiani

Nim : 17026

Program Studi : Diploma III keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN YANG MENGALAMI
GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN
ELEKTROLIT DENGAN KEJANG DEMAM.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang di perlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi Diploma III Akper Berkala Widya Husada.

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : Ns. Restu Iriani, M. Kep (.....tanda tangan.....)

Penguji I : (.....tanda tangan.....)

Penguji II : Kurniati Nawangwulan, SKM. M.Kes (.....tanda tangan.....)

Jakarta,............. 2020

Direktur AKPER BWH

Ns. Revie Fitria N, M. Kep

NIDN 0327097702

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir ini yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada klien yang
Mengalami Gangguan Kebutuhan Cairan Dan elektrolit dengan Kejang Demam
Di RS Meilia Tahun 2020” penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan Akper Berkala Widya Husada. Penulis menyadari dalam
penyusunan mendapatkan bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis
mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya kepada penulis sehingga


penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancer.
2. Kedua orangtua Bapak Ujang Wahyudin (alm) dan Ibu Oyah Fauziah yang
selalu memberikan doa terbaik tiada henti,kasih sayang dan materi sehingga
penulis bisa sampai pada titik ini
3. Ns. Revie Fitria Nasution, M.Kep selaku Selaku Direktur Akper Berkala
Widya Husada.
4. Ns. Restu Iriani, M.Kep selaku pembimbing utama yang telah menyediakan
waktu dan tenaganya untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini.
5. Kurniati Nawangwulan, SKM., M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah
menyediakan waktu dan tenaganya untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini
6. Pihak Rumah Sakit Meilia yang telah banyak membantu dalam memperoleh
data yang saya perlukan
7. Pasien dan keluarga pasien yang bersedia di kaji untuk asuhan keperawatan
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat di selesaikan.
8. saudara kandung yang penulis cintai Ahmad Fauzi, Dede Endang Suhendar,
Muhammad saefuloh, Ayi Ismiati, Usep Hudori, Adi Aryadi, Hipdi Mawardi,
Lely Damayanti

v
9. Ibu Timah Sari Ningsih selau ibu kedua penulis yang senantiasa mendoakan.
10. Penyemangat penulis Muhammad alif yang senantiasa memotivasi,
mendoakan dan meluangkan waktu untuk menemani penyusunan karya tulis
ilmiah ini
11. Teman teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan doa.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari pasti ada kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dalam bentuk apapun dari
para pembaca, dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu

Jakarta, 08 Mei 2020

Risma Gustiani
17026

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Akper Berkala Widya Husada, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Risma Gustiani
NIM : 17026
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis Karya : KTI
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Akper Berkala Widya Husada Hak Bebas Royalti Noneksklusif {Non-exclucive
royalty-free Right} atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Gangguan
Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Dengan Kejang Demam Di RS Meilia
Cibubur

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Nonekslusif ini Akper Berkala Widya Husada berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/ penciptada sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Jakarta,08 Mei 2020

Risma Gustiani

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN iii
PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
ABSTRAK viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 3
1.3 Batasan masalah 3
1.4 Tujuan 4
1.4.1 Tujuan umum 4
1.4.2 Tujuan khusus 4
1.5 Manfaat 4
1.5.1 Teoritis 4
1.5.2 Praktis 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 konsep dasar masalah kesehatan


2.1.1 Pengertian 6
2.1.2 Etologi
2.1.3 Patofisiologi 6
1) proses penyakit 8
2) manifestasi klinis 8
3) komplikasi 8
2.1.4 penatalaksanaan 9
1) terapi 9
2) tindakan medis yang bertujuan pengobatan 10
2.1.5 konsep tumbuh kembang anak 10
2.1.6 konsep hospitalisasi 18
2.2 konsep asuhan keperawatan
2.2.1 Pengkajian 19
2.2.2 Diagnosa 21
2.2.3 Perencanaan 22
2.2.4 Pelaksanaan 26
2.2.5 Evaluasi 26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain 27
3.2 Batasan istilah 28

viii
3.3 Partisipan 28
3.4 Lokasi dan waktu penelitian 29
3.5 Pengumpulan data 29
3.6 Keabsahan 31
3.7 Etika penelitian 32

DAFTAR PUSTAKA 33

ix
DAFTAR TABEL

2.1 Table klasifikasi kejang demam 7


2.2

x
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKPER BERKALA WIDYA HUSADA

Karya tulis ilmiah , 31 Maret 2020

Risma Gustiani

Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Kejang Demam


Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.

ABSTRAK

xi
ABSTRACT

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh dengan cepat sehingga >38 derajat Celsius, dan
kenaikan suhu tersebut diakibatkan oleh proses ekstrakranial. Perlu
diperhatikan bahwa demam harus mendahului kejang. Umumnya terjadi pada
anak usia 6 bulan – 6 tahun, puncaknya pada usia 14-18 bulan (Chris Tanto
dkk., 2014). Secara klinis, klasifikasi kejang demam dibagi menjadi dua yaitu
kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks (Janet dkk., 2013).
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang demam
yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas 38℃) yang
disebabkan proses diluar otak, tanpa ada bukti infeksi otak (titik
lestari,2016).. Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial maupun
ektrakranial. Kejang demam terjadi pada 2 – 4 % populasi anak berumur 6
bulan sampai dengan 5 tahun. Paling sering terjadi pada usia anak usia 17-
23bulan (NANDA NIC NOC, 2015).
Menurut pendapat NANDA (2015), kejang demam disebabkan oleh
hipertemia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau
bakteri. Umunya berlangsung singkat dan mungkin terdapat predisposisi
familial. Beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak
dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan
selanjutnya. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering ditemukan pada anak,karenabangkitan kejang demam berhubungan
dengan usia, tingkatan suhu serta kecepatan peningkatan suhu, termasuk
faktor hereditas juga memiliki peran terhadap bangkitan kejang demam
dimana pada anggota keluarga penderita memiliki peluang untuk mengalami
kejang lebih banyak dibandingkan dengan anak normal.Kejang demam adalah
bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari
38°C), disebabkan suatu proses ekstrakranium menurut Afif Wibisono (2015)
dalam Doharmauli (2019)

