Anda di halaman 1dari 4

Nama : Husnan Harisin

NIM : 048595987

1. Wilayah Homogen:
Ciri utama dari wilayah homogen adalah suatu wilayah yang memiliki suatu kesamaan
karakteristik tertentu. Kesamaan Karakteristik tersebut dapat berupa kesamaan dari sisi fisik,
atau dari aktivitas ekonomi, bahkan dari kesamaan-kesamaan dalam sisi sosial masyarakat.
Jika kita telah menentukan suatu

Wilayah Nodal :
Satu karakteristik yang menjadi ciri utama dari suatu wilayah yang masuk dalam Kategori
wilayah nodal adalah adanya kecenderungan dari aktivitas wilayah untuk terpusat pada satu
kegiatan yang dominan (yang disebut node) di wilayah tersebut. Wilayah ini memiliki sifat
yang lebih dinamis dibandingkan dengan pengertian wilayah homogen karena baik luasan
wilayah maupun aktivitas dominan yang ada di suatu wilayah akan berbeda-beda. Misalkan,
luasan aktivitas akan berbeda-beda bergantung pada besarnya “daya tarikan™ (pull factor)
dari kegiatan yang dominan (node) yang ada di wilayah tersebut. Begitu juga dengan sebuah
node, juga akan bisa berubah sebagai akibat adanya perubahan lingkungannya, seperti
kegiatan pertambangan (yang menjadi node di suatu wilayah) akan berganti apabila bahan
tambang di wilayah tersebut sudah sangat berkurang.

Wilayah Administratif :
Yang dimaksud dengan wilayah administratif adalah suatu daerah yang terbentuk karena
adanya kebijakan politis dari pemerintah. Biasanya bentuk wilayahnya berupa batas-batas
administratif dari suatu wilayah pemerintahan, seperti kabupaten, atau provinsi. Setiap
wilayah kabupaten atau provinsi batas- batas wilayahnya ditentukan secara jelas berdasarkan
undang-undang pendirian wilayah tersebut. Definisi wilayah yang ada pada UU No. 26/2007
merupakan definisi wilayah secara administratif.

-Identifikasi dan Klasifikasi Wilayah di tempat asal saya (Kabupaten Karanganyar) beserta
alasanya
-Wilayah Homogen Di Kabupaten Karanganyar yaitu wilayah timur yang mencakup 2
kecamatan yaitu Ngragoyoso dan Tawangmangu karena memiliki kesamaan secara geografis,
kesamaan aktivitas ekonomi dan Kesamaan social
-Wilayah Nodal di Kabupaten Karanganyar yaitu di pusat Kota Karanganyar dan di Pusat Kota
Colomadu yang merupakan pusat perekonomian terbesar di Kabupaten Karanganyar
-Wilayah Administratif di Kabupaten Karangnyar contohnya wilayah Administrasi Kecamatan
Karanganyar , Wilayah Administrasi Kecamatan Jaten

Menurut Brodjonegoro(..).jika wilayah ekonomi tidak sama dengan wilayah perencanaan


maka akan terjadi dua hal sebagai berikut.
1. Terjadi spillover effect
Misalkan, kita mengindikasikan diperlukannya penyediaan prasarana infrastruktur untuk suatu
ekonomi wilayah, akan tetapi sistem yang ada hanya mungkin dilakukan melalui wilayah
perencanaan. Akibatnya, akan ada penambahan beban pada prasarana infrastruktur tersebut
yang berasal dari luar wilayah ekonomi tersebut (adanya penambahan aktivitas yang berasal
dari luar wilayah ekonomi tersebut dinamakan spillover effect). Dampak spillover ini dapat
dianggap sebagai sebuah eksternalitas bagi suatu wilayah.
2. Mengganggu skala ekonomi
Pada dasarnya, akivitas dalam suatu wilayah ekonomi akan terganggu jika terlalu banyak
wilayah perencanaan karena pembatasan administratif yang tidak sesuai dengan keterkaitan
ekonomi akan mengganggu aktivitas ekonomi yang terjadi yang ada di masyarakat. Misalkan
saja, pelestarian wilayah di sepanjang DAS tertentu yang melalui beberapa kabupaten
‘mungkin akan terganggu jika perencanaannya discrahkan kepada masing- masing kabupaten
(karena setiap kabupaten mungkin akan memiliki kebijakan yang berbeda-beda) yang pada
akhimya akan mengganggu produkivitas wilayah di sepanjang DAS tersebut secara
keseluruhan

2. A. Menurut teori von Thunen, daerah perkotaan adalah pasar bagi produk-produk yang
dihasilkan di daerah sekelilingnya. Karena itu, keberadaan dekat dengan daerah perkotaan
adalah sangat penting bagi aktivitas-aktivitas ekonomi.
Teori Von Thunen berdasarkan atas tujuh asumsi,

Ø Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah
pedalamannya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang
merupakan komoditi pertanian;
Ø Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan produksi daerah
pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain;
Ø Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain, kecuali ke daerah
perkotaan tersebut;
Ø Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk tanaman dan
peternakan dataran menengah;
Ø Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh keuntungan
maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan
peemintaan yang terdapat di daerah perkotaan;
Ø Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat berupa gerobak
yang dihela oleh kuda;
Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan jarak yang ditempuh.
Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.

B. Teori Alfred Weber


Dalam teori tersebut Weber mengasumsikan:
Ø Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi.
Ø Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat memasuki
pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna.
Ø Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
Ø Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara
terbatas pada sejumlah tempat.
Ø Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya
tinggi.
Weber berpendapat ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu
- Biaya transportasi,
- Biaya tenaga kerja dan
- Kekuatan aglomerasi.
Biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat
barang, sehingga titik lokasi yang membuat biaya terkecil adalah bobot total pergerakan
pengumpulan berbagai input dan pendistribusian yang minimum.

Kesamaan keduanya adalah dari inti gagasan yaitu bertujuan untuk meminimumkan biaya
produksi dari berbagai aktivitas kegiatan usaha dengan memilih lokasi yang minimum biaya
dari segi transportasi
3. Kebijakan pemerintah di tempat saya bertugas (Kabupaten Alor) yang berhubungan dengan
pengembangan wilayah, berkaitan dengan regional disparity
1. Pembangunan Pos Lintas Batas Negara Maritaing
2. Pembangunan Bandar Udara di Kabir, Pulau Pantar
3. Pembangunan jalan raya lintas selatan Kabupaten Alor
Sumber : Materi Rapat Pelaksanaan Pengadaan Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Alor
yang dihadiri seluruh Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Alor tanggal 2 September
Tahun 2023
Regional Disparity merupakan kebalikan dari tujuan perencanaan wilayah yaitu Place
Prosperity, bagaimana agar terjadi pemerataan pembangunan antar wilayah-wilayah yang
ada di suatu negara, dan menghindari adanya
ketimpangan yang berlebihan di antara wilayah-wilayah dalam suatu negara
(wilayah disparity).
Dasar Teori :
Ada beberapa ukuran untuk mengetahui seberapa besar terjadinya ketimpangan antar
wilayah. Beberapa ukuran tersebut diantaranya adalah
a. Indeks Williamson, yang tidak lain merupakan sebuah coefficient of variation dari suatu
indikator kemajuan perekonomian daerah-daerah (biasanya diwakili oleh PDRB per kapita)
yang menjadi wilayah penelitian.
b. Indeks Entropi Theil. Seperti juga Indeks Williamson, Indeks Entropi Theil juga merupakan
sebuah coefficient of variation. Perbedaannya adalah bahwa dalam indeks Entropi Theil kita
bisa mendekomposisi komponen ketimpangannya menjadi dua bagian, yaitu ketimpangan
regional dalam wilayah (within region disparity) dan ketimpangan regional antarwilayah
(interregion disparity). Selain itu dengan menggunakan indeks entropi Theil juga kita bisa
mengetahui mengenai sumbangan (share) dari masing-masing daerah terhadap besarnya
ketimpangan daerah secara keseluruhan.

Sumber Referensi :
-BMP PWKL 4309/ Modul 1-3

Anda mungkin juga menyukai