Anda di halaman 1dari 15

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

“ Mola hidatidosa ”

DOSEN PENGAMPU: Yuni Retnowati, SST.,M.Keb

Disusun Oleh
Kelompok 3

Ikhwatun Salisun Niswati Sadar 1930701013


Iska 1930701045
Hasmawati Aliyah 1930701021
Hikmah fitria safar 1930701003
Juwita Amalia Saputri 1930701033
Norsih 1930701054
Rahma Diani Ayuningtias 1930701025
Sri Lestari Utami 1930701023
Yenny 1930701037
Okmia 1930701051
Dwinur febriyana 1930701007

JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan
kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Tarakan , 13 April 2021

Penyususn

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 4

LATAR BELAKANG................................................................................... 4

RUMUSAN MASALAH............................................................................... 4

TUJUAN..................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6

A. Pengertian............................................................................................... 6

B. Gejala...................................................................................................... 7

C. Diagnosa.................................................................................................. 7

D. Penatalaksanaan...................................................................................... 10

E. Komplikasi Mola dan Hidatidosa............................................................ 12

BAB III PENUTUP..........................................................................................13

KESIMPULAN.............................................................................................13

SARAN.........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mola hidatidosa di definisikan sebagai suatu tumorjinak (benigna) dari korion.
Penyakit ini biasanya dikaitkan dengan; sosioekonomi rendah, letak geografis
berbeda (Asia Tenggara dan Mexico dengan insidensi yang banyak), malnutrisi
(konsumsi protein rendah,asam folat rendah,dan karoten rendah),danusia <20
tahun atau >40 tahun.
Prevalensi mola hidatidosa 1/1500 di USA dan 1/25 terdistribusi di Mexico.
Kejadian padawanitaAsia lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan)daripadawanita
di negara-negarabarat(1 kasus dari 2000 kehamilan). (Benson & Pemoll's, 1994;
Hanifa W, 1999).

Banyaknya penyulit pada kasus mola hidatidosa,memperburuk prognosis dari


penyakitini, seperti:preeklampsia,tirotoksikosis,anemia, dan hipotensi (Anna dkk,
2001). Apabila penanganan pada penyakit ini kurang baik tidak jarang
menimbulkankematian. Dengan ada nya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, mola
hidatidosa beserta pola penyakit nya dapat diketahui dan diharapkan masyarakat
mengetahui juga lebih waspada terhadap gejala-gejala yang menyertainya dan
melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap kandungannya.Dengan deteksi dini
maka angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa

2. Untuk mengetahui gejala dari Mola Hidatidosa

3. Untuk Mengetahui apa saja diagnosis dari Mola Hidatidosa

4. Untuk Mengetahui apa saja penatalaksanaan Mola Hidatidosa

5. Untuk Mengetahui apa saja komplikasi dari Mola Hidatidosa

4
C. TUJUAN

untuk mengetahui komplikasi mola hidatidosa secara lebih mendalam,dengan


tujuan agar mengetahui dari penyakit mola hidatidosa itu sendiri agar dapat
ditegakkan diagnosis secara dini dan penatalaksanaan yang tepat sehingga dapat
mencegah terjadinya komplikasi dan dapat menurunkan angka mortalitas dari
kasus mola hidatidosa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mola Hidatidosa 


Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal
berupa tumor jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin. Bakal
janin tersebut dikenal dengan istilah mola hidatidosa. Istilah hamil anggur
digunakan karena bentuk bakal janin tersebut mirip dengan gerombolan
buah anggur. Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang
berasal dari kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan
diserai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan hidropik. Trofoblas
adalah sel pada bagian tepi ovum (sel telur) yang telah dibuahi dan nantinya
akan melekat di dinding rahim hingga berkembang menjadi plasenta serta
membran yang memberi makan hasil pembuahan. Penyebab penyakit ini belum
diketahui pasti, namun diduga karena kekurangan gizi dan gangguan peredaran
darah rahim.
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang biak tidak
wajar pada permulaan kehamilan yang merupakan hasil dari produksi jaringan
berlebihan dimana seharusnya berkembang menjadi plasenta.
Kehamilan mola merupakan poliverasi abnormal dari villi khorialis dan
merupakan kelainan pramaligna dari penyakit trofoblas grestasional (Hcg).
Penyakit trofoblas grestasional tersering dan jinak adalah kehamilan mola
sedangkan yang jarang dan lebih ganas adalah koriokarsinoma dan plasental
site trophoblastic tumor (PSST)
Klasifikasi
1. Mola hidatidosa lengkap . Mola hidatidosa lengkap apabila
vili hidropik, tidak ada janin dan membran, kromosom
maternal haploid dan paternal 2 haploid.
2. Mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa parsial apabila
janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan
normal, kromosom paternal diploid.
3. Mola hidatidosa invasif. Mola hidatidosa invasif apabila
korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,
terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.

