Anda di halaman 1dari 83

ISSN : 2407-5515

JURNAL GIZI ILMIAH


Jurnal Ilmiah Ilmu Gizi Klinik,Kesehatan Masyarakat dan Pangan

Volume 1 Nomor 1, September - November 2014


Penyalahgunaan Inhalen Jenis Lem Aibon dan Dampaknya Terhadap status gizi
di Kota Kendari

Fikki Prasetya
Pemanfaatan Ubi Hutan dengan Pengawet Alami Sebagai Alternatif Diversifikasi Pangan
Pada Masyarakat Kabupaten Buton
Evie Fitrah Pratiwi Jaya
Analisis Hubungan Asupan Energi, Protein dan Status Gizi Dengan Kesembuhan Luka
Pasien Bedah di RS. Abunawas Kota Kendari Tahun 2014
Paridah
Analisis Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi Usia 3 - 6 Bulan
di Kabupaten Konawe selatan Tahun 2014
Agusman Sorumba
Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Penderita Hipertensi
Heriyanto
Hubungan Pola Menyusui dan Usia Penyapihan Dengan Status Gizi Anak Baduta
(6 - 24) Bulan di Kota Kendari Tahun 2014
Putu Eka M.E
Hubungan Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi
7 - 12 Bulan di Puskesmas Benu - Benua Kota Kendari
Jenny Qlifianti Demmalewa

Diterbitkan Oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
STIKES KARYA KESEHATAN
Jl. Jend. A. Nasution No. 89 G Kendari,
Telp/Fax. (0401) 3190775
Email :Prodiilmugizi_stikesk3@yahoo.co.id

Jurnal Gizi Ilmiah STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI Terbit 3 kali setahun
DEWAN REDAKSI

VOLUME 1, NOMOR 1 SEPTEMBER – NOVEMBER 2014

Penanggung Jawab : Muslimin L.,A,Kep.,S.Pd.,M.Si

Pemimpin Redaksi : Fikki Prasetya, S.K.M.,M.Kes

Wakil Pemimpin Redaksi : Evie Fitrah Pratiwi Jaya S.Gz.,M.Kes

Sekretaris Redaksi : Sri Rejeki, S.Pi.,M.Sc

Redaktur Pelaksana : Jenny Qlifianty D.,S.Gz

Ellyani Abadi,A.Mg

Alamat Redaksi
Kampus STIKes Karya Kesehatan Kendari
Jalan Jend. A.H. Nasution No.89 G, Kendari, Sulawesi Tenggara
Telp/Fax. (0401) 3190 775 Email : Prodiilmugizi_Stikesk3@yahoo.co.id
Volume 1 No.1, September - November 2014

ISSN:2407-5515

JURNAL GIZI ILMIAH


Jurnal Ilmiah Ilmu Gizi Klinik, Kesehatan Masyarakat, dan Pangan
Volume 1 No.1, September - November 2014

DAFTAR ISI

I. Editorial
II. Artikel ............................................................................................................... Halaman
1. Penyalahgunaan Inhalen Jenis Lem Aibon dan Dampaknya
Terhadap Status Gizi di Kota Kendari ........................................................ 1 - 14
Oleh : Fikki Prasetya

2. Pemanfaatan Ubi Hutan dengan Pengawet Alami Sebagai Alternatif


Diversifikasi Pangan pada Masyarakat Kabupaten Buton ............................ 15 - 25
Oleh : Evie Fitrah Pratiwi Jaya

3. Analisis Hubungan Asupan Energi,Protein dan Status Gizi dengan


Kesembuhan Luka Pasien Bedah di RS. Abunawas Kota Kendari Tahun
2014 ............................................................................................................. 26 - 38
Oleh : Paridah

4. Analisis Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Bayi Usia 3-6
Bulan di Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2014 ....................................... 39 - 47
Oleh : Agusman Sorumba

5. Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Terhadap Penurunan Tekanan Darah


Penderita Hipertensi..................................................................................... 48 - 58
Oleh : Heriyanto

6. Hubungan Pola Menyusui dan Usia Penyapihan dengan Status Gizi Anak
Baduta (6-24 Bulan) di Kota Kendari Tahun 2014 ...................................... 59 - 69
Oleh : Putu Eka M.E.

7. Hubungan Pengetahuan dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI


Ekslusif pada Bayi 7-12 Bulan di Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari ... 70 - 80
Oleh : Jenny Qlifianti Demmalewa
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

PERILAKU PENYALAHGUNAAN INHALEN JENIS LEM AIBON DAN


DAMPAKNYA TERHADAP STATUS GIZI PENYALAHGUNA
DI KOTA KENDARI INDONESIA

1
Fikki Prasetya
FKM Universitas Haluoleo1

Abstrak
Fakta Sosial perilaku ngelem pada Komunitas Punk di Kota Kendari telah
diketahui, yang pada umumnya menyalahgunakan lem jenis Aibon. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan analisis tentang perilaku penyalahgunaan inhalen
(ngelem) jenis Aibon pada Komunitas Punk di Kota Kendari dan dampaknya
terhadap Status Gizi mereka. Penelitian ini menggunakan desain Kualitatif dengan
Pendekatan Studi Kasus. Informan yang diambil adalah anak Punk di Kota Kendari,
yang pernah/masih aktif ngelem dan merokok. Pemilihan informan dilakukan dengan
metode Snowball Research Strategies. Data berupa informasi dikumpulkan melalui
wawancara mendalam (indepht interview) dengan teknik semistruktur dan observasi.
Analisis data dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data (emik),
interpretasi (etik) dan penarikan kesimpulan dari intisari wawancara. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penyalahgunaan inhalen lebih mudah terjadi pada seseorang
yang mencari nafkah sendiri. Remaja yang cenderung setia dengan perkumpulannya,
merasakan kenyamanan bergaul yang tidak diperoleh di tempat lain serta tingginya
rasa solidaritas bersama teman, sehingga terjerumus kepada perilaku ngelem.
Pada pria dengan umur remaja 10–18 tahun, rata-rata berstatus putus sekolah, dan
tergolong dalam kelas ekonomi menengah kebawah memiliki peluang lebih besar
menyalahgunakan inhalen. Dampak terhadap status gizi pengguna diketahui bahwa
Para penyalahguna aktif memiliki status Gizi Kurang baik dikaitkan dengan
berkurangnya berat badan secara signifikan.

Kata Kunci : Perilaku, , ngelem, Pun, Status Gizi

1
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

PENDAHULUAN mudah disalahgunakan untuk


Pertumbuhan dan mendatangkan khayal dan Salah satu
perkembangan bayi Dalam beberapa zat yang terdapat di dalam lem Aica
jurnal internasional yang aibon adalah Lysergic Acid
dipublikasikan, ditemukan bahwa Diethyilamide (LSD) yang berbahaya
remaja pertama kali mencoba baik itu jika dihirup. Menurut National
rokok ataupun minuman beralkohol, Institute on Drug Abuse (1998), bahan
lalu diikuti oleh keduanya dan yang tergolong dalam kategori inhalen
kemudian ganja maupun inhalansia adalah pelarut organik, minyak gas,
( Patrick, et all, 2009 ; Praharaj, et nitrat dan gas anestetik. Gas nitrus
all, 2008 ; ) Prevalensi penggunaan oksida (nitruous oxide) yang juga
seumur hidup rokok itu sedikit lebih dikenal sebagai gas yang dapat
besar pada wanita, ganja dan membuat seseorang merasa senang
penggunaan inhalen lebih besar secara spontan (laughing gas) yang
pada laki-laki. Para pengguna inhalen digunakan dalam industri medis.
remaja laki-laki berumur 10-17 tahun Penggunaan inhalen yang luas dalam
pada umumnya disebabkan, putus industri, menjadikannya mudah
sekolah dan kabur dari desa, dua ditemukan di berbagai produk
sepertiganya karena kekerasan dalam penggunaan harian seperti aerosol
rumah tangga dan konflik dalam pembunuh serangga, gam stiker,
keluarga, penganiayaan fisik oleh cairan pembersih, alat tulis dan produk
anggota keluarga (Sakai, et all , kecantikan seperti varnis kuku. Produk
2009). yang berbeda memiliki tipe inhalen
Studi yang dilakukan yang berbeda dan efek yang
diseluruh dunia sesuai data United ditimbulkan ke tubuh juga berbeda.
Nation Office on Drugs And Crime Lem Aica aibon merupakan
(2012), menunjukkan bahwa terdapat NAPZA yang sangat mudah didapat
kurang dari 10% dari penduduk pada karena keberadaannya legal (sebagai
usia remaja umumnya menggunakan lem). Hal ini yang menyebabkan
inhalen (uap yang dihirup dari Zat penyalahgunaan pemakaian lem ini
Adiktif). Inhalen adalah suatu zat sangat cepat perkembangannya
adiktif yang tergolong Napza yakni terutama di dunia anak jalanan.
bahan/zat/obat yang bila masuk Perilaku penyalahgunaan
kedalam tubuh manusia akan inhalen pada umumnya dilakukan oleh
memengaruhi tubuh terutama anak-anak jalanan, menghirup
otak/susunan saraf pusat, sehingga inhalen/ngelem merupakan kata yang
menyebabkan gangguan kesehatan sangat akrab bagi anak yang hidup di
fisik, psikis, dan fungsi sosialnya jalanan. Dengan ngelem mereka
karena terjadi kebiasaan, ketagihan merasa dapat menahan lapar,
(adiksi) serta ketergantungan meringankan penderitaan,
(dependensi). menghilangkan persoalan dan
Inhalansia adalah zat yang membuat fikiran tenang. Tanda
dihirup. Salah satu contohnya lem psikologi pada remaja seperti sering
Aica aibon yang banyak dipakai anak merasa gelisah, resah, konflik batin
dan remaja karena harganya murah dengan orang tua, minat meluas dan
dan memabukkan. Sifat bahan ini tidak menetap, pergaulan mulai
yang mudah menguap menjadikannya berkelompok, mulai mengenal lawan

2
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

jenis, dan sekolah tidak stabil sedang terjadi, maupun telah selesai
menyebabkan remaja sangat beresiko tetapi masih memiliki dampak yang
untuk menyalahgunakan Napza masih terasa pada saat dilakukannya
termasuk di dalamnya penyalahgunaan penelitian.
inhalen (Poltekkes Depkes Jakarta,
2010). Informan
Komunitas Punk memang Metode snowball research
sangat berbeda sendiri dibandingkan strategies digunakan dalam
dengan Komunitas pada umumnya. pengambilan informan penelitian.
Komunitas ini dianggap salah satu Formulasi terdiri dari mengidentifikasi
Komunitas yang urakan, berandalan informan yang kemudian digunakan
dan bahkan sebagian besar anak Punk untuk merujuk peneliti pada informan
diidentikkan dengan anak jalanan lain pada populasi yang tersembunyi
yang rentan terhadap penyalahgunaan dan susah untuk diakses. Informan
minuman keras dan Napza (O’Hara, penelitian dipilih dari anggota
2008). Hasil survei pendahuluan yang Komunitas Punk yang berada di Kota
dilakukan oleh peneliti sebelum kendari, yang mengetahui
penelitian dimulai dan didukung oleh permasalahan dengan jelas, dapat
pernyataan yang diberikan oleh dipercaya menjadi sumber informasi
informan, mendukung dugaan peneliti yang baik serta mampu
serta menemukan bahwa terjadi mengemukakan pendapat secara baik
penyalahgunaan inhalen yakni dan benar, dengan kriteria sebagai
menggunakan lem jenis fox dan aibon berikut: (a) Remaja yang tergabung
untuk menimbulkan efek nyaman (fly) dalam Komunitas Punk Kota Kendari.,
terhadap diri mereka. Penelitian ini (b) Masih/pernah menyalahgunakan
bertujuan untuk menganalisis tentang inhalen (ngelem). (c) Masih/pernah
perilaku penyalahgunaan inhalen aktif sebagai perokok.
(ngelem) pada Komunitas Punk di
Kota Kendari serta menilai Instrumen Penelitian
dampaknya pada status gizi mereka”. Instrumen dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri, dimana dalam
BAHAN DAN METODE melaksanakan penelitian ini, peneliti
Lokasi Penelitian melengkapi diri dengan : (a) Tape
Penelitian ini dilaksanakan di Recorder/Mp3 yang berfungsi untuk
Kota Kendari Sulawesi Tenggara, merekam hasil wawancara antara
Indonesia, dengan fokus pada peneliti dan informan, (b) Kamera
Komunitas Punk. digital untuk memotret keadaan di
Desain lapangan, (c) Daftar pertanyaan
Desain yang digunakan adalah sebagai pedoman wawancara di
kualitatif, dengan pendekatan studi lapangan, (d) Catatan lapangan
kasus. Pendekatan studi kasus sebagai pedoman observasi untuk
menempatkan sesuatu atau obyek mencatat informasi tambahan yang
yang diteliti sebagai kasus, dimana merupakan hasil observasi lapangan.
kasus dalam penelitian ini masih
bersifat kontemporer dalam hal ini
penyalahgunaan inhalen yang masih
terkait dengan masa kini, baik yang

3
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

Metode pengumpulan data kesimpulan dilakukan dengan metode


Triangulasi sumber digunakan induksi, yakni berusaha menarik
untuk pengumpulan data atau informasi kesimpulan secara umum, dari kuotasi
dengan teknik sebagai berikut : (1). khusus dari informasi yang diperoleh,
Wawancara mendalam (indepht (4) Penyajian data lebih banyak berupa
interview) Teknik wawancara yang kata-kata yang merupakan hasil
digunakan adalah semistruktur penelitian. Penyajian data yang
(semisctructured interview), dengan ditampilkan dalam bentuk kuotasi.
pendekatan menggunakan petunjuk Dalam mengutip pernyataan informan,
umum wawancara dengan beberapa inti peneliti melakukan pengeditan untuk
pokok pertanyaan yang diajukan; (2). kepentingan penulisan agar mudah
Observasi partisipasi yakni dipahami, karena informan berbahasa
pengumpulan data yang dilakukan menggunakan dialek lokal kendari.
dengan cara mengamati perilaku serta
melihat kondisi fisik anggota HASIL
Komunitas Punk yang dijadikan
Sikap Umum Komunitas Punk
informan terhadap penyalahgunaan
terhadap ngelem.
inhalen (ngelem), dengan keterlibatan
Ngelem merupakan suatu
peneliti secara langsung dengan obyek
tindakan yang dianggap keren,
yang diteliti, dengan cara berbaur
sehingga menimbulkan persepsi baik
(immersion).
pada penggunanya di kalangan Punk,
seperti pada kutipan wawancara berikut
Analisis dan Penyajian Data
:
Urutan dalam analisis data
“Ngelem, Jadi nda gaul anak Punk
merujuk pada alur yang dapat dilihat
kalau tidak ngelem..” (TK, pria, 19
sebagai berikut : (1)Pengumpulan data,
tahun).
data dikumpulkan dari hasil wawancara
“..merokok itu keren, lem juga keren
mendalam dan observasi partisipasi.
kalau pada saat kumpul-kumpul toh
Hasil ditulis dalam bentuk catatan
baru ada foto-foto bareng
lapangan, kemudian disalin dalam
begitu..ngelem di anak Punk itu
bentuk transkrip wawancara,
ibaratnya ritual, tidak sah kalau tidak
(2)Mereduksi data (data etik), dengan
ngelem..”(LI, pria, 18 tahun).
membuat koding dan kategori. Data
Sifat kepribadian (personality traits)
yang terkumpul dalam bentuk catatan
terhadap ngelem.
lapangan dijadikan satu dalam bentuk
Pada umumnya hubungan
transkrip, kemudian data yang tidak
sosial mereka baik dengan keluarga
berguna dibuang, (3) Penyajian data
maupun komunitas tidak ada masalah,
(data emik), Penyajian data dilakukan
tetapi salah satu informan mengatakan
dengan teks naratif. Kerahasiaan dari
berbeda, seperti kutipan berikut ini :
responden dijamin dengan jalan
“..kalau sekarang jujur saja.. [saya]
mengaburkan identitas responden.
lagi baku kles..dengan keluarga..lagi
Penarikan kesimpulan Dari data yang
ada masalah internal keluarga juga,
disajikan, kemudian data dibahas dan
kalau [hubungan] sama anak Punk
dibandingkan dengan literatur dan hasil
baik-baikji juga..[tidak ada masalah],
penelitian terdahulu dan secara teoritis
kalau begini dulu biasanya sa cari mi
sesuai topik penelitian. Penarikan
lem” (LI, pria, 18 tahun).

4
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

Observasi : misalnya saja kalau dia [teman] tidak


• Informan sesekali bercanda khas punya [uang], sama-sama [kami] tidak
anak muda bersama teman-temannya, punya [uang] ..biasanya [kami makan]
namun ada kalanya, teman-temannya sepiring berdua misalnya,,usahakan
melempar kata-kata sedikit kasar, [semua teman anak Punk yang ada di
namun tak ditanggapi serius oleh tempat itu] rasakan semua [makanan
informan. yang ada]..biarpun sedikit
[makanannya] kita kenyang, tapi
Nilai Hidup (Values) anak Punk dalam
setidaknya sama-sama kita merasakan
kaitannya dengan ngelem
toh..”(AMA, pria, 19 tahun).
Anak Punk dalam kesehariannya
baik bergaul bersama komunitasnya,
“[saya] ada [sering]..bantu mamaku
maupun dengan keluarganya mendapati
dirinya sebagai bagian yang utuh. kerja, kasi [beri] uang biasanya bisa
[sekitar] 20 [ribu] biasa 30 [ribu] kalau
Mereka menyikapi pribadi mereka dalam
dapat [hasil] habis mengamen, kalau
bersosialisasi dengan baik dengan
tidak ada uangku biasa saya pinjam saja
lingkungan sosialnya serta merasa
dengan mamaku, nanti saya ganti
berguna bagi keluarganya dalam
lagi..[setelah dapat uang]” (CH, pria,
membantu mencari nafkah, seperti yang
dikutip dari hasil wawancara berikut ini : 12 tahun).
“..iya bagus [hubungan] dengan “iya..[saya] seringji [merasa
keluargaku..,masih respon [saling berguna]..karena selalu juga bantu
menegur],,tidak terlalu mengucilkan mamaku kerja.. biasa juga kasi-
pekerjaanku yang lebih banyak dijalan, kasi..tapi kalau tidak ada uang biasa
tidak melarang juga..[pekerjaan sebagai [sering] minta juga [pada ibu atau
pengamen dan anak Punk]..” (AM, pria, ayah]..(SY, pria, 13 tahun).
19 tahun). Pengaruh Usia terhadap Inisiasi
Observasi :
Ngelem
• Informan dalam keluarganya terlihat
Usia memberikan pengaruh
seperti remaja pada umumnya, besar terhadap perilaku seseorang dalam
maupun dalam bergaul dengan
melakukan penyalahgunaan inhalen
temannya sama seperti remaja (ngelem), dengan usia yang rata-rata
lainnya, pada saat dikonformasi oleh masih remaja, dimana psikologi pada
peneliti, seorang temannya remaja dengan emosi yang labil seperti
mengatakan bahwa informan tidak
sering merasa gelisah, resah, konflik
pernah terlibat tindakan kriminal,
batin dengan orang tua, minat meluas
kecuali kakaknya.
dan tidak menetap, pergaulan mulai
Nilai hidup (values) yang berkelompok, mulai mengenal lawan
mereka rasakan merefleksikan jenis, dan sekolah tidak stabil,
pandangan personal mereka terhadap memberikan ruang besar terhadap
diri, hal ini terlihat dari kutipan mereka untuk menginisiasi perilaku
wawancara sebagai berikut : ngelem
“..kalau [merasa berguna] untuk diri “..dari situlah [awalnya] sampai sa
sendiri, ada [sering] juga,,untuk diri berhenti sekolah, lulus SMP, mulailah
sendiri saya rasa ada saya bermanfaat bergaul diluar [dengan anak Punk] (LI,
bagi temanku [yang] artinya bertambah pria, 18 tahun)
luas juga pergaulanku,,maksudnya

