Anda di halaman 1dari 6

RL infus : Penggunaan Infus RL sudah tepat, sehingga dapat dilanjutkan.

Terapi RL cocok
digunakan sebagai pengganti cairan parenteral terhadap kehilangan cairan dan elektrolit dari
kompartemen ekstraseluler (Randonowu, 2014)

Transfusi PRC : Transfusi PRC sudah tepat, karena pada saat pasien masuk rumah sakit Hb pasien
menunjukkan nilai 6,8 g/dl, sehingga ambang batas Hb ≤7 g/dL dapat dianggap sebagai pemicu
pengobatan dengan transfusi darah. Pasien yang memiliki nilai Hb >7 g/dL jika dimungkinkan
dilakukan dengan pengobatan lain selain transfusi darah (misalnya hematinik yang berisi zat besi,
vitamin B12, dan folat. Hematinic adalah nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah
dalam proses hematopoiesis, dan digunakan untuk meningkatkan kadar hemoglobin darah).
(Indayanie, 2015)

Omeprazol inj 40 mg : Penggunaan Omeprazole dilanjutkan, karena Omeprazole merupakan salah


satu golongan PPI yang berfungsi sebagai terapi pada pengobatan PUD yang disebabkan karena
penggunaan NSAID. Pasien dengan ulkus yang diinduksi NSAID harus diuji untuk menentukan
status H. pylori. Jika H. pylori positif, mulai pengobatan dengan rejimen tiga obat berbasis PPI. Jika
H. pylori negatif, hentikan NSAID dan obati dengan rejimen empat minggu standar PPI, Histamin 2
Antagonis Reseptor (H2RA), atau Sukralfat. PPI lebih disukai karena memberikan pereda gejala
dan penyembuhan ulkus yang lebih cepatm (Dipiro ed 10, 2017).
Omeprazol tab 20 mg : Penggunaan omeprazole dilanjutkan dan diganti menjadi bentuk sediaan
tablet ketika pasien keluar rumah sakit

Sukralfat syr : Penggunaan sukralfat dihentikan karena memiliki efek samping mual, muntah,
gangguan pencernaan dan gangguan lambung (PIONAS).

Kalnex inj (Asam Traneksamat) : Penggunaan Asam traneksamat dihentikan, karena Asam
traneksamat merupakan antifibrinolitik yang umumnya digunakan pada pendarahan parah
(PIONAS). BAB berdarah pada pasien disebabkan adanya ulkus peptikum akibat
ketidakseimbangan antara mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa lambung dengan asam
lambung dan pepsin (Pencernaan atas karena stool berwarna hitam) (Kumar, 2019). Dalam
tatalaksana terapi peptic ulcer, pemberian PPI ditujukan untuk menekan sekresi asam lambung dan
penyembuhan ulcer untuk mencegah resiko terjadi pendarahan sehingga antifibrinolitik tidak
diperlukan. Pendarahan ulkus peptikum disebabkan oleh erosi ulkus ke dalam arteri. Dilihat dari
data lab trombosit pasien masih dalam rentang normal (Dipiro, 2020).
Parasetamol tab 500 mg : Paracetamol merupakan analgetik, antipiretik yang masuk dalam
golongan Non Steroid Inflamatory Drug (NSAID) (Utomo, 2017).

Captopril 12,5 mg tab : Terapi captopril dilanjutkan, karena captopril termasuk dalam golongan
ACEI yang merupakan first line terapi pada Hipertensi (Dipiro, 2017)
Domperidon tab : Domeperidone bekerja pada chemoreseptor trigger zone, obat ini digunkanan
untuk menghilangkan mual dan muntah. Kelebihan obat ini dibandingkan metoklopramid dan
fenotiazin adalah sedikit menyebabkan efek sedasi karena tidak menembus sawar darah-otak
(PIONAS).
Obat ini digunakan ketika pasien keluar dari rumah sakit.

Pengobatan Dislipidemia
Penanganan awal pada pasien kolestereol tidak menggunakan obat-obatan, melainkan
menggunakan terapi non farmakologi, lakukan selama 1 bulan. Jika kadar kolesterol pasien tak
kunjung turun setelah 1 bulan, dapat digunakan terapi menggunakan obat-obatan, seperti :
Statin (simvastatin 20 mg 1x1) bekerja dengan menghambat koenzim A 3-hidroksi-3-metilglutaril
(HMG-CoA) reduktase, mengganggu konversi HMG-CoA menjadi mevalonat, langkah pembatas
kecepatan dalam biosintesis kolesterol. Ketika digunakan sebagai monoterapi, statin adalah agen
yang paling kuat menurunkan kolesterol total dan LDL yang ditoleransi. Kolesterol total dan LDL
berkurang sebesar 30% atau lebih bila ditambahkan ke terapi diet. (Dipiro ed 10, 2017)
Terapi Non Farmakologi :
Gaya hidup sehat, pola makan sehat, konsumsi buah dan sayur, penurunan berat badan (bagi
penderita yang obesitas), peningkatan aktivitas fisik, pengendalian hipertensi, penghentian
merokok, dan mengurangi asupan lemak untuk mencapai berat badan ideal (Dipiro ed 10, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J., Talbert, L.R., Yee, G.C.,Nolin, T.D., Possey, L.M., Elingroad.V, 2017,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 10th Edition, Micc Grow Hill
Medical : Washington Dc.

Indayanie, Novita dan Banundari Rachmawati. 2015. Packed Red Cell Dengan Delta Hb dan
Jumlah Eritrosit Anemia Penyakit Kronis. Jurnal of Indonesia, Vol. 21, No.3, pp : 220-
223.

Kumar A, Ashwlayan V, Verma M. Diagnostic approach & pharmacological treatment regimen


of Peptic Ulcer Disease. Phar Pharm Res Open Acc J. (2019);1(1):1‒12.

Pusat Informasi Obat Nasional (Pionas), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia. 2015. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), BPOM RI, diakses
pada 28 Mei 2021.

Rondonowu, Andrea Ariel, dkk. 2014. Kajian Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien Gastritis Di
Instalasi Rawat Inap RSUP Prof.Dr. R. D. Kandou Manado Tahun 2013. Jurnal Ilmiah
Farmasi, Vol.3 No.3, pp : 303-309.

Utomo, Nugroho Priyo, dkk. 2017. Efek Analgesik Kombinasi Kurkumin dan Parasetamol pada
Mencit yang Diinduksi Asam Asetat menggunakan Isobologram. Jurnal Pustaka
Kesehatan, Vol. 5, No. 2, pp : 302-305

Anda mungkin juga menyukai