Praktisi keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan teori atau model yang
sesuai dengan situasi tertentu. Pada kondisi awal, kombinasi dari beberapa teori atau model
dapat dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara konsisten dapat dilakukan analisa
atau evaluasi terhadap efektivitasnya. Dengan menggunakan berbagai teori dan model
keperawatan, maka fokus dan konsekwensi praktek keperawatan dapat berbeda .
Dibawah ini merupakan gambaran aplikasi disiplin proses keperawatan Orlando pada
penderita SKA STEMI 1 jam setelah mendapat serangan.
A. Gambaran Kasus
Tn X usia 45 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada sebelah
kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan seperti
tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan terus
menerus lebih dari 30 menit. Kemudian oleh keluaga dibawa ke UGD RSHS.
Klien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang
olah raga, riwayat merokok berat 2 bungkus per hari, klien adalah seorang kepala keluarga
dan bekerja sebagai seorang meneger di salah satu perusahaan.
Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kompos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 98
kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil
pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Laboratorium terdapat enzim
troponin T positip dan CKMB meningkat. Oleh dokter klien didiagnosa sindroma koroner
akut dengan ST elevasi Miocard infark.
A. Peaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Proses Keperawatan Orlando.
Pada kasus Tn X tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien
baik secara perbal maupun non verbal, melakukan validasi, membagi bereaksi terhadap
perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membantu pasien
untuk mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis, ketidakmampuan pasien
dalam menolong dirinya, serta mengevaluasi tindakan perawatan yang sudah dilakukannya.
Semua itu dapat diterapkan melalui pendakaan disiplin proses keperawatan Orlando sebagai
berikut :
Menutut George (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi perawat dan
perilaku pasien dalam disiplin proses keperawatan teori Orlando identik dengan fase
pengkajian pada proses keperawatan.
Pengkajian difokuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kondisi yang emergenci
dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain
nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi koroner, juga perlu dikaji lebih
jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktor
pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lokasinya, derajat dan waktunya. Disamping itu
dapatkan juga data adakah kesulitan bernafas, rasa sakit kepala, mual dan muntah yang
mungkin dapat menyertai keluhan nyeri dada.
Perawat perlu mengkaji perilaku pasien non verbal yang menunjukan bahwa pasien
memerlukan pertolongan segera seperti : tanda-tanda vital, pada kasus didapatkan tekanan
darah 140/90 mmHg, nadi 98 kali/menit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak
keluar keringat. Perlu juga dikaji bagaimana kondisi akral apakah hangat atau dingin, CRT,
kekuatan denyut nadi, Selanjutnya perawat perlu mengetahui data-data lain seperti catatan
dari tim kesehatan lain, hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada kasus
didapatkan : EKG ST elevasi, diagnosa medis SKA STEMI. Troponin T positif, CKMB
meningkat.
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada disiplin
proses keperawatan mencakup sharing reaction (analisa data), diagnosa keperawatan,
perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi . Tujuannya adalah selalu
mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta berhubngan dengan peningkatan
perilaku pasien.
Setelah mendapatkan data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orlando perawat
perlu melakukan sharing reaction yang identik dengan analisa data, sehingga dapat ditentukan
diagnosa keperawatan.
a. Diagnosa keperawatan
b. Rencana Keperawatan
c. Implementasi
Fokus implementasi adalah efektifas tindakan untuk menanggulangi yang sifatnya mendesak,
terdiri dari tindakan-tindakan otomatis seperti melaksanakan tindakan pengobatan atas
instruksi medis dan dan tindakan terencana terencana yang dianggap sebagai peran perawat
profesional sesungguhnya.. Adapun implementasi keperawatan yang perlu dilakukan pada Tn
X yaitu :
1). Membantu pasien dalam menolong dirinya untuk memelihara perfusi jaringan otot
jantung
(1) Istirahatkan pasien bed rest sampai kondisi akut teratasi dan keadaan stabil.
2). Membantu pasien untuk menolong dirinya menolong dirinya dalam mengatasi rasa nyeri.
