Anda di halaman 1dari 9

KONSEP WILAYAH PERBATASAN

Perbatasan mempunyai peranan penting, karena ia menentukan bentuk suatu negara,


membatasi gerakan manusia termasuk kegiatannya di bidang ekonomi. Perbatasan dapat
berfungsi sebagai barier, seperti halnya perbatasan yang mengelilingi daerah tirai besi,
atau Jepang pada abad ke-17 sampai 19 dengan perkecualian kedudukan Belanda di
Pelabuhan Nagasaki. Pada umumnya perbatasan merupakan barier bagi imigrasi dan
impor barang dagangan tertentu. Perbatasan antara dua negara ditentukan dengan
persetujuan negara yang bersangkutan dan melalui beberapa langkah yang dilakukan di
meja perundingan sampai menandai perbatasan itu di medan yang sebenarnya.
Dalam bahasa Inggris perbatasan diistilahkan dengan kata boundary dan frontier, dalam
bahasa sehari-hari dua istilah itu merupakan sinonim, tetapi dalam geografi politik
keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Boundaries adalah garis-garis yang
mendemarkasikan batas-batas terluar dari wilayah suatu negara. Namun frontiers
mewujudkan zone-zone (jalur) dengan lebar yang beraneka yang memisahkan dua wilayah
yang berlainan negaranya. Perbatasan dinamakan frontier karene letaknya ada di front (di
depan) atau di belakang (hinterland) suatu negara. Karena itu maka frontier dapat juga
dibahasakan dengan istilah seperti foreland atau borderland atau march. Adapun kata
boundary dipakai karena fungsinya mengikat atau membatasi (bounds or limits) suatu unit
politik; semua yang terdapat di dalamnya telah terikat menjadi satu. Boundary paling tepat
dipakai jika negara dipandang sebagai unit spatial yang berdaulat .
Teori perbatasan, menurut Karl Haushoper, berhubungan dengan perluasan wilayah. Karl
Haushoper, penemu teori Geopolitik, tahun 1989. Gagasannya yang menghubungkan
antara politik dan geografi, melahir konsep “kebenaran” (living space). Konsep geopolitik
Lebensraum (living space / tempat tinggal) dikenal luas di Jerman beberapa dekade
sebelum kekuasaan .  Pada 1871, Lebensraum sudah menjadi slogan politik yang populer.
Pada waktu itu, Lebensraum diartikan sebagai mencari tambahan “living space” dengan
mencari koloni baru, mengikuti Imperium Inggris dan Perancis. Lebensraum di zaman
Hitler adalah mencaplok wilayah-wilayah negara tetangga di Eropa dengan target pertama
Austria dan Czechoslovakia. Tiga negara yang menjadi satu akan menyediakan strategic
frontiers yang lebih baik untuk sebuah negara Jerman Raya (Great Germany). Pencaplokan
negara-negara tetangga akan menjadi sumber makanan bagi Jerman Raya . Perluasan
wilayah dengan menggeser garis perbatasan tercermin dalam pernyataan Hitler:
“In an era when the earth is gradually being divided up among states, some of which
embrace almost entire continents, we cannot speak of a world power in connection with a
formation whose political mother country is limited to the absurd area of five hundred
thousand square kilometers.”

Perluasan wilayah (living space) dipercaya akan memperkuat Jerman dan akan membantu
memecahkan masalah-masalah internal, menjadi militer kuat, dan mendorong Jerman
menjadi negeri yang bisa memenuhi ekonominya secara mandiri dengan penambahan
bahan makanan dan sumber-sumber alam lainnya .
1.    Garis Perbatasan dan Wilayah Perbatasan.

Di dalam peta, perbatasan 2 (dua) negara merupakan sebuah garis, yang dapat berupa
garis lengkung atau garis lurus. Dalam kenyataannya, yang dimaksud dengan garis
perbatasan ini adalah suatu bidang vertikal yang melalui permukaan tanah, lapisan bawah
(pertambangan), di udara dan di atas permukaan bumi.