5
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

“waktu baru pertama saikut Punk seribu,,teman seribu,,yah baku bagimi


[berumur 14 tahun], saya sudah [biaya beli lem]..” (AMA, pria, 19
coba..kalau di Kendari tenar-tenarnya tahun).
itu ngelem tahun-tahun 2008..” (AA,
Harga yang relatif murah
pria, 17 tahun). dibandingkan bahan jenis lain yang
Jenis kelamin (gender) terhadap memabukkan, mudah ditemukan, dan
ngelem cara menggunakannya mudah serta tidak
Pengaruh gender terhadap adanya payung hukum yang menjadi
perilaku ngelem memiliki andil besar, pemberi efek jera kepada mereka dalam
dimana pada umumnya penyalahgunaan melakukan penyalahgunaan.
inhalen dilakukan oleh remaja laki-laki. “..karena kalau kantong kering kan..biar
“..kalau dulu [awal-awalnya] ada Punk hanya 10 ribu 8 ribu bisa mabok
ledis, sekarang tidak ada lagi, bubar, [dengen ngelem], murah, kalau obat-
pisah-pisah mereka”..(AMA, pria, 19 obatan, terlalu mahal efeknya juga lebih
tahun). parah ketergantungannya, lem
mudahnya didapat karena banyak di
Pengaruh Penghasilan terhadap kios-kios..polisi pernah kita ngumpul-
perilaku ngelem ngumpul di kos-kos, teman ditangkap,
Penghasilan anak Punk yang tapi hanya diperingati dikantor polisi,
rata-rata pengamen, dimana uang yang tidak sampai dipenjaraji..” (LI, pria, 18
mereka peroleh sendiri tersebut, tahun).
memiliki potensi disalahgunakan karena
“..[saya merasa] mampu
tanpa pengawasan orang tua, karena
[ngelem]..karena saya bisa beli..kalau
orang tua mereka yang pada umumnya
saya habis ngamen biasa saya belikan
tidak lagi membiayai keseharian anak-
lem..[harganya hanya] 10 ribu..”(CH,
anak Punk juga memberikan kesempatan
tanpa pengawasan kepada mereka untuk pria, 12 tahun).
mengakses lem jenis fox dengan harga Pengaruh etnis (suku)dan agama
murah dan terjangkau, dibanding dengan terhadap perilaku ngelem
jenis yang lain yang memabukkan Di dalam Komunitas Punk yang
seperti minuman keras ataupun obat sering diistilahkan dengan People United
terlarang yang harganya mahal, hal ini Not Kingdom, yang berarti mereka
dapat dilihat dalam kutipan wawancara adalah orang yang berkomunitas tanpa
berikut : memiliki raja atau pemimpin. Sehingga
“..gampang sekali cari uang kalau satu sama lain mereka dianggap sama
malam,,kalau saya dapat uang langsung rata tak ada pengaruh perbedaan suku
saya beli,,gampang di dapat juga,,kalau dan agama yang melatarbelakangi
dibanding dengan yang lain yang bikin tebentuknya anak Punk di Kota Kendari.
mabok yang ini [ngelem] gak ada yang Komunitas Punk di kendari pada
pernah dilarang..” (AM, pria, 19 umumnya beranggotakan suku
tahun). pendatang seperti Makassar sebagai
mayoritas, kemudian suku Bugis, dan
“..yah susah-susah gampang [kalau mau
suku asli Kendari yakni suku Tolaki
ngelem]..susahnya kalau tidak ada
menjadi minoritas, sedangkan agama
uang..kalau ada uangku saya belikan
lem,,kalau [waktu] dulu sering,,biasanya mayoritas Islam dan Minoritas Kristen,
serta tak ada anak Punk di Kota Kendari
patungan..misalnya saya ada [uang]

6
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

yang menganut agama lain selain suku [saya] bergaul ikut-ikut jalan ke
tersebut diatas. Makassar, langsung disitu saya [mulai]
..kalau suku [anak Punk] kendari rata- senang [dengan cara] pergaulannya.
rata Makassar, bugis, dan muna, yang Saya rasa nyaman itu [bergaul dengan
jelasnya Makassar paling banyak..ada anak Punk, persatuannya bagus,
tolaki [asli kendari] tapi kebersamaannya, terus bebas,
sedikit..memang tolaki asli sini, tapi maksudnya tidak ada yang melarang,
yang dirikan Punk disini orang dari kalau makan satu Loyang bersama
luar, orang Makassar..Agamanya islam semua, kalau merokok Cuma sebatang
rata-rata..ndada saya tau agama rokoknya di steken..” (AM, pria, 19
lain..(LI, pria, 18 tahun). tahun).
agama islam semua..kebanyakan islam Kebiasaan anak Punk yang telah
tapi ada juga Kristen..(TK, pria, 19 menganggap ngelem merupakan suatu
tahun). ritual memberikan kesempatan kepada
calon pengguna yang menganggap
Pengaruh pendidikan terhadap
komunitas Punk ini sebagai reference
perilaku ngelem
group atau kelompok referensi yang
Untuk melihat faktor latar
belakang personal, melalui pendidikan kemudian segala jenis perilaku yang
untuk mendapatkan gambaran dari sisi nampak mulai diadopsi, baik itu perilaku
positif maupun negatif seperti ngelem.
kecerdasan emosional maupun
“ waktu di Makassar, waktu baru
intelektual mereka, terkait perilaku
pertama saya ikut [bergabung dengan]
penyalahgunaan inhalen, dapat dilihat
Punk, saya sudah coba..saya disuruh
dari hasi kutipan sebagai berikut :
juga [untuk] tes [ngelem]..anak Punk itu
“ ..[saya] sekolah hanya sampe SD,
tidak sah kalau tidak pernah coba lem,
sampe kelas 6 SD.. itu [karena] tidak
sudah pasti pernah coba, terus kita bawa
mampu juga orang tua [biayai sekolah],
ke Kendari, banyak [anak-anak Punk]
saya tidak lanjut sekolah karena sa
yang ikut-ikuti [ngelem].. “(AA, pria, 17
sendiri tidak mau, kalau orang tua masih
mau..”(AM, pria, 19 tahun). tahun).
“ [waktu pertama belajar] Lihat teman
Minimnya pendidikan yang
dia ngelem,coba juga, saya menghirup-
mereka peroleh, serta status sebagai anak
menghirup juga..Positifnya itu kaya5
putus sekolah memberikan kesempatan
kasih gila orang, berkhayal, kalau habis
kepada mereka untuk bergaul dengan
menghirup [lem] lain-lain dia
Komunitas Punk, dan menggeluti
bicara..”(TK, pria, 19 tahun).
pekerjaan rata-rata sebagai pengamen
jalanan, hal ini dapat dilihat dari hasil Peranan ekspos media terhadap
wawancara sebagai berikut : perilaku ngelem
“..awalnya [saya] ketemu [dengan Faktor informasi dalam latar
seorang] anak Punk,namanya Aba anak belakang seseorang sampai berperilaku
[berasal dari kabupaten] kolaka, terus adalah pengalaman, pengetahuan dan
mengajak [bergabung dengan ekspose pada media. Sebagian besar
Komunitas Punk] jalan ke Kolaka penyalahgunaan inhalen (ngelem) pada
bergaul..bergaul..terus saya bertanya Komunitas Punk dimulai pada umur
komunitas apa ini? Dia bilang remaja yakni 12-18 tahun, hal ini terlihat
komunitas Punk, bisa saya ikut dalam kutipan berikut :
[bergabung]? Dia bilang bisa, terus

7
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

“..lulus SMP, mulai [saya] bergaul lem, tapi dijakarta sana juga..beritanya,
diluar..belajar ngelem sama anak Punk anak jalanan didapat diatas jembatan 2
di kebi..” (LI, pria, 18 tahun). orang didapat ngelem, terus dibawa
kerumah sakit, [dalam keadaan] tidak
“waktu baru pertama saikut Punk, sa
sadar..efeknyami itu mungkin gara-gara
sudah cobami..kalau di Kendari tenar-
fisiknya tidak kuat itu, dokternya yang
tenarnya itu ngelem tahun-tahun 2008..”
jelaskan. Bahkan katanya meninggal
(AA, pria, 17 tahun).
sekaligus 2 [orang] itu..bahkan
Kurangnya informasi tentang [berawal] dari situ saya mulai kurangi
bahaya penyalahgunaan inhalen, dan ngelem, tadinya [pakai] 1 kaleng
anggapan yang salah tentang perilaku toh,.sekitar sudah 3 bulan lebih itu
ngelem, memberikan pengaruh pada berita, di Antv kayaknya itu berita ..”
penyalahgunaan inhalen (ngelem) lebih (LI, pria, 18 tahun).
lanjut, karena mesikpun mereka sadar
Begitupun dengan pencantuman
dampak dan bahayanya, mereka tetap
larangan penyalahgunaan lem, yang
ngelem, karena telah menjadi kebiasaan
tertera di kaleng lem tersebut,
mereka walaupun dapat membahayakan,
mempunyai fungsi yang baik sebagai
hal ini terlihat dalam kutipan berikut:
“kalau dulu [ngelem menurut saya] pendukung dalam usaha mencegah
pasti positif, karena saya lebih fikirkan perilaku ngelem :
“biasanya ada tulisan dikalengnya itu,
enaknya daripada yang lainnya, kalau
larangan..jadi kita tau juga bahayanya,
sekarang, yah [sudah] ada kita paham
sampai coba berhenti..”(AMA, pria, 19
toh, banyak kita lihat, kita kurang-
kurangi..”(AA, pria, 17 tahun). tahun).
Observasi :
Peran media tidak banyak • terdapat larangan penyalahgunaan
memberikan andil dalam inisiasi perilaku inhalen pada kaleng kemasan lem fox,
ngelem. Hal ini dapat dilihat dalam dimana larangan tersebut mudah
kutipan berikut : untuk dibaca oleh seseorang.
“..tidak ada [pernah melihat di
media],,biar di HP tidak pernah, saya Dampak terhadap Status Gizi
kenal ngelem awalnya dari temanji,,itu Penyalahguna Inhalen
awalnya orang ngelem [sejarahnya] Inhalen atau biasa yang disebut
orang dari inggris menurut ceritaji,,itu ngelem oleh anak-anak jalanan
sadengar ceritanya arjun anak Punk merupakan senyawa organik berupa gas
kolaka [tinggal] di pomalaa..” (AM, dan pelarut yang mudah menguap.
pria, 19 tahun). Inhalen mengandung bahan-bahan kimia
“..ooo tidak ada..tidak pernah [dengar yang bertindak sebagai depresan.
dari media] “(AA, pria, 17 tahun). Depresan memperlambat sistem saraf
Adapun mereka yang pernah pusat, mempengaruhi koordinasi gerakan
menyaksikan ekpos media tentang anggota tubuh, dan konsentrasi pikiran.
ngelem, justru menyebabkan rasa takut Selain itu, inhalen juga bisa
bagi mereka, sehingga mereka mencoba mengakibatkan kerusakan fisik dan
untuk berhenti. mental yang tidak bisa disembuhkan.
“..dengarnya [berita tentang ngelem] Inhalen mempengaruhi otak dengan
dari televisi, kan bukan Cuma sekitar kecepatan dan kekuatan yang jauh lebih
kendari yang banyak gunakan semacam besar dari zat lain, hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan fisik dan

8
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

mental yang tidak dapat disembuhkan. kerusakan otot permanen yang disertai
Mati lemas dan mati secara tiba-tiba dengan rabdomiolisis. Kombinasi pelarut
dapat terjadi, walau "ngelem" baru organic dan konsentrasi tembaga, seng,
dilakukan pertama kali. dan logam berat yang tinggi telah
Gejala psikologis lain pada dosis disertai perkembangan atrofi otak,
tinggi dapat termasuk rasa ketakutan, epilepsy lobus temporal, penurunan nilai
ilusi sensorik, hlusinasi auditoris dan intelegensia (intelligence quotience : IQ)
visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala dan berbagai perubahan
neurologis dapat termasuk bicara, dan elektroensefalografik (EEG).
ataksia. Penggunaan dalam periode lama Penyalahgunaan menahun atau
dapat disertai dengan iritabilitas, labilitas pemaparan bahan kimia ini bisa merusak
emosi, dan gangguan ingatan. otak, jantung, ginjal, hati dan paru-paru.
Toleransi terhadap inhalan dapat Selain itu bisa terjadi kerusakan sumsum
berkembang; walaupun tidak dikenali tulang, yang akan mempengaruhi
oleh DSM-IV , sindroma putus inhalan pembuatan sel darah merah dan
dapat menyertai penghentian pemakaian menyebabkan anemia.
inhalan. Sindroma putus inhalan tidak Penyalahgunaan inhalen
sering terjadi; jika terjadi keadaan ini memberikan dampak pada pola makan,
ditandai oleh gangguan tidur, iritabilitas, dimana informan menyatakan bahwa
kegugupan, berkeringat, mual, muntah, dengan menghirup lem, dapat
takikardi, dan kadang-kadang waham menggantikan rasa lapar (kenyang semu)
dan halusnasi. dan pada akhirnya melupakan rasa lapar.
Bahaya penggunaan jangka “Rata-Rata temanku yang ngelem itu
panjang pemakaian inhalen dapat Kurus orangnya, ada kemarin dia belum
menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi, pake lem, bagus badannya, nnti lama
dan gangguan ingatan, kejang pada kelamaan dia pake lem akhirnya
anggota badan, kerusakan sumsum kerempeng, ndak ada napsu makan,
tulang dan kerusakan hati dan ginjal. dengan “ngelem” saja sudah kenyang
Sindroma putus inhalen tidak sering rasanya”(AMA, pria, 19 tahun).
terjadi, kalaupun ada muncul dalam Observasi :
bentuk susah tidur, iritabilitas, • Keseluruhan responden terlihat kurus,
kegugupan, berkeringat, mual, muntah, tidak dalam keadaan berat badan ideal,
takikardia, dan kadang kadang disertai ”“Kalau ngelem, badan lebih kurus dan
halusinasi. bahu naik seperti penyakitan, karena
Inhalan dapat disertai dengan memang ketika menghirup bau lem
banyak kemungkinan efek merugikan tersebut, terasa denyut kepala yang
yang serius. Efek merugikan yang paling menghentak” (AA, pria, 17 tahun).
serius adalah kematian, yang dapat Salah satu penyebab pada
disebabkan oleh depresi pernafasan, umumnya penyalahguna inhalen
aritmia jantung, asfiksia, aspirasi muntah (ngelem) kehilangan berat badan
atau kecelakaan atau cedera (sebagai idealnya disebabkan karena terjadinya
contohnya, terintoksikasi inhalan saat gangguan pada tenggorokan sehingga
mengendarai kendaraan). Peristiwa menghambat pola makan mereka.
merugikan serius lainnya yang “Banyak anak kecanduan lem, saya lihat
berhubungan dengan penggunaan untuk makan pun susah karena
inhalan jangka panjang adalah kerusakan tenggorokannya dirasakan sakit," (LI,
hati dan ginjal yang ireversibel dan
pria, 18 tahun)

9
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

Begitu masuk ke dalam tubuh, Inhalen PEMBAHASAN


langsung membawa rasa santai dan Ngelem dianggap merupakan
menyenangkan. Tiada lagi rasa cemas ritual didalam komunitas Punk, dimana
dan takut, persoalan (seolah) hilang. seseorang baru dapat dikatakan anak
Sensasinya juga serasa memberi, Punk jika sudah pernah mencoba
dorongan semangat, percaya diri yg ngelem, hal inilah yang mendasari
tinggi dan daya tahan sehingga inisiasi dari perilaku ngelem anak Punk,
pemakainya bisa bekerja berjam-jam dimana dengan dianggapnya ngelem
bahkan berhari-hari tanpa lelah, sehingga merupakan sesuatu yang keren dan
dapat bertahan berhari-hari, dengan dianggap pengecut ataupun tidak sah
ketiadaan terhadap rasa lapar dan haus, seorang anak Punk jika tidak mencoba
sehinga membuat para penggunanya ngelem, sehingga mereka mencoba
mengalami penurunan berat badan, yang mengejar predikat tersebut.
tentulah jauh dari ideal. Masalah internal maupun
Dalam otak manusia terdapat ekseternal yang dihadapi oleh anak Punk
pusat kesenangan yang disebut nucleus baik dilingkungan keluarga maupun
accumbent. Di titik ini terjadi pelepasan sosialnya, memberikan pengaruh
dopamine, yaaitu bahan kimia alami yg terhadap mereka untuk menjadi
menimbulkan rasa senang. Makin pengguna aktif ataupun kambuhan. Hasil
banyak dopamine dilepaskan, makin pengamatan peneliti, pada umumnya
senang kita rasakan. Kesenangan informan akan mencari sesuatu yang
sesungguhnya merupakan ’hadiah’ yang memabukkan seperti lem dan minuman
diberikan otak kepada manusia. Salah keras, agar dapat melupakan
satu puncak kesenangan normal adalah permasalahan yang sedang dihadapinya.
adalah seks dan makan. Dalam kedua Namun dalam penelitian ini tidak
aktivitas itu, dopamine dilepaskan otak menemukan pengaruh besar dari
dan menimbulkan rasa senang dan hubungan sosial yang buruk dengan
nyaman. Pemakainya jarang makan dan keluarga atau teman dalam menginisiasi
minum, pasokan air liur di mulut perilaku ngelem mereka.
menjadi berkurang. Akibatnya gigi dan Mereka merasa bahwa apa yang
gusi menjadi keropos tak terkira. telah mereka lakukan terhadap teman
Bencana lainnya adalah kerusakan maupun keluarga membuat mereka
organ-organ vital seperti ginjal, paru- merasa lebih memiliki nilai hidup dan
paru, lambung, hati dan tentu saja otak, berarti bagi orang-orang disekitarnya,
serta tentu saja tampilan fisik yang dengan keluargapun walau dengan
menyedihkan. penghasilan paspasan yang dihasilkan
Oleh karena itu cara termudah umumnya dari mengamen membuat
mencegah kematian akibat penggunaan mereka tak lupa untuk membantu
NAPZA (khususnya dalam hal ini lem ekonomi keluarga, selain itu
Aica aibon) adalah tidak mulai pergaulannya di lingkungan Komunitas
menggunakannya sama sekali. Sekali Punk pun memberikan mereka
pemakai kecanduan, ia akan memiliki peningkatan nilai hidup dan pandangan
ketergantungan fisik dan psikologis pribadi terhadap diri mereka. Disisi lain,
(yang bisa berlangsung seumur hidup). mereka yang mencari nafkah sendiri
ternyata memiliki pengaruh besar
terhadap inisiasi perilaku ngelem sampai
menjadi pengguna aktif dan kambuhan.

10
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

Dengan mampu mencari uang sendiri, adanya payung hukum yang menjadi
mereka lebih leluasa untuk mengakses pemberi efek jera kepada mereka dalam
lem untuk disalahgunakan, yang melakukan penyalahgunaan. Jika digali
disebabkan kurangnya pengawasan lebih mendalam sehubungan dengan
orang tua mereka terhadap apa saja yang perilaku ngelem pada anak Punk di Kota
dibelanjakan oleh mereka. Kendari, pengaruh perbedaan suku dan
Usia memberikan pengaruh agama ini tidak memberikan andil pada
besar terhadap perilaku seseorang dalam inisiasi perilaku ngelem. Minimnya
melakukan penyalahgunaan inhalen pendidikan yang mereka peroleh, serta
(ngelem), dengan usia yang rata-rata status sebagai anak putus sekolah
masih remaja, dimana psikologi pada memberikan kesempatan kepada mereka
remaja dengan emosi yang labil seperti untuk bergaul dengan Komunitas Punk,
sering merasa gelisah, resah, konflik dan menggeluti pekerjaan rata-rata
batin dengan orang tua, minat meluas sebagai pengamen jalanan
dan tidak menetap, pergaulan mulai Dengan bergaul dan sebagai
berkelompok, mulai mengenal lawan anak Punk, mereka merasa menemukan
jenis, dan sekolah tidak stabil, tempat yang nyaman di dalam kelompok
memberikan ruang besar terhadap ini, yang tidak mereka temui di tempat
mereka untuk menginisiasi perilaku lain. Pergaulan tersebut juga yang
ngelem. Penyalahgunaan inhalen menginisiasi mereka untuk melakukan
merupakan hal yang umum di dalam perilaku ngelem, baik secara sadar dan
komunitas Punk di kota Kendari, tidak sadar. Kebiasaan anak Punk yang
dulunya Komunitas Punk Kendari telah menganggap ngelem merupakan
memiliki gender perempuan yang suatu ritual memberikan kesempatan
dinamakan Punk ladies, namun mereka kepada calon pengguna yang
sekarang sudah tidak lagi aktif sebagai menganggap komunitas Punk ini sebagai
anak Punk. Sekarang ini Komunitas reference group atau kelompok referensi
Punk Kendari keseluruhannya yang kemudian segala jenis perilaku
beranggotakan Laki-laki. yang nampak mulai diadopsi, baik itu
Penghasilan anak Punk yang rata- perilaku positif maupun negatif seperti
rata pengamen, dimana uang yang ngelem.
mereka peroleh sendiri tersebut, Rasa nyaman yang diberikan
memiliki potensi disalahgunakan karena sangat nikmat menurut mereka. Tiada
tanpa pengawasan orang tua, karena lagi rasa cemas dan takut, persoalan
orang tua mereka yang pada umumnya (seolah) hilang. Sensasinya juga serasa
tidak lagi membiayai keseharian anak- memberi, dorongan semangat, percaya
anak Punk juga memberikan kesempatan diri yg tinggi dan daya tahan sehingga
tanpa pengawasan kepada mereka untuk pemakainya bisa bekerja berjam-jam
mengakses lem jenis fox dengan harga bahkan berhari-hari tanpa lelah, sehingga
murah dan terjangkau, dibanding dengan dapat bertahan berhari-hari, dengan
jenis yang lain yang memabukkan ketiadaan terhadap rasa lapar dan haus,
seperti minuman keras ataupun obat sehinga membuat para penggunanya
terlarang yang harganya mahal. mengalami penurunan berat badan, yang
Harga yang relatif murah tentulah jauh dari ideal.
dibandingkan bahan jenis lain yang
memabukkan, mudah ditemukan, dan
cara menggunakannya mudah serta tidak