(1) Memberikan obat anti nyeri : morfin sesuai dengan program therapi.
(2) Berikan Oksigen melalui nasal canul 4 liter / menit sesuai program therapi
(1) Istirahatkan pasien : Bed rest sampai dengan kondisi klien stabil.
(5) Lakukan tindakan relaksasi dengan menarik nafas dalam dan keluarkan
nafas secara perlahan.
3). Membantu pasien untuk menolong dirinya dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
a) Tindakan otomatis
3. Evaluasi.
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan.
Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus
mengevaluasi keberhasilannya.Evaluasi asuhan keperawatan pada tuan X difokuskan
terhadap perubahan perilaku terhadap kemampuan menolong dirinya untuk mengatasi
ketidakmampuannya. Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksankan. Adapun
hasil yang diharapkan adalah:
a. Perfusi jaringan pada otot jantung meningkat atau adekuat, ditandai dengan tanda-
tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, hasil pemeriksaan EKG
normal. Nyeri dada tidak ada.
b. Rasa nyaman terpenuhi: nyeri berkurang atau tidak ada, ditandai dengan : pasien
mengatkan nyeri berkurang atau tidak ada, pasien relak. Tandatanda vital dalam batas
normal,
c Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari : tidak ada keluhan nyeri dada, sesak
nafas atau palpitasi saat melakukan aktivitas, tekanan darah, nadi, respirasi dalam batas
normal sebelum, selama dan setelah melakukan. Aktivitas. Pasien ammpu melakukan
aktivitas sendiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari : makan, personal higiene dan
eliminasi.
Dengan melihat aplikasi disiplin proses keperawatan pada kasus Tn X yang mengalami
gangguan sistem kardiovaskular berhubungan dengan sindroma akut koroner non ST elevasi,
penulis mencoba untuk membahas pelaksanaan aplikasi teori tersebut dengan
membandingkan dengan proses keperawatan
Pada kedua proses tersebut, pada bagian tertentu secara keseluruhan sama. Misalnya
keduanya merupakan hubungan interpersonal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan
perawat. Pasien sebagai input dalam keseluruhan proses. Kedua proses menggambarkan
pasien sebagai total person. Tidak selalu tentang penyakit atau bagian tubuh. Kedua proses
juga menggunakan metode tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan tersebut. Fase
pengkajian pada proses keperawatan sesuai dengan berbagi pada reaksi perawat dengan
perilaku pasien dalan disiplin proses keperawatan orlando. Perilaku pasien mengawali
pengkajian. Perilaku yang dikaji adalah perilaku verbal yang dikatakan oleh pasien yaitu
riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama, bagaimana keluhan itu dirasakan,
bagaimana sifat dan kwalitas keluhan tersebut. Apa faktor pencetusnya. Dan faktor resiko
terhadap terjadinya gangguan kesehatan. Sedangkan perilaku non verbal yang perlu diketahui
oleh perawat adalah tanda-tanda dari gangguan fungsi tubuh sebagai respon pasien terhadap
tidak terpenuhinya kebutuhan yang membutuhkan pertolongan perawat, seperti perubahan
tanda-tanda vital, keluar keringat yang berlebihan, ketidaknormalan fungsi tubuh seperti yang
ditunjukan oleh hasil pemeriksaan penunjang EKG, pemeriksaan enzim roponin dan lain
sebagainya. Berbagi pada reaksi perawat dalam disiplin nursing proses adalah komponen
yang sama dengan analisis pada proses keperawatan. Walaupun reaksi perawat adalah
otomatis. Hal ini sedikit berbeda dengan analisa data pada proses keperawatan dimana
seorang perawat untuk mampu melakukan analisa data perlu menggunakan dasar teori
keperawatan dan menggunakan prinsip dari pengetahuan fisik dan perilaku dan itu harus
benar-benar menjadi dasar dalam menganalisa berbagai tanda dan gejala yang dirasakan atau
ditemukan pada pasien.
Fase perencanaan pada proses keperawatan, sesuai dengan fase nursing action pada
disiplin proses keperawatan. Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien
terhadap bantuan. Tujuannnya berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Tujuan
yang dirumuskan pada teori Orlanda menurut penulis masih terlalu umum yaitu fokuskan
pada perubahan perilaku dalam menolong untuk memenuhi kebutuhan dirinya sehingga
kemungkinan keberhasilannya sulit untuk diukur terutama terhadap masalah yang hanya
diketahui oleh perawat tetapi tidak disadari oleh pasien. Seperti pada contoh kasus Tn X yaitu
masalah penurunan perfusi jaringan pada otot jantung.
Implementasi meliputi seleksi akhir dan pelaksanaan dari tindakan keperawatan dan
ini juga merupakan bagian dari fase tindakan keperawatan pada proses disiplin Orlando.
Kedua proses memerintahkan bahwa tindakan harus sesuai bagi pasien sebagai individu yang
unik. Pada Teori orlando tindakan keperawatan ada dua macam yaitu tindakan otomatis yang
sifatnya segera dan terencana. Keduanya tidakan tersebut lebih diarahkan terhadap
penanggulangan masalah kperawatan yang bersifat segera dan mengacam kehidupan pasien
dan kurang memperhatikan tindakan-tindakan yang bersifat promotif atau preventif yang
sebenarnya tidakan preventif seperti : pencegahan serangan ulang dan menghindari faktor
resiko adalah penting bagi pasien yang menderita penyakit jantung seperti yang dialami Tn.
X.
Evaluasi, pada fase tindakan proses disiplin merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan. Tindakan- tindakan yang terencana , setelah tidakan lengkap dilaksanakan,
perawat harus mengevaluasi keberhasilannya. Evaluasi pada teori Orlando sudah cukup baik,
yang mana evaluasi selalu dilakukan setelah setiap tindakan keperawatan dilakukan secara
lengkap.
KESIMPULAN
Proses keperawatan panjang dan lebih formal dan fasenya lebih mendetail dibandingkan
proses disiplin Orlando. Dan membutuhkan perawat untuk menggunakan pengetahuan dan
prinsip keilmuan dan teori keperawatan. Orlando hanya membutuhkan bahwa perawat harus
mengikuti prinsip-prinsip yang ia tetapkan.
jenis atau tindakan teori Penerapan Teori Adaptasi Calista Roy dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan
Teori adaptasi Roy merupakan teori model keperawatan yang menguraikan bagaimana
individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku adaptif
serta mampu merubah perilaku yang inadaptif. Roy menyatakan jika manusia merupakan
system yang adaptif.
Model Adaptasi dari Roy ini dipublikasikan pertama pada tahun 1970 dengan beberapa
asumsi dasar. Asumsi pertama adalah setiap orang selalu menggunakan koping yang bersifat
positif maupun negatif. Kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen
yaitu ; penyebab utama terjadinya perubahan, terjadinya perubahan dan pengalaman
beradaptasi. Asumsi selanjutnya Roy meyatakan jika manusia selalu berada dalam rentang
sehat – sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk
memelihara kemampuan adaptasi.
Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat empat elemen esensial yaitu :
keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin
ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh
terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan
pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk
meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus
perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat.
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan adalah individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau sosial. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system
adaptasi yang holistic dan terbuka. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan
dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus
mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontinyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
kontrol, out put dan proses umpan balik.
Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia
digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
3. Kesehatan
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan tertinggi
sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan
menjadikan dirinya secara terintegrasi secara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas
adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan
yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual
dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung
dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit,
misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal, yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang
dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang
diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman.
Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun
molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin
dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang
lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan
mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.
Sistem adaptasi memiliki empat model adaptasi yang akan berdampak terhadap respon
adaptasi diantaranya, yaitu : Fungsi Fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen.
Sistem adaptasi fisiologis terkait dengan kebutuhan dasar manusia diantaranya adalah
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan endokrin.
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi sosial dalam
berhubungan dengan orang lain.
Fungsi peran adalah proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain.
Model adaptasi terakhir adalah interdependen yaitu Kemampuan seseorang mengenal pola-
pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok.
