Perluasan wilayah (living space) dipercaya akan memperkuat Jerman dan akan membantu
memecahkan masalah-masalah internal, menjadi militer kuat, dan mendorong Jerman
menjadi negeri yang bisa memenuhi ekonominya secara mandiri dengan penambahan
bahan makanan dan sumber-sumber alam lainnya .
1. Garis Perbatasan dan Wilayah Perbatasan.
Di dalam peta, perbatasan 2 (dua) negara merupakan sebuah garis, yang dapat berupa
garis lengkung atau garis lurus. Dalam kenyataannya, yang dimaksud dengan garis
perbatasan ini adalah suatu bidang vertikal yang melalui permukaan tanah, lapisan bawah
(pertambangan), di udara dan di atas permukaan bumi.
Di atas permukaan, garis perbatasan ini dapat berupa puncak-puncak bukit, sungai-sungai,
danau-danau, bahkan bentuk-bentuk buatan manusia seperti jalan raya dan dinding
(tembok). Perbatasan yang disebutkan sebelumnya disebut perbatasn alamiah, sedangkan
perbatasan yang terakhir disebut perbatsan artifisial. Perbatasan antara Kalimantan
Indonesia dengan Kalimantan Utara (Malaysia) adalah pegunungan (alamiah), perbatasan
antara Berlin Barat dan Berlin Timur adalah artifisial (tembok Berlin). Daerah di sekitar
garis perbatasan ini adalah wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan ini mempunyai
karakteristik yang tersendiri, berbeda dengan daerah-daerah lainnya karena merupakan
daerah peralihan.
Dinding Tiongkok merupakan usaha bangsa Cina untuk mempertahankan diri terhadap
serangan orang-orang Mongol.
Jika struktur organisasi negara tersebut meningkat, funsi perbatasannya pun bertambah.
c. Untuk melindungi industri di dalam wilayah, pemerintah suatu negara dapat
mengadakan pajak-pajak tarif tertentu, misalnya tarif-tarif tertentu, misalnya tarif lintas
batas. Hal yang demikian akan mempengaruhi pemasaran bagi hasil-hasil produksi industri
tersebut. Jadi perbatasan ini mempunyai fungsi perdagangan.
d. Fungsi legal (hukum) di mana perbatasan merupakan batas berlakunya hukum suatu
negara. Penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan, hendaknya mematuhi hukum-
hukum yang berlaku bagi negara di mana mereka tinggal walaupun penduduk tersebut
mungkin mempunyai adat istiadat yang sama dengan adat-istiadat penduduk di seberang
garis perbatasan negaranya. Akan tetapi dengan timbulnya supranasionalisme yang
didasarkan atas kepentingan ekonomi dan kebudayaan, beberapa negara mau melepaskan
sebagian dari kekuasaannya untuk kepentingan bersama mereka.
Internasional
filsufgaul / March 9, 2012
Konsep Perubahan Lingkungan Strategis Internasional
Perubahan dunia yang begitu cepat di abad ke 21 ini meliputi semua aspek kehidupan,
sehingga mengakibatkan bergesernya berbagai struktur kehidupan, seperti bergesernya
struktur ekonomi kehidupan suatu bangsa, struktur penduduk, lapangan kerja, struktur
sosial budaya sampai pada berubahnya sistem pertahanan dan keamanan suatu negara.
Selain itu, kita juga memahami bahwa sumber daya manusialah yang menjadi kunci dalam
perkembangan suatu bangsa. Dalam era regionalisasi AFTA 2003, APEC 2010 dan 2020
serta WTO yang berlaku sejak januari 1995, persaingan yang berpusat pada kualitas
sumber daya manusia dirasakan di seluruh penjuru dunia. Pertumbuhan pola konsumsi
dunia semakin terbuka lebar di mana-mana. Puluhan negara dengan milyaran konsumen
dan pekerja serta ribuan perusahaan yang sebelumnya tertutup di Eropa, Amerika Latin,
Asia dan Afrika, kini sudah menjadi bagian integral dari regionalisasi dan globalisasi
produksi, investasi, pendanaan dan pemasaran.[1]
Dinamika perubahan lingkungan Internasional jelas berimplikasi langsung dengan
ketahanan nasional suatu bangsa. Tidak hanya implikasi positif, tidak bisa dipungkiri
bahwa implikasi negatif juga menyertai dalam suatu konteks perubahan lingkungan
strategis internasional. Implikasi positif membawa manfaat dalam mendukung cita-cita,
tujuan nasional dan kepentingan nasional, sedangkan implikasi negatif menyebabkan
meningkatkan potensi ancaman bagi kelangsungan hidup negara. Perubahan lingkungan
internasional saat ini semakin sulit untuk diprediksikan, ketidak teraturan dan
ketidakstabilan menjadi hal yang utama menyebabkan sulitnya memprediksi arah
perebuahan dunia internasional mendatang.
Dinamika politik dan keamanan internasional semakin intens karena di bawah pengaruh
fenomena globalisasi dan berbagai implikasinya, negara-negara di dunia dituntut untuk
saling bekerjasama, namun pada sisi lain persaingan antar negara dalam melindungi
kepentingan nasional juga semakin meningkat. Interdependensi antarnegara semakin
menguat, tetapi pada saat yang bersamaan kesenjangan power ekonomi dan militer
semakin melebar karena agenda dan isu internasional masih dominan dipengaruhi oleh
agenda dan kebijakan negara-negara maju. Akibatnya negara-negara berkembang yang
memiliki sumberdaya terbatas, harus lebih hati-hati mengatasi permasalahan yang
dihadapi, lebih aktif memperkuat ketahanan nasional di berbagai bidang, dan lebih baik
dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dalam melindungi
kepentingan-kepentingan nasionalnya.[2]
Secara mendasar, isu/fenomena global yang akan terus mewarnai, mempengaruhi, dan
memberi dampak terhadap lingkungan strategis saat ini adalah:
1. Fluktuasi Harga Minyak Dunia, oleh karena itu kerjasama untuk menjaga
kestabilan harga minyak dunia mutlak diperlukan. Di samping itu, perlu adanya
kesepakatan di antara negara-negara non produsen minyak untuk meminimalisir
konsumsi minyak dan berusaha mencari barang substitusi lain yang lebih ramah
lingkungan.
2. Perubahan Iklim, upaya kerjasama untuk mengurangi laju dan memitigasi dampak
pemanasan global semakin meningkat, tetapi secara bersamaan jalannya
pembangunan negara berkembang menjadi terbatas. Ini memang menjadi PR ke
depan bagi negara-negara yang menggantungkan perekonomiannya pada sektor
industri. Negara-negara berkembang ini harus mengakselerasi diri dalam bidang
teknologi untuk meminimalisir residu dari proses industri yang berdampak pada
lingkungan.
3. c. Krisis Ekonomi, Interkoneksi perekonomian internasional menyebabkan
krisis ekonomi semakin rawan terjadi. Sehingga diperlukan penguatan transparansi
dan pengawasan ekonomi dan keuangan internasional, namun pada saat yang
bersamaan juga meningkatkan tekanan-tekanan dan intervensi terhadap
perekonomian negara berkembang.
4. d. Dominasi Negara-Negara Maju, peta perpolitikkan dunia dalam beberapa
tahun mendatang dirasa masih akan dikuasai oleh negara-negara besar yang
memiliki peran cukup signifikan dalam mempengaruhi sistem perekonomian dunia.
5. e. Dinamika politik dan keamanan internasional, masih bergantung pada
keseriusan negara-negara besar dalam memelihara perdamaian dan stabilitas
internasional, dan mengurangi adventurisme politik luar negeri yang mendorong
instabilitas dan gejolak di berbagai kawasan. Meningkatnya upaya peningkatan
kekuatan militer oleh seluruh negara di dunia dalam rangka menjamin
kelangsungan hidup dengan memperkuat kemampuan daya tangkal menghadapi
ancaman tradisional dan non-tradisional.
6. f. Perubahan Kekuatan Dunia, kelak Amerika tidak hanya beridiri sendiri
sebagai negara besar dan super power. meningkatnya kekuatan ekonomi dan
militer Cina dan India, serta menguatnya leverage Rusia akan menyebabkan
pergerakan kekuatan dunia yang lebih menyebar dan tidak hanya akan dikuasi oleh
satu negara saja.
Dari pemaparan di atas jelas sejak periode tahun 1970an hingga akhir tahun 1990an
semua aspek kehidupan berubah dengan cepat. Aspek kehidupan yang berubah itu
meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi sosial budaya, dan yang paling penting adalah
keamanan yang berubah secara relatif dinamis. Dalam konteks keamanan dunia
internasional, hal ini dapat dipahami dalam pendekatan teoritis bahwa pada dasarnya
manusia selalu dipengaruhi dan ingin dipengaruhi oleh gejala kekuasaan (the phenomenon
of power). Keinginan dasar manusia untuk sejahtera dan kuat direfleksikan oleh
perjuangan antar negara untuk memperluas kekuatan pengaruh. Ini tentunya akan
berkorelasi langsung dengan membawa negara dalam persaingan dengan negara
tetangganya. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan kepentingan ini kadang-kadang
membawa ke peperangan. Selama kepentingan negara untuk sejahtera dan aman itu ada,
maka perjuangan antar negara untuk menyusun kekuatan antar bangsa tidak akan pernah
berakhir.[3]
Di antara sekian banyak kecenderungan perubahan di abad ke-21 yankni globalisasi
ekonomi, difusi global dari teknologi, gelombang demokrasi, perubahan sistem
internasional dari nation state ke region state, terjadinya multi polaritas dunia. Ini tentunya
akan mempengaruhi perubahan konsep security nasional. Konsep secutity nasional menjadi
semakin luas tidak hanya pada isu-isu militer. Tetapi dengan munculnya isu-isu global,
mengakibatkan pertimbangan geostrategictidak lagi mendominasi agenda politik luar
negeri. Saat ini pengertian security lebih komprehensif dan bersifat multi
dimensi. Security ekonomi secara esensial mulai meliputi mempertahankan pertumbuhan
ekonomi, membuaka komunikasi laut (open sea lane of communication). Praktek
perdagangan bebas, akses finansial yang meluas dan bebas, masalah security lingkungan
(polusi, kerusakan hutan, efek rumah kaca), semuanya menunjukkan pengertian keamanan
yang bersifat lebih luas non military security (masalah pengungsian, terorisme, dll).
Konsekuensi perencanaan pertahanan (defence planning) menuntut kesadaran akan
interaksi antara ekonomi, sosial, demografi, ekologi, dan ancaman lainnya, yaitu aspek
diluar konteks politik militer tradisional. Dengan ini, membangun strategi militer di masa
depan perlu berbicara dengan pakar sosiologi. Pakar lingkungan, ekonomi, dan pakar
lainnya. Kondisi internal negara tetangga merupakan salah satu aspek yang penting yang
harus diperhitungkan oleh perencanaan pertahanan dunia.
Dalam konteks stabilitas keamanan regional, sejumlah isu keamanan masih mewarnai
kawasan ini seperti konflik yang bersumber pada klaim teritorial, keamanan jalur
pelayaran dan perdagangan, terorisme, perompakan, bajak laut dan penyelundupan.
Pembangunan kepercayaan dan peningkatan kerjasama di kawasan dalam mengatasi
masalah-masalah ini terus dilaksanakan. Namun demikian, permasalahan ini menyebabkan
setiap negara berupaya melakukan kekuatan militer untuk mencegah. [6]
Membangun hubungan yang tangguh antar sesama negara-negara regional jelas menuntut
beberapa landasan yang harus dipatuhi antar sesama negara yang bergabung dalam
kesatuan regional tersebut. Berbicara masalah ketangguhan suatu relasi, maka juga akan
berkaitan dan berdampak langsung akan tuntutan sikap, mental, dan cara pikir kebangsaan
yang kuat dan penuh akan integritas. Jika landasan ini tidak terpenuhi dalam menjalin
kerjasama regional maka ketangguhan hubungan antar bangsa akan sulit diwujudkan.