Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGELOLAAN ARSIP FILM DAN KUALITAS LAYANAN

PEGAWAI SINEMATEK INDONESIA

Reagia Satria Masril*), Lydia Christiani

Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengelolaan Arsip Film dan Kualitas Layanan Pegawai Sinematek
Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan arsip film di Sinematek
Indonesia dan kualitas layanan pegawai Sinematek Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang
digunakan yaitu observasi, wawancara kepada informan yang ditentukan dengan metode purposive sampling
dan studi dokumen.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapengelolaan arsip film di Sinematek Indonesia
belum sesuai standar pada penyimpanan arsip film, yaitu suhu ruangan yang tidak sesuai standar penyimpanan
film. Kualitas layanan pegawai Sinematek Indonesia dapat dikatakan baikdan memuaskan pengguna, hanya
Sinematek Indonesia memiliki kekurangan pada sarana dan prasarana.

Kata kunci: pengelolaan arsip film; kualitas layanan; servqual.

Abstract

This study entitled "Analysis of Film Archives Management and Employee Service Quality of Sinematek
Indonesia”. This study aimed to know the management of film archives in Sinematek Indonesia and employee
service quality of Sinematek Indonesia. This research used descriptive qualitative method with case study
approach. Technique of data collecting is observation and interview to the informant by purposive sampling
method and study the document. The result of this research shows that film archive management of Sinematek
Indonesia not according to standards of the film archive storage such as room temperature that do not
according the standard movie storage. Employee service quality of Sinematek Indonesia can be goodand
satisfying users, only the Sinematek Indonesia has deficiency of facilities and infrastructure