6
B. Gejala Mola Hidatidosa
Gejala kehamilan mola adalah amenore, perdarahan vagina berupa discharge
berwarna merah gelap atau merah terang, serta hiperemesis gravidarum. Pada
mulanya, gejala mola hidatosa atau hamil anggur mirip dengan gejala kehamilan
normal, yaitu terlambat haid, mual, tes kehamilan positif, dan muntah. Namun,
pada penderita hamil anggur, gejala awal tersebut dialami dengan lebih berat.
Tanda-tanda lainnya adalah tidak ada gerakan janin, rahim lebih besar dari umur
kehamilan, dan keluar gelembung cairan mirip buah anggur bersamaan dengan
perdarahan.
Tanda-tandanya mola hidatidosa adalah:
 Gejala sangat bervariasi mulai pendarahan mendadak disertai shock
sampai perdarahan samar-samar sehingga sukar untuk dideteksi
 Seperti hamil muda, tetapi derajat keluhan sering lebih hebat
 Uterus lebih besar dari usia kehamilan
 Tidak ada tanda-tanda adanya janin
 Nyeri perut
 Serviks terbuka
 Mungkin timbul preeklampsia atau eclampsia pada usia kehamilan >24
minggu
 Penegakkan diagnosis kehamilan mola dibantu dengan pemeriksaan USG

C. Diagnosis Mola Hidatidosa


Adapun Beberapa diagnose Mola Hidatidosa, yaitu:

Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan memperbesar uterus.

Tujuan: rasa nyeri berkurang/hilang

Kriteria hail: kilen akan menunjukkan nyeriberkurang/hilang

Intrevensi :

1. observasi TTV

7
2. kali skala nyeri

3. medikasi para nastetik (jika klien mau enjalani pembedahan)

4. preparat analgetik (periode pasca operatif)

5. atur posisi yang nyaman

6. ciptakan lingkungan yang nyaman

7. anjurkan dan ajarkan tehknik relasaksi dan distraksi

8. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik

Diagnosa 2

Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan: mengurangi terjadinya perdarahan yang berlanjut dan mencegah


terjadinya komplikasi

Kriteria hasil: tidak terjadinya komplikasi

Intervensi:

1. bersihkan dengan hati-hati jaringan dan bekuan darah

2. perbaiki keadaan umum klien

3. observasi tanda-tanda syok

4. kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan infuse, tranfuse, kuratase

Diagnosa 3

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan output yang


berlebihan.

Tujuan: nutrisi kilen tercukupi

Kriteria hasil: nutrisi terpenuhi

Intervensi:

1. kaji pola makan

8
2. timbang berat badan setiap hari

3. berikan makanan yang merangsang muntah

4. kolaborasi dengan ahli gizi tentang dietnya

5. beri makan sedikit tapi sering

Diagnosa 4

Resiko infeksi berhubungan dengan histrektomi

Tujuan: tidak terjadi infeksi yang memicu keganasan

Kriteria hasil: tidak terjadinya infeksi

Intravensi:

1. siapkan prosedur pra pasca histrectomi, kueratase steril

2. lakukan teknik antiseptic

3. lakukan perawatan vulva

4. kaji tanda-tanda infeksi

Diagnosa 5

Anesietas berhubungan dengan pseudokiasis

Tujuan: klien merasa nyaman dan dapat menerima keadaannya

Kriteria klien: klien tidak merasa cemas

Intervensi:

1. berikan penjelasan tentang penyakitnya dan prosedur tindakan yang akan


dilakukan

2. dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya

3. gunakan teknik komunikasi terpeutik

4. libatkan anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien

5. kolaborasi dengan ahli psikolog untuk memberi support mental.

