Makalah Syok Septic
Makalah Syok Septic
PENULIS
LOKAL: B1 Kebidanan
JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi mengevaluasi peningkatan makalah ini, agar selanjutnya
menjadi lebih baik. Harapan kami semoga makalah ini dapat di terima dan dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil akhir syok septik dan sepsis berat pada neonatus dan anak telah
mengalami perbaikan sebelum tahun 2002 dengan adanya penanganan the advent
of neonatal and pediatric intensive care. Insidens dari sepsis itu sendiri diketahui
meningkat menurut kelompok umur pada dua dekade terakhir. Di Amerika Serikat
sepsis diperkirakan terjadi sekitar 750.000 kasus setiap tahunnya pada populasi
menurut umur dengan jumlah yang terus meningkat, yaitu pada pasien dengan
organisme yang resisten terhadap pengobatan atau compromised immune system.
Pada neonatus, sepsis mempunyai insidens 1-10 dari 1000 kelahiran hidup,
dengan angka mortalitas 15-50%, atau sekitar 26% diseluruh dunia.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari syok septik ?
b. Apa gejala syok septik ?
c. Diagnosis dari syok septik ?
d. Bagaimana penatalaksanaan dan komplikasi syok septik ?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui definisi syok septik
b. Agar Mahasiswa mampu mengetahui gejala syok septik
c. Agar mahasiswa memamahi diagnosis dari syok septik
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan serta komplikasi dari
syok septik
BAB II
PEMBAHASAN
C. Diagnosis
Syok septik harus dicurigai pada bayi baru lahir yang mengalami
takikardi, respiratory distress, malas menetek, tonus buruk, sianosis,
takipnea, diare, atau penurunan perfusi, khususnya dengan adanya riwayat
ibu dengan korioamnionitis atau ketuban pecah lama. Pemeriksaan
laboratorium lengkap harus dilakukan pada pasien syok septik, meliputi
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, dan elektrolit, serta mencari sumber
infeksi dengan pemeriksaan rontgen toraks. Pemeriksaan kultur dari darah
dan urin juga dilakukan, pungsi lumbal untuk kultur cairan serebrospinal
(CSF), dan kultur yang secara klinis diperlukan atau sesuai indikasi dapat
membantu menegakan diagnosis. Petanda biologis sebagai suatu respon
terhadap infeksi yang meningkat salah satunya adalah C-reactive protein
(CRP) yang membutuhkan waktu 12-24 jam untuk mencapai kadar dalam
darah yang dapat di ukur.
D. Penatalaksanaan
Penaganan syok septic merupakan tindakan resusitasi yang perlu
dilakukan sesegera mungkin. Resusitasi dilakukan secara intensif dalam 6
jam pertama dimulai sejak pasien tiba di unit gawat darurat. Tindakan
mencakup airway:
a. breathing
b. circulation
c. oksigen, terapi cairan , vasopresor/inotropik dan transfusi bila
diperlukan
Pemantauan dengan kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk
mencapai tekanan vena sentral ( CVP ) 8-12 mmhg, tekanan arteri rata-rata
( MAP ) > 65 mmhg, dan produksi urin 0,5 ml/kgBB/jam.
1) Oksigenasi
Hipoksemia dan hipoksia pada sepsis dapat terjadi sebagai akibat
disfungsi atau kegagalansistem respirasi karena gangguan ventilasi
maupun perfusi. Transpor oksigen ke jaringan juga dapat terganggu akibat
keadaan hipovolemik dan disfungsi miokard menyebabkan penurunan
curah jantung. Kadar hemoglobin yang rendah akibat perdarahan
menyebabkandaya angkut oleh eritrosit menurun. Transpor oksigen ke
jaringan dipengaruhi juga olehgangguan perfusi akibat disfungsi vaskuler,
mikrotrombus dan gangguan penggunaanoksigen oleh jaringan yang
mengalami iskemia.Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia dengan
upaya meningkatkan saturasi oksigen didarah, meningkatkan transpor
oksigen dan memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
2) Terapi cairan
Hipovolemia pada sepsis perlu segera diatasi dengan pemberian cairan
baik kristaloidmaupun koloid. Volume cairan yang diberikan perlu
dimonitor kecukupannya agar tidakkurang ataupun berlebih. Secara klinis
respon terhadap pemberian cairan dapat terlihatdari peningkatan tekanan
darah, penurunan ferkuensi jantung, kecukupan isi nadi, perabaan kulit dan
ekstremitas, produksi urin, dan membaiknya penurunan kesadaran.
