Materi Diskusi Limbah Padat
Materi Diskusi Limbah Padat
Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Kearah laut wilayah
pesisir, mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami di darat
seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Wilayah pesisir yang
letak wilayahnya menjadi pertemuan antara darat dan laut ini menjadikan wilayah pesisir
sebagai wilayah penghasilkan sumberdaya lautan dan sumberdaya daratan.
Hampir semua sektor ekonomi menghasilkan limbah padat atau solid waste (SW).
Beberapa faktor yang mempengaruhi generasi SW yang tinggi adalah penduduk dan
pertumbuhan ekonomi, pendidikan, pekerjaan, pola konsumsi, dan produk domestik bruto per
kapita (PDB) (Malinauskaite et al., 2017). Dengan PDB yang tinggi, Indonesia menghasilkan
banyak SW kota tahunan di negara-negara ASEAN (Jain, 2017). Penulis yang sama
menyatakan bahwa laju pembangkitan sampah tahunan di Indonesia adalah 64 juta ton
dengan komposisi yang didominasi 60% organik biodegradable, 14% plastik, dan 9% bahan.
Sebaliknya, rata-rata pelayanan pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia belum
sepenuhnya terlaksana (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia, 2016). Namun, layanan pengelolaan sampah berkelanjutan masih bervariasi antar
kota. Misalnya, cakupan SW kota di Surabaya, Serang, Pekan Baru, Samarinda, dan Jayapura
masing-masing adalah 54,84%, 43,3%, 47,40%, 31,67%, dan 11% (Safitri et al., 2018).
Berikut ini kami sajikan beberapa hasil penelitian terkait dengan permasalahan dan
pengelolaan limbah padat di kawasan pesisir: