Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

NADIA FERLITA HANDAYANI RAHAYU (1810033031)

PRODI D-III KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

TAHUN 2021
A. KONSEP PENYAKIT

1 Definisi

Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang

mengakibatkancedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau

emosional (Dorland, 2011). Trauma abdomen didefinisikan sebagai

trauma yang melibatkan daerah antara diafragma atas dan panggul

bawah (Guilon, 2011).

Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap

struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan

oleh luka tumpul atau yangmenusuk (Ignativicus & Workman, 2006).

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa trauma

abdomen adalah suatu kerusakan pada daerah abdomen yang dapat

disebabkan oleh benda tumpul atau benda yang menusuk yang dapat

menyebabkan cidera baik psikologis ataupun emosional.

2 Etiologi

Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan

terjatuh dariketinggian. Menurut sjamsuhidayat, penyebab trauma

abdomen adalah :

a. Penyebab trauma penetrasi

1) Luka akibat terkena tembakan

2) Luka akibat tikaman benda tajam

3) Luka akibat tusukan


b. Penyebab trauma non-penetrasi

1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

2) Hancur (tertabrak mobil)

3) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

4) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

3 Patofisiologi

Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia

(akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan

terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari

interaksi antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan

jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan

kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.Pada

tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan

tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga

karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting.

Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan

tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada

keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan

untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh

menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya

trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada

akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus

dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif


terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cideraorgan

intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme :

a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat

oleh gaya tekandari luar seperti benturan setir atau sabuk

pengaman yang letaknya tidak benardapat mengakibatkan

terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen

anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.

c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat

menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.


4 klasifikasi

Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :

a. Kontusio dinding abdomen

Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak

terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau

penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah dapat

menyerupai tumor

b. Laserasi

Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga

abdomen harus dieksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner

(2005) terdiri dari :

1) Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya

cedera pada dinding abdomen.

2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan

diagnostik ahli bedah

3) Cedera thorak abdomen

Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri

diafragma, atausayap kanan dan hati harus dieksplorasi


5 Tanda dan gejala

a. Nyeri

Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.

Nyeri dapat timbuldi bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri

saat ditekan dan nyeri lepas.

b. Darah dan cairan

Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang

disebabkan olehiritasi. Penurunan kesadaran (malaise, letargi,

gelisah) yang disebabkan olehkehilangan darah dan tanda-tanda

awal shock hemoragik

c. Cairan atau udara dibawah diafragma

Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda

ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.

d. Mual dan muntah

6 Komplikasi

a. Segera : hemoragik, syok, dan cedera.

b. Lambat : infeksi

c. Trombosis Vena

d. Emboli Pulmonar

e. Stress Ulserasi dan perdarahan

f. Pneumonia

g. Tekanan ulserasi
h. Atelektasis

i. Sepsis

7 Pemeriksaan penunjang

Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen,

yaitu

a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.

b. Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi

perdarahan terus-menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan

hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa

terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak

kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi

menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi

usushalus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan

trauma pada hepar.

c. Plain abdomen foto tegak

Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas

retroperinealdekat duodenum, corpus alineum dan perubahan

gambaran usus
d. Pemeriksaan urine rutin

Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai

hematuri. Urineyang jernih belum dapat menyingkirkan adanya

trauma pada saluran urogenital

e. VP (Intravenous Pyelogram)

Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada

persangkaan trauma pada ginjal.

f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam

rongga perut.Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya

alat diagnostik. Bila adakeraguan, kerjakan laparatomi (gold

standard). Indikasi untuk melakukan DPLsebagai berikut:

1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

2) Trauma pada bagian bawah dari dada

3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,

alkohol, cederaotak)

5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum

tulang belakang)

6) Patah tulang pelvis

Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :

1) Hamil

2) Pernah operasi abdominal


3) Operator tidak berpengalaman

4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan

5) Ultrasonografi dan CT ScanSebagai pemeriksaan tambahan

pada penderita yang belum dioperasi dandisangsikan adanya

trauma pada hepar dan retroperitoneum

Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen,

yaitu:

a. Abdominal paracentesis

Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk

menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih

dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari

rongga peritoneum setelah dimasukkan 100–200 mllarutan NaCl

0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

b. Pemeriksaan laparoskopi

Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung

sumber penyebabnya.

c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-

sigmoidoskopi.
8 Penatalaksanaan

a. Abdominal paracentesis

Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium, merupakan

indikas iuntuk laparotomi.

c. Pemeriksaan laparoskopi

Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.

d. Pemasangan NGT

Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen.

d. Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan

e. Pemberian antibiotic Untuk mencegah terjadinya infeksi

f. Laparotomi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip–

prinsip Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala

prioritas A(Airway),B (Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan

trauma abdomen harus dianggap sebagai dari multi trauma dan dalam

pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.

a. Anamnesa

1) Biodata

Biasanya bisa menimpa siapa saja baik laki-laki maupun

perempuan.

