Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang unik dan kompleks.

Kompleksitas ditunjukkan oleh keberadaan berbagai pengguna dan entitas pengelola wilayah yang mempunyai kepentingan dan cara pandang yang berbeda mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir. Dengan mempertimbangkan karakteristik tersebut, maka muncul suatu konsep pengelolaan sumberdaya pesisir terpadu (Integrated Coastal Zone Management). Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (ICZM) adalah pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di kawasan pesisir, dengan cara melakukan penilaian menyeluruh tentang kawasan pesisir dan sumberdaya alam serta jasa-jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya dan menentukan tujuan serta sasaran pemanfaatan guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Salah satu wilayah pesisir yang membutuhkan pengelolaan melalui ICZM adalah kawasan pesisir Argentina. Kawasan pesisir Argentina dapat diklasifikasikan menjadi tiga karakteristik yaitu hayati, sosial-ekonomi dan historis yang tersebar di empat wilayah antara lain : (1) The Great Fluvial Region dengan panjang 3725 km dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan ekonominya ditunjang oleh sektor pertanian serta kehutanan ; (2) The La Plata River (Rio de la Plata) dengan panjang 392 km merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dimana memiliki tingkat degradasi lahan yang tinggi ; (3) The Pampean (Pampeana) dan (4) The Patagonian (Patagonica) memiliki panjang 4725 km memegang peranan penting dalam sektor perikanan. Tingginya kunjungan turis di The Pampean telah mengubah kenampakan alam selama tiga dekade terakhir. Di The Patagonian, sumber daya alamnya masih terjaga kelestariannya namun ekonomi wilayahnya tergolong rendah. Berdasarkan perbedaan karakteristik tersebut, maka dalam dibutuhkan perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di kawasan pesisir Argentina. Secara lebih spesifik, perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah pengkajian sistematis tentang sumberdaya wilayah pesisir dan lautan serta potensinya, alternatif-alternatif pemanfaatannya serta kondisi ekonomi dan sosial untuk memilih dan mengadopsi cara-cara pemanfaatan pesisir yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus mengamankan sumberdaya tersebut untuk masa depan. Dalam jurnal ini, nantinya akan dibahas terkait dasar-dasar utama dalam manajemen pengelolaan pesisir secara terintegrasi dalam implementasinya di kawasan pesisir Argentina. Selain mengacu pada konsep ICZM, pengelolaan pesisir juga akan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat dan pemerintah. Tidak kurang juga, akan dibahas juga konsep-konsep pengelolaan pesisir yang telah diimplementasikan di negara lain dan kaitannya dengan konsep pengelolaan pesisir di Argentina. Secara garis besar, dasar utama dalam manajemen pengelolaan pesisir yang akan dibahas meliputi : desain kebijakan pemerintah, organisasi kelembagaan, sistem pendanaan jangka pendek dan panjang, koordinasi dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pengembangan penelitian, pendidikan, pelatihan dan sistem informasi serta kerjasama internasional dalam rangka berbagi pengalaman pengelolaan pesisir.

BAB II RINGKASAN JURNAL Argentina merupakan salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang dimana dikenal karena merupakan sumber sektor perikanan dan cadangan minyak bumi. Kurang lebih memiliki panjang garis pantai 5.000 km yang dibagi menjadi tiga wilayah yaitu La Plata River (Rio de la Plata), The Pampean (Pampeana), The Patagonian (Patagonica).
Tabel 1. Data Wilayah, Sosial, Ekonomi dan Pesisir Argentina

