Anda di halaman 1dari 6

Dispepsia fungsional adalah etiologi tersering pasien dengan keluhan 

dispepsia. Dispepsia

fungsional adalah sindrom yang mencakup satu atau lebih dari gejala-gejala berikut: perasaan

perut penuh setelah makan, cepat kenyang, atau rasa terbakar di ulu hati, yang berlangsung

sedikitnya dalam 3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala sedikitnya timbul 6 bulan

sebelum diagnosis (berdasar kriteria Rome III).

Diagnosis Dispepsia Fungsional

Dispepsia fungsional adalah keluhan klinis yang sering dijumpai dalam praktik klinis sehari-

hari. Prevalensi dispepsia fungsional di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mencapai 5%,

dengan 20% diantaranya terinfeksi H.Pylori.

Berdasarkan panduan ACG (American College of Gastroenterology), pasien dengan

dispepsia fungisonal disarankan untuk menjalani tes diagnostik infeksi H. pylori sebagai first

line approach. Pertanyaan yang paling sering muncul dibenak dokter adalah kapan

pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan?

Pertanyaan tersebut wajar muncul karena dispepsia bisa merepresentasikan keganasan

lambung, meski proporsinya hanya 1%. ACG merekomendasikan pemeriksaan endoskopi

hanya pada pasien yang memiliki resiko tinggi berkembang menjadi keganasan lambung.

Pasien yang beresiko tinggi berkembang menjadi kanker lambung adalah pasien dispepsia

yang berusia lebih dari 55 tahun dan disertai alarming features.

Alarming fatures adalah gejala dan tanda yang meliputi: perdarahan saluran cerna, anemia,

penurunan berat badan>10% yang tidak diketahui penyebabnya, kesulitan menelan

(dysphagia) yang memberat, sampai nyeri telan berat (odynophagia), muntah profus, riwayat

keluarga dengan keganasan saluran cerna, riwayat keganasan lambung atau esofagus, riwayat

ulkus peptik, limfadenopati atau didapatkan massa abdomen. Pasien yang memenuhi satu

atau lebih kriteria diatas direkomendasikan untuk dilakukan endoskopi saluran cerna atas.
Tujuan endoskopi adalah untuk memeriksa kemungkinan adanya keganasan atau penyakit

ulkus peptik.

Pada pasien dengan usia yang lebih muda dari 55 tahun dan tidak memiliki alarming

fetaures, ada dua strategi utama untuk penatalaksanaan dispepsia fungsional. Strategi pertama

adalah melakukan tes H. pylori, dan di terapi bila hasilnya postif terinfeksi H. pylori. Bila

protokol terapi telah diimplementasikan namun gejala masih muncul, maka dipertimbangkan

strategi kedua yaitu penghambatan aktivitas asam lambung dengan PPI.

Bila kedua strategi di atas telah diimplementasikan namun gejala masih ada, maka perlu

dipertimbangkan pemeriksaan endoskopi. Pemeriksaan endoskopi pada pasien usia muda

tanpa alarming features kurang dianjurkan secara cost effective analysis. Pemeriksaan

endoskopi pada kelompok pasien tersebut diambil dengan judgement klinis dokter yang

merawat.

Alternatif lain terapi pasien dengan dispepsia fungsional yang tidak sembuh dengan kedua

strategi di atas adalah pemanfaatan terapi herbal. Tentu ini adalah pilihan terakhir setelah

semua pendekatan medis dilakukan. Efek placebo dari terapi herbal diharapkan dapat

memberikan sugesti positif bagi pasien dispepsia yang diinduksi stres psikogenik.

Terapi Proton Pump Inhibitor untuk Dispepsia Fungsional

Proton pump inhibitor (PPI) adalah obat yang banyak digunakan untuk mengatasi keluhan

yang berhubungan dengan keasaman lambung. Obat golongan ini digunakan sebagai salah

satu strategi penatalaksanaan dispepsia pada usia muda tanpa alarming features. PPI

mengurangi keluhan dispepsia dengan menghambat produksi asam lambung.

Mekanisme Kerja Obat

PPI adalah prodrug. PPI membutuhkan asam lambung untuk berubah menjadi senyawa

aktifnya (sulfenamide atau sulfenic acid). Dua senyawa aktif tersebut bekerja dengan

menghambat sekresi asam lambung, melalui hambatan pada pompa proton H-K ATP-ase.
Semua obat golongan PPI memiliki waktu paruh yang pendek (sekitar 1 jam),

kecuali tenatoprazole. Semua obat golongan PPI memiliki bioavailabilitas yang bagus dalam

tubuh.

PPI dimetabolisme di hati oleh enzim CYP2C19 dan 3A4. Kerusakan hati, usia lanjut dan

mutasi gen CYP2C19 akan menurunkan clearence PPI dalam tubuh.

Dosis

Tenatoprazole 20 mg 1x1

Esomeprazole 20 mg 1x1

Lansoprazole 30 mg 1x1

Omeprazole 20 mg 1x1

Pantoprazole 40 mg 1x1

Rabeprazole 20 mg 1x1

Efikasi Terapi

Dalam sebuah penelitian yang membandingkan efek berbagai obat golongan PPI dalam

menekan produksi asam lambung, disebutkan bahwa esomeprazole dan tenatoprazole

memiliki efek yang lebih kuat. Empat obat PPI lain (lanzoprazole, omeprazole, pantoprazole

dan rabeprazole) memiliki efek terapeutik yang hampir sama.

Efek Samping
PPI adalah salah satu golongan obat yang aman digunakan. Ada beberapa efek samping yang

dilaporkan diantaranya adalah gangguan absorbsi vitamin dan mineral dalam tubuh, serta

interaksi dengan beberapa obat yang lain.

Terapi Antibiotik Infeksi H. Pylori

Clarithromycin masih menjadi pilihan utama antibiotik untuk kasus dispepsia yang diduga

karena infeksi H. pylori, namun laporan terakhir menunjukkan adanya trend peningkaan

resistensi H. pylori terhadap clarithromycin.

H. pylori masih menjadi masalah besar penyebab infeksi kronik di dunia.H. pilory masih

menjadi faktor penting penyebab penyakit ulkus peptik, keganasan lambung dan

sindroma dispepsia. Diagnosis H. pylori dapat dilakukan dengan metode endoskopi atau non-

endoskopi.

Pertimbangan diagnosis dengan metode edoskopi atau non-endoskopi dipengaruhi oleh

ketersediaan sarana dan prasarana, ahli yang mengerjakan prosedur dan sumber biaya

kesehatan (BPJS atau non-BPJS).

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi proton pump

inhibitor (PPI), clarithromycin dan amoxicillin mengalami penurunan level eradikasi hanya

tinggal 70-85%, penurunan angka keberhasilan eradikasi H. pylori mungkin disebabkan

peningkatan resistensi terhadap clarithromycin.

Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah metode sequential therapy. PPI

dan amoxicillin diberikan terlebih dahulu, diikuti dengan clarithromycin dan metronidazole.

Pemberian kombinasi obat diatas memiliki efektivitas yang lebih baik bila diberikan dalam

14 hari dibanding bila diberikan hanya 7 hari.


Pilihan terapi lain yang banyak digunakan adalah bismuth quadruple regiment. Metode ini

diimplementasikan dengan memberikan PPI plus 3 in 1 capsule yang berisi bismuth,

metronidazole dan tetracycline. Bismuth quadruple regiment diberikan selama 7-14 hari.

Metode ini menunjukkan efektivitas terapi yang sangat baik.

Semoga Bermanfaat^^

Anda mungkin juga menyukai