9
D. Penatalaksanaan Medis Mola Hidatidosa

Dalam pengobatan Mola Hidatidosa yang lebih di utamakan adalah


menegakkan diagnosis sebelum gelembung mola dikeluarkan, sehingga
perdarahan yang timbul pada waktu mengeluarkan mola dapat dikendalikan
(Manuaba, 2009).

Langkah pengobatan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap sebagai berikut :

1. Perbaikan keadaan Umum


Perbaikan keadaan umum Pengeluaran gelembung mola yang disertai
perdarahan memerlukan transfuse, sehingga penderita tidak syok yang dapat
menyebabkan kematian (Manuaba, 2009).
Perbaikan keadaan umum dilakukan dengan mengevaluasi tanda vital,
rehidrasi, dan resusitasi cairan bila didapatkan tanda-tanda syok. Bila pada
hasil pemeriksaan darah didapatkan anemia berat, perlu dipertimbangkan
pemberian transfusi darah dengan packed red cell (PRC).

2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa


Dalam menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat beberapa pertimbangan
yang berkaitan dengan umur penderita dan paritas, ada dua cara pengeluaran
jaringan mola hidatidosa :
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa Pada mola hidatidosa dengan umur
muda dan jumlah anak sedikit, rahim perlu diselamatkan dengan tindakan
evakuasi jaringan mola. Evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret
vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam (Sastrawinata,
2004).
b. Histerektomi Dengan pertimbangan umur relative tua (35 tahun)paritas
diatas 3, dan uterus yang sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat
atau lebih, pada penderita mola hidatidosa dilakukan tindakan radikal
histerektomi. Pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan
koriokarsinomamenjadi lebih tinggi.Hasil operasi diperiksakan kepada ahli
patologi anatomi (Manuaba, 2009).

10
3. Pengobatan profilaksis dengan sitostatistika (kemoterapi)
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan
menjadi koriakarsinoma.Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas,
penderita mola yang mempunyai factor resiko seperti umur diatas 35 tahun
atau gambaran patologi anatomi yang mencurigakan diberi profilaksis dengan
sitostatistika(kemoterapi) :
a. Methotrexate 20 mg/hari atau
b. Actinomycin D 1flc/hari, 5 hari berturut – turut.
(Sastrawinata, 2004; Manuaba, 2009).

4. Pemeriksaan Tindak Lanjut


Mengingat adanya kemungkinan keganasan muncul setelah mola
hidatidosa, tindak lanjut menjadi penting dilakukan dengan memantau kadar
hCG pasien. Tes hCG harus mencapai nilai normal kembali 8 minggu setelah
evakuasi. Tindak lanjut dapat diteruskan hingga kisaran 1 tahun setelah
evakuasi.

Selama 6 bulan setelah evakuasi, pasien disarankan untuk tidak hamil


terlebih dahulu agar tidak terjadi bias selama pemantauan kadar serum hCG.
Oleh karena itu, penggunaan alat kontrasepsi yang efektif harus
diinformasikan kepada pasien.

Saat ini, Federation of Gynecologists and Obstetricians (FIGO)


mengeluarkan kriteria diagnosis penyakit trofoblas setelah mola hidatidosa,
yaitu :

a. Kadar hCG menetap pada 4 kali pemeriksaan dalam durasi 3 minggu


(yaitu pada hari ke 1, 7, 14, dan 21)
b. Kadar hCG meningkat lebih dari 10% pada 3 kali pemeriksaan yang
dihitung dalam durasi 2 minggu (yaitu hari ke 1,7, dan 14)

11
c. Kadar hCG yang persisten, yaitu tetap terdeteksi selama lebih dari 6 bulan
setelah evakuasi mola .