Keywords: film archives management; service quality; servqual

------------------------------------------------------------

*)
Penulis Korespondensi
E-mail: Reagias@gmail.com
1. Pendahuluan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
Arsip merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa 2009 dijelaskan film juga perlu dilakukan
yang memiliki fungsi sebagai pusat ingatan, pengarsipan karena arsip film telah menjadi alat
sumber informasi dan sumber sejarah di kemudian komunikasi audiovisual dalam menyampaikan
hari. Arsip membantu kita untuk mengetahui pesan atau menerima pesan.Arsip akan efektif
informasi yang sudah terjadi di masa lampau dan dalam penggunaanya jika dikelola dengan baik
berguna dalam pengambilan suatu keputusan. dan benar. Pengelolaan arsip film menurut ANRI
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 (1996: 22) yang meliputi penerimaan, pengolahan
tentang kearsipan, yang dimaksud dengan arsip dan pelestarian.
adalah rekaman kegiatan dalam berbagai bentuk Penerimaan arsip film berhubungan
dan media sesuai dengan perkembangan teknologi dengan proses pengumpulan menurut Kuiper
informasi dan komunikasi yang dibuat dan (1979: 17)cara-cara utama pengumpulan arsip film
diterima oleh lembaga Negara, pemerintah daerah, adalah pemberian, pertukaran, pembelian,
lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi pinjaman dan penitipan. Pengelolaan arsip film
politik, organisasi kemasyarakatan, dan selanjutnya adalah pengolahan. Pada pengolahan
perseorangan dalam melaksanakan kehidupan langkah-langkah yang dilakukanadalah memeriksa
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. jumlah arsip dan mencocokkan arsip dengan
Perkembangan teknologi saat ini juga daftar. Mekanisme pengolahan arsip yaitu
memperngaruhi perkembangan bentuk arsip, arsip identifikasi arsip, deskripsi arsip, penataan arsip
yang dulunya berupa kertas atau tekstual sekarang dan penyusunan sarana temu balik.
dapat berbentuk media lain.Menurut Wursanto Kegiatan identifikasi arsip meliputi
(1991: 22-23) arsip menurut bentuk atau wujudnya mencari informasi organisasi atau pencipta arsip,
ada beberapa macam, misalnya: Surat, yang memeriksa dan mengelompokkan arsip,
dimaksud dengan surat adalah setiap lembaran mengamati dan menganalisis kegiatan yang
kertas yang berisi informasi atau keterangan yang terekam, mengamati dan menganalisis keterkaitan
berguna bagi penyelenggaraan kehidupan informasi yang terekam dengan arsip kertasnya
organisasi. Contohnya naskah perjanjian atau dan menghitung jumlah arsip.Tujuan identifikasi
kontrak, notulen rapat, kuitansi, kartu pegawai dan arsip untuk memperoleh data tentang pencipta
lain-lain, pita rekaman, piringan hitamdan arsip dan keterkaitan dengan arsip kertasnya.
mikrofilm. Pengertian mikrofilm dalam Peraturan Mekanisme pengolahan arsip selanjutnya
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun adalah deskripsi arsip. Kegiatan deskripsi
1999 adalah film yang memuat rekaman bahan merupakan kegiatan menggambarkan data arsip
tertulis, dan atau tergambar dalam ukuran yang secara menyeluruh, baik data mengenai fisik arsip
sangat kecil. maupun informasi yang terkandung didalamnya.
Arsip yang medianya berbentuk selain Kegiatan ini merupakan kegiatan penataan
arsip kertas atau tekstual sering disebut arsip informasi arsip yang menghasilkan sarana
konvensional, sedangkan arsip yang selain penemuan kembali arsip berupa daftar arsip.
berbentuk kertas disebut arsip bentuk khusus, Kegiatan penataan arsip merupakan
salah satu contoh dari arsip bentuk khusus adalah mekanisme pengolahan setelah kegiatan
arsip pandang dengar (audiovisual).Arsip deskripsi.Rangkaian kegiatan penataan arsip film
audiovisual adalah arsip yang dapat dilihat dan meliputi memeriksa adanya tanda atau disposisi
didengar dengan menggunakan peralatan khusus arsip film yang akan disimpan, memeriksa
yang memiliki bentuk fisik beraneka ragam kelengkapan berkas arsip film, memeriksa kondisi
tergantung pada media teknologi yang digunakan fisik arsip film, memasukkan film ke dalam tempat
pada saat penciptaanya (ANRI, 1996: 3).Menurut film, membuat label pada tutup dan samping
Effendhie (2010: 4) arsip audiovisual terdiri dari tempat film, meletakkan arsip film pada rak secara
arsip gambar statik (still images), arsip citra horizontal dan meletakkan nomor kecil pada
bergerak (moving images) dan arsip rekaman suara tumpukan paling bawah (Kementerian Sekretariat
(sound records). Negara Republik Indonesia, 2011: 12).Mekanisme
Arsip gambar statik adalah arsip yang isi pengolahan yang terakhir adalah penyusunan
informasinya berupa citra diam (still-visual) atau sarana temu kembali. Sarana temu kembali
tidak bergerak. Termasuk dalam kategori arsip merupakan cara menemukan kembali arsip yang
gambar statik adalah foto, slides, gambar dan disusun dalam bentuk daftar arsip. Penyusunan
poster (ANRI, 1996: 3). Bagian arsip audiovisual daftar arsip berpedoman kepada skema pengaturan
selanjutnya adalah arsip citra bergerak. Arsip citra arsip melalui kartu deskripsi dan dilanjutkan
bergerak terdiri dari arsip film dan arsip video. dengan fisik arsipnya.
Perbedaan arsip film dan arsip video terletak pada Pengelolaan arsip film yang terakhir
bahan dasarnya, arsip film memiliki bahan dasar adalah pelestarian.Pelestarian arsip film
film sedangkan arsip video menggunakan pita merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
magnetik sebagai bahan dasar (ANRI, 1996: 3). dengan pengontrolan pada fisik film.Tujuan
pemeliharaan arsip adalah agar informasi dan fisik mengenai film dan perfilman Indonesian.
arsip selalu dalam keadaan baik sepanjang waktu, Sinematek Indonesia tidak hanya sebatas
dalam mencapai tujuan itu perlu tersedia sarana menyimpan copy film dalam berbagai format,
dan prasarana yang dapat menghindari arsip dari tetapi juga terdapat dokumentasi unsur film yang
kerusakan. lain, misalnya skenario, kliping berita, majalah,
Pengelolaan arsipdilakukan dalam hal poster film, foto terkait proses produksi film,
penggunaan arsip selanjutnya. Pada penggunaan sampai dengan pasca produksi film.Sinematek
arsip terdapat pelayanan peminjaman. Arsip akan Indonesia memiliki tujuan sebagai aktifitas
efektif dalam penggunaanya jika dikelola dengan kebudayaan yang aktif dan lazimnya menjadi
baik dan benar. Pengelolaan arsip harus pusat studi dan pusat aktifitas pengembangan