1
2

Kemungkinan kambuhnya kejang demam pada anak umur dibawah 12


bulan adalah 50% dan akan menurun sampai 30% setelah anak berumur di
atas 12 bulan. Kemungkinan terjadinya kambuh kembali akan meningkat
menjadi 50% pada anak-anak yang mengalami kejang demam untuk yang
kedua kalinya (Ahmad Talebian, 2017).
World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2015
terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu
diantaranya meninggal. Insiden terjadinya kejang demam diperkirakan
mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan,
dan Eropa Barat. Namun di Asia angka kejadian kejang demam lebih tinggi,
seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10% di
India, dan 14% di Guam. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan
sampai 13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami kejang demam
sekitar 77% (Saputra, D., & Wulandini, P., 2019)
Di Indonesia, kejadian kejang demam pada anak terjadi pada usia 6
bulan sampai 6 tahun hampir 2-5% . Hasil rekam medis Rumah sakit anak
dan Bunda Harapan Kita Jakarta tahun 2008-2010 terdapat 86 pasien dengan
kejang (4-7%) pasien diantaranya mengalami kejang demam (Dewanti
dkk,2013).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2016, di Indonesia tahun 2015 kejang demam termasuk sebagai lima
penyakit anak terpenting yaitu 20,3%, meningkat pada tahun 2016 dengan
kejadian kejang demam sebesar 25,7% (Tarunaji, U., & Fithriyani., 2018).
Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012 Penderita dengan kejang
demam di Rumah Sakit berjumlah 2.220 untuk umur 0-1 tahun, sedangkan
berjumlah 5.696 untut umur 1-4 tahun.
Etiologi dari kejang demam masih tidak dapat diketahui. Namun
sebagian besar anak dipicu oleh tingginya suhu tubuh bukan kecepatan
peningkatan suhu tubuh. Biasanya suhu demam diatas 38,8 C dan terjadi saat
suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu tubuh.
Namun, faktor-faktor penyebab kejang demam yang sering muncul pada
anak, antara lain efek produk toksik daripada mikroorganisme terhadap otak,
3

Neoplasma toksin, respon alergik yang abnormal oleh infeksi, gangguan


metabolik : hipoglikemi, gagal ginjal, hipoksia,hipokalsemia, hyponatremia,
hiperbilirubinemia, aminoasiduria,hypomagnesemia. Patofisiologi kejang
demam yaitu penyebab terbanyak kejang demam terjadi pada infeksi luar
kranial dari bakteri, seperti tonsilitis,bronkitis dan otitis media akut akibat
bakteri yang bersifat toksik.Toksik yang dihasilkan menyebar ke seluruh
tubuh secara hematogenataupun limfogen.Naiknya suhu di hipotalamus, otot,
kulit,dan jaringan tubuh yanglain akan mengeluarkan mediator kimia berupa
epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini merangsang
peningkatan potensial aksi pada neuron. Pada keadaan kejang demam
terjadipeningkatan reaksi kimia tubuh, sehinggareaksi-reaksi oksidasi
terjadilebih cepat dan menyebabkan oksigen cepat habis sehingga terjadi
hipoksia. Pada kejadian ini transport ATP terganggu sehingga Naintrasel dan
K ekstrasel meningkat dan menyebabkan potensial membran cenderung turun
dan aktifitas sel saraf meningkat terjadi fase depolarisasi neuron dengan cepat
sehingga timbul kejang.(Doharmauli, 2019)
Anak yang terinfeksi virus dan parasit akan menimbulkan reaksi
infalmasi, salah satu reaksi infalamasi yang muncul yaitu proses demam
mengakibatkan suhu dalam tubuh anak meningkat diatas 38℃ atau disebut
juga Hipertermia. Hipertemia dapat merangsang mekanik dan biokimia dalam
tubuh sehinga dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi
perubahan konsentrasi ion di ruang ektraseluler dan terjadi
ketidakseimbangan potensial membran ATP ASE. Jika potensial membran
ATP ASE tidak seimbang maka akan berpengaruh pula dengan perubahan
difusi Na+ dan K+ akan melepaskan muatan listrik ke seluruh tubuh sel
dengan bantuan neutranmitter bereaksi kejang pada tubuh manusia.
Saat anak mengalami kejang demam sering menyebabkan rasa takut
atau khawatir yang sangat bagi orang tua, penting bagi orang tua dalam
penanganan anak kejang demam sederhana seperti memiringkan kepala anak
untuk mencegah terjadinya aspirasi isi lambung, memasukkan kain pada
4