2.1 Sejarah Konteks Manajemen Wilayah Pesisir di Argentina Selama ini wilayah Amerika Latin terutama Argentina tidak memiliki instrumen pengelolaan pesisir yang spesifik. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan sejarah Argentina yang senantiasa fokus pada perencanaan dan pengelolaan wilayah pinggiran (hinterland). Sejak era kolonial, ekonomi Argentina bertumpu pada sektor pertanian dan perternakan. Satu-satunya aktivitas yang menggantungkan terhadap wilayah pesisir hanya sektor pariwisata yang memang dikenal sejak abad ke 19 hingga saat ini. 2.2 Karakteristik Fisik, Sosial dan Ekonomi Wilayah Pesisir di Argentina 2.2.1 The Great Fluvial Region Wilayah ini meliputi Paraguay, Uruguay dan Parana yang mendukung keanekaragaman hayati di wilayah pesisir Argentina, dengan rincian 2000 spesies tumbuhan, 400 spesies burung, 100 mamalia spesies dan 380 hingga 550 spesies ikan. Karakteristik wilayah ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu : (1) Dataran rendah merupakan tempat pertukaran hara dan pembibitan organisme ; (2) Sungai dan hutan merupakan koridor penting bagi tumbuhan, ikan, burung dan hewan lain ; (3) Daerah rawa memainkan peran kunci dalam pelestarian flora, fauna dan sumber daya air. Berdasarkan aspek ekonomi, The Great Fluvial Region didukung oleh sektor kehutanan dan pertanian. Salah satu komoditi yang dikembangkan adalah Pohon Quebracho (Aspidosperma quebracho blanco dan Schinopsis balanzae) yang merupakan bahan utama untuk industri tannin dan industri kereta api. Selain itu juga terdapat komoditas lain seperti kedelai, sorghum, jagung dan sayuran lainnya. 2.2.2 La Plata River Region Wilayah ini memiliki kurang lebih panjang 320 km dan lebar 230 km yang membentuk sistem estuari sebesar 35.000 km. La Plata River merupakan wilayah pesisir yang terancam dikarenakan keanekaragaman hayati maupun kenampakan fisiknya yang rusak. Hal ini disebabkan

oleh tingginya populasi penduduk dan pesatnya pembangunan di wilayah tersebut. Spesies yang ada di wilayah ini adalah Merluccius hubbsi dan Micropogonias furnieri. La Plata River merupakan wilayah dikelilingi oleh 31 metropolitan area dengan jumlah total populasi sebesar 11.000.000, wilayah ini biasa disebut Greater Buenos Aires. Ekonomi utama wilayah ini adalah sektor industri, yang terbagi berdasarkan letak wilayahnya. Tekstil, bahan kimia, tembakau, mobil, sepatu terletak di Greater Buenos Aires. Wilayah selatan terdiri dari, galangan kapal, penyulingan dan pengolahan daging. Sedangkan wilayah barat dan timur didominasi oleh plastik, kertas, peralatan pertanian, besi dan selulosa. 2.2.3 The Pampean dan Patagonian Regions Sumberdaya utama kedua wilayah ini adalah bahan bakar fosil dan ikan, diperkirakan 400 spesies ikan dieksploitasi. Selain itu juga terdapat habitat burung dan mamalia laut yang menarik minat pariwisata. Overeksploitasi ikan, tumpang tindih pengelolaan serta ekspansi penduduk merupakan permasalahan serius dari wilayah ini. Dampak yang ditimbulkan dari masalah tersebut adalah perubahan keanekaragaman hayati dan abrasi. Pampean Region didominasi kegiatan pariwisata dan pelabuhan, dimana terdapat kota pelabuhan terbesar di wilayah ini, Mar del Plata. Sumberdaya perikanan di wilayah ini adalah kerang, udang, cumi-cumi dan kepiting. Sedangkan Patagonian Region merupakan destinasi wisata favorit untuk ekowisata, memancing, petualangan dan berburu. Spesies yang terdapat di wilayah ini adalah penguin dan anjing laut. 2.3 Karakteristik Yudiris dan Administrasi Terkait Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Argentina tidak memiliki kebijakan khusus dan hukum tentang zona pesisir dan pengelolaan sumber daya. Selain itu juga terdapat tumpang tindih pengelolaan pesisir dalam tingkat pemerintahan (kota, provinsi dan nasional). Hal ini juga diperparah dengan tidak adanya organisasi publik bertanggung jawab dan mengkoordinasikan berbagai instansi dan lembaga terkait pengelolaan pesisir. Selama ini isu-isu pengelolaan pesisir di Argentina ditangani oleh organisasi Internasional, Ley de Lineas de Basis Espacios Maritimos (Base Lines and Maritime Expanses Law), Tratado del Rio de la Plata Frente Maritimo (La Prata River and Maritim Front Treaty), Tratado de Paz Amistad Con Chile (Treaty of Peace and Friendship with Chile).
Tabel 2. Organisasi Internasional Terkait Pengelolaan Pesisir

2.4 Permasalahan Wilayah Pesisir Keempat wilayah pesisir di Argentina memiliki perbedaan karakteristik dari segi fisik, lingkungan, sosial, ekonomi dan sejarah. Dari perbedaan tersebut pastinya akan muncul permasalahan dari keempat wilayah pesisir tersebut.