11
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

KESIMPULAN yang berguna, baik itu materil maupun


Inisiasi perilaku ngelem dukungan spiritual, penulis
disebabkan oleh beberapa alasan, yakni menghaturkan ucapan terima kasih yang
harga yang relatif murah dibandingkan tak terhingga. Terutama kepada Penulis
bahan jenis lain yang memabukkan, kedua dan ketiga, yang telah banyak
mudah ditemukan, dan cara membantu dalam membimbing dan
menggunakannya mudah serta tidak emngarahakan penelitian agar sesuai
adanya payung hukum yang menjadi dengan tujuan dan koridor ilmiah.
pemberi efek jera kepada mereka dalam
melakukan penyalahgunaan inhalen. DAFTAR PUSTAKA
Penyalahgunaan inhalen lebih mudah Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality
terjadi pada seseorang yang mencari and Behavior, (2nd
nafkah % sendiri, seseorang merasa edition). Berkshire, UK:
berguna bagi dirinya sendiri dan Open University Press-
keluarganya, sehingga mendasari mereka McGraw Hill Education.
lebih bebas membeli lem dan Atkinson, Rowland & Flint, John. 2001.
menyalahgunakannya tanpa pengawasan Accessing Hidden and
orang tua. Remaja yang cenderung setia Hard-to-Reach
dengan perkumpulannya, merasakan Populations: Snowball
kenyamanan bergaul yang tidak Research Strategies.
diperoleh di tempat lain serta tingginya Inggris : Social research
rasa solidaritas bersama teman, sehingga update, Department of
terjerumus kepada perilaku ngelem. Sociology, University of
Pada pria dengan umur remaja 10–18 Surrey, Guildford GU7
tahun, rata-rata berstatus putus sekolah, 5XH.
dan tergolong dalam kelas ekonomi BNN & Puslitkes UI , 2007. Makalah
menengah kebawah memiliki peluang pada Seminar Hari
lebih besar menyalahgunakan inhalen. Survey Nasional
Pada Usaha untuk berhenti ngelem, Penyalahgunaan dan
peran media dalam mengekspos berita Peredaran gelap Narkoba
tentang dampak buruk ngelem, lebih Pada kelompok Rumah
berperan sehingga seseorang mampu Tangga 2007. Jakarta :
melepaskan adiksi dari ngelem. Selain BNN.
itu, dengan mencoba menghindari teman Dorland. 2003. Illustrated Medical
yang aktif sebagai pengguna terbukti Dictionary, 30th Edition.
memiliki andil besar. ketiadaan terhadap Philidelphia : Saunders.
rasa lapar dan haus, sehinga membuat Howard, M, et all. 2010. Inhalent use,
para penggunanya mengalami penurunan inhalent-use disorders,
berat badan, yang tentulah jauh dari ideal and antisocial behavior :
dan memberikan pengaruh signifikan findings from the national
terhadap penurunan status gizi ditinjau epidemiologic survey on
dari sudut antropometrik.. alcohol and related
conditions
UCAPAN TERIMA KASIH (NESARC)(Report).
Bagi seluruh keterlibatan Journal of Studies on
sehingga penelitian ini dapat Alcohol and Drugs. Vol.
terselesaikan dan menjadi bahan bacaan 71 Nbr. 2, March 2010.

12
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

(online) http://goliathcom journal of drug policy.


/gi_012616466/Inhalent- Vol.22 : 463-470
(use-inhalent-use- Nasir, S,. Rosenthal, D. 2009. The social
disorders.html), diakses context of initiation into
april 2011. injecting drugs in the
Kerlinger, F.N. 1986. Asas-asas slums of Makassar,
Penelitian Behavioral. Indonesia. International
Terjemahan oleh Landung journal of drug policy.
R. Simatupang. 2006. Vol. 20 : 237-243.
Yogyakarta : Gadjah National Institute on Drug Abuse (1998).
Mada University Press. Assessing Drug Abuse
Koch, K.,R., Roberts, A.,E.,Armstrong, Within and Across
M.,L., Owen, C.,O. 2009. Communities: Community
Body art, deviance, and Epidemiology
American college surveillance Networks on
students. The Social Drug Abuse. Department
Science Journal. Vol 47 of health and Human
(2010) 151–161. (Online) Services National
(http://courses.ttu.edu/jko Institutes of Health,
ch/research/Social%20Sci Maryland
ence%20Journal%20Pub. O’Hara, C. 2008. The Philosophy of
pdf), diakses 14 februari Punk: More Than Noise.
2012. Second Edition. San
MacLean, Sarah. 2007. Volatile bodies: Fransisco, CA: AK Press.
Stories of corporeal Praharaj, S.,K., Verma, P., Arora, M.
pleasure and damage in 2008. Inhalant Abuse
marginalised young (Typewriter Correction
people’s drug use. Fluid) in Street Children.
International Journal of Journal of Addiction
Drug Policy 19 (2008) Medicine. Volume 2 -
375–383. (online), Issue 4 :175-177
(http://whyprohibition.ca/ Sakai, J.T., Hall,S.K., Gilbertson-
sites/default/files/Maclean Mikulich, S.K.,
-volatile bodies-pleasure- Crowley,J.T. 2009.
2008.pdf), diakses pada Inhalant use, abuse, and
tanggal 11 Januari 2012. dependence among
Mu’tadin, Z. 2002. Rokok dan Remaja. adolescent patients:
(online) (http:/www.e- commonly comorbid
psikologi.com/remaja/050 problems : Division of
602.htm) diakses 10 Substance Dependence,
Januari 2012 University of Colorado
Nasir, S,. Rosenthal, D.,Moore, T. 2011. School of Medicine,
The social context of Denver, CO 80262, USA.
controlled drug use Journal of the American
amongst young people in Academy of Child and
a slum area Makassar Adolescent Psychiatry.
Indonesia. International 10/43(9):1080-8.

13
Fikki Prasetya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 1 - 14

Sakai,T.,J., Mikulich-Gilbertson, K.,S.,


Crowley J., T. 2006.
adolescent inhalant use
among male patients in
treatment for substance
and behavior problems:
two-year outcome. the
american journal of drug
and alcohol abuse. Vol.
32(1) : 29-40.
Satori, D.,& Komariah, A. 2010.
Metodologi Penelitian
Kualitatif. Alfabeta :
Bandung
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum.
Pustaka setia : Bandung.
Sharp, C. W. 1992. Introduction to
Inhalent Abuse. Inhalent
Abuse: A Volatile
Research Agenda,
National Institute on Drug
Abuse Research
Monograph Series No.
129; Rockville: NIDA.
Moore, Ryan. 2004. Postmodernism and
Punk Subculture: Cultures
of Authenticity and
Deconstruction. The
Journal of Communication
Review.Vol. 7:305–327.
(http://www.stevenlaurie.
content/uploads/2012/01/
moore-
punkauthenticity.pdf),
diakses 26 februari 2012.

14
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

PEMANFAATAN UBI HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN


PENGAWET ALAMI SEBAGAI ALTERNATIF PENGEMBANGAN
PANGAN LOKAL DI SULAWESI TENGGARA

1
Evie Fitrah Pratiwi Jaya
Stikes Karya Kesehatan1

Abstrak

Pemanfaatan ubi hutan dengan menggunakan bahan pengawet alami sebagai alternative
pengembangan pangan lokal di Pulau Mawasangka Kabupaten buton Sulawesi
Tenggara (dibimbing oleh Suryani A. Armyn dan Nurhaedar Jafar).
Penelitian ini bertujuan mendapatkan produk dodol dari ubi hutan dengan
menggunakan pengawet alami sebagai alternative pengembangan pangan lokal.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain analisis
labolatorium. Penelitian dilakukan 3 tahap, tahap pertama melakukan penelitian
pendahuluan dengan pengujian resep dan uji organoleptik, Penelitian awal produk
dilakukan analisis proksimat dan penelitian akhir produk dilakukan analisis mikroba
sesuai dari SNI.
Hasil penelitian Formula dodol DIII memberikan tingkat kesukaan yang
baik.Untuk penelitian awal produk yakni analisis proksimat, formula terpilih 7,50%
untuk protein kasardan 7,94% formula kontrol, lemak kasar 0,46% formula terpilih
0,42% formula kontrol, Karbohidrat 71,37% formul terpilih dan 71,27% formula
control, Kadar air 19,48% formula terpilihdan 19,25% dengan syarat SNI maks.20%,
kadar abu 1,42% formula terpilih, 0,83% untuk dodol kontrol, syarat SNI min.7%, kadar
serat dodol terpilih 1,40% dan 0,14% untuk dodol kontrol. Pada penelitian akhir
produk, mutu mikrobiologi terdapat perbedaan jenis mikroba yakni dodol terpilih
terdapat mikroba khamir sehingga secara kasat mata terlihat masih berbentuk normal
sedangkan dodol control terdapat jenis kapank,yang dapat menjadikan produk tersebut
sudah tidak layak untukdikonsumsi. Penelitian akhir produk,daya simpan produk dodol
terpilih 12 hari sedangkan dodol control bertahan 6 hari.