Di atas permukaan, garis perbatasan ini dapat berupa puncak-puncak bukit, sungai-sungai,
danau-danau, bahkan bentuk-bentuk buatan manusia seperti jalan raya dan dinding
(tembok). Perbatasan yang disebutkan sebelumnya disebut perbatasn alamiah, sedangkan
perbatasan yang terakhir disebut perbatsan artifisial. Perbatasan antara Kalimantan
Indonesia dengan Kalimantan Utara (Malaysia) adalah pegunungan (alamiah), perbatasan
antara Berlin Barat dan Berlin Timur adalah artifisial (tembok Berlin). Daerah di sekitar
garis perbatasan ini adalah wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan ini mempunyai
karakteristik yang tersendiri, berbeda dengan daerah-daerah lainnya karena merupakan
daerah peralihan.

2.    Fungsi Perbatasan.

Fungsi perbatasan mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman. Pada


zaman dahulu fungsi perbatasan sebagai berikut:

a.    Garis Pertahanan

Dinding Tiongkok merupakan usaha bangsa Cina untuk mempertahankan diri terhadap
serangan orang-orang Mongol.

b.    Batas wilayah kekuasaan Negara.

Jika struktur organisasi negara tersebut meningkat, funsi perbatasannya pun bertambah.

c.    Untuk melindungi industri di dalam wilayah, pemerintah suatu negara dapat
mengadakan pajak-pajak tarif tertentu, misalnya tarif-tarif tertentu, misalnya tarif lintas
batas. Hal yang demikian akan mempengaruhi pemasaran bagi hasil-hasil produksi industri
tersebut. Jadi perbatasan ini mempunyai fungsi perdagangan.
d.    Fungsi legal (hukum) di mana perbatasan merupakan batas berlakunya hukum suatu
negara. Penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan, hendaknya mematuhi hukum-
hukum yang berlaku bagi negara di mana mereka tinggal walaupun penduduk tersebut
mungkin mempunyai adat istiadat yang sama dengan adat-istiadat penduduk di seberang
garis perbatasan negaranya. Akan tetapi dengan timbulnya supranasionalisme yang
didasarkan atas kepentingan ekonomi dan kebudayaan, beberapa negara mau melepaskan
sebagian dari kekuasaannya untuk kepentingan bersama mereka.

