DISUSUN OLEH
RISMA GUSTIANI
17026
JAKARTA 2020
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
YANG MENGALAMI GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT DENGAN KEJANG DEMAM
DI RS MEILIA
DISUSUN OLEH
RISMA GUSTIANI
17026
JAKARTA 2020
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul:
1. Merupakan karya hasil saya sendiri bukan plagiat dari karya orang lain atau
dibuatkan oleh orang lain.
2. Disuse dengan mengacu kepada norma norma etika penelitian
3. Jika pernyataan saya ini ternyata tidak benar saya bersedia di cabut gelar
kesarjanaan saya oleh ketua Akper Berkala Widya Husada.
Risma Gustiani
17026
ii
PERSETUJUAN
NIM : 17026
Telah di setujui dan di sahkan untuk di pertahankan di depan dewan penguji KTI
program studi Diploma III keperawatan Akper Berkala Widya Husada.
Menyetujui
iii
PENGESAHAN
Nim : 17026
DEWAN PENGUJI
Jakarta,............. 2020
NIDN 0327097702
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir ini yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada klien yang
Mengalami Gangguan Kebutuhan Cairan Dan elektrolit dengan Kejang Demam
Di RS Meilia Tahun 2020” penulisan laporan tugas akhir ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan Akper Berkala Widya Husada. Penulis menyadari dalam
penyusunan mendapatkan bantuan, arahan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik ini penulis
mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada :
v
9. Ibu Timah Sari Ningsih selau ibu kedua penulis yang senantiasa mendoakan.
10. Penyemangat penulis Muhammad alif yang senantiasa memotivasi,
mendoakan dan meluangkan waktu untuk menemani penyusunan karya tulis
ilmiah ini
11. Teman teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dan doa.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari pasti ada kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dalam bentuk apapun dari
para pembaca, dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu
Risma Gustiani
17026
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Akper Berkala Widya Husada, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Risma Gustiani
NIM : 17026
Program Studi : DIII Keperawatan
Jenis Karya : KTI
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Akper Berkala Widya Husada Hak Bebas Royalti Noneksklusif {Non-exclucive
royalty-free Right} atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Gangguan
Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit Dengan Kejang Demam Di RS Meilia
Cibubur
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Nonekslusif ini Akper Berkala Widya Husada berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/ penciptada sebagai pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Risma Gustiani
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN iii
PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
ABSTRAK viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 3
1.3 Batasan masalah 3
1.4 Tujuan 4
1.4.1 Tujuan umum 4
1.4.2 Tujuan khusus 4
1.5 Manfaat 4
1.5.1 Teoritis 4
1.5.2 Praktis 4
3.1 Desain 27
3.2 Batasan istilah 28
viii
3.3 Partisipan 28
3.4 Lokasi dan waktu penelitian 29
3.5 Pengumpulan data 29
3.6 Keabsahan 31
3.7 Etika penelitian 32
DAFTAR PUSTAKA 33
ix
DAFTAR TABEL
x
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKPER BERKALA WIDYA HUSADA
Risma Gustiani
ABSTRAK
xi
ABSTRACT
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mulut anak untuk mencegah lidah tergigit dan segera dibawa ke rumah sakit
untuk diberikan perawatan (Rahayu, S., 2015)
Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian antikonvulsan atau
diazepam dosis rendah tidak efektif untuk mencegah timbulnya kejang
demam berulang. Pemberian obat antikonvulsan jangka panjang dapat
mencegah timbulnya kejang demam akan tetapi tidak mencegah timbulnya
epilepsi maupun cacat neurologis akibat kejang demam (Wardhani, 2014).
Pemberian obat anti kejang mempunyai efek samping tidak baik. Tindakan
pencegahan kejang demam sederhana dengan pemberian obat fenobartital
maupun asam valproate dan fenitoin dilakukan atas indikasi yang tepat.
Indikasi pemberian pengobatan pencegahan terhadap penderita kejang demam
sederhana apabila demam tersebut mempunyai resiko terjadinya bangkitan
kejang demam. Orang tua sangat mengkhawatirkan terhadap penyakit
anaknya untuk kepentingan tersebut diperlukan pengetahuan tentang cara
yang tepat untuk memprediksi terhadap timbulnya bangkitan kejang demam
(Juliati, K., 2015).
Sebagai seorang perawat penulis juga memberikan pelayanan kesehatan
yang komprehensif melalui 4 upaya kesehatan yang meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif perawat mencegah untuk
terjadinya demam berlanjut menjadi kejang dengan menginformasikan
kepada ibu memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan
penyakit kejang demam. Upaya preventif, dapat diberian dengan cara
mempertahankan daya tahan tubuh anak agar tidak mudah terkena infeksi,
dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi seimbang dan
menyiapkan kondisi lingkungan yang sehat dan tindakan mandiri dengan
melakukan kompres, mencegah resiko cedera, resiko aspirasi. Upaya kuratif,
dilakukan dengan tindakan kolaboratif., menganjurkan keluarga untuk
menyediakan obat antikonvulsan dan antipireutik. Serta tindakan kolaboratif
dengan memberikan obat antipiretik dan antikonvulsan. Serta upaya
rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi anak dengan
menghilangkan gejala sisa kejang dan menganjurkan orang tua agar tetap
kontrol kembali anak ke rumah sakit secara teratur dan saat di rumah jika
5
mengetahui suhu tubuh anak meningkat segera beri obat penurun panas dan
mengompresnya.
1. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat
dalam menangani masalah gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
dengan kejang demam.
3. Bagi Klien.
Diharapkan studi kasus ini dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan masukan bagi masyarakat khususnya tentang penyakit gangguan
kebutuhan cairan dan elektrolit dengan kejang demam.