2.4.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk secara tidak langsung akan menekan sumber daya alam, baik dari segi ruang, lansekap, air, vegetasi dan sumber daya perikanan. Seiring waktu berjalan, apabila tidak disertai dengan perencanaan yang memadai maka dapat menyebabkan rusaknya geomorfologi lansekap dan estetika yang meliputi : imobilisasi, pengurangan dan perusakan sistem resapan, terlalu dekatnya bangunan dan jalan sehingga dapat meningkatkan erosi pantai dan berkurangnya resapan air tanah. 2.4.3 Pencemaran Polusi merupakan permasalahan serius dari wilayah pesisir, dimana sumber pencemaran berasal dari limbah rumah tangga, pelabuhan dan industri. Rata-rata limbah tersebut berasal dari industri dan permukiman yang terletak hulu sungai dan berakhir pada muara sungai. Selain itu juga ditemui permasalahan terkait buruknya manajemen sampah di wilayah pesisir. Limbah padat ini seringkali terbuang hingga ke tepi laut dan terjebak di daerah pemecah gelombang sehingga berpotensi menyumbat aliran air pantai. Sumber pencemaran lain yang sering terjadi di wilayah pesisir Argentina adalah tumpahan minyak. 2.4.4 Abrasi Abrasi merupakan permasalahan klasik yang sering terjadi di wilayah pesisir Argentina terutama di The Pampean Regions. Rata-rata abrasi ini disebabkan oleh tindakan manusia seperti reklamasi serta pembangunan infrastruktur dan bangunan yang terlalu dekat dengan pantai. Sebagai contoh : pemakaian material pasir pantai sebagai bahan dasar konstruksi bangunan, pemberian ijin mendirikan bangunan di daerah pesisir hingga jaringan jalan yang dibangun dekat tebing pantai. 2.4.5 Eksploitasi Berlebihan Contoh luar biasa dari eksploitasi berlebihan adalah hake, sejenis ikan yang sering dijadikan target dari industri perikanan. Ikan ini pada musim dingin banyak ditemukan di utara dan berpindah ke selatan pada musim panas. Namun siklus tersebut terancam berjalan tidak seimbang dikarenakan oleh penangkapan berlebihan oleh industri perikanan setempat. Jumlah dari hake tidak sebanding dengan pesatnya industri perikanan di wilayah pesisir Argentina. 2.5.6 Hilangnya Keanekaragaman Hayati Hilangnya keanekaragaman hayati disebabkan baik oleh eksploitasi berlebihan pada spesies tertentu dan fragmentasi habitat seperti pembukaan lahan untuk dijadikan lahan pertanian dan permukiman. Faktor lain yang menyebabkan hilangnya beberapa keanekaragaman hayati adalah invasi secara besar-besaran spesies tertentu, dikarenakan jumlahnya tidak seimbang di alam maka menyebabkan beberapa spesies punah. 2.5.7 Pembangunan Tidak Berwawasan Lingkungan Pembangunan bendungan skala besar untuk pengelolaan air secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan komposisi biota terkait. Kurangnya penelitian dan data dasar sebelum melakukan pembangunan berdampak pada perubahan ekosistem dan habitat sekitar. Sebagai contoh, pembangunan bendungan di sungai akan berdampak pada berubahnya pola migrasi ikan dan deforestasi menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Dalam lingkup besar bencana ini dapat menimbulkan kerusakan bangunan dan korban jiwa. 2.6 Progam Pengeloaan Pesisir Terpadu di Argentina Terdapat hubungan yang erat terkait permasalahan di wilayah pesisir di Argentina dan kondisi sosial ekonomi masyarakat Argentina. Diantaranya adalah kurangnya kesadaran masyarakat terutama pemerintah. Hal ini menyebabkan kurangnya kebijakan terkait sumber daya