3.    Wilayah perbatasan


Wilayah atau zone perbatasan adalah bagian wilayah suatu negara yang letaknya
berbatasan dengan wilayah negara lain. Wilayah perbatasan ini bersifat peralihan. Nilai-
nilai yang berlaku di wilayah perbatasan ini hampir bersamaan dengan nilai-nilai yang
berlaku di wilayah perbatasan di seberangnya.
Jadi, wilayah perbatasan ini terdiri dari 2 bagian, yaitu wilayah perbatasan bagian dalam
dan wilayah perbatasan bagian luar. Kedua wilayah tersebut saling mempengaruhi.
Kekuatan dari pengaruh wilayah yang satu terhadap wilayah yang lain tergantung pada:
a.    Tingkat perkembangan ekonomi negaranya
b.    Budaya bangsanya
c.    Sistem pemerintahan yang dianut oleh negara yang bersangkutan
Umumnya wilayah perbatasan mempunyai karakteristiknya tersendiri, yaitu:
a.    Kerapatan penduduknya lebih rendah dibandingkan dengan daerah sekitarnya
b.    Terdapat dua bahasa yang digunakan oleh penduduk setempat, walaupun seringkali
bahasa yang lebih universal bersifat dominan.
c.    Berlaku dua jenis mata uang, yaitu mata uang dari dua negara yang berbatasan
tersebut.
d.    Kota-kota yang terdapat di wilayah perbatasan melayani penduduk di kedua wilayah
tersebut.
4.    Isu pengembangan daerah perbatasan
a.    Kaburnya garis perbatasan wilayah negara akibat rusaknya patok-patok di perbatasan
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur menyebabkan sekitar 200 hektare hutan wilayah
Republik Indonesia berpindah masuk menjadi wilayah Malaysia (Media Indonesia, 21 Juni
2001). Ancaman hilangnya sebagian wilayah RI di perbatasan Kalimantan Barat dengan
Malaysia Timur akibat rusaknya patok batas negara setidaknya kini menjadi 21 patok yang
terdapat di Kecamatan Seluas, kabupaten Bengkayang, memerlukan perhatian. Selain di
Kabupaten Bengkayang, kerusakan patok-patok batas juga terjadi di wilayah Kabupaten
Sintang dan Kapuas Hulu, masing-masing berjumlah tiga dan lima patok (Media Indonesia,
23 Juni 2001).
b.    Pengelolaan sumber daya alam belum terkoordinasi antar pelaku sehingga
memungkinkan eksploitasi sumber daya alam yang kurang baik untuk pengembangan
daerah dan masyarakat. Misalnya, kasus illegal lodging yang juga terkait dengan kerusakan
patok-patok batas yang dilakukan untuk meraih keuntungan dalam penjualan kayu.
Depertemen Kehutanan pernah menaksir setiap bulannya sekitar 80.000-100.000 m3 kayu
ilegal dari Kalimantan Timur dan sekitar 150.000 m3 kayu ilegal dari Kalimantan barat
masuk ke Malaysia (Kompas, 20 Mei 2001).
c.     Kepastian hukum bagi suatu instansi dalam operasionalisasi pembangunan di wilayah
perbatasan sangat diperlukan agar peran dan fungsi instansi tersebut dapat lebih efektif.
Contohnya, Perum Perhutani yang ditugasi Pemerintah untuk mengelola HPH eks PT.
Yamaker di perbatasan Kalimantan-Malaysia baru didasari oleh SK Menhut No. 3766/Kpts-
II/1999 tanggal 27 Mei 1999, namun tugas yang dipikul Perhutani meliputi menata
kembali wilayah perbatasan dalam rangka pelestarian sumber daya alam, perlindungan
dan pengamanan wilayah perbatasan dan pengelolaan hutan dengan sistem tebang pilih .
Tugas ini bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah sehingga diperlukan dasar hukum yang
lebih tinggi.
d.    Pengelolaan kawasan lindung lintas negara belum terintegrasi dalam program kerja
sama bilateral antara kedua negara, misalnya keberadaan Taman Nasional Kayan
Mentarang yang terletak di Kabupaten Malinau dan Nunukan, di sebelah Utara Kalimantan
Timur, sepanjang perbatasan dengan Sabah Malaysia, seluas 1,35 juta hektare. Taman ini
merupakan habitat lebih dari 70 spesies mamalia, 315 spesies unggas dan ratusan spesies
lainnya.
e.    Kawasan perbatasan mempunyai posisi strategis yang berdampak terhadap hankam
dan politis mengingat fungsinya sebagai outlet terdepan Indonesia, dimana terjadi banyak
pelintas batas baik dari dan ke Indonesia maupun Malaysia. Ancaman di bidang hankam
dan politis ini perlu diperhatikan mengingat kurangnya pos lintas batas legal yang
disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya di Kalimantan Barat dengan Serawak/Sabah
hanya ada 2 pos lintas batas legal dari 16 pos lintas batas yang ada.
f.    Kemiskinan akibat keterisolasian kawasan menjadi pemicu tingginya keinginan
masyarakat setempat menjadi pelintas batas ke Malaysia berlatar belakang untuk
memperbaiki perekonomian masyarakat mengingat tingkat perekonomian Malaysia lebih
berkembang.
g.    Kesenjangan sarana dan prasarana wilayah antar kedua wilayah negara pemicu
orientasi perekonomian masyarakat, seperti di Kalimantan, akses keluar (ke Malaysia)
lebih mudah dibandingkan ke ibukota kecamatan/kabupaten di wilayah Kalimantan.
h.    Tidak tercipta keterkaitan antar kluster social ekonomi baik kluster penduduk
setempat maupun kluster binaan pengelolaan sumber daya alam di kawasan, baik
keterkaitan ke dalam maupun dengan kluster pertumbuhan di negara tetangga.
i.    Adanya masalah atau gangguan hubungan bilateral antar negara yang berbatasan akibat
adanya peristiwa-peristiwa baik yang terkait dengan aspek ke-amanan dan politis, maupun
pelanggaran dan eksploitasi sumber daya alam yang lintas batas negara, baik sumber daya
alam darat maupun laut.
5.    Sistem Keamanan Perbatasan
Sistem keamanan perbatasan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.    Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penataan sistem ke-amanan perbatasan
Indonesia dengan negara tetangga antara lain adalah Geografi, letak geografi Indonesia
sangat strategis, karena berada di jalur perdagangan internasional. Hal-hal penting yang
berkaitan dengan letak geografi antara lain : Di wilayah laut, berbatasan dengan 10 negara
(India,Malaysia, Singapura,Thailand, ietnam, Philipina, Palau, PNG, Australia,Timor
Lorosae). Di wilayah darat, berbatasan dengan 3 negara (Malaysia,PNG dan Timor
Lorosae). Jumlah pulau 17.508, panjang pantai 80.791 Km, luas wilayah termasuk ZEE 7,7
juta Km lautan 5,8 juta Km. Perbandingan luas wilayah darat dan laut adalah 1 : 3.
b.    Sumber kekayaan alam di perbatasan perlu mendapatkan pe-ngamanan/perhatian
serius yang meliputi :
1)    Potensi kehutanan
2)    Potensi kehutanan/perkebunan
3)    Potensi perikanan
Keamanan Regional ASEAN dalam Perspektif Perubahan Lingkungan Strategis

