Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alda Shafira

NIM : 1111190192

Kelas : 4B

SENGKETA KEPULAUAN DOKDO / TAKESHIMA ANTARA JEPANG


DAN KOREA SELATAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sengketa dapat didefinisikan sebagai ketidaksepakatan salah satu subyek mengenai


sebuah fakta, hukum, atau kebijakan yang kemudian dibantah oleh pihak lain. Atau dapat
diartikan juga bahwa sengketa internasional merupakan perselisihan yang terjadi antara
Negara dan Negara, Negara dengan individu atau Negara dengan badan-badan/lembaga yang
menjadi subjek internasional atau suatu konflik antar negar dalam memperebutkan suatu
wilayah maupun wilayahnya terletak di perbatasan. Masalah perebutan/klaim suatu
kepulauan oleh beberapa Negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu Negara
terhadap suatu wilayah Negara lain seringkali menimbulkan konflik yang berujung pada
memburuknya hubungan antara Negara yang sama-sama memiliki klaim atas wilayah yang
sama. Seperti yang terjadi antara Jepang dan Korea Selatan atas klaim kepulauan Dokdo atau
Takeshima.

Dokdo merupakan sebuah pulau yang terletak di pertengahan antara Semenanjung


Korea dan kepulauan Jepang (pada 37° 14 26,8” N dan 131° 52 10,4” E). Sebenarnya Dokdo
bukan satu pulau tapi merupakan gugusan pulau. Dokdo terdiri dari dua pulau utama, Dongdo
(Pulau Timur) dan Seodo (Pulau Barat), yang sekitar 89 batu-batu yang lebih kecil tersebar.
Kawasan Dongdo yaitu seluas 73.297m², dan Seodo memiliki luas 88.639m². Dokdo
memiliki ekosistem yang unik. Terdapat gunung berapi, air tawar, kemudian wilayahnya
sebagian ditutupi dengan tanah dan lumut tipis, menjadi habitat bagi 70-80 jenis tanaman, 22
jenis burung, dan 37 jenis serangga.

Untuk pertama kalinya Dokdo/Takeshima diakui oleh masyarakat internasional


setelah adanya ekspedisi yang dilakukan oleh Perancis pada bulan Mei 1887 yang telah diberi
nama berdasar pada nama salah satu kapal pelayaran yang dipakai untuk mengitari pulau
tersebut, yakni “liancort rocks” atau pulau berbatu karang. Namun Korea Selatan menyebut
pulau tersebut sebagai Pulau “Dok” dengan arti “lonely island” atau “rock island” sehingga
disebut sebagai pulau Dokdo. Sedangkan Jepang mulai mengenal pulau kecil tersebut pada
tahun 1905 yang dikenal dengan sebutan Takeshima atau yang sebelumnya dikenal dengan
nama Matsushima atau Ryakano (pulau yang sangat kecil).

Persengketaan soal gugusan pulau karang di tengah laut Jepang yang disebut Korea
Selatan sebagai Laut Timur itu sesungguhnya merupakan persengketaan lama dan sudah
terjadi sejak tahun 1905. Kepulauan itu tidak berpenduduk. Namun, Korea Selatan
menempatkan pasukan tentara yang menjaga wilayah laut di sekitarnya, yang kaya akan ikan
dan gas alam. Permasalahan ini diawali dengan status kedaulatan Pulau Dokdo yang terletak
di Semenanjung Korea dan diakui kedaulatannya dibawah kekuasaan territorial Korea
dibawah kepemimpinan Dinasti Shilla pada 512 M, namun sejak tahun 1905-1945 Jepang
mulai melakukan imperialisasi atas wilayah Korea dan seluruh daerah Semenanjung Korea
yang berdampak pada diakuinya Pulau Dokdo sebagai “Pulau Takeshima” berada di wilayah
Jepang di dalam pengawasan Dewan Prefektur Shimane dibawah penerapan yuridiksi Pulau
Oki Jepang sejak tahun 1905.