mulut anak untuk mencegah lidah tergigit dan segera dibawa ke rumah sakit
untuk diberikan perawatan (Rahayu, S., 2015)
Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian antikonvulsan atau
diazepam dosis rendah tidak efektif untuk mencegah timbulnya kejang
demam berulang. Pemberian obat antikonvulsan jangka panjang dapat
mencegah timbulnya kejang demam akan tetapi tidak mencegah timbulnya
epilepsi maupun cacat neurologis akibat kejang demam (Wardhani, 2014).
Pemberian obat anti kejang mempunyai efek samping tidak baik. Tindakan
pencegahan kejang demam sederhana dengan pemberian obat fenobartital
maupun asam valproate dan fenitoin dilakukan atas indikasi yang tepat.
Indikasi pemberian pengobatan pencegahan terhadap penderita kejang demam
sederhana apabila demam tersebut mempunyai resiko terjadinya bangkitan
kejang demam. Orang tua sangat mengkhawatirkan terhadap penyakit
anaknya untuk kepentingan tersebut diperlukan pengetahuan tentang cara
yang tepat untuk memprediksi terhadap timbulnya bangkitan kejang demam
(Juliati, K., 2015).
Sebagai seorang perawat penulis juga memberikan pelayanan kesehatan
yang komprehensif melalui 4 upaya kesehatan yang meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif perawat mencegah untuk
terjadinya demam berlanjut menjadi kejang dengan menginformasikan
kepada ibu memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan
penyakit kejang demam. Upaya preventif, dapat diberian dengan cara
mempertahankan daya tahan tubuh anak agar tidak mudah terkena infeksi,
dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang dan
menyiapkan kondisi lingkungan yang sehat dan tindakan mandiri dengan
melakukan kompres, mencegah resiko cedera, resiko aspirasi. Upaya kuratif,
dilakukan dengan tindakan kolaboratif., menganjurkan keluarga untuk
menyediakan obat antikonvulsan dan antipireutik. Serta tindakan kolaboratif
dengan memberikan obat antipiretik dan antikonvulsan. Serta upaya
rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi anak dengan
menghilangkan gejala sisa kejang dan menganjurkan orang tua agar tetap
kontrol kembali anak ke rumah sakit secara teratur dan saat di rumah jika
5

mengetahui suhu tubuh anak meningkat segera beri obat penurun panas dan
mengompresnya.

1.2 Batasan Masalah


Masalah pada studi kasus ini di batasi pada gambaran asuhan
keperawatan klien yang mengalami gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
dengan kejang demam di RS Meilia.
1.3 Rumusan Masalah.
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah gambaran asuhan
keperawatan gangguan cairan dan elektrolit pada anak dengan kejang demam
di RS Meilia tahun 2020? “
1.4 Tujuan.
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya tulis Ilmiah ini yaitu untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami kejang demam dengan gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit di RS Meilia.
1.4.2 Tujuan Khusus
Rujuan khusus dari Karya Tulis Ilmiah pada klien yang mengalami
kejang demam dengan gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pengkajian keperawatan
pada klien yang mengalami kejang demam dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di RS Meilia.
2. Untuk memperoleh gambaran pelaksanaan diagnosis keperawatan
pada klien yang mengalami kejang demam dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di RS Meilia.
3. Untuk memperoleh gambaran pelaksaan perencanaan keperawatan
pada klien yang mengalami kejang demam dengan gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit di RS Meilia.
6

4. Untuk memperoleh gambaran pelaksaan tindakan keperawatan pada


klien yang mengalami kejang demam dengan gangguan kebutuhan
cairan dan elektrolit di RS Meilia.
5. Untuk memperoleh gambaran pelaksaan evaluasi keperawatan pada
klien yang mengalami kejang demam dengan gangguan kebutuhan
cairan dan elektrolit di RS Meilia.
1.5 Manfaat.
1.5.1 manfaat teoritis
Hasil studi kasus diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan tentang pemenuhan cairan pada anak kejang
demam dengan gangguan cairan dan elektrolit.
1.5.2 manfaat praktis

1. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat
dalam menangani masalah gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
dengan kejang demam.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Data dan hasil yang diperoleh dari laporan karya tulis ilmiah ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan pembelajaran
khususnya untuk mengetahui penerapan Gambaran Asuhan
Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami gangguan kebutuhan
cairan dan elektrolit dengan kejang demam bagi junior di Akper
Berkala Widya Husada Cibubur.

3. Bagi Klien.
Diharapkan studi kasus ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan masukan bagi masyarakat khususnya tentang penyakit gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit dengan kejang demam.

4. Bagi Rumah Sakit.


Laporan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pembanding
oleh perawat didalam meningkatkan pelayanan terhadap “Penerapan
Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami gangguan
7

kebutuhan cairan dan elektrolit dengan kejang demam di RS Meilia


Cibubur 2020”
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kejang demam


2.1.1 Definisi kejang demam
Kejang demam adalah kejang bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh,suhu rektum (dubur) diatas 38°C. Kejang yang berhubungan dengan
demam (suhu diatas 38,4°C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf
pusat atau gangguan elektrolit akut (Anurogo, 2013).Kejang demam terjadi
pada 2-4% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun.
Paling sering terjadi pada anak usia 17-23 bulan (NANDA NIC-
NOC,2015).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh dengan cepat sehingga >38 derajat Celsius, dan
kenaikan suhu tersebut diakibatkan oleh proses ekstrakranial. Perlu
diperhatikan bahwa demam harus mendahului kejang. Umumnya terjadi
pada anak usia 6 bulan – 6 tahun, puncaknya pada usia 14-18 bulan
(Chris Tanto dkk., 2014). Secara klinis, klasifikasi kejang demam
dibagi menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks (Janet dkk., 2013).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2010) kejang demam
adalah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38℃) tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat,
gangguan elektrolit, atau gangguan metabolik lain.
2.1. Tabel klasifikasi kejang demam

kejang demam sederhana kejang demam kompleks


 
Kejang fokal/parsial atau kejang fokal
tipe kejang Kejang tonik-klonik generalisata.
menjadi umum.

durasi Berlangsung Berlangsung >15 menit.

