Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

DOSEN PENGAMPU: Yuni Retnowati, SST.,M.Keb

PENULIS
LOKAL: B1 Kebidanan

Ikhwatun Salisun Niswati Sadar 1930701013


Iska 1930701045
Hasmawati Aliyah 1930701021
Hikmah fitria safar 1930701003
Juwita Amalia Saputri 1930701033
Norsih 1930701054
Rahma Diani Ayuningtias 1930701025
Sri Lestari Utami 1930701023
Yenny 1930701037
Okmia 1930701051
Dwinur febriyana 1930701007

JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi mengevaluasi peningkatan makalah ini, agar selanjutnya
menjadi lebih baik. Harapan kami semoga makalah ini dapat di terima dan dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Tarakan, 06 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Syok septik menjadi suatu permasalahan klinis yang sangat kompleks,


terjadi akibat keadaan sepsis yang memburuk. Faktor-faktor risiko yang
meningkatkan kejadian sepsis selama periode neonatal, yaitu prematuritas, berat
badan lahir rendah, pembedahan, pasien dengan ventilasi mekanik, pemberian
nutrisi parenteral, dan adanya flora abnormal gastrointestinal. Mortalitas sepsis
neonatorum berhubungan dengan disfungsi organ multipel, sebagaimana terjadi
pada pasien dewasa. Penanganan yang tepat diperlukan untuk mencegah
terjadinya syok septik dan disfungsi organ multipel tersebut.

Hasil akhir syok septik dan sepsis berat pada neonatus dan anak telah
mengalami perbaikan sebelum tahun 2002 dengan adanya penanganan the advent
of neonatal and pediatric intensive care. Insidens dari sepsis itu sendiri diketahui
meningkat menurut kelompok umur pada dua dekade terakhir. Di Amerika Serikat
sepsis diperkirakan terjadi sekitar 750.000 kasus setiap tahunnya pada populasi
menurut umur dengan jumlah yang terus meningkat, yaitu pada pasien dengan
organisme yang resisten terhadap pengobatan atau compromised immune system.
Pada neonatus, sepsis mempunyai insidens 1-10 dari 1000 kelahiran hidup,
dengan angka mortalitas 15-50%, atau sekitar 26% diseluruh dunia.

Referensi lain menyebutkan angka mortalitas akibat syok septik adalah


sebesar 40-70%, sedangkan yang disebabkan oleh sepsis berat adalah 25-30%.
Angka kematian akibat syok septik tergantung pada tempat awal timbulnya
infeksi, bakteri patogen, adanya Multiorgan Dysfunction Syndrome (MODS), dan
respon imun pejamu. Sepsis bakterialis yang menyebabkan syok septik menjadi
penyebab utama tingginya angka morbiditas dan mortalitas, terutama pada bayi
dengan berat badan lahir rendah. Pada tahun 2002, The American College of
Critical Care Medicine (ACCM) membuat pedoman Clinical Practice Parameters
for Hemodynamic Support of Pediatric and Neonatal Shock yang merupakan
pedoman penanganan syok septik pada neonatus dan anak yang dimodifikasi pada
tahun 2007. Banyak penelitian yang telah dilakukan berdasarkan pada pedoman
dan rekomendasi ACCM untuk penanganan syok septik berhasil membuktikan
manfaat dan efektivitasnya dalam menurunkan angka kematian akibat syok septik.
Penelitian uji klinis dan eksperimental mengenai syok septik telah membuktikan
bahwa waktu sangat memegang peranan penting. Penanganan syok septik secara
dini dan agresif dalam pemberian cairan resusitasi (early, aggeressive fluid
resuscitation) memberikan hasil keluaran yang lebih baik. Keterlambatan
diagnosis dan penanganan syok septik yang kurang tepat menyebabkan angka
kematian masih tinggi dengan insidens yang cenderung terus meningkat setiap
tahunnya. Hal ini mengharuskan para klinisi memiliki pemahaman tentang
etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan syok septik.