TINJAUAN PUSTAKA
frekuensi
Tidak berulang dalam 24 jam. Berulang dalam 24 jam
rekuren
8
9
riwayat
Tanpa kelainan neurologis sebelum Ada kelainan neurologis sebelum atau
penyakit
dan sesudah kejang sesudah kejang.
neurologi
patologi post Ada kelainan (Paralisis unilateral,
Tanpa kelainan.
iktal somnolen)
Sumber( Janet dkk.,2013)
2.1.2 Etiologi.
Kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul
secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri.
Umumnya berlangsung singkat atau mungkin terdapat prediposisi
familial. Dan beberapa kejadian kejang dengan berlanjut melawati masa
anak-anak dan mungkin dapat mengalami kejang non demam pada
kehidupan selanjutnya. Beberapa faktor resiko berulangnya kejang
yaitu:
1. Riwayat kejang dalam keluarga.
2. Usia kurang dari 18 bulan.
3. Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum
kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan
berulang.
4. Lamanya demam,sebelum kejang semakin pendek jarak antara
mulanya dema kejang,maka semakin besar resiko kejang demam
berulang. (NANDA NIC-NOC,2015).
2.1.3 Patofisiologi
1. Proses Penyakit.
Anak yang terinfeksi virus dan parasit akan menimbulkan reaksi
infalmasi, salah satu reaksi infalamasi yang muncul yaitu proses demam
mengakibatkan suhu dalam tubuh anak meningkat diatas 38℃ atau
disebut juga Hipertermia. Hipertemia dapat merangsang mekanik dan
biokimia dalam tubuh sehinga dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi perubahan konsentrasi ion di ruang
ektraseluler dan terjadi ketidakseimbangan potensial membran ATP
ASE. Jika potensial membran ATP ASE tidak seimbang maka akan
berpengaruh pula dengan perubahan difusi Na+ dan K+ akan
10
Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)
2. Manifestasi Klinis.
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan
kejang klonik atau tobik-klonik bilateral. Bentuk kejang lain dapat juga
terjadi seperti 28 mata terbaik keatas dengan disertai kekakuan atau
kelemahan, gerakan semakin berulang tanpa didahului kekakuan, atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal. Sebagian besar kejang
berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 % berlangsung
lebihb dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang
berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak,tetapi setelah
beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa
defisit neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara
(hemiparesis todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang
menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama lebih sering terjad
pada kejang demam yang pertama(Kapita Selekta Kedokteran,2014).
3. Komplikasi.
Menurut Wulandari dan Meira (2016), komplikasi kejang demam
dapat diuraikan seperti dibawah ini:
a. Kerusakan Neurotransmitter Lepaskan muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membran
sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah
mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi
matang di kemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang
spontan.
c. Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada
anak baru berumur 4 bulan - 5 tahun
d. Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai
demam dan kemungkinan mengalami kematian.
2.1.4 Penatalaksanaan.
1. Terapi.
13
dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. secara umum
terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal. Masa prenatal terdiri
atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.Pada masa embrio,
pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu
pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi
suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi
sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12
sampai ke40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran
panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan
jaringan subkutan dan jaringan otot. Masa postnatal Terdiri atas masa
neonatus, masa bayi, masausia prasekola, masa sekolah, dan masa
remaja.
Masa usia prasekolah Perkembangan pada masa ini dapat
berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan, khususnya pada aktivitas Fisik dan kemampuan
kognitif. Menurut teori Erikson (dalam Nursalam, 2014), pada usia
prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative
vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius)dan adanya
imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai
segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila
orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak
merasa bersalah.Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak
berada pada fase phalik, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasi
figur atau perilaku kedua orang tuanya sehingga kecenderungan untuk
meniru tingkah laku orang dewasa disekitarnya.Pada masa usia
prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan
dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses
eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan
perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan,
anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat,
2015).
16
b. Pengeluaran cairan
Rasional
1. Tanda-tanda vital digunakan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Membran mukosa yang kering, denyut nadi yang cepat dan lemah dapat
menunjukan tanda-tanda dehidrasi
3. Mencegah kekurangan cairan dan menambah intake oral pasien
4. Menggantikan cairan yang hilang dan mencegah dehidrasi.
Observasi
26
A : intervensi teratasi
P : intervensi di hentikan
BAB III
METODE PENELITIAN
28
29
3.3 Partisipan.
Dalam penelitian ini adalah 2 orang anak dan 2 orang keluarga yang
mengalami 2 diagnosis medis yang sama yaitu kejang demam dan masalah
keperawatan yang sama yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh. Dalam studi kasus ini karakteristik
yang di ambil berdasarkan jenis kelamin yang sama yaitu laki-laki dan dalam
rentang usia toddler yaitu 1-4 tahun . Partisipan yang di ambil pada penelitian
ini berusia 3 tahun dan 4 tahun. Kedua klien tersebut menjalani perawatan di
RS Meilia. Selain partisipan yang di sebutkan di atas penulis juga melibatkan
perawat yang menangani klien sebagai bagian dari partisipan.
3.4 Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian karya tulis ilmiah ini di selenggarakan di ruang rawat inap anak RS
Meilia Cibubur selama 3 hari dan di mulai pada tanggal 2 Juni sampai dengan
tanggal 5 Juni 2020.
3.5 Pengumpulan data.
30
3.5.3 Dokumentasi.
Hasil penelitian dari observai atau wawancara akan lebih kredibel atau
dapat dipercaya jika di dukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil
di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan atauto biografi (sugiyono,
2016) dari hasil wawancara dan daro data rekam medis klien dapat di
dokumentasikan ke dalam rekammedis yang terbaru atau melanjutkan
intervensi yang belum tercapai.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
34