dilaksanakan oleh badan yang memberikan titik budaya sinema. Sinematek Indonesia sengaja
perhatian dalam pengurusan arsip. Berdasarkan dijadikan sarana bagi perkembangan perfilman
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1990 bab III nasional, karena itu jenis koleksi film dan koleksi
tentang pengelolaan hasil serah-simpan karya dokumentasinya menjadi berbeda dengan arsip
cetak dan rekam, disebutkan bahwa karya rekam film pada umumnya di dunia.
atau karya cetak diserahkan dan disimpan Penelitian yang menjadikan Sinematek
berdasarkan Undang-Undang dilakukan oleh Indonesia sebagai objek penelitian beberapa telah
Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah dilakukan peneliti sebelumnya. Seperti penelitian
yang menerimanya, atau badan lain yang yang dilakukan Rifka Rifiana (2011) yang
ditetapkan oleh pemerintah dalam hal karya rekam berjudul kerjasama pelestarian film: studi kasus di
yang berupa film cerita atau dokumenter. Sinematek Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan
Kegiatan pengelolaan berkaitan dengan mengkaji kerjasama yang dilakukan Sinematek
pendanaan. Pendanaan untuk lembaga kearsipan Indonesia dalam pelestarian film. Selain itu
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 43 penelitian lain pernah dilakukan oleh Friska
Tahun 2009 tentang Kearsipan yang menyebutkan Melinda Rizqi (2012) yang berjudul
dana penyelenggaraan kearsipan dialokasikan tingkatvinegar syndrome film asetat berdasarkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kondisi lingkungan di Sinematek Indonesia. Fokus
(APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja penelitian Friska pada kerusakan koleksi film
Daerah (APBD) . Lembaga kearsipan yang asetat di Sinematek Indonesia yang dipengaruhi
dijelaskan menurut Undang-Undang Nomor 43 oleh kondisi lingkungan yang ada di sana.
Tahun 2009 tersebut terdiri dari Arsip Nasional Penelitian yang mengkaji tentang kualitas layanan
Republik Indonesia (ANRI), arsip daerah provinsi, Sinematek Indonesia belum pernah dilakukan,
arsip daerah kabupaten atau kota dan arsip oleh karena itu dalam penelitian ini akan
perguruan tinggi. Lembaga arsip diluar dari yang membahas tentang kualitas layanan pegawai
disebutkan Undang-Undang tersebut tidak Sinematek Indonesia.
termasuk kedalam lembaga kearsipan, artinya Sinematek Indonesia berada di gedung
pengelolaannya tidak didanai oleh APBN atau Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI) jalan
APBD. H. R. Rasuna Said Kav. C22 dengan fasilitas:
Dari uraian tersebut dapat diketahui kantor, sekretariat, bioskop mini, ruang
bahwa pengelolaan arsip tidak hanya dilakukan perpustakaan dan ruang penyimpanan dan
oleh lembaga pemerintahan saja, tapi juga badan perawatan film.Sinematek Indonesia berada di
lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H.
satu contoh lembaga non pemerintah yang Usmar Ismail (YPPHUI). Sinematek Indonesia
melakukan pengelolaan arsip film adalah dipimpin oleh seorang kepala yang dibawahi oleh
Sinematek Indonesia. Sinematek Indonesia adalah enam bagian, berikut struktur organisasi
lembaga non profit yangdi dukung oleh Sinematek Indonesia.
pemerintah DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta
yang memusatkan kegiatannya dalam pengarsipan
dan pendokumentasian perfilman. Sejak berdiri
tahun 1975, Sinematek Indonesia adalah lembaga
arsip film pertama di Asia Tenggara. Sinematek
Indonesia tergabung dalam Federation
Internation- ale des Archives du Film (FIAF) pada
tahun 1977, dan tahun 1997 bergabung pula dalam
South East Asia-Pacific Audio Visual Archives
Association (SEAPAVAA).
Sinematek Indonesia merupakan pusat
data dan informasi perfilman yang terlengkap Gambar 1. Struktur Organisasi Sinematek
dibanding lembaga arsip film lain di Indonesia, Indonesia (Sinematek Indonesia, 2016)
maka disinilah berpusat kegiatan penelitian
dikatakan berkualitas jika tidak terdapat
Pegawai Sinematek Indonesia saat ini kesalahan.
berjumlah sebelas orang, yang terdiri dari dua 3. Kesopanan dan keramahan dalam
orang bagian kesekretariatan, dua orang bagian memberikan pelayanan. Sikap ramah dan
data umum, dua orang bagian audiovisual, satu sopan menjadi faktor lain yang menentukan
orang bagian poster, dua orang bagian layanan berkualitas atau tidak.
perpustakaan, satu orang bagian perawatan dan 4. Kemudahan mendapatkan pelayanan,
satu orang office boy (OB) yang juga ikut misalnya banyaknya petugas yang melayani
membantu dibagian perawatan film. Bagian dan banyaknya fasilitas pendukung seperti
perawatan film juga melakukan penyimpanan film komputer, fasilitas yang lengkap akan
dalam kegiatan pengelolaan arsip film di menentukan kualitas pelayanan.
Sinematek Indonesia. 5. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan,
Pada pengelolaan arsip, sumber daya berkaitan dengan lokasi, ruang tempat
manusia yang bertugas dalam pengelolaan arsip pelayanan, tempat parkir, ketersediaan
dapat disebut petugas arsip. Menurut Widjaja informasi dan lain-lain.
(1993: 92) petugas arsip adalah pegawai yang 6. Atribut pendukung pelayanan lainya seperti
bertugas menjaga dan memelihara suatu arsip. ruang tunggu ber AC dan kebersihan.
Petugas arsip perlu pelatihan di bidang kearsipan,
sebab mereka harus mempunyai keterampilan Kualitas layanan dipengaruhi oleh dua
dalam teknis, dan perlu diberikan orientasi di faktor utama yaitu jasa yang diinginkan (expected
bidang tersebut, sehingga mereka dapat service) dan jasa yang diterima (perceived
mengembangkan kemampuannya dalam tugas service). Layanan yang dikatakan baik dan
sehari-hari. Petugas arsip yang telah mengikuti memuaskan apabila layanan yang diterima
pelatihan tentang kearsipan nantinya dapat disebut pengguna sudah sesuai dengan layanan yang
arsiparis. Seperti yang dijelaskan menurut diinginkan. Begitu sebaliknya, jika layanan yang
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang diterima tidak sesuai dengan yang diinginkan
Kearsipan bahwa untuk menjadi seorang maka dikatakan layanan tidak baik atau tidak
arsiparisseseorang harus memiliki kompetensi di memuaskan. Terdapat berbagai metode
bidang kearsipan yang diperoleh melalui pengukuran kualitas layanan seperti Nordic model,
pendidikan formal atau pelatihan tentang Servqual model, Multilevel model dan
kearsipan. Hierarchical model.
Pengelolaan arsip film yang dimulai dari Model Nordic merupakan konsep awal