Internasional

filsufgaul / March 9, 2012
Konsep Perubahan Lingkungan Strategis Internasional
Perubahan dunia yang begitu cepat di abad ke 21 ini meliputi semua aspek kehidupan,
sehingga mengakibatkan bergesernya berbagai struktur kehidupan, seperti bergesernya
struktur ekonomi kehidupan suatu bangsa, struktur penduduk, lapangan kerja, struktur
sosial budaya sampai pada berubahnya sistem pertahanan dan keamanan suatu negara.
Selain itu, kita juga memahami bahwa sumber daya manusialah yang menjadi kunci dalam
perkembangan suatu bangsa. Dalam era regionalisasi AFTA 2003, APEC 2010 dan 2020
serta WTO yang berlaku sejak januari 1995, persaingan yang berpusat pada kualitas
sumber daya manusia dirasakan di seluruh penjuru dunia. Pertumbuhan pola konsumsi
dunia semakin terbuka lebar di mana-mana. Puluhan negara dengan milyaran konsumen
dan pekerja serta ribuan perusahaan yang sebelumnya tertutup di Eropa, Amerika Latin,
Asia dan Afrika, kini sudah menjadi bagian integral dari regionalisasi dan globalisasi
produksi, investasi, pendanaan dan pemasaran.[1]
Dinamika perubahan lingkungan Internasional jelas berimplikasi langsung dengan
ketahanan nasional suatu bangsa. Tidak hanya implikasi positif, tidak bisa dipungkiri
bahwa implikasi negatif juga menyertai dalam suatu konteks perubahan lingkungan
strategis internasional. Implikasi positif membawa manfaat dalam mendukung cita-cita,
tujuan nasional dan kepentingan nasional, sedangkan implikasi negatif menyebabkan
meningkatkan potensi ancaman bagi kelangsungan hidup negara. Perubahan lingkungan
internasional saat ini semakin sulit untuk diprediksikan, ketidak teraturan dan
ketidakstabilan menjadi hal yang utama menyebabkan sulitnya memprediksi arah
perebuahan dunia internasional mendatang.