Kata Kunci : Formula Dodol, Ubi Hutan, Jahe Merah, Masa Simpan

15
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

PENDAHULUAN keunggulan pangan lokal yang berbeda


Selama ini beras memang sesuai tingkat produksi dan konsumsi.
menjadi bahan pangan utama di Jenis umbi ini dibudidayakan secara
Indonesia karena banyak mengandung tradisional dimana sentra produksinya
karbohidrat yang sangat diperlukan mencapai 12-28 ton/ha dan hasilnya
untuk kehidupan manusia. Namun, masih tergolong rendah Padahal apabila
masih ada bahan pangan lainnya yang dibudidayakan dengan menerapkan
juga mengandung karbohidrat, termasuk teknologi usaha tani, pemupukan,
di antaranya ubi kayu,jagung dan umbi- pengendalian hama dan penyakit yang
umbian. Kita tidak mungkin selamanya tepat, potensi hasil dapat mencapai 40-
tergantung akan beras sebagai bahan 50 ton (Budiharjo, 2009).
pangan utama, karena produksi beras Keterbatasan informasi
dalam negeri terus menurun dikarenakan mengenai jenis dan kegunaannya bisa
luas lahan persawahan produktif jadi merupakan salah satu penyebab
berkurang sejalan makin gencarnya minimnya pemanfaatan umbi-umbian
perubahan fungsi (konversi) menjadi terutama dari jenis minor selain kentang,
areal perumahan, pertokoan, perkebunan singkong, talas dan ubi jalar. Pada ubi
dan lain- lain (Agustaningwarnidkk., hutan terdapat kandungan kalsium
2012). oksalat yang dapat menyebabkan rasa
Pengamat pertanian, HS Dillon, gatal, cara untuk meminimalkan rasa
menyatakan diversifikasi pangan jika gatalnya yaitu dengan penambahan
tidak dibarengi dengan membangun garam (NaCl) atau ditambahkan asam
pangan alternatif pengganti beras. nitrat dan asam khlorida encer,
Padahal, kita kaya dengan umbi-umbian. sedangkan untuk meningkatkan pati
Namun karena tidak ada dorongan ke yang dapat di ekstrak dari ubi dapat
arah sana, akhirnya masyarakat beralih ditambahkan natrium bisulfit (pemutih)
ke terigu dan gandum yang (Dahlia, 2010).
pengolahannya sudah cukup bagus. Pada penelitian ini ingin melihat
Seperti mengonsumsi roti dan mi instan. daya terima serta daya simpan dodol ubi
Padahal, tidak ada sebutir gandum pun hutan dengan penambahan bubuk jahe
yang ditanam di negeri ini (Cristina, yang dimaksudkan sebagai pengawet
2010). alami yang mengandung senyawa
Masyarakat seharusnya mampu kanifen yang terkandung didalam
belajar dari pengalaman sejarah yang minyak atsiri, kanifen merupakan
panjang di mana kelangkaan pangan di senyawa anti mikroba yang terdapat
tahun 70-an menyebabkan banyak orang pada jahe dan berfungsi sebagai
menderita kelaparan. Mereka mencari pengawet alami yang mampu menekan
apa saja tanaman yang bisa dimakan laju pertumbuhan mikroorganisme yang
yang penting kenyang. Dalam mampu mempertahankan daya simpan
perkembangannya, walaupun tidak dodol (Richana dkk., 2004).
separah tahun-tahun sebelumnya, karena Diakui, memang tidak mungkin
masyarakat sudah menjadikan beras secara serta merta total mengganti beras
sebagai makanan utama, di era tahun 90- dengan hasil umbi-umbian lain sebagai
an ketersediaan beras juga mulai langka, bahan pangan nasional, namun salah
sehingga kebijakan raskin (beras untuk satu dengan cara mengkonsumsi ubi
orang miskin) dari pemerintah. Seperti hutan ini serta bila semua pihak
kita ketahui setiap daerah memiliki mendukung secara perlahan

16
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

ketergantungan akan beras dapat di perlakuan terpilih yang dihasilkan


kurangi dan pada gilirannya ketahanan dengan menggunakan metode Pengujian
pangan akan semakin terjamin kuat. Angka Kapang dan Khamir serta uji
Diversifikasi olahan berbahan Ubi pengamatan jenis jamur dengan
Hutan dan Jahe ini akan memberikan menggunakan metode PDA dalam hal
kesempatan bagi kosumen untuk ini telah ditumbuhi jamur, maka perlu
memilih produk-produk olahan yang dilakukan pengamatan sebelum dan
sesuai dengan selera mereka. Selain setelah dilakukannya penyimpanan
karena banyaknya pilihan dan pengamatan ini akan dilakukan pada
manfaatnya yang telah diketahui oleh penelitian ketiga yakni penelitian akhir
sebagian besar masyarakat pemerintah. produk.

BAHAN DAN METODE Jenis-jenis dan Cara Pengumpulan


Lokasi dan Rancangan penelitian Data
Penelitian ini bertempat di Data yang akan di kumpulkan
Laboratorium Jurusan Gizi Politeknik adalah data pimer yang terdiri dari :
Kesehatan Kendari untuk uji Data kesukaan atau Uji Organoleptik
organoleptik pada panelis semi terlatih terhadap kriteria warna, rasa, aroma
sedang panelis tidak terlatih serta tekstur.Data analisis proksimat, ,
dilaksanakan di SDN 08 Mandonga analisis Mikroba meliputi jumlah bakteri
Kendari, Untuk Uji Mikroba dodol dan Uji Angka Kapang / Khamir.
diLaksanakan di Laboratorium Pengumpulan data berupa data
Mikrobiologi Universitas Haluoleo uji kimia atau biasa disebut dengan
Kendari, dan Untuk Uji proksimat analisis proksimat yaitu menganalisis
dilaksanakan di Laboratorium Kimia kandungan protein,lemak,kadar
Makanan Ternak Universitas abu,kadar karbohidrat,kadar serat kasar
Hasanuddin. Penelitian ini dan kadar air, sedangkan uji
menggunakan metode eksperimen mikrobiologi yaitu menghitung dan
dengan analisa laboratorium,satu mengamati jumlah dan jenis jamur
perlakuan empat taraf dan tiga kali angka kapang pada dodol yang diperoleh
pengulangan, dimana pelaksanaannya dengan menggunakan metode pengujian
dibagi dalam tiga tahap yaitu penelitian angka kapang dan khamir. Untuk
pendahuluan, penelitian awal produk mengetahui masa simpan dodol
dan penelitian akhir produk. Penelitian menggunakan metode konvensional.
pendahuluan bertujuan untuk Data daya terima diperoleh
memperoleh perbandingan resep terbaik dengan menggunakan formulir penilaian
dari bahan-bahan yang akan digunakan yang diberikan kepada panelis dengan
pada penelitian awal produk. Pada prosedur dan kriteria penilaian panelis
penelitian awal produk dilakukan uji yakni kepada panelis diberi penjelasan
organoleptik menggunakan uji hedonic tentang tujuan dan cara pengisian
pada panelis, kemudian ditentukan satu formulir, Sampel yang akan dinilai
produk dan produk sebagai control yang diletakkan dikemas dengan kode
dinyatakan sebagai produk yang terbaik tertentu, Formulir penilaian terlampir
kemudian dilakukan analisis proksimat bersampel yang akan dinilai dan
dan dilakukan uji mikrobiologi awal diletakkan di meja panelis, Penilaian
dengan menghitung jenis jamur pada organoleptik dilakukan dengan warna,
produk dodol dan control dengan rasa, aroma dan tekstur, Untuk

17
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

menetralkan rasa dan aroma masing- HASIL


masing produk maka panelis diberi air Penelitian Pendahuluan
putih. Sedang Untuk kriteria panelis Fokus pada penelitian
yakni Panelis bukan perokok, Panelis pendahuluan ini memiliki dasar
peka terhadap atribut yang dinilai, Sehat penentuan komposisi bahan yang
(tidak sedang mengidap suatu penyakit ditinjau dari bahan dasar utama
yang dapat mengganggu penilaian) pembuatan dodol sesuai standar
seperti Pilek, dll. Serat panelis tidak operasional produksi (SOP). Dalam
dalam keadaan lapar. penelitian pendahuluan ini dilakukan
penentuan berbagai macam resep, dan
Kontrol kualitas resep yang paling baik digunakan untuk
Dalam menstandarisasi Petugas penelitian awal. Dalam penelitian
Pengolahan diperlukan pelatihan petugas pendahuluan dicari konsentrasi bahan
pengolahan, Untuk maksud tersebut yang sesuai yaitu dilakukan
perlu dilakukan standarisasi yang perbandingan resep dengan cara
bertujuan untuk menjelaskan latar mengumpulkan bahan, untuk
belakang dan tujuan penelitian, serta mengetahui perbandingan gula,
melatih pengolahan dodol dengan baik penentuan konsentrasi ubi dan
dan benar dengan harapan dapat penambahan bubuk jahe yang sesuai
memahami tujuan dan merasa turut sehingga dapat menghasilkan produk
memiliki penelitian yang dilakukan, dodol ubi hutan yang dapat disukai baik
memahami system dan tata kerja dari segi warna, rasa, aroma dan tekstur.
organisasi penelitian dan mampu Hasil yang didapatkan setelah uji
memahami dan menguasai teknik resep yakni untuk Formula dodol control
pengolahan dodol. komposisinya tepung ketan (1000gr),
Sanitasi alat yang akan dilakukan gula pasir (550 gr), gula aren (950 gr),
dalam penelitian tersebut meliputi dan santan ( 2000 ml). sedangkan untuk
pencucian untuk menghilangkan kotoran formula dodol ubi hutan dengan 3 kali
dan sisa-sisa bahan, diikuti dengan pembuatan formula dimana, formula DII
perlakuan sanitasi dengan sanitasi berkomposisi tepung beras (150 gr),
dengan menggunakan air. Biasanya gula pasir (300 gr), santan (650 ml), ubi
digunakan detergen untuk membantu hutan (1500 gr), bubuk jahe (200 gr),
proses pembersihan. Penggunaan garam (5 gr). Untuk formula DIII
detergen mempunyai beberapa berkomposisi tepung beras (150 gr),
keuntungan karena detergen dapat gula pasir (375 gr), santan (750 ml), ubi
melunakkan air, mengemulsi lemak, hutan (1200 gr), bubuk jahe (330 gr),
melarutkan mineral dan komponen larut garam (5 gr). Untuk formula DIV
lainnya sebanyak mungkin. Kontaminasi berkomposisi tepung beras (150 gr),
oleh mikroorganisme dapat terjadi setiap gula pasir (400 gr), santan (850 ml), ubi
saat dan menyentuh setiap permukaan hutan (970 gr), bubuk jahe (430 gr),
seperti tangan, alat, wadah. Oleh karena garam (5 gr).
itu hygine personalia atau kebersihan Pada tabel 11 memperlihatkan
diri pekerja sangat perlu untuk rata-rata kesukaan panelis tidak terlatih
diperhatikan dalam pengolahan produk yang menjadi sampel yakni murid dan
makanan seperti pada pembuatan dodol guru SDN 08 Mandonga yang
ubi hutan yang sebagai sumber pangan menunjukkan bahwa formula DIII yang
alternatif. paling disukai (4,17) untuk Murid dan