penerimaan, pengolahan sampai pelestarian harus pada kualitas layanan yang dikemukakan oleh
dilakukan oleh petugas arsip yang berkompeten Gronroos pada tahun 1984. Model tersebut
dan memiliki keterampilan mengenai pengelolaan mendefinisikan hasil kualitas layanan dari apa
arsip film, karnaa pengelolaan akan yang diterima pengguna dan proses kualitas
mempengaruhi kualitas layanan arsip film. Yang layanan yang diterima pengguna. Model Nordic
menjadi faktor penentu kualitas layanan adalah didasarkan pada paradigma dengan
petugas pelayanan, karena petugas yang langsung membandingkan kinerja dan layanan yang
berhadapan dengan pengguna layanan. Jadi diharapkan, model ini mengukur teknis dan fungsi
Petugas layanan harus memiliki profesionalisme kualitas. Tahun 1994 Rust dan Oliver
bagaimana cara memberikan pelayanan yang memperbaiki model nurdic menjadi tiga
sebaik-baiknya kepada pengguna. Penilaian komponen yaitu produk layanan, layanan yang
kualitas layanan bukan didasari dari pengakuan diinginkan dan lingkungan layanan.
atau penilaian pemberi pelayanan, tetapi diberikan Model selanjutnya adalah model servqual
oleh pelanggan atau pihak yang menerima yang merupakan perbaikan dari model nurdic,
pelayanan. Layanan atau pelayanan dapat model ini dikemukakan oleh Parasuraman,
dikatakan berkualitas apabila pelayanan tersebut Zeithaml dan Berry pada tahun 1985. Model
dapat memenuhi kebutuhan dan harapan servqual mengalami banyak perbaikan dari awal
masyarakat yang menggunakan layanan tersebut. model ini dikemukakan. Pada tahun 1988
Ciri-ciri yang menentukan kualitas Parasuraman et al mengemukakan bahwa model
pelayanan publik menurut Tjiptono (1995: 25) servqual menggunakan 5 dimensi yaitu:
yaitu: reliability, responsiveness, assurance, empathy
1. Ketepatan waktu pelayanan yang meliputi dan tangibility.
waktu tunggu dan waktu proses. Layanan Dimensi pertama adalah Realibilitas
yang berkualitas adalah layanan yang cepat (reliability), berkaitan dengan kemampuan dalam
dan tidak membutuhkan waktu yang lama memberikan layanan sesuai dengan apa yang
2. Akurasi pelayanan, yang meliputi bebas dari dijanjikan dengan akurat, cepat, memuaskan tanpa
kesalahan. Selain cepat, sebuah layanan dapat membuat kesalahan apapun dan standar
operasional yang telah ditetapkan menjadi
tanggung jawab kepada pengguna layanan. Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu ingin
Dimensi selanjutnya Daya tanggap menggambarkan bagaimana pengelolaan arsip film
(responsiveness), berhubungan dengan layanan dan kualitas layanan arsip pegawai Sinematek
yang cepat, kecepatan layanan akan membuat Indonesia.Cakupan populasi dalam penelitian ini
pengguna merasa puas. Karena ciri-ciri seorang adalah kepala Sinematek Indonesia, pegawai
profesional adalah memiliki daya tanggap yang Sinematek Indonesia bagian penyimpanan dan
cepat atau responsif. perawatan film Sinematek Indonesi dan pengguna
Dimensi ketiga dalam servqual adalah layanan Sinematek Indonesia.
jaminan (assurance), penyedia layanan harus Adapun pemilihan sampel pada penelitian
memiliki kemampuan menguasai pengetahuan dan ini menggunakan metode purposive sampling
keterampilan yang dibutuhkan, kesopanan, sifat dengan pertimbangan pemilihan informan yakni
yang dapat dipercaya pengguna layanan sehingga informan yang mengetahui tentang Sumber Daya
pengguna merasa nyaman dalam memanfaatkan Manusia (SDM) di Sinematek Indonesia,
layanan. Selanjutnya dimensi empati (emphaty), mengetahui pengelolaan arsip film Sinematek
berkaitan dengan sikap respon terhadap apa yang Indonesia dan seseorang yang pernah
dibutuhkan oleh pengguna layanan. Penyedia menggunakan layanan Sinematek Indonesia.
layanan harus mengkondisikan apa yang dirasakan Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
oleh pengguna, dan pegawai mampu observasi partisipan, wawancara struktur dan tidak
berkomunikasi dengan baik. Dimensi terakhir terstruktur dan studi dokumen.Metode analisis
adalah Bukti fisik (tangibles), daya tarik lain suatu data yang digunakan, yaitu metode analisis data
layanan mencakup keadaan fisik, perlengkapan deskriptif, dengan teknik analisis data berupa
atau fasilitas serta penampilan petugas. reduksi data, penyajian data, penarikan
Model terbaru yang menggabungkan kesimpulan dan verifikasi.
model Nordic, model servqual dan model
multilevel adalah hierarchical model yang 3. Hasil dan Pembahasan
dikemukakan oleh Brady dan Cronin pada tahun Penulis memaparkan hasil dan pembahasan
2001. Model ini meningkatkan servqual dengan mengenai pengelolaan arsip film Sinematek
menentukan apa yang dibutuhkan untuk menjadi Indonesia dan kualitas layanan pegawai Sinematek
reliability, responsiveness, assurance, empathy Indonesia pad sub bab dibawah ini
dan tangibility. Brady dan Cronin mengadopsi 3.1 Koleksi Arsip Film Sinematek Indonesia
persepsi kualitas layanan berdasarkan evaluasi Sinematek Indonesia memiliki beragam koleksi,
oleh pelanggan dalam 3 dimensi yaitu kualitas secara jelas disebutkan bahwa Sinematek
interaktif, kualitas lingkungan fisik dan hasil Indonesia adalah lembagaarsip film. Oleh karena
kualitas. itu semua koleksinya berhubungan dengan film,
Penelitian sejenis yang menggunakan antara lain seperti Undang-Undang perfilman,
model servqual dalam mengetahui kualitas arsip tentang organisasi-organisasi film, skenario
layanan telah banyak digunakan dalam penelitian. film dan sinetron sejak tahun 1970-an hingga
Salah satu penelitian yang terbaru, buku mengenai film, fotografi atau
menggunakanservqualyang pernah dilakukan oleh komunikasi, foto di belakang layar proses
Jui-Chi Chang pada tahun 2008 dalam jurnal of pembuatan film, foto peristiwa perfilman, majalah
Vacation Marketing, penelitian tersebut berjudul film dalam dan luar negeri, poster, kliping berita
“Taiwanese tourists’ perceptions of service quality perfilman, biografi, data organisasi
on outbound guided package tour: A qualitative perfilman,kasus-kasus yang berhubungan dengan
examination of the SERVQUAL dimensions”. film, data perusahaan film dan tentunya arsip film.
Penelitian ini dilakukan di Taiwan dengan tujuan Sinematek Indonesia juga memiliki
untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap koleksi beberapa alat film seperti proyektor dan
kualitas layanan pada paket tour. Penelitian yang kamera. Peralatan film seperti proyektor dan
dilakukan Jui-Chi Chang ini tidak menggunakan kamera berfungsi untuk melihat dan mendengar
kuesioner tapi menggunakan pendekatan kualitatif arsip audiovisual yang dimiliki Sinematek
untuk mengetahui kualitas layanan menurut Indonesia, namun saat ini beberapa alat seperti
peserta tour. proyektor dan kamera tersebut tidak dapat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui digunakan karena sudah rusak dan saat ini hanya
bagaimana pengelolaan arsip film Sinematek menjadi koleksi pajangan di Sinematek Indonesia.
Indonesia dan mengetahui kualitas layanan Koleksi Sinematek Indonesia didasarkan pada
pegawai Sinematek Indoneisa. Dari metode konten yang berhubungan dengan film, sehingga
pengukuran kualitas layanan yang dijelaskan apapun yang berhubungan dengan film akan
sebelumnya, dipilih metode Servqualuntuk menjadi koleksi Sinematek Indonesia. Namun
mengukur kualitas layanan. Sinematek Indonesia memang memfokuskan
koleksi utamanya pada arsip film, baik film
2. Metode Penelitian dokumenter ataupun film cerita. Arsip film yang
ada di Sinematek Indonesia berbeda dengan arsip
film yang disimpan dan dikelola di lembaga arsip Tabel 1. Koleksi Film Milik Sinematek Indonesia
lainya. Perbedaan arsip film itu Sinematek (Sinematek Indonesia, 2016)
Indonesia dengan lembaga arsip film lainya karena
Sinematek Indonesia akan menyimpan film Jenis Film Ukuran Jumlah
apapun yang diperoleh tanpa melalui proses
seleksi, namun tetap memeriksa dan melakukan Dokumenter 16 mm 190Judul
pengecekan kondisi film tersebut. warna 35 mm 27 Judul
Pengecekan kondisi film untuk
mengetahui apakah ada kerusakan dari film
tersebut, film yang kondisinya terlalu parah dan Dokumenter hitam 16 mm 81 Judul
tidak dapat diperbaiki lagi maka tidak akan putih 35 mm 40 Judul
diterima. Pengecekan film yang dilakukan Film cerita warna 16 mm 67 Judul
pegawai Sinematek Indonesia sebelum film 35 mm 293Judul
tersebut diterima dan disimpan di Sinematek
Indonesia tujuannya adalah untuk melihat kondisi Film cerita hitam 16 mm 18 Judul
film apakah masih layak disimpan atau tidak. putih 35 mm 59 Judul
Arsip film yang ada di Sinematek
Negatif warna 35 mm 310 Judul
Indonesia terdiri dari arsip film milik Sinematek
Indonesia dan titipan dari production house.Arsip Negatif hitam 35 mm 92 Judul
film milik Sinematek Indonesia berasal dari putih
pembelian yang dilakukan pada saat awal
berdirinya Sinematek Indonesia. Namun pada saat
Jumlah koleksi film Sinematek Indonesia
sekarang ini penambahan koleksi hanya melalui
diatas merupakan data lama yang belum kembali
titipan dari production house. Pembelian koleksi
diperbaharui. Kendala keterbatasan pegawai dan
yang membutuhkan biaya yang besar tidak dapat
waktu membuat perhitungan koleksi film tidak
lagi dilakukan karena keterbatasan dana yang
dapat dilakukan secara berskala, jumlah koleksi
dimiliki Sinematek Indonesia saat ini.
arsip film Sinematek Indonesia dihitung
Sinematek Indonesia menetapkan donasi
berdasarkan judul film. Berdasarkan tabel tersebut
kepada pihak production house yang menitipkan
dapat dilihat jenis koleksi film milik Sinematek
koleksi filmnya, dan apabila film yang dititipkan
Indonesia terdiri dari film dokumenter warna dan
juga dilakukan perawatan maka akan ada biaya
hitam putih, film cerita warna dan hitam putih, dan
tambahan. Donasi yang ditetapkan dimaksudkan
negatif film warna dan hitam putih, dan untuk
untuk kontribusi production house kepada
ukuran arsip film Sinematek Indonesia terdiri dari
Sinematek Indonesia, dan jumlah donasi tidak
ukuran 16 mm dan 35 mm.Film ukuran 35 mm
ditentukan oleh Sinematek Indonesia, dikarenakan
yang ada di Sinematek Indonesia memiliki kotak
donasi hanya bersifat seikhlasnya. Donasi
berbahan plastik, sedangkan film ukuran 16 mm
diberikan pada saat pihak production house
masih memiliki tempatberbahan besi atau seng.
mengambil filmnya. Pengambilan film hanya
Bahan plastik yang digunakan lebih bagus dari
bersifat peminjaman.Pada awal berdirinya,
pada kotak dengan bahan besi atau seng.
Sinematek Indonesia memperoleh bantuan dana
Seperti yang dijelaskan sebelumnya
dari Kementerian Penerangan Indonesia, namun
koleksi film yang ada di Sinematek Indonesia juga
sejak Kementerian Penerangan tidak ada,
berasala dari titipan.Koleksi arsip film Sinematek
Sinematek Indonesia memperoleh dana dari
Indonesia yang berasal dari titipan production
yayasan dan sumbangan dari pihak-pihak swasta.
house dapat dilihat pada tabel berikut,
Salah satu contoh sumbangan dari pihak swasta
yakni berasal dari Pemerintah Jepang yang berupa
Tabel 2. Koleksi Film Titipan di Sinematek
alat pengecekkan film.
Indonesia (Sinematek Indonesia, 2016)
Arsip film yang ada di Sinematek
Indonesia Setiap judulnya terdiri dari beberapa
copy, satu judul film bisa terdapat 4-5 copy Nama PH Jumlah Keterangan
filmnya. Pembuatan beberapa copy film (production Film
dimaksudkan untuk backup dari film tersebut, jika house)
terjadi kerusakan atau kehilangan maka masih
MD 41 Negatif warna 35 mm
terdapat cadangan, data koleksi film Sinematek
JUDUL
Indonesia disimpan pada komputer.
Koleksi arsip film milik Sinematek Jatayu Film 19 Negatif warna 35 mm
Indonesia sendiri dapat dilihat pada tabel berikut JUDUL
yang berisi tentang jenis film, ukuran film dan
jumlah film, Karya Set 1 Negatif warna 35 mm
Film JUDUL Sinematek Indonesia yang bertugas di bagian
penyimpanan dan perawatan film.
PT. Wana 1 Negatif warna 35 mm
“B” JUDUL 3.2 Pengelolaan Arsip Film Sinematek
Indonesia
Dipajaya 13 Negatif warna 35 mm
Pengelolaan arsip film Sinematek Indonesia
Film JUDUL
dilakukan oleh pegawai bagian penyimpanan dan
Prasidi Film 9 Negatif warna 35 mm pemeliharaan film. Saat ini pegawai Sinematek
JUDUL Indonesia merupakan pegawai lama yang telah
bekerja kurang lebih selama 20 tahun, diketahui
Multivision 12 Negatif warna 35 mm bahwa sumber daya manusia yang ada di
Plus JUDUL Sinematek Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab
Imagin Film 82 Negatif warna 35 mm itu terkadang seorang pegawai memiliki beberapa
tugas, seperti rangkap jabatan. Beberapa pegawai
JUDUL
yang telah memasuki masa pensiun tidak dicarikan
Kopina Film 18 Realesed copy 16 mm pengganti, hal itu dikarenakan beberapa faktor
JUDUL salah satunya adalah danadalam membayar gaji
pegawai. Selain itu, beberapa pegawai baru tidak
Demi Gesila 6 Realesed copy 35 mm
mampu bertahan lama karena ketidaksesuaian gaji
JUDUL
yang diberikan dengan pekerjaan yang dilakukan.
PT. Rafilm 52 Negatif Hitam Putih Pada pengelolaan arsip film, bagian
JUDUL 35 mm perawatan film merupakan bagian paling penting
28 Realesed copy dari Sinematek Indonesia, namun Sinematek
JUDUL 35 mm Indonesia saat ini hanya memiliki satu pegawai
yang khusus pada bagian penyimpanan dan
Mizan Film 3 Realesed copy pemeliharaan film.Pegawai Sinematek Indonesia
JUDUL tidak memiliki latar belakang pendidikan yang
Investasi 6 Realesed copy khusus dalam bidang arsip film. Diketahui bahwa
Film JUDUL rata-rata pendidikan pegawai Sinematek Indonesia
Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Atas, lebih
lanjut dijelaskan bahwa dalam perekrutan pegawai
Virgo Putra 17 Negatif 35 mm Sinematek Indonesia tidak ada kriteria khusus
Film JUDUL yang ditetapkan, hanya pegawai tersebut
diharapkan memiliki keinginan untuk belajar dan
Garuda Film 17 Negatif 35 mm bekerja. Selain itu latar belakang pendidikan juga
JUDUL tidak menjadi penentu dalam perekrutan
Parkit Film 300 Negatif Warna/Hitam pegawai.Oleh karena itu pegawai Sinematek
JUDUL Putih dan Realesed Indonesia tidak disebut arsiparis, tetapi dapat
copy disebut petugas arsip
Pegawai Sinematek Indonesia tidak
Pada tabel tersebut juga dapat dilihat film diberikan pelatihan dalam mengelola arsip film
yang berbentuk realesed copy dan negatif. dikarenakan sejak awal Sinematek Indonesia
Perbedaannya adalah arsip film negatif adalah film berdiri, pegawai bagian perawatan film telah
yang terpisah antara gambar dan suara, sedangkan mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP)
realesed copy adalah film yang gambar dan suara dan prosedur perawatan arsip film dari FIAF.
telah menjadi satu atau bisa diputar menggunakan Hingga saat ini pegawai Sinematek Indonesia
pemutar film.Data koleksi arsip film yang berasal hanya mengikuti prosedur yang ada. Diketahui
dari titipan production house juga tidak bahwa Sinematek Indonesia melakukan perawatan
diperbaharui oleh pegawai Sinematek arsip filmnya dengan mengikuti pengelolaan arsip
Indonesia.Meskipun demikian penambahan film yang diterapkan organisasi arsip film dunia
koleksi arsip film tidak terlalu banyak sehingga tersebut. Bagian perawatan film Sinematek
data jumlah koleksi arsip film tidak terlalu banyak Indonesia menjalankan prosedur sesuai dengan
berubah. informasi yang diperoleh dari FIAF, namun
Koleksi arsip film Sinematek Indonesia diketahui bahwa Sinematek Indonesia tidak
yang berjumlah banyak tersebut, perlu dilakukan mampu melakukan semua prosedur yang
pengelolaan. Pengelolaan akan membuat arsip film ditetapkan karena beberapa kendala, seperti biaya
yang ada menjadi terpelihara dan dapat digunakan yang terbatas dan fasilitas yang tidak dimiliki oleh
sewaktu diperlukan. Pengelolaan arsip film Sinematek Indonesia.
Sinematek Indonesia dilakukan oleh pegawai Proses pengelolaan arsip film dimulai
dari penerimaan film. Ketika film tersebut datang
langsung dilakukan pengecekan kondisi film. dikembalikan, akan dilakukan pengecekan kondisi
Pengecekan terdiri dari kualitas filmnya, apakah arsip film kembali. Pengecekan dilakukan untuk
film tersebut baret atau terdapat noda bercak melihat kondisi film dan gulungan film.
minyak. Selanjutnya pengecekan panjang film, Pengelolaan arsip film Sinematek
durasi film dan lain-lain. pengecekan film Indonesia yang belum sepenuhnya dilakukan
dilakukan dengan menggunakan alat pengecekan sesuai standar, disebabkan oleh kendala dana dan
film yang berasal dari sumbangan pemerintah perlengkapan yang tidak memadai. Selain itu
Jepang. kendala sumber daya manusia atau pegawai
Setelah proses pengecekan dilakukan, Sinematek Indonesia yang tidak memiliki latar
film yang masuk akan disimpan dalam ruang belakang pendidikan dalam mengelola arsip film
penyimpanan. Ruang penyimpanan film dan perlengkapan yang kurang dimiliki Sinematek
Sinematek Indonesia memiliki suhu 19 derajat Indonesia akan mempengaruhi kualitas layanan,
celcius, dengan kelembapan 30%. Suhu tersebut mengingat pelayanan merupakan faktor penting
tidak sesuai dengan standar ruang penyimpanan karena Sinematek Indonesia memiliki tujuan
arsip film, Suhu ruang penyimpanan arsip film sebagai pusat data dan informasi perfilman
yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada terlengkap di Indonesia. Pelayanan yang baik akan
arsip film.Kondisi ini dikarenakan pendingin memuaskan pengguna, maka dari itu perlu
ruangan yang tidak berfungsi secara diketahui kualitas layanan pegawai Sinematek
maksimal.Kerusakan alat pendingin yang ada di Indonesia.
Sinematek Indonesia sudah berlangsung cukup
lama, namun belum diperbaiki. Kendala yang 3.3 Kualitas Layanan Pegawai Sinematek
dihadapi adalah biaya perawatan yang tidak Indonesia
mencukupi untuk memperbaiki alat pendingin. Layanan arsip film Sinematek Indonesia
Penataan arsip film Sinematek Indonesia dimanfaatkan oleh pengguna yang berasal dari
di ruang penyimpanan dilakukan berdasarkan berbagai latar belakang seperti mahasiswa yang
ketentuan yang dibuat oleh Sinematek Indonesia melakukan study your, komunitas film, perwakilan
sendiri. film diberikan kode penempatan dan production house, peneliti dan sebagainya.
diurutkan berdasarkan waktu kedatangan. Pengunjung Sinematek Indonesia yang beragam
Sedangkan untuk arsip film yang berasal dari tersebut, mengharapkan pegawai Sinematek
titipan production house akan dikelompokkan Indonesia untuk mampu memberikan layanan
sesuai nama production house nya.Kondisi ruang yang baik, mengingat tujuan Sinematek Indonesia
penyimpanan arsip film Sinematek Indonesia saat yang merupakan pusat data dan arsip film yang
ini sudah melebihi kapasitas, sehingga beberapa banyak dijadikan sebagai tujuan dalam
film diletakkan dilantai. memperoleh informasi tentang dunia film.
Sinematek Indonesia melakukan Pada penelitian ini digunakan model servqual
pengecekan dan perawatan film dengan jangka untuk melihat kualitas layanan Sinematek
waktu setiap 3 bulan sekali. Namun apabila Indonesia. Pada servqual ada 5 dimensi yaitu
kondisi arsip film tidak terlalu parah, maka Reabilitas (reliability), daya tanggap
perawatan akan dilakukan 6 bulan sekali. (responsiveness),jaminan (assurance), empati
Kerusakan film Sinematek Indonesia yang parah (emphaty)dan bukti fisik (tangibles).
dan tidak dapat diperbaiki lagi, akan masuk ke 1. Reabilitas (reliability)
proses pembuangan atau pemusnahan. Kendala Reliabilitas berkaitan dengan keakurat, kecepatan
tempat pembakaran yang tidak dimiliki Sinematek dan kepuasan pengguna tanpa membuat kesalahan