Dinamika politik dan keamanan internasional semakin intens karena di bawah pengaruh
fenomena globalisasi dan berbagai implikasinya, negara-negara di dunia dituntut untuk
saling bekerjasama, namun pada sisi lain persaingan antar negara dalam melindungi
kepentingan nasional juga semakin meningkat. Interdependensi antarnegara semakin
menguat, tetapi pada saat yang bersamaan kesenjangan power ekonomi dan militer
semakin melebar karena agenda dan isu internasional masih dominan dipengaruhi oleh
agenda dan kebijakan negara-negara maju. Akibatnya negara-negara berkembang yang
memiliki sumberdaya terbatas, harus lebih hati-hati mengatasi permasalahan yang
dihadapi, lebih aktif memperkuat ketahanan nasional di berbagai bidang, dan lebih baik
dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dalam melindungi
kepentingan-kepentingan nasionalnya.[2]
Secara mendasar, isu/fenomena global yang akan terus mewarnai, mempengaruhi, dan
memberi dampak terhadap lingkungan strategis saat ini adalah:
1. Fluktuasi Harga Minyak Dunia, oleh karena itu kerjasama untuk menjaga
kestabilan harga minyak dunia mutlak diperlukan. Di samping itu, perlu adanya
kesepakatan di antara negara-negara non produsen minyak untuk meminimalisir
konsumsi minyak dan berusaha mencari barang substitusi lain yang lebih ramah
lingkungan.
2. Perubahan Iklim, upaya kerjasama untuk mengurangi laju dan memitigasi dampak
pemanasan global semakin meningkat, tetapi secara bersamaan jalannya
pembangunan negara berkembang menjadi terbatas. Ini memang menjadi PR ke
depan bagi negara-negara yang menggantungkan perekonomiannya pada sektor
industri. Negara-negara berkembang ini harus mengakselerasi diri dalam bidang
teknologi untuk meminimalisir residu dari proses industri yang berdampak pada
lingkungan.
3. c.       Krisis Ekonomi, Interkoneksi perekonomian internasional menyebabkan
krisis ekonomi semakin rawan terjadi. Sehingga diperlukan penguatan transparansi
dan pengawasan ekonomi dan keuangan internasional, namun pada saat yang
bersamaan juga meningkatkan tekanan-tekanan dan intervensi terhadap
perekonomian negara berkembang.
4. d.      Dominasi Negara-Negara Maju, peta perpolitikkan dunia dalam beberapa
tahun mendatang dirasa masih akan dikuasai oleh negara-negara besar yang
memiliki peran cukup signifikan dalam mempengaruhi sistem perekonomian dunia.
5. e.       Dinamika politik dan keamanan internasional, masih bergantung pada
keseriusan negara-negara besar dalam memelihara perdamaian dan stabilitas
internasional, dan mengurangi adventurisme politik luar negeri yang mendorong
instabilitas dan gejolak di berbagai kawasan. Meningkatnya upaya peningkatan
kekuatan militer oleh seluruh negara di dunia dalam rangka menjamin
kelangsungan hidup dengan memperkuat kemampuan daya tangkal menghadapi
ancaman tradisional dan non-tradisional.
6. f.       Perubahan Kekuatan Dunia,  kelak Amerika tidak hanya beridiri sendiri
sebagai negara besar dan super power. meningkatnya kekuatan ekonomi dan
militer Cina dan India, serta menguatnya leverage Rusia akan menyebabkan
pergerakan kekuatan dunia yang lebih menyebar dan tidak hanya akan dikuasi oleh
satu negara saja.
 
Dari pemaparan di atas jelas sejak periode tahun 1970an hingga akhir tahun 1990an
semua aspek kehidupan berubah dengan cepat. Aspek kehidupan yang berubah itu
meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi sosial budaya, dan yang paling penting adalah
keamanan yang berubah secara relatif dinamis. Dalam konteks keamanan dunia
internasional, hal ini dapat dipahami dalam pendekatan teoritis bahwa pada dasarnya
manusia selalu dipengaruhi dan ingin dipengaruhi oleh gejala kekuasaan (the phenomenon
of power). Keinginan dasar manusia untuk sejahtera dan kuat direfleksikan oleh
perjuangan antar negara untuk memperluas kekuatan pengaruh. Ini tentunya akan
berkorelasi langsung dengan membawa negara dalam persaingan dengan negara
tetangganya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan kepentingan ini kadang-kadang
membawa ke peperangan. Selama kepentingan negara untuk sejahtera dan aman itu ada,
maka perjuangan antar negara untuk menyusun kekuatan antar bangsa tidak akan pernah
berakhir.[3]
Di antara sekian banyak kecenderungan perubahan di abad ke-21 yankni globalisasi
ekonomi, difusi global dari teknologi, gelombang demokrasi, perubahan sistem
internasional dari nation state ke region state, terjadinya multi polaritas dunia. Ini tentunya
akan mempengaruhi perubahan konsep security nasional. Konsep secutity nasional menjadi
semakin luas  tidak hanya pada isu-isu militer. Tetapi dengan munculnya isu-isu global,
mengakibatkan pertimbangan geostrategictidak lagi mendominasi agenda politik luar
negeri. Saat ini pengertian security lebih komprehensif dan bersifat multi
dimensi. Security ekonomi secara esensial mulai meliputi mempertahankan pertumbuhan
ekonomi, membuaka komunikasi laut (open sea lane of communication). Praktek
perdagangan bebas, akses finansial yang meluas dan bebas, masalah security lingkungan
(polusi, kerusakan hutan, efek rumah kaca), semuanya menunjukkan pengertian keamanan
yang bersifat lebih luas non military security (masalah pengungsian, terorisme, dll).
Konsekuensi perencanaan pertahanan (defence planning) menuntut kesadaran akan
interaksi antara ekonomi, sosial, demografi, ekologi, dan ancaman lainnya, yaitu aspek
diluar konteks politik militer tradisional. Dengan ini, membangun strategi militer di masa
depan perlu berbicara dengan pakar sosiologi. Pakar lingkungan, ekonomi, dan pakar
lainnya. Kondisi internal negara tetangga merupakan salah satu aspek yang penting yang
harus diperhitungkan oleh perencanaan pertahanan dunia.
 