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari syok septik ?
b. Apa gejala syok septik ?
c. Diagnosis dari syok septik ?
d. Bagaimana penatalaksanaan dan komplikasi syok septik ?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi syok septik
b. Agar Mahasiswa mampu mengetahui gejala syok septik
c. Agar mahasiswa memamahi diagnosis dari syok septik
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan serta komplikasi dari
syok septik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syok Septik

Syok merupakan keadaan dimana terjadi gangguan sirkulasi yang


menyebabkan perfusi jaringan menjadi tidak adekuat sehingga
mengganggu metabolisme sel/jaringan. Syok septik merupakan keadaan
dimana terjadi penurunan tekanan darah (sistolik < 90 mmHg atau
penurunan tekanan darah sistolik > 40 mmHg) disertai tanda kegagalan
sirkulasi, meski telah dilakukan resusitasi secara adekuat atau perlu
vasopressor untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi organ
(Chen dan Pohan, 2007).

Syok septik terjadi bila suatu mikroorganisme penyebab infeksi


atau mediator berada di dalam darah menginduksi perubahan-perubahan
kardiovaskuler. Syok septik pada fase awal ditandai oleh adanya high
cardiac output dan low systemic vascular resistance. Syok septik dimulai
dengan adanya suatu infeksi setempat dengan masuknya mikroorganisme
ke dalam aliran darah. Efek toksik dapat berasal dari mikroorganisme
sendiri, atau dari komponen mikroorganisme misalnya endotoksin, LPS
atau pelepasan eksotoksin (Suharto, 2000).

B. Gejala Klinis Septik

Gejala septik adalah normo-atau hipotermia, tidak ada demam


paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia, dan pada orang
dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008). Pasien dalam fase awal
septik sering mengalami cemas, demam takikardi, dan takipnea
(Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari septik sangat bervariasi.
Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%), hiportemia (4%), ruam
makulopapular, petekie, nodular, vesikular dengan nekrosis sentral (70%
dengan meningococcemia), dan artritis (8%). Gejala ringan, takikardia dan
takipnea menjadi satu-satunya petunjuk.
Tidak spesifik, biasanya didahului demam, menggigil, dan gejala
konsitutif seperti lemah, malaise, gelisah atau kebingungan. Tempat
infeksi yang paling sering: paru, tractus digestivus, tractus urinarius, kulit,
jaringan lunak, dan saraf pusat. Gejala septik akan menjadi lebih berat
pada penderita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama,
dan pasien dengan granulositopenia.

C. Diagnosis

Pengenalan dini syok septik sangat esensial untuk memperoleh


outcome yang baik. Syok septik merupakan suatu diagnosis klinis, yang
ditandai oleh adanya perfusi yang menurun. Stadium awal syok septik
dapat dikenali dengan ditemukan takikardi, bounding pulse, serta
perubahan kesadaran. Stadium lebih lanjut dapat ditemukan waktu
pemanjangan pengisian kapiler, dan akhirnya tanda lambat yang timbul
adalah hipotensi. Syok septik harus didiagnosis secara klinis sebelum
timbulnya hipotensi, yaitu hipotermi, atau hipertermi, perubahan status
mental, vasodilatasi perifer (warm shock) atau vasokontriksi dengan
capillary refill > 3 detik (cold shock). Ambang batas denyut jantung yang
berhubungan dengan meningkatnya mortalitas pada bayi dengan keadaan
critically ill adalah HR < 90 x/menit atau > 160x/menit.

Syok septik harus dicurigai pada bayi baru lahir yang mengalami
takikardi, respiratory distress, malas menetek, tonus buruk, sianosis,
takipnea, diare, atau penurunan perfusi, khususnya dengan adanya riwayat
ibu dengan korioamnionitis atau ketuban pecah lama. Pemeriksaan
laboratorium lengkap harus dilakukan pada pasien syok septik, meliputi
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, dan elektrolit, serta mencari sumber
infeksi dengan pemeriksaan rontgen toraks. Pemeriksaan kultur dari darah
dan urin juga dilakukan, pungsi lumbal untuk kultur cairan serebrospinal
(CSF), dan kultur yang secara klinis diperlukan atau sesuai indikasi dapat
membantu menegakan diagnosis. Petanda biologis sebagai suatu respon
terhadap infeksi yang meningkat salah satunya adalah C-reactive protein
(CRP) yang membutuhkan waktu 12-24 jam untuk mencapai kadar dalam
darah yang dapat di ukur.