Wilayah Dokdo merupakan wilayah yang dipersengketakan Korea Selatan karena


kepemilikannya. Berdasarkan pada perjanjian San Fransisco , kepulauan Dokdo tidak
termasuk kedalam wilayah yang harus dikembalikan oleh Jepang. Pada pasal 2 Perjanjian San
Fransisco yang dibicarakan hanya pengembalian wilayah Pulau Kuril dan Senkaku pada
Rusia. Hal ini dapat diartikan sebagai legalitas Jepang untuk memiliki pulau itu. Dalih lain
yang diberikan Jepang untuk menantang klaim Korea Selatan atas kepemilikan pulau Dokdo
yaitu berupa bukti akan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat
penandatanganan perjanjian pendudukan Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea
merupakan bagian dari wilayah jajahan Jepang. Namun, ada satu poin yang dianggap Jepang
penting untuk mengklaim pulau Dokdo tidak termasuk ke dalam wilayah Korea dan dapat
dianggap sebagai daerah tidak bertuan (Terra Nulius).

Pemberian klaim yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap Kepulauan Dokdo atau
Takeshima mendapat tentangan dari Jepang yang merasa memiliki pulau itu dengan sah. Hal
tersebut yang membuat penulis merasa konflik persengketaan antara Korea Selatan dan
Jepang ini menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Oleh karena itu penulis mengangkat judul
“Sengketa Pulau Dokdo Antara Korea Selatan dan Jepang”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Setelah penjabaran latar belakang diatas maka penulis akan merumuskan masalah
sebagai berikut :

• Mengapa Jepang dan Korea Selatan sama-sama mengklaim kepemilikan wilayah atas
Pulau Dokdo/Takeshima?

BAB II

PEMBAHASAN

Status Pulau Dokdo/Takeshima diantara Korea Selatan dan Jepang yang


dipersengketakan kedua negara adalah status kedaulatan, dimana kedua negara mengklaim
berdasarkan konektivitas secara geografis dan historis atas kepemilikan pulau tersebut.
Secara tradisional dan turun temurun sejak ratusan lalu, Dokdo berada di bawah kekuasaan
Choson atau Korea kuno. Kepemilikan Korea atas Dokdo pun pernah diakui Jepang tahun
1696 silam. Tetapi di tahun 1905 Jepang merebut Dokdo dari tangan Korea sebelum akhirnya
menguasai seluruh Semenanjung Korea setelah memenangkan perang melawan Rusia. Dokdo
kembali berada di bawah kekuasan Korea Selatan sejak 15 Agustus 1948. Adalah Armada
Amerika Serikat ke-14 yang berada di Semenanjung Korea kala itu yang mengembalikan
Dokdo kepada Republik Korea yang baru berdiri.

Sedangkan Jepang memberikan anggapan bahwa Dokdo sebagai “wilayah tak


bertuan”, sehingga mulai 22 Februari 1905 Jepang mulai mengakui kedaulatan Dokdo
sebagai bagian dari wilayah Jepang yang berada dalam pengawasan Pemerintahan Prefektur
Shimane dibawah penerapan yuridiksi Pulau Oki Jepang. Dengan menyebutnya sebagai
Pulau “Takeshima” yang mulai di klaim pada tahun 1904 ketika adanya tuntutan dari
beberapa nelayan Jepang yang berasal dari Okinoshima (Pulau Oki) yang menuntut untuk
diberikannya hak-hak ekslusif untuk pencarian ikan dan singa laut yang berada di sekitar
pulau berbatu karang tersebut.

Dalih lain yang diberikan Jepang atas kepemilikan pulau Dokdo berupa bukti akan
perjanjian pendudukan Jepang atas Korea. Pada saat penandatanganan perjanjian pendudukan
Jepang atas Korea, secara otomatis wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah jajahan
Jepang. Namun, ada satu poin yang dianggap Jepang penting untuk mengklaim pulau Dokdo
adalah bahwa Pulau Dokdo tidak termasuk dalam wilayah Korea dan dapat dianggap sebagai
daerah tak bertuan (Terra Nulius). Wilayah Kepulauan Dokdo merupakan bagian dari Jepang.
Jepang menganggap Kepulauan Dokdo sebagai bagian dari kedaulatannya berdasarkan pada
persetujuan Perjanjian San Francisco tahun 1951. Dalam perjanjian tersebut disebutkan
bahwa Jepang tidak harus mengembalikan Pulau Dokdo kepada Korea, bahkan dalam pasal 2
perjanjian tersebut sama sekali tidak disinggung mengenai kewajiban Jepang untuk
mengembalikan Pulau Dokdo hanya diwajibkan untuk mengembalikan sebagian wilayah
Rusia. Awal dari kepemilikan Jepang atas pulau Dokdo berdasarkan pada aneksasi Jepang ke
Semenanjung Korea yang mengakibatkan pihak Korea masuk dalam daftar negara jajahan
Jepang. Dengan aneksasi tersebut Jepang mengambil alih hak wilayah maupun urusan
diplomatik Korea. Berdasarkan pada perjanjian itu Jepang merupakan pemilik yang sah,
Jepang telah memasukan pulau tersebut kedalam sebuah distrik teritorial atau prefektur, yaitu
prefektur shimane dan telah melakukan efektifitas di pulau tersebut.

Jepang mengakui Pulau Dokdo sebagai wilayah teritorial Jepang yang telah
diresmikan sebelum aneksasi Korea, namun setelah perjanjian damai San Fransisco 1951,
Jepang tidak lagi memprioritaskan untuk menguasai Pulau Takeshima yang disengketakan.
Kepemilikan Jepang yang sah atas pulau Dokdo mendapat bantahan dari Korea Selatan.
Pihak Korea Selatan juga merasa memiliki pulau tersebut. Korea Selatan mengklaim bahwa
Pulau Dokdo berada di bawah kedaulatannya berdasar pada acuan historis yang dikutip dalam
beberapa dokumentasi pemerintah Korea Selatan, yang menyatakan bahwa Dokdo pada
awalnya merupakan suatu independent island yang dinamakan Ussankuk dan telah bersatu
dengan Korea Selatan pada masa Dinasti Shilla pada tahun 512 SM. Dokdo juga lebih dekat
ke Korea Selatan daripada ke Jepang. Ia hanya berjarak sekitar 87 kilometer dari Ulleungdo
milik Korea Selatan, dan sekitar 157 kilometer dari Pulau Oki milik Jepang. Sampai saat ini
di Ulleungdo ditemukan tiga dolmen atau kuburan batu dari akhir zaman perunggu dan awal
zaman besi bergaya Korea dalam keadaan baik.

Berdasarkan dokumentasi tersebut Dokdo ditemukan setelah adanya ekspedisi yang


dilakukan oleh negara Perancis di bawah komando F.G. Jean yang menyatakan bahwa Dokdo
berada di wilayah Semenanjung Korea di bawah teritorial Korea Selatan. Untuk itu Korea
Selatan mengklaim bahwa pengakuan kedaulatan Dokdo dilakukan lebih awal dibandingkan
dengan pengakuan Jepang atas Takeshima. Sebagai penegasan atas klaim Korea Selatan
terhadap Dokdo, maka telah dilakukan berbagai aktivitas yang dapat menunjang proses
pengakuannya dengan melaksanakan survei daratan dan dikonsepkan dalam sebuah hasil
pemetaan (topografi) yang dilakukan berdasarkan pada posisi ilmu bumi secara akurat,
bahkan sebagian dari dokumentasi yang telah terkumpul diterbitkan oleh Jepang seperti yang
di terbitkan oleh Dabuchi Tomohiko yang mengutip bahwa Dokdo sebagai bagian dari
wilayah Korea dalam “Kankoku Shinchishi” atau “Geografi Negara Korea Baru”.

Permasalahan klaim atas pulau Dokdo/Takeshima antara kedua negara kembali


merebak pada tahun 2005, yang dipicu oleh tindakan Pemerintah Prefektur Shimane yang
mengumumkan secara sepihak bahwa gugusan Pulau Takeshima merupakan bagian atas
wilayah Jepang berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah yang di buat DPR Prefektur
Shimane yang isinya mendukung klaim Jepang atas Takeshima. Salah satu pasal dalam Perda
tersebut menetapkan bahwa pada tanggal 22 Februari diperingati sebagai “Hari Takeshima”.