1. a.      Perubahan Fokus Konflik


Secara singkat konflik akan dihasilkan oleh sekelompok negara yang akan mengendalikan
sumber energi, perikanan atau sumber daya laut dan bahan-bahan mentah. Perang tidak
akan lagi terjadi untuk menyerang teritorial negara lain, kecuali proses negosiasi gagal,
sebab permulaan perang ini sering gagal mencapai tujuan (seperti yang berkepanjangan di
Irak dan Iran). Sebagai penggantinya adalah penguasaan ruang angkasa. Usaha akan
diarahkan pada pengendalian dan eksploitasi sumber daya alam pada daerah-daerah yang
belum dieksplorasi.[4]
Negara-negara yang mendomiasi kekuasaan laut dan udara akan mengendalikan dunia, dan
ini berkaitan erat dengan kemampuan menguasai teknologi. Konflik masa depan dapat
lebih bersifat perang teknologi tinggi dengan intensitas tinggi antara negara-negara pasca
industri. Inti dari perang di masa depan, tidak akan merusak secara total pihak musuh, jadi
walaupun terjadi perang akan sebisa mungkin meminimalkan kerusakan dan pertumpahan
darah. Jadi pada dasarnya ada semacam pergeseran dari teori perusak massa ke strategi
militer yang dibangun dengan teknologi melumpuhkan musuh dengan meminimumkan
pertumpahan darah.[5]
 

Kerjasama Politik & Keamanan ASEAN dalam Mewujudkan Keamanan Regional


 
Sumber konflik di Asia Pasifik masa depan tetap akan terpengaruh oleh perkembangan
globalisasi. Maka dengan kata lain sumber-sumber konflik yang mungkin masih akan tetap
muncul lebih disebabkan oleh minyak bumi, perikanan, arus mobilitas penduduk, kultur
agama, lingkungan, dan terorisme. Cina dan Jepang pada dasarnya saling memperhatikan
kecepatan modernisasi kekuatan militernya untuk menguasai laut Cina Selatan. Jika kita
tarik dalam konteks Asia Tenggara, ancaman Cina telah membuat Vietnam bergabung
dalam kelompok ASEAN. Di lain sisi Indonesia harus mampu memanfaatkan posisinya di
antara dua benua dalam hal lalu lintas perdagangan laut dan memperhitungkan pengaruh
kekuatan milter di antara ke dua benua ini (Asia dan Afrika), terutama dalam hal
penguasaan laut.

Kontroversi perjanjian ekstradisi dan tahanan Indonesia-Singapura masih berlangsung.


Permasalahan ini telah berdampak pada terganggunya hubungan Indonesia-Singapura.
Percobaan kudeta kembali terjadi pada tahun 2007 di Filipina,namun penanganan cepat,
tegas dan sigap menyebabkan upaya inkonstitusional kembali mengalami kegagalan.
Perkembangan demokrasi di Thailand menunjukkan kemajuan dengan disepakatinya
konstitusi baru. Akan tetapi, kelangsungan demokrasi di Thailand masih rawan terhadap
perebutan kekuasaan antara sipil dan militer.