frekuensi
Tidak berulang dalam 24 jam. Berulang dalam 24 jam
rekuren

8
9

riwayat
Tanpa kelainan neurologis sebelum Ada kelainan neurologis sebelum atau
penyakit
dan sesudah kejang sesudah kejang.
neurologi
patologi post Ada kelainan (Paralisis unilateral,
Tanpa kelainan.
iktal somnolen)
Sumber( Janet dkk.,2013)
2.1.2 Etiologi.
Kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul
secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
Umumnya berlangsung singkat atau mungkin terdapat prediposisi
familial. Dan beberapa kejadian kejang dengan berlanjut melawati masa
anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada
kehidupan selanjutnya. Beberapa faktor resiko berulangnya kejang
yaitu:
1. Riwayat kejang dalam keluarga.
2. Usia kurang dari 18 bulan.
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang.
4. Lamanya demam,sebelum kejang semakin pendek jarak antara
mulanya dema kejang,maka semakin besar resiko kejang demam
berulang. (NANDA NIC-NOC,2015).
2.1.3 Patofisiologi
1. Proses Penyakit.
Anak yang terinfeksi virus dan parasit akan menimbulkan reaksi
infalmasi, salah satu reaksi infalamasi yang muncul yaitu proses demam
mengakibatkan suhu dalam tubuh anak meningkat diatas 38℃ atau
disebut juga Hipertermia. Hipertemia dapat merangsang mekanik dan
biokimia dalam tubuh sehinga dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi ion di ruang
ektraseluler dan terjadi ketidakseimbangan potensial membran ATP
ASE. Jika potensial membran ATP ASE tidak seimbang maka akan
berpengaruh pula dengan perubahan difusi Na+ dan K+ akan
10

melepaskan muatan listrik ke seluruh tubuh sel dengan bantuan


neutranmitter bereaksi kejang pada tubuh manusia.
Kejang yang terjadi kurang dari 15 menit mengakibatkan kontraksi
pada otot meningkat dan metabolisme tubuh manusia meningkat.
Reaksi jika metabolisme tubuh manusia meningkat yaitu suhu tubuh
makin meningkat sehingga terjadi ketidakefektidan termoregulasi
.
11

2.1. Gambar Pathway Kejang Demam


Infeksi bakteri virus dan
parasit

Reaksi Inflamasi Rangsang Mekanik Dan


Biokimia. Gangguan
Keseimbangan Cairan Dan
Proses Demam

Hipertermia Perubahan konsentrasi ion Kelainan Neurologis


diruang ekstraseluler perinatal/prenatal

Resiko Kejang Ketidakseimbangan Perubahan Difusi Na+ dan K+


Berulang potensial membran ATP
ASE

Perubahan beda potensial


Resiko keterlambatan Pelepasan muatan listrik membran sel neuron
perkembangan semakin luas keseluruh sel
maupun membrane sel Resiko cidera
sekitarnya dengan bantuan
neurotransmitter
Kejang
Resiko cidera

Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)

Asupan nutrisi dan Refleksi menelan Kontraksi otot Perubahan suplay


cairan turun Menurun meningkat darah ke otak

Kekurangan Resiko aspirasi Metabolisme Resiko kerusakan sel


volume cairan meningkat neuron otak

Ketidakseimbangan Kebutuhan oksigen Suhu tubuh makin


nutrisi kurang dari meningkat meningkat Resiko
kebutuhan tubuh ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
Resiko asfiksia Ketidakefektifan
termoregulasi

(Sumber:Nanda Nic-Noc,2015:165 dan Ngastiyah, 2015: 169)


12

2. Manifestasi Klinis.
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan
kejang klonik atau tobik-klonik bilateral. Bentuk kejang lain dapat juga
terjadi seperti 28 mata terbaik keatas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan, gerakan semakin berulang tanpa didahului kekakuan, atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal. Sebagian besar kejang
berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 % berlangsung
lebihb dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak,tetapi setelah
beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa
defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara
(hemiparesis todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjad
pada kejang demam yang pertama(Kapita Selekta Kedokteran,2014).
3. Komplikasi.
Menurut Wulandari dan Meira (2016), komplikasi kejang demam
dapat diuraikan seperti dibawah ini:
a. Kerusakan Neurotransmitter Lepaskan muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran
sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan.
c. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada
anak baru berumur 4 bulan - 5 tahun
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai
demam dan kemungkinan mengalami kematian.
2.1.4 Penatalaksanaan.
1. Terapi.
13

a. Pengobatan fase akut


Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan, dan buka
semua pakaian yang ketat. Jalan nafas harus terbebas agar oksigenasi
terjamin. Perhatikan keadaan tanda vital seperti kesadaran, tekanan
darah, suhu, pernafasn, dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi
diturunkan dengan kompres air dingin atau pemberian antiporetik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan melalui intravena datau intrarektal. Pemeriksaan cairan
serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis terutama pada pasien kejang demam yang pertama.
Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal
hanya pada kasus yang ducurigai sebagai meningitis atau bila kejang
demam berlangusng lama.
b. Penatalaksanaan di rumah
Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan
munculnya, maka orangtua atau pengasuh anak perlu diberi bekal
untuk memberikan tindakan awal pada anak yang mengalami kejang
demam. Tindakan awal itu antara lain: 1) Saat anak kejang,
baringkan pasien di tempat yang rata. 2) Singkirkan benda-benda
yang ada di sekitar pasien, lepaskan pakaian yang mengganggu
pernafasan. 3) Masukkan tongspatel yang dibungkus kasa atau kain,
kalau tidak ada gunaka sendok dengan dilapisi dengan kain 4) Kalau
mulut anak terbuka berikan aspirin dengan dosis 60mg/tahun/kali
(minimal sehari 3 kali). Atau berikan dosis peranus 5mg untuk berat
badan kurang dari 10kg ,kalau berat badan lebi dari 10kg berikan
dosis peranus 10mg, dosis rata-rata yang diberikan peranus adalah
0,4-0,6 mb/kgBB. 5) Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera
berhenti, segera bawa anak ke rumah sakit.
2. Tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
a. Pengobatan profilaksis
14