18
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

(3,850 untuk Guru, sementara untuk Penelitian Akhir Produk


formula control para murid juga suka Tabel 14 dari hasil uji
dengan nilai (3,27) dan para guru (3,45). laboratorium Angka Lempeng Total
Sedangkan pada tabel 12 (ALT) pada Formula dodol ubi hutan
memperlihatkan rata-rata kesukaan yang terpilih dengan formula dodol
panelis semi terlatih yang menjadi kontrol terhadap masa simpan dodol ubi
sampel yakni mahasiswa Politeknik hutan dari total mikroba, menunjukkan
kesehatan kendari, dikarena mereka bahwa total mikroba tertinggi pada
lebih mengetahui seluk beluk produk formula dodol control dengan 6 kali
dodol, oleh sebab itu dilakukan uji tahap pengenceran yakni dan
organoleptik dan mendapatkan hasil dipengenceran 103 terdapat 9,0 x 103
mutu kesukaan dan terpilihlah formula koloni/gr yang sudah tidak memenuhi
dodol DIII dari segi rasa (4,00) , untuk syarat dan hanya bertahan sekitar 6 hari
aroma (4,05), untuk warna (3,75) dan lamanya sedangkan terpilih lebih awet
untuk tekstur produk ini (3,75). dengan jumlah koloni 4,0 x 103 koloni/gr
Sedangkan formula dodol control untuk bertahan sampai 12 hari.
semi terlatih dari segi rasa (3,50) , untuk Perbedaan jenis mikroba yakni di
aroma (3,45), untuk warna (3,50) dan dodol terpilih lebih cendrung adanya
untuk tekstur produk ini (3,40). mikroba jenis khamir yang berbentuk
kecil-kecil sehingga secara kasat mata
Penelitian Awal Produk produk tersebut terlihat masih berbentuk
Penelitian pada awal produk, normal baik dari segi warna,aroma, rasa
dimana sudah didapatkan formula yang dan juga tekstur, sedangkan dodol yang
disukai baik dari panelis tidak terlatih sebagai control terdapat jenis kapank
maupun semi terlatih dimana mereka yang secara kasat mata bisa dilihat, yang
lebih memilih Formula dodol ubi hutan dapat menjadikan produk tersebut sudah
dengan kode DIII, oleh sebab itu tidak layak untuk dikonsumsi.
dilakukanlah analisis proksimat yang
merupakan suatu metode analisis kimia PEMBAHASAN
untuk mengidentifikasikan kandungan Dalam standar mutu produk,
zat makanan dari suatu bahan pangan. diperlukan suatu pengujian terhadap
Tabel 13 memperlihatkan rata- produk tersebut. Pengujian mutu bahan
rata hasil yang didapatkan pada uji makanan dapat menggunakan
proksimat dengan proses triplo, pada kemampuan indera manusia disebut
dodol terpilih yang dimana kadar air pengujian organoleptik. Uji penerimaan
(19,48%), untuk protein kasar (7,50%), menyangkut penilaian seseorang akan
untuk lemak kasar (0,46%), untuk serat suatu sifat atau kualitas suatu bahan
kasar (1,40%), untuk karbohidrat yang menyebabkan orang menyenangi.
(71,37%), dan kadar abu (1,42%) Untuk melaksanakan penilaian
dimana yang disesuaikan dengan SNI organoleptik diperlukan panel yang
yang merupaka syarat mutu suatu dodol bertindak sebagai instrumen atau alat.
memenuhi syarat. Kemudian untuk Uji penerimaan menyangkut
dodol kontrol didapatkan untuk kadar air penilaian seseorang akan suatu sifat atau
(19,48%), untuk protein kasar (7,94%), kualitas suatu bahan yang menyebabkan
untuk lemak kasar (0,42%), untuk serat orang menyenangi. Pada uji ini panelis
kasar (0,14%), untuk karbohidrat mengemukakan tanggapan pribadi yaitu
(71,27%), dan kadar abu (0,83%).

19
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

kesan yang berhubungan dengan menjadi kecoklatan, sedangkan tepung


kesukaan atau tanggapan senang atau beras yang terlalu banyak menghasilkan
tidaknya terhadap sifat sensoris atau warna yang buram akibat proses
kualitas yang dinilai. Tujuan uji gelatinasi. Apabila pati dilarutkan dalam
penerimaan ini untuk mengetahui air panas maka akan membentuk sol
apakah suatu komoditi atau sifat atau gel yang bersifat kental dan
sensorik tertentu dapat diterima oleh menghasilkan warna buram. Hal ini
masyarakat (Zandstra, dkk., 1998). mengakibatkan perubahan warna ungu
Didalam penelitian tersebut, menjadi ungu kecoklatan (Qinah, 2009).
menggunakan dua macam jenis panelis Pengaruh dari penambahan
yakni panelis tidak terlatih yang konsentrasi gula yang berbeda pada tiap
diantaranya murid dan guru Sekolah formula dodol ubi hutan dimaksudkan
Dasar 08 Mandonga dan panelis semi untuk melihat tingkat kemanisan pada
terlatih yakni mahasiswa Politeknih formula dodol tersebut, dimana jika
Kesehatan Kendari. Panel semi terlatih konsentrasi gula terlalu sedikit ataupun
dipilih dari kalangan terbatas dengan terlalu banyak maka warna ungu yang
menguji datanya terlebih dahulu atau dihasilkan pada dodol ubi mafu tidak
sudah mengetahui mengenai produk mencolok, sedangkan gula yang terlalu
yang akan diuji cobakan. Untuk panel banyak menghasilkan warna ungu yang
tidak terlatih, Panel hanya diperbolehkan sangat pekat dan mengkilap. Bila larutan
menilai alat organoleptik yang gula diuapkan maka konsentrasi akan
sederhana yakni sifat kesukaan, dan meningkat. Keadaan ini akan terus
tidak diperbolehkan dimasukkan dalam berlangsung sehingga seluruh air
uji pembedaan. Dari hasil pengukuran menguap, bila keadaan tersebut telah
daya terima dengan melakukan tercapai dan pemanasan diteruskan,
penggolongan kriteria dari segi maka cairan yang ada bukan lagi terdiri
warna,rasa,tekstur dan aroma untuk dari air tetapi cairan gula yang melebur
persentase terbesar yang menyatakan (suhu 1700C). Bila gula dipanaskan terus
menarik pada formula Kontrol dan sampai suhunya melebihi titik leburnya
Formula dodol III. maka akan terjadi karamelisasi yang
Rendahnya persentase panelis menghasilkan gula yang berwarna
terhadap formula dodol IV. Hal ini coklat.
disebabkan oleh penambahan bubuk Analisis Proksimat merupakan
jahe yang terlalu banyak dan tidak suatu metode analisis kimia untuk
sesuai dengan jumlah bahan dasar yang mengidentifikasikan kandungan zat
digunakan, yaitu bahan dasar ubi yang makanan dari suatu bahan pakan atau
jumlahnya lebih sedikit dibanding pangan. Ada beberapa kelebihan analisis
dengan sampel dodol yang lainnya, dan proksimat dalam mengidentifikasi bahan
pemberian tepung beras yang diberikan makanan, diantaranya Banyak senyawa
sama dengan semua sampel dodol ubi yang dapat dihitung pada bagian-
hutan mengakibatkan bagiannya per miliar, Murah, Cepat,
ketidakseimbangan konsentrasi bahan Mudah disesuaikan (Martin, 1984).
yang mengakibatkan warna dodol Analisis kimia ini adalah yang
menjadi kecoklatan hampir menyurupai paling ekonomis (relative) dan datanya
dodol yang sebagai kontrol, karena jika cukup memadai untuk digunakan dalam
konsentrasi tepung beras sedikit maka penelitian dan keperluan
warna dodol ubi mafu yang dihasilkan praktis. Analisis proksimat menganalisis