Isu demokratisasi dan peristiwa kekerasan berdarah di Myanmar telah menyebabkan


negara tersebut dan negara-negara ASEAN menjadi pusat perhatian kalangan masyarakat
internasional. Tekanan terhadap junta militer Myanmar untuk melanjutkan arus
demokratisasi semakin menguat. Kerusuhan Malaysia pada tahun 2007 akibat menguatnya
tuntutan dari kaum minoritas keturunan Cina dan India atas diskriminasi dan pelanggaran
HAM yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia sempat menggoyahkan stabilitas politik
negara tersebut. Bagi Malaysia, bila tidak tertangani, maka perkembangan ini akan
mengarah pada reformasi di negara tersebut.

Dalam konteks stabilitas keamanan regional, sejumlah isu keamanan masih mewarnai
kawasan ini seperti konflik yang bersumber pada klaim teritorial, keamanan jalur
pelayaran dan perdagangan, terorisme, perompakan, bajak laut dan penyelundupan.
Pembangunan kepercayaan dan peningkatan kerjasama di kawasan dalam mengatasi
masalah-masalah ini terus dilaksanakan. Namun demikian, permasalahan ini menyebabkan
setiap negara berupaya melakukan kekuatan militer untuk mencegah. [6]
Membangun hubungan yang tangguh antar sesama negara-negara regional jelas menuntut
beberapa landasan yang harus dipatuhi antar sesama negara yang bergabung dalam
kesatuan regional tersebut. Berbicara masalah ketangguhan suatu relasi, maka juga akan
berkaitan dan berdampak langsung akan tuntutan sikap, mental, dan cara pikir kebangsaan
yang kuat dan penuh akan integritas. Jika landasan ini tidak terpenuhi dalam menjalin
kerjasama regional maka ketangguhan hubungan antar bangsa akan sulit diwujudkan.

Di bidang politik/keamanan, Carlyle A Thayer (Southeast Asian Affairs, 2011) menyebut


ada tiga faktor yang memengaruhi dinamika politik/keamanan regional di kawasan Asia
Timur saat ini. Pertama, bertambahnya ketegangan dalam hubungan China-AS; kedua,
meningkatnya kembali keterlibatan AS di Asia Timur; dan ketiga, peningkatan keagresifan
China di Laut China Selatan. Ketiga faktor ini merupakan ujian yang serius bagi ASEAN,
yang telah memproklamasikan diri sebagai kekuatan pendorong utama (primary driving
force) dalam penyelesaian isu-isu regional di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.
 
Berdasarkan latar belakang di atas, maka para petinggi-petinggi negara ASEAN sepakat
untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan nasional dan
regional untuk mewujudkan ketahanan regional ASEAN. Agenda ASEAN Defence Ministerial
Meeting, pada dasarnya difokuskan pada bagaimana mewujudkan kondisi keamanan
kawasan yang lebih stabil dan damai sehingga negara-negara lainnya di dunia bisa datang
ke ASEAN dengan aman. Kerja sama praktis seperti kerja sama regional hingga
penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan. “Termasuk di dalamnya keamanan maritim
dengan merealisasikan code of conduct (kode etik) yang jelas di antara negara-negara
anggota ASEAN”. Soal keamanan dan terorisme juga menjadi agenda utama.[1]
Selain itu, ASEAN Defence Ministers Meeting (ADMM) diperluas dengan melibatkan
kerjasama delapan negara mitra, yakni Amerika Serikat, Rusia, RRT, Jepang, Korea Selatan,
India, Australia, dan Selandia Baru. Akan ada lima wilayah kerjasama ADMM plus 8 ini. [2]
1. Indonesia akan bermitra dengan AS untuk menangani masalah kontra terorisme.
2. Peacekeeping center dan operation akan ditangani Filipina dan Selandia Baru.
3. humanitarian assistance and decelerated akan ditangani Vietnam dan RRT.
4. military magazine akan dikerjasamakan antara Singapura dan Jepang.
5. masalah keamanan maritim akan ditangani Malaysia dan Australia
Para menteri pertahanan ASEAN juga sepakat mengadakan latihan bersama untuk
menanggulangi bencana yang kerap terjadi di lingkungan negara-negara Asia Tenggara.

Anda mungkin juga menyukai