Melalui empat model adaptasi, Roy menyatakan terdapat dua hasil akhir dari respon adaptasi
yaitu respon yang adaptif dimana terminologinya adalah manusia dapat mencapai tujuan atau
keseimbangan sistem tubuh manusia, dan respon yang tidak adaptif dimana manusia tidak
dapat mengontrol dari terminologi keseimbangan sistem tubuh manusia, atau tidak dapat
mencapai tujuan yang akan diraih.
Respon tersebut selain menjadi hasil dari proses adaptasi selanjutnya akan juga menjadi
umpan balik terhadap stimuli adaptasi.
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model
adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap
stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode
interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien
yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat
bisa lebih lengkap dan akurat.
Melalui penerapan dari teori adaptasi Roy, perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress
pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk
mengatasi stress
jenis atau tindakan teori Aplikasi teori Florence Nightingale dengan konsep
keperawatan
b. Analisa data Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang
berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
3. Pembuangan sampah.
4. Pencemaran lingkungan.
g. Implementasi (Pelaksanaan)
2. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya
berperan penting pada setiap individu dalam berespon adaptif (baik) ataumal adaptif (tidak
baik).
3. Teori kebutuhan Menurut Maslow, pada dasarnya mengakui pada penekanan teori
Florence Ninghtingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat dipandang sebagai udara
segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik
dan air yang bersih. Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang
berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
4. Teori stress. Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang
harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat
mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau
kebutuhan. Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga
individu tidak dapat mengatasi. Florence Nightingale, menekankan penempatan pasien dalam
lingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressos, misalnya tempat yang
gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, semuanya itu dipandang sebagai suatu
stressor (penyebab stress) yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai
pengaruh kuat pada kemampuan koping(pertahan terhadap stress) individu.
Melalui observasi (pengamatan) dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara
status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil, yang menimbulkan
perbaikan kondisi hygiene (bersih) dan sanitasi selama perangCrimean. Kondisi hygene
(bersih) penting untuk membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut, rambut,
mata, telinga, kuku.
Di zaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan tentang mandi atau
menyikat gigi atau membersihkan kuku; bernapas atau mengatasi nyeri tampak lebih penting.
Oleh karenanya, perawat perlu melihat apakah pasien dapat membersihkan diri mereka
sendiri dan membantu mereka bila mungkin.
Penting untuk menanyakan pasien apa yang biasanya mereka lakukan dan bagaimana mereka
menginginkan bantuan. Praktik budaya dan agama dapat membedakan praktik hygiene
(bersih). Hygiene adalah sangat pribadi dan masing-masing individu mempunyai ide yang
berbeda tentang apa yang mereka ingin lakukan.
Jika memungkinkan, perawat harus membantu pasien memenuhi kebutuhan pribadinya dari
pada melakukan standar rutin. Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan
penyakit tetapi tidak untuk menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah
merawat orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat
membantu dalam proses penyembuhan penyakit.
Itulah beda perawat dan dokter. Perawat juga bukan hanya memberikan obat untuk
menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi mereka juga harus bisa membuat lingkungan
fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka merasa sehat atau sembuh dari
penyakit baik lahir maupun batin (kejiwaan) mereka tenang dan nyaman.
Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan kenyamanan
bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan sakit si pasien itu dan dalam
perawatan pasien tidak dibedakan yang kaya dan miskin.
a. Udara segar
b. Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit pada pasien. Oleh
karena itu, perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap terjaga kebersihannya.
c. Saluran
pembuangan yang efesien Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran
dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran sehingga
terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
d. Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat memerlukan
kebersihan yang optimal agar mempercepat proses penyembuhan. Focus perawatan klien
menurut Nightingale adalah pada kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e. Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah cahaya matahari.
Nightingale yakin sinar matahari dapat memberi rmanfaat yang besar bagi kesehatan klien.
Karenanya, perawat juga perlu membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar
matahari selama tidak terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
a. Aplikasi Teori Keperawatan Membuat pasien merasa nyaman dan tenang di lingkungan
rumah sakit merupakan hal yang perlu dilakukan. Cara yang dilakukan untuk membuat
pasien merasa nyaman, pada saat memberi makanan di rumah sakit misal dengan
membersihkan meja tempat tidur dan yakinkan ada tempat untuk semua piring. Makanan
harus di hidangkan pada nampan bersih dan harus terlihat menarik. Yakinkan ada alat makan
yang digunakan.
1) Lingkungan fisik,
2) Psikologis,
3) Sosial.
Oleh karena itu, perawat perlu melihat apakah pasien dapat mebersihkan diri mereka sendiri
dan membantu mereka bila mungkin. Penting untuk menanyakan pasien apa yang biasanya
mereka lakukan dan bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktek budaya dan agama
dapat membedakan praktek higiene. Higiene adalah sangat pribadi dan masing – masing
individu mempunyai ide yang berbeda-beda tentang apa yang mereka ingin lakukan. Jika
memungkinkan, perawat harus membantu pasien memenuhi kebutuhan pribadinya daripada
melakukan standard rutin.
Perawat adalah orang yang membantu proses penyembuhan penyakit, tetapi tidak untuk
menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat orang yang sakit
dan dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat membantu dalam proses
penyembuhan penyakit. Itulah beda perawat dan dokter. Perawat juga bukan hanya
memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit kepada si pasien, tetapi mereka juga harus
bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien sembuh. Setelah mereka merasa
sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir maupun batin mereka tenang dan nyaman.
Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut untuk memberikan kenyamanan
bagi pasien, artinya kita bisa meringankan penderitaan sakit si pasien itu dan dalam
perawatan pasien tidak dibedakan yang kaya dan miskin.
b. Contoh Kasus
Banyak kasus orang dipulangkan dari rumah sakit ke rumah ketika mereka masih
membutuhkan asuhan keperawatan, sehingga perawat sering memberikan perawatan di
rumah yamg hampir sama dengan yang mereka berikan pada pasien di rumah sakit.
Berdasarkan teori ada beberapa hal yang pelu di lakukan perawat atau beberapa contoh peran
perawat berdasarkan teori :
1) Pada saat memberikan nutrisi kepada pasien yang harus dilakukan perawat adalah :
d) Melindungi pasien,
Perawat lia, seorang perawat kesehatan masyarakat, Baru saja mengunjungi pasien R
berumur 80 th yang terkena rematik yang tinggal sendirian di sebuah komunitas
pedesaan. Sejak pasien R mengalami kesulitan berambulasi, tetangganya sering
mengunjunginya dan membantudengan cara apapun yang mereka bisa. Salah satu
tetangga ini meminta agar perawat Liamengunjunginya untuk melihat situasi.Pada saat
memasuki rumah Pasien R. perawat Lia sadar akan kekurangan udara segar,
kegelapanlingkungan yang disebabkan oleh tirai berdebu tua yang menutupi jendelanya,
dan draf di kamartidur. Pasien R duduk di kursi tua yang memberikan pandangan tentang
dunia di sekelilingnya.Setela kunjungan itu,perawat lia menghubungi tetangga pasien R
untuk mengatur rencanauntuk memperbaiki lingkungannya. Tirai itu harus dilepas dan
ganti dengan tirai sederhana yangakan membiarkan matahari pagi memasuki ruangan.
Pintu harus tetap terbuka selama udaramasih diperlukan dalam periode tertentu dalam
sehari. Dengan perawatan yang diberikan untukmengurangi draf, kursi favorit pasien R
adalah menjadi tempat persinggahan sehingga bisamelihat keluar jendela untuk melihat
para tetangga datang dan pergi. Contoh ini tidak boleh di pandang sebagai penilaian
lengkap pasien R, tetapi untuk menunjukkan bagaimana konsep dasarlingkungan
Nightingale terkait dengan proses keperawatan yang dapat memberikan pandangan pada
lingkungan. Nightingale berpendapat lingkungan pasie n sangat mempengaruhi, meskipun
ia tidaksecara khusus membedaakan antara lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis.
Dia berbicaratentang ketiganya dalam praktik keperawatan. Penekanan ditempatkan pada
lingkungan fisik pasien. Dalam konteks waktunya, hal ini tepat sebagai sebuah profesi.
Ketika sebuah lingkunganfisik yang optimal, perhatian yang lebih besar dapat diberikan
dengan kebutuhan emosional pasien serta pencegahan penyakit. Pada pasien perlu
dilakukan adanya diet seimbang, fentilsi,garis kebutuhan, udara, keramaian, cahaya, air,
kebutuhan tempat tidur, drainase, kehangatan, pola makan.
Ftk ibu fajar 6.4 FTK 2020 / 1
TOPIK 6 bu Fajar Amanah Ariga S.kep,. Ns,. M.Kep jenis atau tindakan teori
Penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien Isolasi Sosial dengan Pendekatan Model
Konseptual Hildegard E. Peplau dan Virginia Henderson
Hildegard E. Peplau yang dikenal dengan “Interpersonal Process”. Peplau berpikir bahwa
psikodinamik keperawatan ditekankan pada kemampuan yang dimiliki oleh perawat agar
dapat memahami perilakunya sendiri dalam menolong orang lain sehingga mampu
mengidentifikasi kesulitan yang dirasakannya. Ada 4 komponen sentral dalam teori
Peplau yaitu proses interpersonal, perawat, klien dan kecemasan.
Teori Virginia Henderson juga mengidentifikasi adanya 3 level hubungan antara klien
dengan perawat, dimana perawat bertindak sebagai ; 1. pengganti klien;2. penolong klien;
3. teman klien. Henderson mendorong sikap empati perawat dalam memahami klien serta
menyatakan bahwa perawat harus dapat masuk kebawah kulit dari kliennya masing-
masing agar dapat mengetahui apa yang dibutuhkannya (Henderson, 1964 dalam Tomey,
2006). Hal ini berarti seorang perawat harus benar-benar mampu mengenal dan mengkaji
sedalam-dalamnya tetang klien sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhannya.
Aplikasi Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau Dan Virginia Henderson Pada Klien
Dengan Isolasi Sosial. Kelainan jiwa seseorang muncul akibat adanya ancaman. Ancaman
tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Dimana perasaan takut seseorang itu didasari
adanya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Energi yang
dihasilkan dari kecemasan yang semakin meningkat tidak ditransformasikan dengan baik
sehingga menurunkan tenaga, semangat dan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sehingga klien menjadi sakit dan mengalami isolasi sosial.
Berdasarkan konsep model Peplau dan Henderson maka dalam proses interpersonal
antara perawat dengan klien isolasi sosial terjadi 4 tahapan mulai dari orientasi sampai
resolusi. Agar berlangsungnya proses interpersonal pada fase orientasi maka perlu adanya
kesepakatan (kontrak). Kesepakatan tersebut merupakan penerapan dari teori Henderson
dimana perawat perlu menyepakati bersama klien tentang keinginan klien untuk sembuh,
kekuatan dari diri klien
untuk mau bekerjasama dalam menyelesaikan masalahnya beserta dukungan dari anggota
keluarga dan pengetahuan tentang masalah yang dihadapi serta cara mengatasinya. Ini
akan membantu mempermudah perawat untuk dapat menunjukkan konsistensinya dan
mebuat klien lebih terfokus pada tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian perawat dan
klien isolasi sosial dapat membina hubungan saling percaya sehingga fase-fase
selanjutnya dapat dilewati secara bertahap.
Model Virginia Henderson juga mengidentifikasi adanya 3 level hubungan antara klien
dengan perawat, dimana perawat bertindak sebagai ;
1. pengganti klien;
2. penolong klien;
3. teman klien.
Henderson mendorong sikap empati perawat dalam memahami klien serta menyatakan
bahwa perawat harus dapat masuk kebawah kulit dari kliennya masing-masing agar dapat
mengetahui apa yang dibutuhkannya (Henderson, 1964 dalam Tomey, 2006).