Indonesia mengakibatkan proses pemusnahan apapun. Pelayanan yang diberikan pegawai
arsip film yang sudah rusak menjadi terhambat, Sinematek Indonesia kepada pegguna tidak
sehingga beberapa arsip film yang telah rusak memiliki masalah, pengguna merasa puas dengan
diletakkan digudang. pelayanan yang diberikan. Pegawai Sinematek
Peminjaman arsip film merupakan salah Indonesia telah memberikan layanan yang sesuai
satu pelayanan dari Sinematek Indonesia. dengan apa yang diharapkan pengguna.
Peminjaman arsip film Sinematek Indonesia Berdasarkan hasil wawancara kepada
dilakukan dengan proses yang cukup sederhana. pengguna layanan Sinematek Indonesia, diketahui
Pihak yang akan meminjam koleksi film bahwa pegawai Sinematek Indonesia telah
Sinematek Indonesia hanya perlu menyerahkan memenuhi dimensi reablitias.Pegawai Sinematek
surat peminjaman dan menyertakan judul film Indonesia telah memberikan pelayanan yang
yang ingin dipinjam. Bagi Production house yang sesuai dan terpercaya, sikap cepat pegawai dalam
meminjam film yang dititipkanya akan dikenakan memberikan layanan dan kepuasan bagi pengguna
donasi dengan besaran yang tidak ditetapkan, akan layanan Sinematek Indonesia.
tetapi peminjaman arsip film oleh komunitas film 2. Daya tanggap (responsiveness),
atau mahasiswa tidak dikenakan donasi. Arsip film Dimensi daya tanggap berkaitan dengan
Sinematek Indonesia yang dipinjam dan telah keakuratan dalam memberikan dan menyampaikan
informasi dan memiliki respon yang baik.Pegawai Kualitas layanan arsip film Sinematek
Sinematek Indonesia memiliki kemampuan yang Indonesia dapat dikatakan baik, seperti kepuasan
baik dalam memberikan pelayanan.Berdasarkan dari pengguna layanan karena keakuratan dan
hasil wawancara kepada pengguna diketahui kecepatan dari pegawai Sinematek Indonesia.
bahwa pegawai Siematek Indonesia memiliki Sikap respon yang baik yang dimiliki pegawai
respon yang baik dan juga memiliki kecepatan Sinematek Indonesia menunjukkan sikap
dalam memberikan informasi kepada profesional dalam bekerja. Hal itu juga di dukung
pengguna.Hal ini menunjukkan bahwa pegawai dengan pengetahuan yang baik yang dimiliki
Sinematek Indonesia telah memenuhi dimensi pegawai. Penampilan pegawai Sinematek
daya tanggap. Indonesia sudah dikatakan sopan dengan
3. jaminan (assurance) menggunakan seragam pegawai yang telah
Dimensi jaminan diketahui telah dipenuhi oleh ditentukan. Kualitas layanan arsip film Sinematek
pegawai Sinematek Indonesia. Hal ini didasarkan Indonesia hanya memiliki kekurangan pada sarana
pada hasil wawancara dengan pengguna yang dan prasarana pendukung layanan. Kekurangan
menyebutkan bahwa pegawai Sinematek Indonesia sarana dan prasarana seperti lift yang memiliki
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang masalah dan alat pemutar film yang belum
baik, pegawai Sinematek Indonesia memperoleh dimiliki Sinematek Indonesia.
pengetahuan secara mandiri, dengan membaca dan
mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan 4. Simpulan
perawatan dan pengelolaan arsip film secara Pada penelitian ini diperoleh hasil penelitian
otodidak. Informasi disampaikan dengan jelas dan tentang pengelolaan arsip film dan kualitas
sangat detail oleh pegawai Sinematek Indonesia. layanan pegawai Sinematek Indonesia, yang
Kesesuaian informasi yang disampaikan dengan disimpulkan sebagai berikut:
apa yang diinginkan pengguna membuktikan 1. Sinematek Indonesia telah melaksanakan
bahwa pegawai Sinematek Indonesia memiliki keseluruhan pengelolaan arsip film.Akan
pengetahuan yang baik. Sehingga pengguna tetapi terdapat kekurangan dalam pengelolaan
merasa nyaman dalam memanfaatkan layanan arsip film di Sinematek Indonesia. Seperti
Sinematek Indonesia. ruang penyimpanan arsip filmbelum sesuai
4. Empati (emphaty) standaryaitu suhu ruang penyimpanan yang
Dimensi empati berkaitan dengan respon yang cukup tinggi yang dapat merusak arsip film.
baik kepada pengguna dan memiliki komunikasi Selain itu kapasitas ruang penyimpanan arsip
yang baik kepada pengguna.Berdasarkan hasil film yang telah penuh yang tidak dapat lagi
wawancara dengan pengguna layanan Sinematek menampung arsip film, sehingga arsip film
Indonesia diketahui bahwa pegawai Sinematek diletakkan di lantai. Hal ini juga dapat
Indonesia telah memenuhi kriteria dimensi merusak fisik dari arsip film tersebut.kendala
servqual yaitu empati.Hal ini ditunjukkan dengan tersebutdisebabkan oleh keterbatasan dana,
sikap respon kepada pengguna dan penyampaian sarana dan prasarana dan tempat
informasi yang sangat jelas dan detail. penyimpanan.
5. Bukti fisik (tangibles) 2. Sinematek Indonesia memiliki pegawai
Dimensi terkahir adalah bukti fisik.Dimesi bukti bagian penyimpanan dan perawatan film yang
fisik berkaitan dengan kelengkapan sarana dan tidak memiliki pendidikan atau mendapatkan
prasarana dan penampilan dari pegawai.Sinematek pelatihan mengenai pengelolaan arsip film,
Indonesia merupakan salah satu lembaga penyedia namun kualitas layanan pegawai Sinematek
arsip film yang memiliki koleksi film paling Indonesia dapat dikatakan dengan baik, bagus
lengkap diantara lembaga arsip film lainnya. dan memuaskan pengguna.Pegawai
Perlengkapan sarana dan prasarana yang Sinematek Indonesia telah memenuhi lima
menunjang pelayanan arsip film Sinematek dimensi servqual yang terdiri dari reabilitas,
Indonesia kepada pengguna dirasakan masih daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik.
memiliki beberapa kekurangan. Diketahui bahwa Sikap cepat tanggap pegawai menunjukkan
pengadaan alat-alat yang dibutuhkan untuk bahwa pegawai Sinematek Indonesia adalah
pemutaran film harus diperhatikan oleh Sinematek pegawai yang professional. Pegawai
Indonesia. Selain itu prasarana yang terdapat di Sinematek Indonesia juga memiliki
Sinematek Indonesia juga harus menjadi perhatian pengetahuan yang baik dan menyampaikan
seperti lift yang memiliki sedikit informasi kepada pengguna dengan jelas dan
masalah.Berdasarkan hasil wawancara dengan detail. Penampilan pegawai dengan
para informan diketahui bahwa penmpilan menggunakan seragam menunjukkan
pegawai Sinematek Indonesia sudah menunjukkan kesopanan dan kerapian. Akan tetapi terdapat
kerapian dan kesopanan yang menunjang kualitas kekurangan pada sarana dan prasarana di
layanan pegawai arsip film Sinematek Indonesia. Sinematek Indonesia
item_scale_for_measuring_consumer_per
ception_of_service_quality.