pesisir serta tidak adanya mekanisme khusus atau garis koordinasi antara masyarakat dan lembaga pemerintahan. Oleh sebab itu untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan koordinasi untuk menutupi kekurangan aspek pengelolaan wilayah pesisir. Koordinasi dalam pengelolaan pesisir tersebut haruslah terpadu baik antar kota maupun tingkat pemerintahan (kota, provinsi dan nasional). Terkait dengan peraturan pengelolaan wilayah pesisir yang bersifat normatif, diperlukan konsensus tentang landasan dasar dalam mengembangkan progam pengelolaan pesisir secara terpadu, dimana harus : terintegrasi dan terkoordinasi dalam lingkup penelitian maupun pengembangan, menyelaraskan perbedaan dan arbitrase, mengoptimalkan sumber daya manusia dan keuangan serta menghindari tumpang tindih kewenangan dan meletakkan dasar-dasar bagi progam pengembangan daerah. Selain itu perencanaan jangka panjang juga harus dilakukan dalam melakukan perencanaan dan pengelolaan pesisir secara terpadu, berikut beberapa hal yang patut dipertimbangkan : a. Melakukan definisi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sumber daya dan ruang pesisir b. Menciptakan sebuah organisasi kelembagaan khusus c. Membangun sistem keuangan yang sehat d. Pembentukan mekanisme interinstitusional untuk kerjasama dan koordinasi e. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat pada isu-isu pesisir f. Melakukan pengembangan penelitian, pendidikan, pelatihan dan sistem informasi terkait isu pesisir. g. Melakukan kerjasama internasional untuk berbagi pengalaman. Apabila tahapan-tahapan perencanaan tersebut dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan maka dapat menguntungkan iklim di Amerika Latin. Sangat mungkin perencanaan tersebut dapat menimbulkan peluang terkait pengelolaan wilayah pesisir secara internasional baik dengan PBB maupun dengan negara lain. Progam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu secara tidak langsung dapat meningkatkan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan dalam suatu wilayah. Chile, Brazil dan Uruguay merupakan contoh dari negara-negara tetangga yang berkembang dalam pengelolaan pesisirnya. Apabila negara-negara ini saling terintegrasi satu sama lain dapat meningkatkan prospek untuk wilayah pesisir Amerika Latin.

BAB III CRITICAL REVIEW Jurnal yang ditulis oleh Juan M. Baragan Munoz, Jose R. Dadon, Silvia D. Matteucci, Jorge H. Morello, Claudia Baxendale dan Andrea Rodriguez ini menceritakan tentang permasalahan pengelolaan pesisir di Argentina serta upaya perencanaan dan penanganan terkait permasalahan tersebut. Dalam tahapan penjelasannya, penulis menjelaskan kondisi dan karakteristik fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan di wilayah pesisir di Argentina. Berdasarkan kondisi dan karakteristik tersebut, penulis mulai menjelaskan permasalahan terkait wilayah pesisir Argentina baik dari segi instrumen kebijakan maupun kondisi eksisting di lapangan. Dari permasalahan tersebut, penulis memberikan solusi berupa tahapan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di Argentina. Dari segi alur atau kerangka berpikir, penulis telah menjelaskan secara runtut kondisi, permasalahan hingga solusi terkait wilayah pesisir di Argentina. Namun dari segi proporsi, penjelasan terkait solusi dan penanganan masih kurang detail. Hal ini berbanding terbalik dengan penjelasan terkait karakteristik wilayah pesisir yang dinilai terlalu banyak. Apabila dikaji kembali, judul jurnal ini lebih menekankan pada landasan dasar dalam pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu di Argentina sehingga notabenenya proporsi penjelasannya seharusnya lebih banyak terkait dengan solusi dan penanganan dalam konteks pengelolaan pesisir. 3.1 Relevansi Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia. Argentina dan Indonesia merupakan negara maritim yang sama-sama memiliki panjang garis pantai terpanjang. Dengan kondisi tersebut, wilayah pesisir di kedua wilayah ini menjadi aset berharga dikarenakan menyimpan potensi sumber daya alam yang melimpah. Terkait dengan permasalahan, baik Indonesia maupun Argentina dihadapkan pada permasalahan yang sama antara lain : pencemaran, overeksploitasi, pembangunan tidak berwawasan lingkungan, abrasi serta kepadatan penduduk. Perbedaan keduanya terletak pada instrumen kebijakannya, dimana Argentina dan Indonesia menerapkan pola yang berbeda, antara lain :
Tabel 3. Perbedaan Instrumen Kebijakan di Indonesia dan Argentina

Indonesia Argentina Terdapat kebijakan desentralisasi melalui UU No. 22 Tahun 1999 & UU No. 32 Tahun 2004 Belum terdapat kebijakan yang membagi menyangkut batas kewenangan pemerintah kewenangan antara pemerintah kota, provinsi kabupaten kota, provinsi dan pusat dalam dan nasional pengelolaan wilayah pesisir. Isu-isu pengelolaan pesisir banyak ditangani Isu-isu pengelolaan pesisir selama ini ditangani oleh organisasi dan instansi internasional dalam oleh organisasi dan instansi nasional namun lingkup batas wilayah, sebagai contoh Tratado beda kewenangan sebagai contoh tingkat de Paz y Amistad con Chile (Treaty of Peace and pemerintah provinsi dan daerah. Friendship with Chile) Sudah terdapat organisasi kelembagaan yang fokus terhadap pengelolaan dan perencanaan Belum adanya organisasi kelembagaan khusus pesisir seperti Kementrian Kelautan dan yang fokus terhadap pengelolaan dan Perikanan yang fokus terhadap penelitian dan perencanaan wilayah pesisir pengembangan sumberdaya laut dan pesisir

Baik Indonesia maupun Argentina masih belum maksimal dalam menerapkan konsep pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat, proses pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada masyarakat dalam mengelola sumber dayanya sendiri. Perbedaan instrumen kebijakan diatas secara tidak langsung berdampak pada konsep perencanaan dan pengelolaan pesisir di masing-masing negara. Namun baik di Indonesia maupun di Argentina implementasi konsep pengelolaan pesisir tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh wilayah. Namun hal ini bergantung pada kondisi sumber daya, sosial budaya masyarakat, tingkat perkembangan dan tekanan penduduk di setiap wilayah. Sebagai contoh di wilayah Argentina, terdapat 4 wilayah pesisir yang memiliki karakteristik berbeda-beda antara lain : Great Fluvial Region, La Plata River Region, Pampean dan Patagonian Region. Sedangkan di Indonesia, konsep pengelolaan di Jawa dan Sumatera haruslah berbeda disesuaikan dengan karakteristik masing-masing wilayah. Dalam mencegah instrumen kebijakan pengelolaan pesisir bersifat normatif, maka faktor kemitraan antara seluruh stakeholders dari proses perencanaan hingga evaluasi harus ditumbuhkembangkan. Hal ini sangat penting mengingat baik Indonesia maupun Argentina, masih banyak ditemui instrumen pengendalian yang belum efektif dalam implementasinya.

Gambar 1. Pola Kemitraan Pengelolaan Pesisir dan Lautan

Komponen-komponen yang terlibat dalam kemitraan pengelolaan pesisir antara lain adalah masyarakat lokal, pemerintah (pusat dan daerah), lembaga swadaya masyarakat, media massa, sektor swasta, akademisi dan organisasi internasional. 3.2 Konsep Integrated Coastal Zone Management (ICZM) Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh (comprehensive assessment), merupakan tujuan dan sasaran, kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut dilakukan secara kontinu dan dinamis dengan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi-nudaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah pesisir (stakeholders), daya dukung lingkungan pesisir serta konflik kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.

Apabila dikaitkan dengan konsep dasar dalam pengelolaan pesisir terpadu yang diterapkan di Argentina maka dapat disimpulkan apabila konsep ICZM telah terimplementasikan dalam landasan dasar yang diterapkan di Argentina. Salah satu poin yang masuk dalam konsep ICZM adalah mempertimbangkan aspek masyarakat pengguna wilayah pesisir, dimana poin ini dimplementasikan dalam bentuk partisipasi dan kesadaran masyarakat pesisir di Argentina untuk fokus terhadap isu-isu pesisir. Selain itu untuk menghindari konflik kepentingan dan pemanfaatan dalam pengelolaan pesisir sebagaimana merupakan poin dalam ICZM, juga telah terimplementasikan dalam pembentukan organisasi kelembagaan khusus dan mekanisme interinstitusional untuk kerjasama dan koordinasi. Upaya diatas apabila ditelaah kembali merupakan salah satu bentuk penanganan Argentina dalam menghindari konflik dan tumpang tindih kewenangan. Pengelolaan wilayah pesisir merupakan sebuah siklus dari tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi isu sampai pada monitoring dan evaluasi. Lebih penting lagi pengelolaan pesisir tersebut harus mampu mengatasi permasalahan di wilayah masing-masing. Di wilayah pesisir Argentina, permasalahan yang ditemui di setiap wilayah Great Fluvial Region, La Plata River Region, Pampean dan Patagonian Region berbeda-beda. Apabila dikaitkan dengan konsep ICZM, penanganan dan perencanaan wilayah pesisir merupakan sebuah siklus terpadu dimana setiap tahapan-tahapannya tidak dapat dipisahkan, yang terdiri atas : a. Identifikasi dan analisis terhadap isu-isu lokal wilayah pesisir b. Penetapan tujuan dan persiapan rencana kebijakan dan progam-progam aksi c. Formalisasi melalui jalur hukum, peraturan, kerjasama antara institusi dan mengalokasikan dana untuk pelaksanaannya d. Implementasi dari rencana/progam tersebut e. Monitoring dan evaluasi

Gambar 2. Tahapan Siklus Kebijakan

Siklus kebijakan menempatkan banyak kegiatan dari suatu progam dalam satu sekuen yang logis dan membantu untuk menguraikan keterkaitan yang rumit dari unsur-unsur yang terdapat dalam pengelolaan wilayah pesisir. Berkaitan dengan kondisi tersebut, apabila dikaitkan dengan upaya Pemerintah Argentina dalam meletakkan dasar-dasar pengelolaan pesisir secara terpadu, maka terdapat beberapa tahapan yang telah dilaksanakan, antara lain :

Tabel 4. Tahapan ICZM yang Telah Dilakukan Pemerintah Argentina

Upaya Argentina terkait Pengelolaan Pesisir Terpadu a. Melakukan definisi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sumber daya dan ruang pesisir b. Menciptakan sebuah organisasi kelembagaan khusus c. Membangun sistem keuangan yang sehat d. Pembentukan mekanisme interinstitusional untuk kerjasama dan koordinasi e. Meningkatkan partisipasi dan kesadaran masyarakat pada isu-isu pesisir f. Melakukan pengembangan penelitian, pendidikan, pelatihan dan sistem informasi terkait isu pesisir. g. Melakukan kerjasama internasional untuk berbagi pengalaman.

Relevansi Konsep ICZM Merupakan tahap dari identifikasi dan analisis terhadap isu-isu lokal wilayah pesisir

Merupakan tahap dari formalisasi melalui jalur hukum, peraturan kerjasama antar institusi dan mengalokasikan dana untuk pelaksanaannya

Merupakan tahapan dari rencana kebijakan dan progam-progam aksi Merupakan tahap dari formalisasi melalui jalur hukum, peraturan kerjasama antar institusi dan mengalokasikan dana untuk pelaksanaannya

Berdasarkan tabel diatas, tahapan-tahapan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Argentina dalam konteks pengelolaan pesisir sesuai dengan ICZM telah terimplementasi sebagian. Namun dalam tahapan implementasi dari progam dan monitoring serta evaluasi belum terdapat dalam landasan dasar dalam pengelolaan pesisir terpadu yang digunakan oleh Pemerintah Argentina. Diharapkan dalam menerapkan konsep ICZM, Pemerintah Argentina tidak hanya fokus pada pra kegiatan namun juga mempertimbangkan pasca kegiatan (monitoring dan evaluasi). Secara garis besar, dimensi keterpaduan dalam ICM meliputi lima aspek, yaitu (1) keterpaduan sektor, yaitu perikanan, pariwisata, pertambangan, perhubungan, permukiman, pertanian dan sebagainya ; (2) keterpaduan wilayah/ekologis, yaitu antara daratan dan perairan yang masuk dalam sistem ekologis ; (3) keterpaduan stakeholders dan tingkat pemerintah, yaitu dengan melibatkan seluruh komponen stakeholder yang terdapat di wilayah pesisir dan juga adanya keterpaduan anatar pemerintah pada berbagai level ; (4) keterpaduan antara berbagai disiplin ilmu, yaitu dengan melibatkan seluruh disiplin ilmu yang terkait pesisir dan lautan, seperti ilmu sosial, budaya, fisika, teknik, hukum dan sebagainya ; (5) keterpaduan antar negara, yaitu adanya kerjasama dan koordinasi antar negara dalam mengelola sumber daya pesisir, terutama menyangkut kepentingan manusia. Diharapkan dalam meletakkan dasar-dasar dalam pengelolaan pesisir secara terpadu, Argentina mengimplementasikan kelima konsep keterpaduan dalam ICZM. Hal ini dikarenakan, berdasarkan review yang telah dilakukan Pemerintah Argentina terkesan fokus pada instrumen kebijakan dan kelembagaan sehingga hanya mempertimbangkan aspek keterpaduan stakeholders dan tingkat pemerintah.

PKP IV (RP 1373)

PRELIMINARY BASIS FOR AN INTEGRATED MANAGEMENT PROGAM FOR THE COASTAL ZONE OF ARGENTINA

DISUSUN :

MEDHIANSYAH PUTRA PRAWIRA 3610.1000.66

Anda mungkin juga menyukai