2) Keluhan Utama
Biasanya mengeluh nyeri hebat.

3) Riwayat penyakit sekarang (Trauma)

a) Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru

b) Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana

posisinya saat jatuh.

c) Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya

d) Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana

sifatnya pada Kuadran mana yang dirasakan paling nyeri atau

sakit sekali.

4) Riwayat Penyakit yang lalu

a) Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan

jiwa

b) Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus

dangangguan faal hemostasis.

5) Riwayat psikososial spiritual

a) Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.

b) Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.

c) Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).

b. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem Pernapasan (B1 = Breathing)

a) Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas

pada dada serta jalan napasnya.


b) Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan

pernapasantertinggal

c) Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.

d) Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.

b. Sistem Kardiovaskuler (B2 = blood)

a) Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari

daerahabdominal dan adakah anemis

b) Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan

bagaimanasuara detak jantung menjauh atau menurun dan

adakah denyut jantung paradoks.

c. Sistem Neurologis (B3 = Brain)

a) Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas

di kepala

b) Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota

gerakan

c) Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan

GlasgowComa Scale (GCS

d. Sistem Gatrointestinal (B4 = bowel)

a) Pada inspeksi

1) Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar

2) Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan

dalam cavumabdomen

3) Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.


4) Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa,

kemungkinanadanya abdomen iritasi.

b) Pada palpasi :

1) Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.

2) Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.

3) Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.

c) Pada perkusi :

1) Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.

2) Kemungkinan– kemungkinan adanya cairan/udara bebas

dalam abdomen.

d) Pada Auskultasi

1) Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising

usus atau menghilang

2) Pada rectal toucher

3) Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.

4) Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.

e. Sistem Urologi (B5 = bladder)

a) Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan

adakah distensi pada daerah vesica urinaria serta bagaimana

produksi urine dan warnanya.

b) Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan

adanya distensi.

c) Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.


f. Sistem Tulang dan Otot (B6 = Bone)

a) Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas

terutama daerah pelvis.

b) Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau

pelvis.Aktifitas/istirahat

Data lain yang sering muncul

a. Aktivitas

1) Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,

2) Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam

keseim Bangan cedera(trauma)

b. Sirkulasi

1) Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola

napas (hipoventilasi,hiperventilasi, dll).

c. Integritas ego

1) Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian

(tenang atau dramatis)

2) Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi

d. Eliminasi

1) Data Objektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau

mengalami gangguanfungsi.

e. Makanan dan cairan

1) Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan

Selera makan.
2) Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.

f. Neurosensori.

1) Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo

2) Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,

perubahan statusmental,Kesulitan dalam menentukan posisi

tubuh.

g. Nyeri dan kenyamanan

1) Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan

lokasi yang berbeda, biasanya lama.

2) Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.

h. Pernafasan

1) Data Subyektif : Perubahan pola nafas.

i. Keamanan

1) Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.

2) Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif atau gangguan

rentang gerak
2. Diagnosa Keperawatan

Menurut (SDKI 2017)

a. Hipovalemi b/d kekurangan intake cairan (hal. 64)

b. Nyeri akut b/d agen pencidera fisik (hal. 172)

3. Intervensi Keperawatan

Menurut (SIKI 2018)

 Manajemen hipovolemi (ha. 184)

a. Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemi (mis: frekuensi nadi

meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,

tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, memberan

mukosa kering, urine menurun, hematocrit meningkat, haus,

lemah.

2) Moniter intake dan output

b. Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan

2) Berikan posisi modiefied trendelenburg

3) Berikan asupan cairan oral

c. Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCl, RL)


2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonois (mis: glukosa

25%. NaCl o,4 %)

3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis: albumin,

plasmanate)

4) Koloborasi pemberian produk darah

 Manajemen nyeri (hal. 201)

a. Observasi

1) Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri

2) Identifikasi skla nyeri

3) Identifikasi respon neyero\i non verbal

4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan

nyeri

5) Monitor efek samping penggunaan analgetik

b. Terapeutik

1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengunrangi nyeri

2) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri

3) Fasilitasi istirahat dan tidur

c. Edukasi

1) Jelaskan penyebab, prioede, dan pemicu nyeri

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

3) Anjurkan monitor neyeri secara mandiri


4) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangu rasa

nyeri

d. Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik

4. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang

dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan inetervensi

keperawatan yang ingin dicapai perawat dalam intervensi

keperawatan. (PPNI 2018)

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap yang menentukan apakah

tujuan dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah diharapkan dalam

tujuan yang direncanakan perawat. Apabila setelah dilakukan evaluasi

tujuan tidakan tidak tercapai maka dilanjutkan intervensinya. (Airga

2020)

C. Sumber/referensi

1 https://www.academia.edu/36872332/LAPORAN_PENDAHULUAN_T

RAUMA_ABDOMEN_LUKA_TEMBAK

2 http://repository.uki.ac.id/2713/1/BUKUMATERIPEMBELAJARANM

ANAJEMENGADARLANJUTAN1.pd

Anda mungkin juga menyukai