D. Penatalaksanaan
Penaganan syok septic merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6
jam pertama dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan
mencakup airway:
a. breathing
b. circulation
c. oksigen, terapi cairan , vasopresor/inotropik dan transfusi bila
diperlukan
Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk
mencapai tekanan vena sentral ( CVP ) 8-12 mmhg, tekanan arteri rata-rata
( MAP ) > 65 mmhg, dan produksi urin 0,5 ml/kgBB/jam.
1) Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat
disfungsi atau kegagalansistem respirasi karena gangguan ventilasi
maupun perfusi. Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat
keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan
curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan
menyebabkandaya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke
jaringan dipengaruhi juga olehgangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaanoksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia.Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan
upaya meningkatkan saturasi oksigen didarah, meningkatkan transpor
oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2) Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan
baik kristaloidmaupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu
dimonitor kecukupannya agar tidakkurang ataupun berlebih. Secara klinis
respon terhadap pemberian cairan dapat terlihatdari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran.
Diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronki,gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen. Pada keadaan
serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik
melebihitekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.
Transfusi eritrosit (PRC) perludiberikan pada keadaan perdarahan aktif,
atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentumisalnya iskemia
miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada
sepsisdipertahankan pada 8-10 g/dl.
3) Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik
teratasi dengan pemberiancairan secara adekuat, tetapi pasien masih
mengalami hipotensi. Terapi vasopresordiberikan mulai dosis rendah
secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanansistolik 90
mmHg. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis
>8mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8
mcg/kg/menit atauepinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat
digunakan adalah dobutamin dosis2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8
mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atauinhibitor fosfodiesterase
(amrinon dan milrinon).
4) Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum
bikarbonat <9 meq/l,dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan
hemodinamik.
5) Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan
hemodialisis maupunhemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration).
Pada hemodialisis digunakan gradientekanan osmotik dalam filtrasi
substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakangradien tekanan
hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6) Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak,
cairan, vitamin danmineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bilatidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
7) Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi
insufisiensi adrenal, dandiberikan secara empirik bila terdapat dugaan
keadaan tersebut. Hidrokortison dengandosis 50mg bolus intravena 4 kali
selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan
mortalitas dibanding kontrol.(Chen dan Pohan, 2007).
E. Komplikasi
Dalam kondisi normal, tubuh merespons adanya infeksi dengan
melepaskan zat-zat pemicu peradangan atau inflamasi. Reaksi ini
berfungsi untuk membantu tubuh dalam membunuh penyebab infeksi.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, penyakit sepsis dapat berubah
menjadi kondisi yang lebih parah yaitu syok septik. Saat seseorang
mengalami syok septik maka tekanan darah pada penderita mengalami
penurunan yang cukup drastis. Ada beberapa gejala yang muncul akibat
adanya syok septic seperti kulit yang pucat dan dingin, mual disertai
dengan muntah, diare, nyeri pada otot hingga pingsan.
Syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian. Beberapa
kondisi yang dapat muncul akibat syok adalah:
1. Gangguan ginjal
2. Henti jantung
3. Aritmia
4. Gangguan pada otak
BAB III
PENUTUP
https://www.academia.edu/download/51867563/SYOK-SEPTIK.pdf

https://www.academia.edu/8047211/Sepsis_dan_Syok_Septik_Definisi

https://id.scribd.com/document/396016517/MAKALAH-SYOK-SEPTIK

https://www.academia.edu/20759378/SYOK_SEPSIS

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl8ea9fa517ffull.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65951/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai