Anda di halaman 1dari 5

PERBATASAN DALAM GEOGRAFI POLITIK

A. Perbatasan dalam arti frontier dan boundary


Dalam bahasa Inggris perbatasan diistilahkan dengan kata boundary dan frontier;dalam bahasa
sehari-hari dua istilah itu merupakan sinonim, tetapi dalam geografi politik tak demikian halnya.
Boundaries adalah garis –garis yang mendemarkasikan batas-batas terluar dari wilayah suatu Negara.
Adapun frontiers mewujudkan zone-zone (jalur) dengan lebar yang beraneka yang memisahkan dua
wilayah yang berlainan negaranya.
Baik dalam masa damai maupun masa peperangan perbatasan antara dua negara dijaga dengan
macam-macama maksud; ini ada sangkut pautnya denagn pemerintahan, pajak, pertahanan serta
perdagangan. Pengaturan di perbatasan harus ada, sebab tanpa itu akan timbul berbagai kekalutan.
Ini disebabkan karena disitu berakhirlah fungsi suvereinitas suatu negara dan disitu mulai berlakulah
suvereinitas suatu Negara dan disitu mulai berlakulah suvereinitas dari negara yang lain.
Perbatasan dinamakan frontier karena letaknya ada di depan atau di belakang suatu Negara.
Adapun kata boundary dipakai karena fungsinya mengikat atau membatasi suatu unit politik; semua
yang terikat di dalamnya telah menjadi satu. Boundary paling tepat dipakai jika negara dipandang
sebagai unit spatial yang berdaulat. Karena suatu teritorial itu memiliki kedaulatan dan diperintah
oleh Negara tertentu.
Krisof dalam usaha membedakan frontier dari boundaries mencatat hal-hal sebagai berikut:
1) Frontier berorientasi ke luar, sebaliknya boundaries berorientasi ke dalam. Pada frontier,
perhatian orang yang terutama adalah tertuju pada kawasan yang terbentang di luarnya dan
mengandung suatu bahaya gairah ketamakan Sebaliknya boundary jarang menjadi sumber
pendorong agar orang bernafsu bergiat di front. Boundary mengajak orang berkiblat ke dalam
dan ini diciptakan dan dibentuk oleh pemerintah pusat.
2) Frontier merupakan pengejawantahan (manifestation) dari kekuatan-kekuatan sentrifugal,
sedang boundary merupakan pengejawantahan dari kekuatan-kekuatan sentripetal. Perbedaan
ini bersumber dari kiblat yang berbeda di atas, yang terdahulu kepada “outer” yang kemudian
kepada “inner”.
3) Frontier merupakan suaatu factor integrasi antara Negara-negara di satu pihak sedang
sebaliknya, suatu boundary itu merupakan suatu factor pemisah. Boundary berupa suatu zone
transisi antara suasana kehidupan yang berlainan, juga mencerminlan kekuatan yang
berlawanan seleranya dari Negara-negara yang saling berbatasan. Adapun frontier masih
memungkinkan terjadinya saling interpenetrasi pengaruh antara dua Negara yang bertetangga;
karena itu maka frontier berfungsi pula mengintegrasikan. Sebaliknya boundary haruslah
menjadi penghalang integrasi tadi, disebabkan oleh kondisi alamnya budaya politik dari
penduduknya yang bersangkutan.