Profilaksis intermiten Diberikan diazepam secara oral dengan


dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam.
Diazepam juga dapat diberika secara intrarektal setiap 8 jam
sebanyak 5 mg (BB10kg) setiap pasien menunjukkan suhu >38,5℃.
Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobital 4-5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan
adalah asam valpona dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari.
Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun
setelah kejang terakhir dan dihentikan selama 1- 2 bulan.
2.1.5 Konsep tumbuh kembang anak
1. pengertian.
Tumbuh kembang secara alamiah, setiap individu hidup akan
melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak embrio
sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan
baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh
kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang
(cm), umur tulang, dan keseimbangan metabolik(retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Adriana, 2013). Perkembangan (development) adalah
bertambahnya skill(kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya. (Adriana,2015)
Menurut Hidayat (2013) Tahap Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak
15

dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. secara umum
terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal. Masa prenatal terdiri
atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.Pada masa embrio,
pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu
pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi
suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi
sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12
sampai ke40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran
panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan
jaringan subkutan dan jaringan otot. Masa postnatal Terdiri atas masa
neonatus, masa bayi, masausia prasekola, masa sekolah, dan masa
remaja.
Masa usia prasekolah Perkembangan pada masa ini dapat
berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan, khususnya pada aktivitas Fisik dan kemampuan
kognitif. Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2014), pada usia
prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative
vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius)dan adanya
imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai
segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak
merasa bersalah.Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak
berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi
figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga kecenderungan untuk
meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.Pada masa usia
prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan
dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses
eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan
perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan,
anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat,
2015).
16

2.1.6 Konsep Hospitalisasi.


Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang terjad pada
anak, yang terjadi saat anak sakit dan di rawat di rumah sakit.
Perawatan anak di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak
pada anak karena anak yang di rawat di rumah sakit megalami
perubahan status kesehatan dan juga lingkungan seperti ruangan
perawatan, petugas kesehatan yang memakai seragam ruangan, alat
alat kesehata. Selama proses tersebut, anak dapat mengalami hal yang
tidak menyenangkan bagi dirinya, bisa di utnjukan dengan anak tidak
aktif, tidak komunikatif, merusak mainan atau makanan, mundur ke
perilaku sebelumnya (misalnya mengompol, memghisap jari) dan
prilaku regresi seperti ketergantungan dengan orang tua, menarik diri.
keadaan ini terjadi karena anak berusaha beradaptasi dengan
lingkungan baru yaitu lingkungan rumah sakit sehingga kondisi
terseut menjadi faktor stressor bagi anak maupun orang tua dan
keluraga yang bisa menimbulkan kecemasan. Berbagi perasaan yang
seirngmuncul pada anak yaitu rasa cemas, marah, sedih, takut, dan
merasa bersalah (Hotckeberry dan Willson, 2011)
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena satu alasan
yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit menjalani terapi dan perawatan smapai pemulangan
kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di
tunjukan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress
(Supartini.2012)
Anak prasekolah mungkin paham bahwa berada dirumah sakit
karena mereka sakit, tetapi mereka mungkin tidak memahami
penyebab penyakit mereka. Pemikiran anak 2 prasekolah adalah
egosentrik atau mereka percaya bahwa beberapa perbuatan dapat
menyebabkan mereka menjadi sakit, serta anak prasekolah
mempunyai pemikiran imajinatif dengan fantasi yang liar. Oleh sebab
itu, ketika anak prasekolah berada dirumah sakit menjadi sangat
17

tertekan terhadap lingkungan yang tidak familiar, prosedur perawatan


kesehatan dan situasi seperti kata-kata aneh yang digunakan,
perlengkapan yang terlihat menakutkan, orang asing dalam pakaian
yang tidak biasa, misalnya masker, sikap tenaga kesehatan yang
cenderung tegas dari pada orang biasa lainnya, serta suara bising dan
bau-bauan yang tidak familiar dan menakutkan (Kyle & Carman,
2015).
2.1.7 Konsep Dasar Gangguan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Definisi
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan dan homeostatis tubuh.Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab,
cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel
bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh
mengandung komponen- komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada
yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi
neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi
neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan
tranmisi impuls saraf. Cairan dan elektrolit merupakan komponen
tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses
homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar
didalam sel maupun luar sel. Proporsi tubuh manusia yang terdiri atas
cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai 60% berat badan rata-
rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila tubuh sehat
maka volume ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi
kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan
yang dikonsumsi. Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh mempengaruhi
air dalam tubuh total. Bayi memiliki proporsi air terbesar, yaitu 70%
sampai 80% dari berat tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun
seiring dengan pertambahan usia. Pada individu yang berusia lebih
dari 60 tahun, air tubuh menurun sampai sekitar 50%. Jaringan lemak
18

pada intinya bebas air, sementara jaringan tanpa lemak mengandung


sejumlah air secara bermakna. Air memberikan presentase, lebih besar
pada berat tubuh orang kurus dibandingkan orang gemuk. Wanita,
yang secara proporsional memiliki lebih banyak lemak dibandingkan
pria, memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah. Namun
demikian, besar kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin,dan
kandungan lemak.
Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan
cairan, elektrolit,dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini
dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit,
serta pengaturan komponenkomponen tersebut oleh sistem renal dan
paru. Banyak faktor yang dapat meenyebabkan ketidakseimbangan,
salah satunya adalah karena penyakit. Oleh karena itu asuhan
keperawatan untuk beragam klien meliputi pengkajian dan perbaikan
ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa.
2. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh
ginjal, kulit,paru, dan gastrointerstinal.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi
ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam
darah, pengatur keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam. Proses pengaturan kebutuhan
keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal, seperti
glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah
mengandung 500cc plasma yang mengalir melalui glumerulus, 10
persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (filtrat glomerulus),
kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang selselnya menyerap
semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
19

dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan ratarata 1


ml/kg/bb/jam.
b. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait
dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur
panas yang disarafi oleh vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah
keringat yang dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang
mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas
lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara
sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan panas ke benda yang disentuh),
dan konveksi (yaitu,pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih
dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di
bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu
dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang
lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang
dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan, dan
kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga isensible water loss
(IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.
c. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan
insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran
cairan terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan
bernafas. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap
perubahan kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau
demam.
d. Gastrointestinal.
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang
berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam
sistem ini sekitar 100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara
20

keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24jam dengan kenaikan 10% dari


IWL pada setiap kenaikan temperatur 1 derajat Celcius.
Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin,
seperti sistem hormonal (anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron,
prostagladin, glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.
a. Antiduretik hormon (ADH)
Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam
neurophispofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk
sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan
cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsopsi air pada
duktus pengumpul sehingga dapat menahan air dan
mempertahankan volume cairan ekstrasel. Hormon ini memiliki
peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH juga disebut
sebagai vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor
pada arteriol yang dapat meningkatkan tekanan darah.
b. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada
tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi
natrium mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron
dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium, natrium serum,
dan sistem renin angiostensin serta sangat efektif dalam
mengendalikan hiperkalemia.
c. Prostagladin
Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam
banyak jaringan dan berfungsi dalam merespons radang,
pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan mobilitas
gastrointestinal. Dalam ginjal, prostagladin berperan mengatur
sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.
d. Glukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi
natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat
21

sehingga terjadi retensi natrium. Perubahan kadar glukokortoid


menyebabkan perubahan pada keseimbangan volume darah.
e. Mekanisme rasa haus
Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap
kebutuhan cairan.rasa haus biasanya muncul apabila osmolaritas
plasma mencapai 295 mOsm/kg. Bila osmolaritas meningkat, sel
akan mengkerut dan sensasi rasa haus akan muncul akibat kondisi
dehidrasi.
3. Pengaturan volume cairan
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan
antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan cairan

Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau di tambah


dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini
menggunakana mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam
rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila
terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan
cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

b. Pengeluaran cairan

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan


memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara
khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernafasan, demam,
keringat, diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan. Kondisi lain yang dapat menyebabkan kehilangan cairan
secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan kejang demam
2.2.1 Pengkajian.
22

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan


dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Budiono, 2015). Kegiatan pengkajian yang dilakukan oleh
seorang perawat dalam pengumpulan data dasar, yaitu mengkaji identitas atau
biodata klien. Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan untuk
menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Status kesehatan klien
yang normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini
dimasuksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik
yang efektif optimal maupun yang bermasalah. Teknik pengumpulan data
yang dapat dilakukan ada 3 yaitu :

1. Anamnesis yaitu suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk


mengajak klien dan keluarga bertukar pikiran dan perasaan, mencakup
ketrampilan secara verbal dan nonverbal, empati dan rasa kepedulian
yang tinggi.
2. Observasi yaitu pengamatan perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
3. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan metode atau
teknik PE (Physical Examination) yang terdiri atas :
a. Inspeksi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan proses
observasi yang dilaksanakan secara sistematik.
b. Palpasi, yaitu suatu teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan
indra peraba.
c. Perkusi adalah pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan mengetuk,
dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada setiap daerah
permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.
d. Auskultasi merupakan pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan
mendengar suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop.
4. Riwayat keperawatan.
Pada anak kejang demam riwayat penyakit yang menonjol adalah adanya
demam yang dialami oleh anak (suhu rektal 38℃). Demam itu
23

dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial


seperti tonsilitas dan faringitis. Sebelum serangan kejang pengkajian
kasus kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak
masih menjalani aktifitas sehari-hari seperti biasa seperti bermain dengan
teman sebayanya dan pergi sekolah. Selain dengan adanya tanda klinis
demam, penentuan demam juga didasarkan pada pembacaan suhu pada
waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai
normal individu tersebut. Maka dari itu, kita harus selalu memantau
keadaan pasien dan kenaikan suhu tubuh pasien.
5. Pemeriksaan diagnostik.
a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tapi lengkap,
eletrolit , dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan berarti.
b. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam untuk menegakkan
kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien kejang
demam meliputi. : Bayi < 12 bulan harus di lakukan lumbal karena
gejala meningitis sering tidak jelas
c. Pemeriksaan EEG dapat di lakukan pada kejang demam yang tidak
khas
2.2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017)
Berdasarkan patofisiologi penyakit dan manifestasi klinik yang
muncul maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang
demam adalah:

1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan nutrisi dan


cairan tidak adekuat
2 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3 Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
kerusakan sel neuron
24