Level hubungan perawat dan klien sebagai pengganti dan penolong yang dikemukakan
oleh Henderson juga dikemukakan oleh Peplau namun ada 1 (satu) peran perawat sebagai
teman klien belum ditemukan pada Peplau dan peran ini dirasa sangat tepat diberikan
kepada klien dengan isolasi sosial. Level atau peran ini akan sangat membantu bagi klien
Isolasi Sosial pada saat melakukan pengkajian, hal ini disebabkan karena bila peran ini
dijalankan maka klien akan lebih terbuka sehingga dapat mengungkapkan perasaan dan
masalahnya dengan lebih rinci kepada perawat. Ini akan membantu perawat dalam
menegakkan diagnosa keperawatan dan memberikan tindakan keperawatan berupa terapi
yang tepat. Sehingga pada akhirnya klien terbebas dari sakit/masalah dan menjadi
mandiri.
Berikut ini digambarkan tentang skema penerapan konsep model Peplau dan Henderson
dalam pelaksanan proses interpersonal antara perawat dengan klien isolasi sosial agar
dapat belajar cara membina hubungan interpersonal dengan orang lain
Individu yang mengalami masalah isolasi sosial awalnya memiliki beberapa kebutuhan
yang tidak dapat dipenuhi sepanjang perkembangannya seperti secara biologis ditemukan
adanya gangguan pada konteks frontal sehingga menimbulkan gejala negatif dari klien
skizoprenia. Bila dilihat secara psikologis pengalaman masa lalu klien yang tidak
menyenangkan/ kegagalan dalam salah satu tugas perkembangan yang seharusnya sudah
terlewati. Sedangkan secara sosial ditemukan, tidak terpenuhinya kebutuhan seperti
pendidikan, pekerjaan, dan status sosial ekonomi yang rendah.
Semua hal di atas merupakan kebutuhan klien yang sampai saat ini belum terpenuhi
sedangkan harapan klien untuk masa depannya sangat tinggi sehingga kondisi ini
membuat klien menjadi frustrasi dan tidak berkembang menjadi matur seperti yang
disampaikan Peplau. Pada akhirnya timbul perasaan malu, menghindar dari orang lain
dan lingkungan sosialnya yang berlanjut timbulnya perilaku isolasi sosial.
Peplau menyatakan bahwa individu yang mengalami masalah isolasi sosial adalah
individu yang tidak mampu mentransformasikan atau menyalurkan energi kecemasan
yang ditimbulkan oleh stresor-stresor dalam perkembangan dirinya menjadi hal yang
produktif. Oleh karena itu klien dengan isolasi sosial membutuhkan perawat untuk dapat
belajar merubah energi
kecemasan akibat stresor menjadi bentuk yang produktif sehingga menjadi sehat.
Perawat akan membantu klien isolasi sosial melalui tindakan keperawatan yang diberi
seperti pemberian terapi SST, berdasarkan penilaian individu terhadap stresor (tanda dan
gejala) dan sumber koping yang dimiliki. Bila sumber koping yang dimiliki klien telah
positif dan mendukung maka tindakan selanjutnya melatih atau mempertahankan
kemampuan klien untuk dapat menyelesaikan masalahnya. Dalam asuhan keperawatan
pada klien perawat menggunakan tahapan proses interpersonal yang dikemukakan oleh
Peplau, yang terdiri atas tahapan orientasi, identifikasi, ekploitasi, resolusi (Peplau dalam
Fitzpatrick, 1989).
1. Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial dapat dilihat
dari perubahan kemampuan klien dari klien yang tidak mau berinteraksi dengan keluarga
dan orang lain menjadi mau berinterkasi, dari yang tidak bisa memulai pembicaraan
menjadi mampu untuk memulai pembicaraan, sikap dalam bicara lebih baik seperti ada
kontak mata, kepala
2. Pendekatan teori Peplau dan Henderson sangat efektif digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan masalah isolasi sosial. Hal ini disebabkan karena
dapat memandu perawat untuk memulai interaksi secara bertahap sesuai dengan
perkembangan kemampuan klien dalam proses interpersonal.