Pada tahun 2008, Jepang kembali mempertegas klaimnya dengan cara memasukkan
kepulauan Dokdo ke dalam buku kurikulum pendidikan sekolah menengah Jepang, hal ini
bertujuan untuk pengenalan kepada anak-anak sekolah menengah. Korea Selatan
menganggap pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya. Sama hal nya dengan apa
yang dilakukan oleh Jepang, buku-buku pelajaran di Korea Selatan juga sama-sama
mengklaim bahwa Pulau Dokdo merupakan bagian dari wilayah teritorialnya.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Klaim yang diberikan Jepang atas kedaulatan Kepulauan Dokdo membuat Korea
Selatan merasa terusik akan kemerdekaannya. Jika ditilik dari faktor dan fakta sejarah,
Kepuluan Dokdo merupakan bagian dari Korea Selatan, namun Jepang memberikan klaim
karena mendapatkan Dokdo secara okupasi, Dokdo dianggap sebagai daerah tak bertuan pada
saat itu. Upaya Korea Selatan untuk mempertahankan Kepulauan Dokdo, menimbulkan
konflik dengan Jepang. Korea Selatan menganggap konflik territory dengan Jepang
merupakan hal yang terpenting, Korea Selatan tidak akan tinggal diam untuk merelakan
Jepang mencaplok kepulauan Dokdo dari kedaulatan wilayah Korea Selatan. Bahkan untuk
mewujudkan kepentingan nasionalnya atas Kepulauan Dokdo, Korea Selatan siap memutus
hubungan bilateral dengan Jepang.
Sengketa gugusan pulau yang disebut Dokdo di Korea Selatan dan Takeshima di
Jepang memanas lagi setelah Jepang menegaskan kembali klaimnya terhadap pulau yang
dikontrol Korea Selatan itu. Hubungan Korea Selatan dan Jepang sebenarnya terus membaik
sampai isu itu muncul kembali. Jepang mencaplok Kepulauan Dokdo pada Perang Rusia-
Jepang 1904 serta pada penaklukan Semenanjung Korea 1910-1945 danberlanjut di era
modern. Menurut Korea Selatan, Jepang jangan memaksakan klaim Takeshima yang diklaim
pertama kalinya oleh Jepang pada 22 Februari 1905, sebagai bagian Prefektur Shimane. Saat
Jepang menyerah pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945, sekutu membuat pemerintahan tinggi
di Tokyo dan mulai mengembalikan wilayahnya kolonial yang dimiliki Jepang kepada
pemilik asalnya.

B. SARAN

Penyelesaian kasus sengketa Pulau Dokdo/Takeshima dapat diselesaikan berdasarkan


acuan beberapa prosedur yang tidak memihak kedua belah pihak, melainkan difokuskan pada
pembuktian secara akurat yang berlaku berdasarkan :

• Bukti historis, seperti dokumentasi pemerintahan Jepang dan Korea Selatan yang
dijadikan landasan awal dalam pernyataan klaim dari kedua negara.

• Berdasarkan penafsiran internasional dalam San Francisco Peace Treaty tahun 1951
dan aturan Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982.

• Pengumpulan bukti lain, mengenai peraturan atau pembuatan UU yang dibuat


berdasarkan kesepakatan kedua negara yang sebaiknya melibatkan sebuah mediator berdasar
pengumpulan bukti historis tentang kondisi Pulau Dokdo/Takeshima berdasarkan keadaan
pulau yang mempunyai banyak potensi ekonomi seperti kandungan hidrokarbon dan sumber
daya laut yang potensial.

DAFTAR PUSTAKA

Facts About Dokdo. (n.d.). Retrieved 4 26, 2013, from Cyber Dokdo:
http://www.dokdo.go.kr/eng/html/introduction/introduction.jsp

Huri, K. (1997). Japan's Incorporation of Takeshima into Its Territory in 1905. KOREA OBSERVER.

Lovmo, M. S. (n.d.). The Territorial Dispute Over Dokdo. Retrieved from For The Next Generation:
http://www.forthenextgeneration.com/dokdo/dokdo_01.htm

United Nations Convention on the Law of the Sea of 10 December 1982. (n.d.). Retrieved from
United Nations: https://www.un.org/depts/los/convention_agreements/texts/unclos/UNCLOS-
TOC.htm

Sengketa pulau Korea Selatan-Jepang memanas. (2012, 8 24). Retrieved from Radio Australia:
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2012-08-24/sengketa-pulau-korea-selatanjepang-
memanas/1005028

Anda mungkin juga menyukai