Anda di halaman 1dari 5

Menjaga Keseimbangan Lingkungan Hidup untuk Mewujudkan Hidup Sehat

Memenuhi hak-hak fisiologis secara tepat dan benar, membangkitkan dan


mengembangkan jiwa-jiwa positif (akhlak terpuji), dan mengembangkan fitrah bertuhan dengan
hidup penuh ikhlas sebagai manifestasi hidup sehat menurut Islam, belumlah dikatakan final
apabila tanpa menyertakan sikap adil, baik, bijaksana, dan harmonis dengan lingkungan hidup/
alam semesta. Hal ini karena selain manusia sebagai seorang hamba yang harus mengabdikan
dirinya untuk beribadah kepada Allah, juga karena ia diproyeksikan sebagai khalifah fil ardl,
yaitu sebagai wakil Allah untuk memakmurkan kehidupan bumi dengan cara menjaga
lingkungan hidup.
Terlebih lagi, di saat yang sama wacana global dalam rangka menciptakan tatanan dunia
yang lebih damai dan beradab, salah satu perhatiannya adalah dialamatkan pada lingkungan
hidup. Ini semua disebabkan karena seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi untuk
kepentingan peningkatan kesejahteraan hidup material manusia, pada saat yang sama
menyisakan keprihatinan yang sangat mendalam, yaitu rusaknya lingkungan hidup. Pencemaran
lingkungan, limbah industri, tanah lonsor, pemanasan global (misalnya, penggundulan hutan
tropis secara membabi buta sebagaimana terjadi di bumi Nusantara, Kalimantan), adalah
sebagian kecil contoh rusaknya lingkungan hidup itu. Akibatnya, umat manusia sekarang
(termasuk masyarakat kita) dihadapkan pada apa yang disebut dengan alienasi ekologis, yaitu
keterasingan diri untuk berhubungan secara timbal balik dan harmonis dengan lingkungan hidup.
Dalam al-Qur’an, sinyalemen rusaknya ligkungan hidup itu dapat ditemukan dalam
Firman Allah Swt:
AYAT
َّ َ ُ َّ
‫ض الذِيْ َع ِمل ْوا ل َعل ُه ْم َيرْ ِجع ُْو َن‬ َ ْ ‫َظ َه َر ْال َف َسا ُد فِى ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ِ!ر ِب َما َك َس َب‬
ِ ‫ت اَ ْيدِى ال َّن‬
َ ْ‫اس لِ ُي ِذ ْيق ُه ْم َبع‬
Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan ulah tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatannya,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum [30]: 41)