Diperhatikan tanda kelebihan cairan berupa peningkatan tekanan vena
jugular, ronki,gallop S3, dan penurunan saturasi oksigen. Pada keadaan
serum albumin yang rendah (< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik
melebihitekanan onkotik plasma, koreksi albumin perlu diberikan.
Transfusi eritrosit (PRC) perludiberikan pada keadaan perdarahan aktif,
atau bila kadar Hb rendah pada keadaan tertentumisalnya iskemia
miokardial dan renjatan septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada
sepsisdipertahankan pada 8-10 g/dl.
3) Vasopresor dan inotropik
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah keadaan hipovolemik
teratasi dengan pemberiancairan secara adekuat, tetapi pasien masih
mengalami hipotensi. Terapi vasopresordiberikan mulai dosis rendah
secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg, atau tekanansistolik 90
mmHg. Untuk vasopresor dapat digunakan dopamin dengan dosis
>8mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8
mcg/kg/menit atauepinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit. Inotropik yang dapat
digunakan adalah dobutamin dosis2-28 mcg/kg/menit, dopamin 3-8
mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5 mcg/kg/menit atauinhibitor fosfodiesterase
(amrinon dan milrinon).
4) Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila pH <7,2 atau serum
bikarbonat <9 meq/l,dengan disertai upaya untuk memperbaiki keadaan
hemodinamik.
5) Disfungsi renal
Sebagai terapi pengganti gagal ginjal akut dapat dilakukan
hemodialisis maupunhemofiltrasi kontinu (continuous hemofiltration).
Pada hemodialisis digunakan gradientekanan osmotik dalam filtrasi
substansi plasma, sedangkan pada hemofiltrasi digunakangradien tekanan
hidrostatik. Hemofiltrasi dilakukan kontinu selama perawatan, sedangkan
bila kondisi telah stabil dapat dilakukan hemodialisis.
6) Nutrisi
Pada sepsis kecukupan nutrisi berupa kalori, protein, asam lemak,
cairan, vitamin danmineral perlu diberikan sedini mungkin, diutamakan
pemberian secara enteral dan bilatidak memungkinkan beru diberikan
secara parenteral.
7) Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya pada indikasi
insufisiensi adrenal, dandiberikan secara empirik bila terdapat dugaan
keadaan tersebut. Hidrokortison dengandosis 50mg bolus intravena 4 kali
selama 7 hari pada pasien renjatan septik menunjukkan penurunan
mortalitas dibanding kontrol.(Chen dan Pohan, 2007).
E. Komplikasi
Dalam kondisi normal, tubuh merespons adanya infeksi dengan
melepaskan zat-zat pemicu peradangan atau inflamasi. Reaksi ini
berfungsi untuk membantu tubuh dalam membunuh penyebab infeksi.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, penyakit sepsis dapat berubah
menjadi kondisi yang lebih parah yaitu syok septik. Saat seseorang
mengalami syok septik maka tekanan darah pada penderita mengalami
penurunan yang cukup drastis. Ada beberapa gejala yang muncul akibat
adanya syok septic seperti kulit yang pucat dan dingin, mual disertai
dengan muntah, diare, nyeri pada otot hingga pingsan.
Syok dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian. Beberapa
kondisi yang dapat muncul akibat syok adalah:
1. Gangguan ginjal
2. Henti jantung
3. Aritmia
4. Gangguan pada otak
BAB III
PENUTUP
https://www.academia.edu/download/51867563/SYOK-SEPTIK.pdf
https://www.academia.edu/8047211/Sepsis_dan_Syok_Septik_Definisi
https://id.scribd.com/document/396016517/MAKALAH-SYOK-SEPTIK
https://www.academia.edu/20759378/SYOK_SEPSIS
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl8ea9fa517ffull.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65951/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y