Anda di halaman 1dari 3

MATERI DISKUSI

TOPIK: “PERMASALAHAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DI KAWASAN


PESISIR”

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Kearah laut wilayah
pesisir, mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir yang
letak wilayahnya menjadi pertemuan antara darat dan laut ini menjadikan wilayah pesisir
sebagai wilayah penghasilkan sumberdaya lautan dan sumberdaya daratan.

Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang kebijakan kepesisiran,


tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, watak masyarakat, serta tekanan biaya hidup
menyebabkan masyarakat pesisir sering melakukan perusakan lingkungan pesisir
(Primyastanto, Dewi, & Susilo, 2010). Hal ini diperkuat bahwa kerusakan pesisir lebih
dipengaruhi oleh faktor alam dan manusia (Gumilar, 2012). Hiariey & Romeon (2013)
menambahkan tingkat pendidikan, persepsi dan pendapatan mempengaruhi kepentingan
terhadap pemanfaatan wilayah pesisir. Pengaruh pendapat masyarakat terhadap lingkungan
merupakan bagian dari mekanisme yang menghasilkan perilaku yang nyata dari masyarakat
itu sendiri dalam menciptakan perubahan dalam lingkungan mereka (Heddy, 1994). Adanya
interaksi antara manusia dengan alam juga menyebabkan degradasi eksosistem (Vatria,
2010).

Hampir semua sektor ekonomi menghasilkan limbah padat atau solid waste (SW).
Beberapa faktor yang mempengaruhi generasi SW yang tinggi adalah penduduk dan
pertumbuhan ekonomi, pendidikan, pekerjaan, pola konsumsi, dan produk domestik bruto per
kapita (PDB) (Malinauskaite et al., 2017). Dengan PDB yang tinggi, Indonesia menghasilkan
banyak SW kota tahunan di negara-negara ASEAN (Jain, 2017). Penulis yang sama
menyatakan bahwa laju pembangkitan sampah tahunan di Indonesia adalah 64 juta ton
dengan komposisi yang didominasi 60% organik biodegradable, 14% plastik, dan 9% bahan.
Sebaliknya, rata-rata pelayanan pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia belum
sepenuhnya terlaksana (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia, 2016). Namun, layanan pengelolaan sampah berkelanjutan masih bervariasi antar
kota. Misalnya, cakupan SW kota di Surabaya, Serang, Pekan Baru, Samarinda, dan Jayapura
masing-masing adalah 54,84%, 43,3%, 47,40%, 31,67%, dan 11% (Safitri et al., 2018).

Indonesia ditengarai sebagai negara penyumbang terbesar kedua terhadap pencemaran


plastik di lingkungan laut setelah China (Tibbetts, 2015; Jambeck et al., 2015). Diperkirakan
sekitar 3,22 juta metrik ton (MMT) per tahun sampah plastik salah kelola (Jambeck et al.,
2015). Kondisi ini berkontribusi terhadap 0,48–1,29 MMT per tahun sampah plastik salah
kelola global, atau 10,1% sampah plastik laut secara global. Selain itu 4 sungai utama di
Indonesia yaitu Brantas, Solo, Serayu, dan Progo termasuk dalam 20 sungai tercemar teratas
seperti yang diprediksi oleh model input plastik sungai global (Lebreton et al., 2017).
Pencemaran plastik juga terjadi di wilayah yang luas di Indonesia (Syakti et al., 2017;
Manalu et al., 2017; Cordova dan Wahyudi, 2016; Sur et al., 2018). Selain itu, komposisi
rata-rata sampah plastik di aliran air perkotaan di Indonesia tergolong tinggi, dimana
persentase tertinggi terjadi di Balikpapan, Makassar, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta
(Bank Dunia, 2018). Karena sungai, tepi sungai, dan pantai pesisir merupakan sumber utama
sampah laut ke laut, kondisi ini dapat menimbulkan masalah sampah plastik laut secara
global (Rech et al., 2014).

Berikut ini kami sajikan beberapa hasil penelitian terkait dengan permasalahan dan
pengelolaan limbah padat di kawasan pesisir:

No Judul Penelitian/ Nama Hasil


Jurnal/ Tahun Terbit
1 Partisipasi Restoran Lokal Restoran juga berkontribusi pada timbulan sampah di
Dalam Pengelolaan Limbah destinasi pariwisata di kawasan pesisir. Partisipasi
Padat Di Pesisir Pantai perlu diidentifikasi karena restoran turut serta
Selatan Kabupaten memanfaatkan dan mendapatkan keuntungan dari
Gunungkidul, Indonesia/ pengembangan pariwisata.
Journal of Community Secara umum dapat disimpulkan bahwa pemilik
Based Environmental restoran berperan aktif dalam pengelolaan sampah.
Engineering and Partisipasi tahap perencanaan 73%, tahap pelaksanaan
Management/ 2020 66%, tahap pengambilan manfaat 100%, dan tahap
evaluasi 81%. Pemilik restoran sejak tahap awal
keikutsertaan telah menunjukkan aktivitas positif. Pada
tahap pelaksanaan, partisipasi dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan dan pemahaman terkait
persampahan yang mereka miliki. Persepsi dalam
mengambil manfaat dipengaruhi oleh bagaimana
kebersihan restoran tersebut dirasakan memiliki
manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Partisipasi dalam evaluasi ditunjukkan oleh mayoritas
responden yang merasa pengelolaan sampah sesuai
dengan rencana dan harapan.
2 Optimalisasi Pengelolaan Limbah plastik juga bisa dimanfaatkan untuk membuat
Sampah Pesisir Untuk produk kerajinan dengan memanfaatkan limbah plastik
Mendukung yang didaur ulang. Pengabdian Kepada Masyarakat ini
Kebersihan Lingkungan bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
dalam Upaya Mengurangi pelatihan kepada masyarakat sekitar Pantai
Sampah Plastik Pangandaran mengenai pemanfaatan sampah plastik
dan Penyelamatan Pantai menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis.
Pangandaran Pada Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Sampah jenis botol plastik dan gelas plastik
merupakan sampah plastik yang dominan
ditemukan di sekitar Pantai Pangandaran.
2. Sampah botol plastik dan gelas plastik merupakan
bahan utama yang akan digunakan untuk
membentuk benda-benda daur ulang yang bernilai
guna.
3. Sosialisasi dan Pelatihan pengelolaan sampah
diperlukan karena dapat meningkatkan
pengetahuan, bereksplorasi dan berkreasi dalam
menghasilkan benda bernilai guna baru, dapat
membentuk komunitas yang peduli terhadap
kebersihan lingkungan dan aktif dalam menjaga
kebersihan dan merupakan tindak nyata dalam
upaya mengurangi sampah plastik dan upaya
penyelamatan Pantai Pangandaran.
4. Program Pengabdian Pada Masyarakat tentang
“Optimalisasi Pengelolaan Sampah Pesisir Untuk
Mendukung Kebersihan Lingkungan Dalam
Upaya Mengurangi Sampah Plastik Dan Upaya
Penyelamatan Pantai Pangandaran’ dikategorikan
berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerajinan
berbahan plastik yang diselesaikan.

Anda mungkin juga menyukai