E. Komplikasi Mola Hidatidosa


Komplikasi yang dapat terjadi biasanya akibat kuretase yang dilakukan, yaitu
terjadi perforasi uterus. Selain itu, perdarahan masif dapat pula terjadi baik akibat
mola itu sendiri maupun saat dilakukannya kuretase. Disisi lain, mola hidatidosa
berkaitan dengan penyakit keganasan trofoblast. Karena itu, pemantauan
pemeriksaan kadar serum hCG jangka panjang setelah penegakkan diagnosis dan
evakuasi jaringan mola perlu dilakukan. Komplikasi yang dapat terjadi pada
perdarahan yang hebat sampai syok, perdarahan berulang yang dapat
menyebabkan anemia, infeksi sekunder, perforasi karena keganasan dan karena
tindakan, dan menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus akan menjadi
koriokarsinoma. Kematian akibat mola hidatidosa di negara maju hampir tidak
ada lagi, tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi berkisar 2,2 - 5,7%.
Kematian disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsi, payah jantung atau
tirotoksikosis. Melihat dampak mola hidatidosa yang cukup besar maka
penanganan mola hidatidosa tidak hanya terbatas pada evakuasi kehamilan mola
saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk
memastikan prognosis penyakit tersebut.Pada kasus yang sangat jarang,
komplikasi yang dapat terjadi berupa emboli paru akibat jaringan trofoblast yang
masuk ke dalam sirkulasi darah dan badai thyroid. Komplikasi pada mola
hidatidosa menurut Nugroho, 2011 meliputi:
a. Perdarahan hebat
b. Anemia
c. Syok hipovolemik
d. Infeksi sekunder
e. Perforasi uterus
f. Keganasan (PTG).

12
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Mola hidatidaso ditandai vili koralis, yang terdiri dari prooliferasi trofoblastik
dengan derejat yang bervariasi dan edema, sroma vilus. Mola biasanya
menempati kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba
falopi dan bahkan dalam ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik iniamat
menarik, dan ada tidaknya jaringan janin telah digunakan untuk
menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik) dan parsial
(inkomplet). Kehamilan mola hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang
banyakterjadi pada multipara yang berumur 35-45 tahun.mengingat banyak
khasus mola hidatidaso pada wanita umur35-45tahun sangat sangat diperlukan
suatu penanggulangan secara tepat dan cepat dengan penanganan tingkat
kegawatdaruratan obstetric.observasidini sangat diperlukan untuk memberikan
pertolongam penanganan pertama sehingga tidak memperburukan keadaan
pasien.

Saran

1.harus senantiasa menjaga kesehatan saat kehamilan dan periksa USH rutin

2.Mengonsumsi makanan bergizidan seimbang

3.Jangan kekurangan vitamin A

4.Periksa kepadada tenaga medis yang profesional jika terjadi tanda-tanda


kehamilan untuk memastikan hamil anggur atau hamil normal.

13
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Y. S., Munir, M. A., & Saranga, D. MOLA HIDATIDOSA. JURNAL


MEDICAL PROFESSION, 1(1), 79-86.
Kemenkes, Buku Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal,
Jakarta.
Defrin, H. TELAH DIPRESENTASIKAN DALAM SEMINAR NASIONAL
BIDAI\. repo.unand.ac.id
Wahyu Purwaningsih, Siti Fatmawati. 2010, Asuhan Keperawatan Maternitas,
NuhaMedika, YogyakartaDongoes. Marlin E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/
Bayi : Pedoman untukperencanaan dan dokumentasi perawatan klien. EGC :
JakartaDoengoes. Marlin, 2001, rencana asuhan keperawatan, EGC,
Jakartahttp://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/
(diakses tanggal22 maret 2013, pukul 20.40 WIB)

ACOG Practice Bulletin No. 53. Diagnosis and Treatment of Gestational


Trophoblastic Disease. Clin Management Guidelines Obs Gyn, 2012.
https://pdfs.semanticscholar.org/3aae/9afce8cd58a89602b0349b819c8f7c513aee.p
df

Cavaliere A, Ermito S, Dinatale A, Pedata R. Management of Molar Pregnancy. J


Prenatal Med, 2009. 3(1):15-17.

Cavaliere A, Ermito S, Dinatale A, Pedata R. Management of molar pregnancy. J


Prenat Med. 2009 Jan-Mar; 3(1): 15–17. URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279094/

Santaballa A, García Y, Herrero A, et al. SEOM clinical guidelines in gestational


trophoblastic disease. Clinical and Translational Oncology, 2017. 20(1): 38–46.
doi:10.1007/s12094-017-1793-0
Moore L, Hernandez E. Talavera F, Barnes AD. Huh WK, Pritzker JG.

14
Hydatidiform mole. Medscape, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/254657-overview#a4

15

Anda mungkin juga menyukai