Sehubungan itu maka Moodie memperhatikan perbedaan antara dua jenis gejala tepi atau
pinggiran sebagai berikut:
1) Frontier bersifat transisional antara wilayah-wilayah geografi melebihi yang antara negara dan
negara. Jadi sifatnya lebihlah geografis daripada politis. Sebaliknya segala boundaries itu
murni politis sifat serta fungsinya.
2) Frontier berwujud wilayah, tetapi boundary berwujud garis. Frontier benar-benar alami sejauh
itu menempati permukaan bumi. Sebaliknya boundaries sifatnya artificial yakni ciptaan

1
manusia; caranya ditentukan terlebih dulu, diseleksi kemudian didemarkasikan dengan
mantap. Frontier itu lebih menyangkut masa lampau, sedang boundary lebih menyangkut masa
kini; sifatnya mutlak. Akhirnya, suatu frontier itu baik yang hakikatnya berdasarkan alamnya,
bahasa, agama, atau etnik; semuanya itu tak dapat diubah atau digeser. Berubahnya hanya jika
kehilangan fungsinya. Sebaliknya boundary tak dapat berubah sama sekali; karena disitu dua
kekuatan menampakkan sedang beradu.

B. Klasifikasi Perbatasan Internasional


Perbatasan internasional dapat dibagi menjadi dua golonga. Pertama yang mengikuti sistem
penggolongan fungsional, kedua, yang mengikuti sistem penggolongan morfologis. Yang disebut
terdahulu (fungsional atau genetis) didasarkan atas sifatnya relasi di antara garis-garis perbatasan dan
perkembangan bentang lahan budaya dari negara-negara yang dibelah atau dipisah.
Di benua-benua baru seperti Amerika dan Australia, disana garis-garis perbatasan
digambarkan sejak awal, yakni jauh sekali sebelum disitu tumbuh bentang budayawi, karena
memang belum dihuni oleh penduduk. Sebalinya di benua lama, mislanya Eropa, garis perbatasan
dibuat mengikuti gerak nafsu manusia atau negara yang ingin mendapatkan keuntungan denagn
mengubah atau meluaskan wilayahnya. Itu semua dalam rangka persaingan dan penyesuaian diri
dengan sekitar.
Perbatasan ada yang sifatnya fisiologis yakni yang berupa rawa, sunagi, danau, pegunungan,
hutan dan gurun pasir. Di samping itu dikenal pula perbatasan yang mengikuti garis-garis batas
seluk-beluk masyarakat. Jadi garis-garis geometris sebagai perbatasan disitu mengikuti batas-batas
suku bangsa, atau bangsa dalam arti cultural, karena dasarnya adalah adat atau bahasa atau
kepercayaan. Itu namanya anthropogeografic boundaries.
a) Klasifikasi fungsional.Hartshorne pada tahun 1936 sudah mengadakan studi mengenai ini dan
mengajukan 4 jenis sebagai berikut:
1) Antecedent boundaries (perbatasan duluan). Ini dibuat di benua amerika yang masuk benua
baru. Negara-negara baru saling bersaing mendahului memasang batasnya yang terluar lalu
terjadilah perbatasan antara USA dan Canda misalnya. Memang ada yang bertemu di danau-
danau besar tetapi juga dataran rendah yang kosong, ada juga yang di pegunungan. Jadi
terbentuknya sebelum terjadi bentang lahan budaya.
2) Subsequent boundaries (perbatasan susulan. Ini terjadi setelah ada cultural landscape,
mengikuti perbatasan etnik-kultural, khususnya dalam hal bahasa dan agama. Terdapatnya di
Eropa Timur dan antara India dan Pakistan atau Bangladesh.
3) Superimposed boundaries (perbatasan tumpukan). Jenis perbatasan yang tergolong
subsequent pula ini ciri-cirinya khas. Pembuatannya juga setelah ada bentang lahan budaya.
Jika yang subsequent tadi konform dengan pembagian kultural antara masyarakat tertentu
dan pembuatannya setelah ada perundingan bersama serta persetujuan antar beberapa
Negara yang bersangkutan, maka yang superimposed ini tak conform dengan pembagian
sosiokultural. Sebabnya adalah karena di luar dua pihak yang semestinya berunding terdapat
kekuasaan-kekuasan luar yang ikut berkepentingan. Ini kita saksikan pada Negara-negara di
Afrika, yang sebenarnya muncul akibat dari zaman bertarungnya para penjajah di masa
lampau. Misalnya perbatasan Ghana, Togo, Dahomex, Nigeria dan Somalia. Hal yang sama
terdapat pada perbatasan antara Korea Utara dan Korea Selatan, antara Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan (sebelum bersatu kembali).

2
4) Relic or relic boundaries (perbatasan peninggalan). Dengan istilah ini dimaksudkan
perbatasan berupa garis yang telah kehilangan fungsi politisnya di bentang budayawi. Hal itu
terjadi apabila suatu Negara kecil dicaplok oleh negara besar lainnya. Misalnya batas yang
dulu pernah ada antara Jerman Timur dan Rusia; juga batas antara Polandia dan Jerman
(zaman Hitler) dan batas antara Meksiko dan Amerika Serikat(ketika Meksiko masih dijajah
Spanyol).

C. Klasifikasi Perbatasan secara Morfologis


Perbatasan fisiologis dalam jenis perbatasan yang mnegikuti bentang alam kodrat, mislanya
menyusur pegunungan, aliran sungai, rawa, gurun, atau tepi hutan lebat. Itu namanya perbatasan
alami. Sebaliknya ada perbatasan yang dicangkan berupa garis alami menerobos bentang alam berupa
garis geometris mengikuti lintang dan bujur permukaan bumi atau garis yang dibuat megikuti batas-
batas agama dan budaya penduduk (termasuk bahasa terutama); itu namanya perbatasan buatan
(artificial boundaries).
Di Eropa menurut pengalaman sejarahnya, perbatasan alami lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan perbatasan buatan.
a) Perbatasan berupa pegunungan
Perbatasan jenis inilah yang paling disukai karena menurut pengalaman sejarah berbagai Negara
membuktikan manfaatnya yang besar dalam hal pertahanan. Perbatasan berupa pegunungan
otomatis sifatnya juga stabil. Akan tetapi keuntungan yang disebutkan di atas dapat menjdi luntur
jika diingat bahwa kemajuan zaman juga membawakan perubahan besar di bidang teknologi
transportasi serta komunikasi; dengan datangnya kapal terbang , misalnya keamanan belum
begitu saja dijamin oleh perbatasan berupa pegunungan. Sekarang negara India meski memiliki
tembok Himalaya merasa tak aman terhadap invasi yang kadang kala dilancarkan oleh Cina lewat
Tibet karena Tibet masuk wilayah RRC.
Pegunungan sebagai frontier (zona perbatasan) yang jelas tak cukup persediaan pangannya,
karena bukan merupakan kawasan agraris (dalam arti pertanian) yang layak. Penduduknya pun
karena itu tak dapat padat; untuk menjaganya perlu didatangkan bala bantuan dari wilayah lain.
Dapat juga pegunungan sebagai zone perbatasan itu berwujud perumputan permukaannya,
sehingga mata pencarian yang ada disana adalah peternakan. Dapat juga jika ketinggiannya layak,
di zone tersebut baik untuk sport atau turisme yang kedatangan banyak orang pribumi atau asing.
Kegiatan ini banyak mnedatangkan uang dalam rangka turisme sebagai industri. Ini semuanya
kedapatan di Eropa Tengah seperti pinggiran Swiss misalnya. Lalu masalahnya disini bahwa
perbatasan yang semula yang ditujukan untuk menentukan garis batas dengan negara lain yang
tentunya sepi , malah menjadi penuh keributan sehingga dampak politisnya mungkin merugikan.
Masalah perbatasan yang dihadapi oleh negara bertetangga yaitu Chili dan Argentina di benua
Amerika Selatan; disitu zone perbatasannya adalah pegunungan Andes; perbatasan yang berupa
garis ditentukan dulu ketika kawasan pegunungan tersebut di sebelah menyebelahnya belum
dibuka oleh manusia sehingga tak ada soal.
Pada tahun 1902 diperoleh persetujuan mana garis yang pasti dan resmi menjadi boundary dan ini
diusahakan oleh geograf Inggris Sir Thomas Holdich.
b) Sungai-sungai sebagai batas Internasional
Keuntungan sungai diambil sebagai perbatasan antara lain :
1) Sungai dapat dilukiskan dengan jelas pada peta

3
2) Cukup sempit, jika dibandingkan dengan gunung atau pegunungan
3) Dapat cukup lebar, sehingga pada masa damai dapat bermanfaat bagi dua Negara yang saling
bertetangga untuk berdagang; di masa perang ada jarak cukup untuk berhadapan.

Contoh perbatasan berupa pegunungan

Sungai Parana yang membatasi negara ARGENTINA,BRASIL DAN PARAGUAY

4
c) Perbatasan berupa hutan, rawa-rawa dan gurun
Tiga jenis morfologi ini dapat dijadikan perbatasan antara du negara yang saling bertetangga
atau antara dua atau lebih wilayah budaya. Dalam sejarahnya yang lama, gurun Sahara di Afrika
sebenarnya merupakan pemisah antara budaya yang didominasi oleh dunia Mediteran (Laut
Tengah) dan budaya Afrika (bagian Selatan Sahara).
Perbatasan antara budaya Finlandia dan budaya Rusia berupa rawa-rawa yang di musim panas
cair sehingga terbuka, tetapi di musim dingin bersambungan tertutup es atau salju. Hal itu
terdapat di antara lokasi tempat tinggal bangsa Polandia Timur dan bangsa Lithauen (sekarang
masuk Rusia Barat). Juga rawa-rawa yang tersebar sepanjang sungai Rhine dan Maas di
Nederland, pernah merupakan masalah ketika harus ditentukan batas yang pasti antara Belgia
dan Nederland. Pada abad yang lalu (sebelum 1830) Belgia itu namanya Belanda Selatan dan
Nederland, Belanda Utara.

Contoh Gurun Sahara


d) Perbatasan Geometris. Perbatasan jenis ini berupa garis-garis lurus mengikuti garis lintang atau
bujur bumi. Hal ini ada di benua-benua Amerika Utara (intern Amerika Serikat ), Afrika dan
Australia. Kebiasaan memasang perbatasan seperti di atas bertalian dengan dibukanya kawasan-
kawasan baru sebagai wilayah jajahan di masa lampau. Bagi wilayah yang masih kosong
penduduk, cara demikian mudah diterapkan. Banyak perbatasan antara negara (dulunya jajahan )
di benua Afrika yang didasarkan atas Berlin Conference (1884-1885), waktu Negara-negara
penjajah membagi-bagi wilayah di Afrika seperti mengiris kue saja .
e) Perbatasan Antropogeografis. Perbatasan jenis ini (varian dari boundary ) dipakai untuk
membatasi wilayah-wilayah yang berlainan bahasa, adat, agama, dan sebagainya yang sekaligus
juga merupakan batas wilayah kebangsaan. Di Eropa Timur sesudah perang dunia pertama, batas-
batas negara diimpikan dengan batas –batas bahasa, misalnya Polandia, Bugaria, Czekhoslovakia,
Hongaria, Rumania dan sebagainya.
Di Asia garis batas berdasarkan agama tertentu juga dijadikan batas politis (Negara ), misalnya
dalam menentukan masuknya wilayah Bangladesh ke dalam Negara Islam baru, yang namanya
Pakistan, untuk kemudian wilayah tersebut disebut Pakistan Timur. Perbatasan antara Pakistan
Barat dan India, sulit juga penentuannya waktu itu, karena penduduk disitu agamanya campuran,
yaitu Hindu dan Islam. Akhirnya setelah berhasil ditentukan bersama, terpaksa terjadi pertukaran
penduduk, yang pelaksanaannya makan banyak korban pula, sebagai akibat bentrokan-bentrokan
antar agama (1947).

Anda mungkin juga menyukai