4 Resiko cidera berhubungan dengan kejang berulang


5 Resiko aspirasi berhubungan dengan kejang, penurunan reflek
menelan
6 Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kejang
7 Resiko asfiksia berhubungan dengan kebutuhan O2 meningkat
8 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang di kerjakan oleh
perawat yang di dasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk
mencapai luaran yang di harapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018)
Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan
diagnosis keperawatan maka tahap berikutnya adalah perencanaan. Tahap
perencanaannya pada diagnose kejang demam adalah sebagai berikut :
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan nutrisi dan
cairan tidak adekuat
NOC :
1. Balance cairan
2. Hydration
Kriteria Hasil:
1. Mempertahankan urine output sesuai usia dan berat badan
2. TTV dalam batas normal (9095mmHg/60-65mmHg, Nadi 80-110
x/menit, suhu 36,5-37,5 )
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membran
mukosa lembab
Intervensi :
Fluid Management
1. Ukur tanda-tanda vital pasien
2. Lihat status hidrasi (kelembaban membran mukosa, denyut nadi
adekuat,asupan yang adekuat)
3. Anjurkan pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian
makanan pasien
4. Kolaborasi: pemberian cairan IV
25

Rasional
1. Tanda-tanda vital digunakan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Membran mukosa yang kering, denyut nadi yang cepat dan lemah dapat
menunjukan tanda-tanda dehidrasi
3. Mencegah kekurangan cairan dan menambah intake oral pasien
4. Menggantikan cairan yang hilang dan mencegah dehidrasi.

2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


Manajemen Hipertermia dengan Observasi, terapeutik, edukasi,dan
kolaborasi.
Observasi :
1. Identifikasi penyebab hipertermia misalnya dehidrasi, terpapar
lingkungan panas
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Teraupetik:
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
6. Hindari pemberikan antipiretik atau aspirin
7. Berikan okigen bila perlu
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,jika perlu
Regulasi Temperatur

Observasi
26

1. Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam sekali


2. Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Monitor dan catat tanda gejala hipertermia
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, bila perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
3. Gunakan matras penghangat, selimut hangat, untuk menaikkan suhu
tubuh
4. Sesuaikan suhu limgkungan sesuai kebutuhan klien
Edukasi
Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik, bila perlu
Intervensi Pendukung.
1. Edukasi analgesia terkontrol
2. Edukasi dehidrasi
3. Edukasi pengukuram suhu tubuh
4. Edukasi program pengobatan
5. Edukasi terapi cairan
6. Edukasi termoregulasi
7. Kompres dingin
8. Manajemen cairan
9. Manajemen kejang
10. Pemantauan cairan
11. Pemberian obat
12. Pemberian obat intravena
13. Pemberian obat oral
14. Pencegahan hipertermi keganasan
15. Perawatan sirkulasi
16. Promosi teknik kulit ke kulit
2.2.4 Implementasi.
27

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam


rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan pengawasan
terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.
2.2.5 Evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari
proses keperawatan dan pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan
dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap
diagnosa keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa
permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P)
berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses.
Semua itu dicatat pada formulir catatan perkembangan (progress note).
Berdasarkan intervensi yang di implementasikan menjadikan hasil evaluasi
sebagai berikut.

S : keluarga memahami bagaimana prosedur penanganan dan pengobatan pada


pasien pabila terjadi kejang demam berulang

O : pasien tidak mengalami komplikasi setelah di lakukan implementasi,


keseimbangan elektrolit dan cairan terpelihara.

A : intervensi teratasi

P : intervensi di hentikan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian.


Desain penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif deskriftif dengan pendekatan studi kasus dengan intervensi.
Kualitatif deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang termasuk dalam
jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif adalah yang menyajikan
gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-hubungan
yang terdapat dalam penelitian. Salah satu penelitian deskriptif adalah studi
kasus .
Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah atau
fenomena dengan Batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi
oleh waktu dan tempat, serta yang dipelajari berupa peristiwa, aktifitas dan
individu.
Jadi pada penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif deskriptif dengan studi kasus sehingga penulis tidak
memberikan perlakuan tertentu terhadap subyek penelitian, serta penulis
dapat menggambarkan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan kejang demam di RS Meilia
2020.
3.2 Batasan Istilah

Tabel 3.1 Batasan istilah.

No Variable Definisi oprasional Metode


Suatu proses atau rangkaian kegiatan Wawancara,
dalam praktik keperawatan yang diberikan observasi, studi
1 Asuhan keperawatan secara langsung kepada klien. dokumentasi dan studi
literatur
Pengkajian merupakan langkah Wawancara, observasi
2 Pengkajian pemantauan dasar utama dari proses
keperawatan

28
29

Diagnose keperawatan merupakan Studi literatur


penelitian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap masalah
Diagnose kesehatan atau proses kehidupan actual
3
keperawatan ataupun potensial sebagaai dasar pemilihan
itervensi keperawatan untuk mencapai
hasil tempat perawat bertanggung jawab
Preskripsi untuk prilaku spesipik yang Studi literatur
4 Perencanaan diharapkan dari klien dan atau tindakan
yang harus dilakukan oleh perawat.
Pelaksanaan adalah realisasi rencana Observasi,
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah demonstrasi
di terapkan. Kegiatan dalam pelaksaan
5 Pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjuta, mengobservasi respon klien
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
serta menilai data yang baru
Tindakan intelektual untuk melenhkapi Wawancara,
proses keperawatan yang menandakan observasi, studi
6 Evaluasi seberapa jauh diagnose keperawatan, dokumentasi.
rencana tindakan, dan pelaksasnaannya
sudah berhasil di capai
(Sumber: Sugiyono,2016)

3.3 Partisipan.
Dalam penelitian ini adalah 2 orang anak dan 2 orang keluarga yang
mengalami 2 diagnosis medis yang sama yaitu kejang demam dan masalah
keperawatan yang sama yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh. Dalam studi kasus ini karakteristik
yang di ambil berdasarkan jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki dan dalam
rentang usia toddler yaitu 1-4 tahun . Partisipan yang di ambil pada penelitian
ini berusia 3 tahun dan 4 tahun. Kedua klien tersebut menjalani perawatan di
RS Meilia. Selain partisipan yang di sebutkan di atas penulis juga melibatkan
perawat yang menangani klien sebagai bagian dari partisipan.
3.4 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian karya tulis ilmiah ini di selenggarakan di ruang rawat inap anak RS
Meilia Cibubur selama 3 hari dan di mulai pada tanggal 2 Juni sampai dengan
tanggal 5 Juni 2020.
3.5 Pengumpulan data.
30

Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode


deskriftif yaitu metode ilmiah yang menggambarkan tentang pemberian
asuhan keperawatan yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan kejang demam. Pengumpulan data yang dilakukan oleh
penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
3.5.1 Wawancara
Mengadakan komunikasi secara langsung pada klien dan keluarganya,
perawat ruangan dan dokter dan dokter untuk mengetahui dan memvalidasi
keluhan serta permasalahan yang dirasakan oleh klien.
3.5.2 Observasi dan pemeriksaan fisik
Observasi yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun karya tulis
ilmiah ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap klien serta
melakukan pemeriksaan fisik dengan metode IPPA (Inspeksi, Perkusi,Palpasi,
Auskultasi)
1) Inpeksi : yaitu teknik dilakukan dengan proses observasi yang
dilaksanakan secara sistematik, pad Teknik ini peneliti melihat
keadaan umum klien, serta melihat secara sistematik dari kepala
hingga kaki apakah ada masalah kesehatan pada klien.
2) Palpasi : yaitu teknik yang dilakukan menggunakan indera peraba.
Diaraba dan tentukan turgor kulit elastis atau tidak, tekstur
kasar/halus, suhu akral dingin/hangat.
3) Perkusi : yaitu suatu Teknik yang dapat dilakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kiri-kanan pada
setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk,
dan konsistensi jaringan. Contohnya melakukan perkusi pada area
abdomen untuk mengetahui gangguan yang terkait dengan
peningkatan tekanan darah.
4) Auskultasi : yaitu suatu Teknik yang dapat dilakukan dengan
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop. Bertujuan untuk mendeteksi apakah ada
31

suatu kelainanyang dialami pasien dengan cara membandingkannya


dengan suara normal pada orang sehat.

3.5.3 Dokumentasi.

Hasil penelitian dari observai atau wawancara akan lebih kredibel atau
dapat dipercaya jika di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil
di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan atauto biografi (sugiyono,
2016) dari hasil wawancara dan daro data rekam medis klien dapat di
dokumentasikan ke dalam rekammedis yang terbaru atau melanjutkan
intervensi yang belum tercapai.

3.6 Uji keabsahan data.


Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil
penelitian. Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas
data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validasi
tinggi. Disamping intregitas peneliti, uji keabsahan data dilakukan dengan
memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan dan menggunakan
triangulasi.
3.6.1 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan dan keabsahan data yang
memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau pembandingan terhadap data yang didapatkan.
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan 2 jenis triangulasi
yaitu:
1) Triangulasi metode
Triangulsi metode adalah dengan cara membandingkan informasi atau
data dengan cara berbeda yang penelitiannnya menggunakan metode
wawancara, observasi, telaah dokumen yang dilakukan terhadap pasien.
Triangulasi tahap ini dilakuan jika data atau informasi yang diperoleh dari
subjek atau informasi penelitian diragukan kebenarannya.
2) Triangulasi sumber informasi
Triagulasi sumber informasi adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data, misalnya selain
32

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi


terlibat (participant observation), dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah,
catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambaran atau foto.
Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Pada studi kasus ini sumber
informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama
yaitu klien yang mengalami gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit dengan
kejang demam, perawat dan keluarga klien.
3.7 Etika Penelitian
Menurut ketut (2017) etika penelitian di bagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1) Informed concent
Informed consent dalam etika biasanya mengacu pada gagasan bahwa
seseorang harus diberitahu sepenuhnya dan memahami potensi manfaat dan
resiko pilihan pengobatan mereka. Orang yang kurang informasi beresiko
salah memilih yang tidak mencerminkan nilai atau keinginannya. Ini tidak
secara khusus berarti porse mendapatkan persetujuan,atau persyaratan hukum
spesifik, yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain,namun dalam
kapasitas untuk mendapatkan persetujuan.
Peneliti menggunakan informed consent sebagai suatu cara persetujuan
antara peneliti dengan lansia, dengan memberikan lembar persetujuan
(informed consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum tindakan
keperawatan dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi sasaran asuhan penelitian. Tujuan informed Consent adalah agar
klien dan keluarga mengerti maksud dan tujuan, mengetahui dampaknya, jika
klien dan keluarga bersedia maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan.
2) Anonimity
Peneliti menggunakan etika penelitian keperawatan dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama klien pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil laporan yang
disajikan.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
33

Peneliti menggunakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan


dari hasil laporan baikin formasi maupun masalah-masalah lainnya, semua
data klien yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Ain. 2015. Asuhan KeperawatanKejang Demam. Repository stikes mukla


http://repository.stikesmukla.ac.id/110/ . Dilihat 31 april 2020

Apriani,Heni. 2019. Asuhan keperawatan pada anak kejang demam, Repository


stikes mukla. http://repository.stikesmukla.ac.id/220/ . Dilihat 31 april
2020

Nurarif, Amin, 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA. Jogjakarta; Mediaction.

Nurmalita, Fajarni 2017, Triangulasi. Eprint universitas yogyyakarta. Dilihat 31


april 2020, https://eprints.uny.ac.id/53574/

Sari, Maslinda Novita. 2019. Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Diploma


tesis, Poltekes Tanjungkarang Tersedia di http://repository.poltekkes-
tjk.ac.id/446/ . Dilihat 31 April 2020

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI

34

Anda mungkin juga menyukai