Daftar Pustaka Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-


Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
ANRI. 1996. Buku Pedoman Pengelolaan Arsip Kearsipan. Jakarta: Republik Indonesia.
Media Baru. Jakarta: ANRI.
Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik
Baharun, Rohaizat and Setareh Feiz. Indonesia Nomor 18 Tahun 2011
2012. A Review of Service Quality Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Arsip
Audiovisual Kementerian Sekretariat
Models. Malaysia: University Negara Republik Indonesia. 21 Desember
Technology Malaysia (UTM). 2011. Jakarta.

Brady, M. K., and Cronin, J. J. 2001. Some new Rifiana, Rifka. Kerjasama pelestarian film: studi
thoughts on copceptualizing perceived kasus di Sinematek Indonesia. Skripsi
service quality: A hierarchical approach. pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Journal of Marketing, 65(3), 34-49. Universitas Indonesia. Tersedia pada
Diakses pada 16 September 2016. http://www.lib.ui.ac.id. 13 April 2016
Tersedia pada (14.00).
http://www.researchgate.net/publication/2
47837139_Some_New_Thoughts_on_Co Rizqi, Friska Melinda. Tingkat vinegar syndrome
pceptualizing_Perceived_Service_Quality film asetat berdasarkan kondisi
_A_Hierarchical_Approach. lingkungan di Sinematek Indonesia.
Skripsi pada Fakultas Ilmu Pengetahuan
Chang, Jui-Chi. 2008. Taiwanese tourists’ Budaya. Universitas Indonesia. Diakses
perceptions of service quality on 12 April 2016. Tersedia
outbound guided package tour: A padahttp://www.lib.ui.ac.id. 13 April
qualitative examination of the 2016 (14.15)
SERVQUAL dimensions. Journal of
Vacation Marketing. Diakses pada 27 Tjiptono, Fandy. 1995. Manajemen Jasa.
April 2016. Tersedia pada Yogyakarta: Andi.
http://m.jvm.sagepub.com/content/15/2/1
65.abstract. Wijaya, A.W. 1993. Administrasi kearsipan:
Suatu Pengantar. jakarta: PT.Raja
Effendhie, Machmoed. 2012. Pengantar Grafindo Persada.
ManajemenArsip Audiovisual.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Wursanto. 1991. Kearsipan 1. kanisius:
Diakses pada 8 april 2016. Tersedia pada Yogyakarta.
arsip.ugm.ac.id.

Gronroos, C. 1984. A service quality model and its


marketing implications. European Journal
of Marketing, 18(4), 36-44. Diakses pada
16 September 2016. Tersedia pada
http://www.researchgate.net/publication/2
33522386_A_Service_Qualty_and_Mode
l_and_its_Marketing_Implication.
Kuiper, Jhon. 1979. Pengumpulan dan Seleksi
dalam FIAF terjemahan. Jakarta:
Sinematek Indonesia.

Parasuraman, A., Zeithaml, V. A. and Berry, L. L.


1988. SERVQUAL: A Multiple-Item
Scale for Measuring Consumer
Perceptions of Service Quality. Journal of
Retailing 64. Diakses pada 16 September
2016. Tersedia pada
http://www.researchgate.net/publication/2
25083802_SERVQUAL_A_multiple-

Anda mungkin juga menyukai