Dengan demikian, keseimbangan lingkungan hidup menjadi prasyarat utama untuk


menciptakan lingkungan hidup yang sehat. Namun, seiiring dengan kenyataan yang ada, prestasi
masayarakt kita tentang hal tersebut belum menggembirakan sepenuhnya, terutama masalah
interrelasi pola hidup sehat. Polusi udara, misalnya, adalah salah satu contohnya. Bahkan, polusi
udara kota di beberapa kota besar di Indonesia sudah sangat memperihatinkan. Kalau kita
sempatkan menengok ke langit saat udara cerah, sejak pagi sampai sore hari, langit di kota-kota
besar di negara kita sudah tidak biru lagi. Udara kota sudah terlalu berlimpah dengan gas-gas
yang berbahaya bagi kesehatan. Andil besar masalah polusi udara kota adalah emisi kendaraan
bermotor. Selama ini, banyak orang menduga bahwa andil terbesar polusi udara kota berasal dari
industri. Jarang disadari, bahwa justru yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan
partikel yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Padahal kendaraan bermotor di negara kita
dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah pesat. Dari sebab polusi udara kota tersebut,
hasil penelitian menunjukan resiko terbesarnya adalah timbulnya penyakit kanker darah.
Oleh sebab itu, hal terpenting untuk meningkatkan derajat kesehatan lingkungan hidup
adalah pada prilaku. Bahkan pencegahan ataupun penanggulangan suatu penyakit akan sulit
berhasil bila tanpa memperhatikan prilaku. Secara umum masalah prilaku sering dipahami
sebagai pola hidup sehat. Salah satu pola hidup sehat yang sering terkait dengan kesehatan tubuh
dan dalam jangka waktu tertentu berantai pada kesehatan jiwa/mental, adalah stress. Pada
masyarakat kita, penyakit stress bukanlah hal yang sulit dijumpai karena stress kini sudah banyak
dialami masyarakat kita. Hal ini terutama akibat beban ekonomi yang semakin berat, kehidupan
keras yang menuntut persaingan ketat, ketidakpuasaan terhadap sesuatu yang sudah dicapai,
kesulitan dalam hubungan dengan antar manusia, dan sebagainya.
Dalam batas tertentu, stress memang merupakan gejala normal dalam kehidupan sehari-
hari. Bila dapat diatasi dengan baik, tidak akan membahayakan bagi kesehatan. Namun, stress
yang berkepanjangan tentu sangat membahayakan karena akan mempengaruhi denyut jantung
dan tekanan darah meningkat. Pada kelanjutannya, timbullah penyakit jantung koroner. Secara
umum, efek penyakit jantung koroner sebagai akibat stress berkepanjangan itu akan mengganggu
kejiwaan seseorang dan tingkah lakunya, yang salah satu gejala kejiwaan yang muncul secara
dominan adalah ditandai dengan sikap cepat marah.
Itulah sekilas contoh kecil, betapa faktor-faktor eksternal di luar diri kita turut
memberikan andil terhadap ketidakseimbangan lingkungan hidup. Padahal, permasalahan
kesehatan lingkungan di negara kita sangat kompleks. Misalnya, ancaman krisis air bersih dan
lemahnya sistem sanitasi, terutama di kota-kota besar, wabah penyakit endemik lokal,
pengelolaan sampah dan lokalisasi tempat pembuangan sampah yang belum teraktivasi menjadi
sistem energi seluruhnya, dan sebagainya. Itu semua akan berakibat pada gangguan kesehatan
fisik dan lingkungan hidup sekaligus. Inilah dampak nyata bila interrelasi antar manusia tidak
ada kesatuan prilaku atau pola hidup sehat dalam kaitannya dengan ihtiyar menciptakan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Dengan demikian, rusaknya lingkungan hidup atau alam itu, manusialah yang menjadi
penyebabnya. Dan semua itu berawal dari kegagalan dalam menjaga dan atau cara
memanfaatkannya. Firman Allah Swt:

AYAT
ِ ْ ِ‫ْد إ‬ ِ ‫و اَل ُت ف‬
َ َ ‫ إِ َّن َر مْح‬1ۚ ‫ص اَل ح َه ا َو ادْعُ وهُ َخ ْو فً ا َو طَ َم ًع ا‬
‫ت‬ ِ ‫ْس ُد وا يِف ا أْل َ ْر‬
َ ‫ض َب ع‬ َ
ِ ِ ‫اللَّ ِه قَ ِر يب ِم ن ال‬
َ‫ْم ْح س ن ني‬
ُ َ ٌ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik”. (QS. Al-A’raf [7]: 56)
Ungkapan “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah
memperbaikinya” mengandung dua pengertian;
Pertama, larangan merusak bumi setelah adanya perbaikan, yaitu saat penciptaan bumi
oleh Allah sendiri. Pengertian ini mengisyaratkan agar manusia memelihara bumi, yang sudah
merupakan tempat yang baik bagi manusia.
Kedua, larangan membuat kerusakan di bumi setelah adanya perbaikan oleh sesama
manusia. Hal ini terkait dengan peran aktif manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik,
dan membawa kebaikan (maslahah). Tugas kedua ini, lebih berat daripada tugas pertama, karena
memerlukan pemahaman yang tepat tentang hukum-hukum Allah yang menguasai alam ciptaan-
Nya, berikutnya adalah penerapan “ilmu cara” (teknologi) dengan melihat hukum-hukum itu,
daya cipta untuk memanfaatkannya, dan prinsip-prinsip keseimbangan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka pemanfaatan potensi alam yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia,
haruslah berdampak pada kebaikan (maslahah) daripada kerusakan (mafsadah).
Menjaga lingkungan hidup (alam) dan atau memanfaakannya, merupakan sesuatu yang
sangat prinsipil dalam ajaran Islam, terutama bila dikaitkan dengan tujuan diciptakannya alam
ini. Allah Swt. berfirman, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dengan bermain-main” (QS. Ad-Dukhan [44] ayat 38). “Kami tidak ciptakan
langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia (tanpa tujuan)” (QS.
Shaad [38] ayat 27). Ayat lain juga menegaskan; “Kami tidak menciptakan langit dan bumi
serta apa yang berada di antara keduanya kecuali dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu
yang ditentukan” (QS. Al-Ahqaaf [46]: 3).
Dengan demikian, arti penting menjaga lingkungan hidup (alam) ataupun
memanfaatkannya dengan baik dan berakhir pada kebaikan (maslahah), sama halnya sebagai
bentuk apresiasi yang tinggi terhadap tujuan diciptakan alam itu sendiri. Karena yang demikian
itu, maka termasuk bagian dari menerapkan etika beragama dengan berbasis pada kesalehan
sosial. Sebagai bentuk apresiasi terhadap lingkungan hidup maka umat manusia juga dituntut
untuk memahami hukum-hukum keseimbangan alam. Pemahaman, apresiasi, dan pemanfaatn
potensi alam dan lingkungan hidup yang baik, bijak, tepat dan benar, tidak hanya akan berpulang
pada suatu pola hidup yang sinergis dan harmonis antara manusia dan lingkungan hidupnya, tapi
juga sebagai suatu cara bagaimana manusia menemukan dan memaknai hakikat eksistensinya
sebagai makhluk makrokosmis. Inilah starting point menjaga keseimbangan lingkungan hidup
untuk mewujudkan hidup sehat dalam pengertian yang sebenarnya.

Upaya Menjaga Keseimbangan Lingkungan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari adalah sebagai berikut:

1. Memilah sampah

Sampah merupakan sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi dan sudah selayaknya dibuang agar
tidak memenuhi ruangan. Namun, ada baiknya sebelum kita membuang sampah terlebih dahulu
kita memilah-milah sampah yang akan kita buang tersebut. Kegiatan yang paling sederhana
dalam memilah sampah ini adalah mengelompokkan sampah tersebut menjadi tiga golongan.
Organik, anorganik dan logam atau juga kaca. karna, banyak sekali bahaya logam berat yang
bisa timbul, maka harus dipilah. akan ada banyak bahaya tidak melestarikan lingkungan, satu
contohnya adalah meruginya kita dimasa kini dan nanti. Kegiatan memilah sampah menjadi tiga
bagian ini sangatlah berguna, karna, ketiga golongan sampah tersebut sangatlah berbeda
kegunaannya. Misal saja sampah organik yang dapat dijadikan sebagai kompos dan berguna
untuk para petani, lalu anorganik yang dapat didaur ulang sehingga membentuk sesuatu yang
bisa lebih bermanfaat.

2. Menghemat penggunaan listrik

Listrik dewasa ini adalah sesuatu yang sangat diperlukan oleh umat manusia di balahan bumi
manapun. listrik juga berguna untuk keseimbangan ekosistem. Sesuatu yang akan kita lakukan
sangatlah bergantung pada listik dan tentunnya bergantung pula pada pasokan listrik yang ada.
Maka dari itu perlulah untuk mengemat listrik yang ada, agar kita tidak kehilangan ataupun
kekurangan pasokan listrik dimasa yang akan datang.

Cara sederhana untuk menghemat listrik adalah dengan beralih menggunakan barang-barang
yang memiliki daya rendah, seperti misalnya LED atau TEL. Hal yang lainnya adalah dengan
cara tidak menyalakan lampu ketika siang hari serta mematikannya saat kita hendak tidur. Selain
itu juga kita perlu untuk mengurangi pemakaian listrik saat jam 5 sore hingga 10 malam.

3. Menghindari pemborosan bahan bakar

Beberapa bahan bakar yang kita pakai saat ini tidak bisa diperbaharui atau sangat sulit untuk
diperbaharui. Atas dasar itu pula lah kita harus menghemat dan tidak boros dalam pemakaian
bahan bakar untuk kondisi dan keadaan apapun, hal tersebut sebenarnya juga perpengaruh
terhadap pencemaran tanah, air serta udara. maka, diperlukan adanya kedawasaan dalam hal ini.

Cara sederhana lagi untuk melakukan penghematan dalam konteks ini adalah dengan cara
menghindari pemakaian mesin dalam kegiatan sehari-hari dan lebih memilih untuk berjalan kaki
atau naik sepeda ke tempat yang dekat. Selain itu penggalakan yang dilakuan oleh pemerintah,
seperti membiasakan menaiki kendaraan umum dan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi
juga perlu dijalankan.

4. Mengurangi penggunaan bahan kimia

Kebayakan dari bahan kimi akan berpengaruh buruk untuk lingkungan sekitar, dalam hal ini juga
akan terjadi pencemaran atau lainnya. Dan tanpa kita sadari sebenarnya berbagai bahan kimia ini
ternyata kita pakai untuk kegiatan sehari-hari. Beberapa kasus yang sering terjadi adalah tentang
detergen rumah tangga dan juga plastik, yang memang membutuhkan waktu yang sangat lama
untuk diuraikan secara alami.

Kegiatan kecil, namun berdampak besar, yang sebaiknya kita lakukan untuk mengurngi dampak
pencemaran lingkungan adalah dengan menggunakan detergen yang ramah lingkungan dan juga
membatasi penggunaan kantong plastik dalam kegiatan sehari-hari. Atau bisa juga menggantinya
dengan tas yang terbuat dari kain atau bahan lainnya. karna dewasa ini banyak sekali dampak
sampah plastik yang buruk bagi lingkungan sekitar.

5. Menghemat penggunaan kertas

Sudah barang lumrah kita menggunakan kertas untuk kegiatan sehari-hari. Terutama untuk yang
masih besekolah atau yang bekerja di kantor dan sejenisnya yang membutuhkan pasokan kertas
yang banyak untuk menunjang kegiatan sehari-harinya. Namun, pemggunaan kerta yang
telampau benyak malah akan menimbulkan kesan negatif terhadap lingungan sekitar.

Sewajarnya penggunaan kertas haruslah digunakan secara efektif dan juga efisien. Karna, hal ini
akan berbanding lurus dengan hutan yang ditebang untuk nantinya dijadikan kertas tersebut. Satu
contoh nyata untuk menghemat kertas adalah dengan cara mendaur ulang kertas yang sudah
tidak terpakai itu.
6. Melakukan reboisasi

Ini meruakan langkah kongkrit dan nyata untuk menyatakan perang terhadap para penebang liar
yang berlaliaran di sekitar anda. Langhaini jelasa sangatlah berpengaruh besar terhadap
lingkungan sekitar. karna, hutan merupakan tempat rantai makanan yang besar maka Langkah ini
dapat ditempuh karna sudah semakin habisnya hutan di Indonesia ini, jadi sangat diperlukan
gerakan untuk menanam kembali hutan kita yang telah gundul itu.

DAFTAR PUSTAKA
Anies, “Mewaspadai Penyakit Lingkungan” (Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Pengaruh
Faktor Lingkungan), Jakarta, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005: 22-23

Nurcholish Madjid, Kalam Kekhalifahan Manusia dan Reformasi Bumi; Suatu Percobaan Pendekatan
Sistematis terhadap Konsep Antropologis Islam, Pidato Pengukuhan Guru Besar Luar Biasa dalam
Bidang Ilmu Filsafat di IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 10 Agustus 1998.

Anda mungkin juga menyukai