20
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

beberapa komponen seperti zat makanan Pada hasil analisi proksimat,


air (Bahan Kering), bahan anorganik didaptkan rata-rata kandungan
(abu), protein, lemak, dan serat kasar Karbohidrar dengan triplo sebesar 71,27
serta karbohidrat (Linder, 2006). pada dodol kontrol sedang 71,37 pada
Pada formula dodol terpilih dodol terpilih, pemanfaatannya. Ubi
memiliki kadar air 19,48 yang jika hutan (Dioscorea alata L) berpotensi
dibandingkan dengan nilai SNI sebagai sumber karbohidrat dan diduga
memenuhi syarat pada tahap ini yakni banyak mengandung senyawa fenol, dan
syaratnya maks.20. sama halnya pada antosianin yang tinggi antioksidannya.
dodol yang sebagai kontrol yakni 19,25, Kadar karbohidrat berkisar antara 73,27
hal ini disebabkan lamanya pemasakan – 92,37% dan aktivitas antioksidan
dan bahan-bahan yang digunakan terbesar pada ubi kukus sebesar 64,97%
berkwalitas baik sehingga hasil yang sedangkan kandungan antosianin
didapatkan juga baik. tertinggi pada ubi kukus 131,67%.
Protein kasar merupakan Kadar abu pada penelitian ini
kumpulan yang mengetengahkan lebih yakni 0,83 untuk dodol kontrol
dari 20 asam amino, dan tiap-tiap asam sedangkan 1,42 untuk dodol terpilih, hal
amino mempunyai fungsi khusus dalam ini disebabkan karena kadar abu yang
metabolisme yang berikatan satu sama didapat merupakn titik tolak untuk
lain.Dalam hasil yang telah didapatkan, analisis mineral (kalsium, fosfor,
pada formula dodol terpilih memiliki magnesium dan lain-lain).tetapi disini,
kadar protein 7,50 dan pada dodol yang peneliti tidak secara inti lebih mendalam
sebagai kontrol memiliki 7,50. Kadar memeriksa kandungan abu pada dodol
nitrogen dari bahan makanan ditentukan terpilih.
dengan cara kjedhal, yang hasilnya Teknik pemindahan biakan
kemudian dikalikan dengan faktor bertujuan untuk menguasai teknik
protein 6,25 untuk mendapatkan kadar pemindahan biakan bakteri dari satu
protein. wasah ke wadah lain, secara asentik
Pada penelitian ini didapatkan sehingga hanya biakan murni yang
hasil serat kasar pada formula dodol diharapkan tumbuh. Hal ini sangat
terpilih dengan rata-rata 1,40 ini berbeda penting dalam tahap awal pekerjaan
yang didapatkan oleh dodol kontrol isolasi mikroba terutama yang berasal
yakni 0,14. Hal ini disebabkan Pati yang dari stok kultur (bukan dari substrat).
berkadar amilosa tinggi mempunyai Melalui pertumbuhannya
kekuatan ikatan hidrogen yang lebih mikroorganisme dapat menyebabkan
besar karena jumlah rantai lurus yang berbagai perubahan fisik dan kimia dari
besar dalam granula, sehingga suatu bahan pangan. Apabila bahan
membutuhkan energi yang lebih besar tersebut tidak didinginkan atau tidak
untuk gelatinisasi. Hasil perhitungan dapat diterima oleh para konsumen,
rasio amilosa dan amilopektin ternyata maka bahan pangan tersebut dikatakan
antara tepung dan pati tidak jauh mengalami kerusakan. Pembiakan
berbeda, walaupun pengamatan amilosa diperlukan untuk mempelajari sifat
bahan berbeda Kadar amilosa dalam bakteri untuk dapat mengadakan
tepung maupun pati uwi (23,6% dan identifikasi, determinasi, atau
23,2%) dan dapat dikatakan amilopektin deferensial jenis-jenis yang ditemukan.
pada ubi uwi 76,8%. Pertumbuhan ketahanan bakteri

21
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

tergangung pada pengaruh luas, seperti memungkinkan olahan ubi tersebut


makanan (nutrisi) (Jekti, 2010). lebih ditumbuhkembangkan di daerah
Masa simpan dodol terpilih dapat daerah sentra produksi ubi hutan
bertahan selama 12 hari sedang pada khususnya di daerah Sulawesi tenggara.
dodol kontrol hanya mampu bertahan DAFTAR PUSTAKA
selama 6 hari, banyak Faktor-faktor
ekstrinsik pada pembuatan dodol selama Basri, Ningrum. (2010). Penambahan
proses produksi, penyimpanan, dan Bahan Pengawet Kalsium
distribusi makanan terdiri dari Propionat Dalam
pengendalian suhu, kelembaban relatif, Menghambat Kontaminasi
paparan cahaya (UV dan infra merah), Kapang Syncephalastrum
mikroba di lingkungan, komposisi udara Racemosum Pada Dodol
dalam kemasan, perlakuan suhu Susu. Emrginfect Diz (serial
(contohnya pemanasan kembali atau online) diunduh 25 Maret
pemasakan), dan penanganan konsumen. 2012. Available from: URL:
http://pustaka.litbang.deptan.g
KESIMPULAN DAN SARAN o.id/publikasi/wr24502j.pdf.
Kami menyimpulkan bahwa Budiharjo. (2009). Perubahan fenolik,
Diversifikasi olahan berbahan Ubi antosianin dan aktivitas
Hutan dan Jahe ini akan memberikan antioksidan ”Uwi Ungu”
kesempatan bagi kosumen untuk (Dioscorea alata L) akibat
memilih produk-produk olahan yang Proses Pengolah. Emrginfect
sesuai dengan selera mereka. Selain Diz (serial online) diunduh 25
karena banyaknya pilihan dan Maret 2012. Available from:
manfaatnya yang telah diketahui oleh URL:
sebagian besar masyarakat.Oleh karena http://pustaka.litbang.deptan.g
itu Pemerintah mulai melirik industri o.id/publikasi/wr24502j.pdf.
kreatif sebagai alternatif roda penggerak Christina, W. (2010) . Jurnal Litbang
ekonomi yang akan terus berputar. Nilai Pertanian “Peluang Tanaman
ekonomi dari suatu produk atau jasa di Rempah dan Obat sebagai
era kreatif tidak lagi ditentukan oleh Sumber Pangan Fungsional”.
bahan baku atau sistem produksi seperti Bogor: Balai Besar Penelitian
pada era industri, tetapi pada dan Pengembangan Pasca
pemanfaatan kreativitas dan inovasi. Pertanian
Industri tidak dapat lagi bersaing di Dahlia Simanjuntak. (2009) .
pasar global dengan hanya Pemanfaatan Komoditas Non
mengandalkan harga atau mutu produk Beras Dalam Diversifikasi
saja, tetapi bersaing berbasiskan inovasi, Pangan Sumber Kalori.
kreativitas dan imajinasi. Emrginfect Diz (serial online)
Salah satu pengolahan ubi hutan diunduh 25 Maret 2012.
sangat tepat jika dikembangkan untuk Available from: URL:
dapat menjadi industry kreatif http://repository.usu.ac.id/handl
mengingat manfaat dan kegunaan ubi e/123456789/15544.
hutan cukup luas, terutama untuk
industri makanan dan juga sebagai
produk antara. Banyaknya manfaat dan
kegunaan dari ubi hutan ini,

22
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

Jekti, Rabea Pangerti. (2010).


Pencemaran Bahan Makanan
Oleh Mikroba. Emrginfect Diz
(serial online) diunduh 25 Maret
2012. Available from: URL:
http://library.usu.ac.id/downloa
d/fkm/fkm-nurmaini2.pdf.
Linder, Maria C. (2006). Biokimia
Nutrisi dan Metabolisme.
Jakarta: UI Press.
Martin Jr, D.W dkk. (1984). Biokimia
(Harpers Review of
Biochemistry), Edisi XIX, EGC,
Jakarta.
Noer, Hendry. (2008) .
Memperpanjang Umur Simpan
Produk Bakery. Emrginfect Diz
(serial online) diunduh 25 Maret
2012. Available from: URL:
http://www.foodreview.biz/logi
n/preview.php?view&id=55992
Richana, Sunarti. (2004). Karakterisasi
Sifat Fisikokimiatepung Umbi
Dan Tepung Pati Dari Umbi
Ganyong, Suweg, Ubikelapa
Dan Gembili Emrginfect Diz
(serial online) diunduh 25 Maret
2012. Available from: URL:
http://repository.ipb.ac.id/bitstre
am/handle/123456789/5908/Pen
dahuluan_2009wya-
2.pdf?sequence=7.
Sudarmadji., dkk. (1989). Analisa
Bahan MAkanan dan
Pertania.Liberty.Yogjakarta.
Qinah. (2009). Pengaruh Kosentrasi
Gula Pasir dan Tepung Ketan
Terhadap Sifat Kimia,
Organoleptik Serta Daya
Simpan Dodol Ubi Jalar Ungu.
Emrginfect Diz (serial online)
diunduh 25 Maret 2012.
Available

23
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

Tabel 1. Rata-Rata Kesukaan Panelis Pada formula dodol

Formula Dodol Uji Kruskall-


Panelis
DI DII DIII DIV Wallis (p = 0,05)
Murid
3,27 3,03 4,17 2,83 0,000
Guru
3,45 3,05 3,85 2,60 0,000

Tabel 2. Rata-Rata Kesukaan Panelis Semi Terlatih Pada formula dodol

Uji Kruskall-
Formula dodol
Aroma Warna Rasa Tekstur Wallis
Ubi Hutan
(p = 0,05)
DI
3,45 3,50 3,50 3,40
DII
2,70 3,20 2,95 2,60
DIII 0,000
4,05 3,75 4,00 3,75
DIV
2,35 2,50 2,65 2,40

Tabel 3. Rata-Rata Hasil Analisis Proksimat pada Proses Triplo Dodol terpilih
dan Dodol Kontrol

Kadar Protein Lemak Serat KH Kadar


Sampel
Air Kasar Kasar Kasar (%wb) Abu
(%wb) (%wb) (%wb) (%wb) (%wb)
Dodol 19,25 7,94 0,42 0,14 71,27 0,83
kontrol
Dodol 19,48 7,50 0,46 1,40 71,37 1,42
Terpilih
SNI Dodol Maks Min. 3% Min.7% Tidak Tidak Tidak
20% diketahui diketahui diketahui

24
Evie Fitrah Pratiwi Jaya : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 15 - 25

Tabel 4. Uji Angka Lempeng Total (Total Mikroorganisme)

Syarat Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V


Sampel
SNI (Hari-I) (Hari-IV) (Hari-VII) (Hari-XII) (Hari-XIV)
Formula
1,0 x 101 3,0 x 102 5,0 x 102 4,0 x 103
Dodol 0 koloni/g
koloni/gr koloni/gr koloni/gr koloni/gr
Terpilih Maks.
Formula 5,0 x 102
3,0 x 101 6,0 x 102 7,0 x 102 9,0 x 103
Dodol 0 koloni/g
koloni/gr koloni/gr koloni/gr koloni/gr
Kontrol

25
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN


STATUS GIZI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PASIEN BEDAH
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT ABUNAWAS
KOTA KENDARI TAHUN 2014

1Paridah

Universitas Haluoleo1

Abstrack

Keadaan gizi merupakan faktor penting pada masa bedah. Malnutrisi energi
dan protein disebabkan akibat penyakit yang diderita dan akibat diet yang kurang
baik sehingga timbul keadaan malnutrisi yang parah. Berdasarkan data yang
diperoleh di Rumah Sakit Umum Abunawas Kota Kendari tahun 2013 menunjukkan
jumlah pasien bedah adalah 216 orang. Pada bulan Agustus-September 2014 jumlah
penderita bedah sebanyak 187 pasien rawat jalan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan energi, protein
dan status gizi dengan penyembuhan luka pada pasien pasca bedah di Ruang Rawat
Inap Bedah Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan rancangan cross sectional study. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh pasien diruang rawat inap bedah RSUD. Abunawas
Kota Kendari pada periode Agustus-September Tahun 2014 sebanyak 80 orang dan
sampel sebanyak 52 orang yang diambil menggunakan Purposive Sampling. Data
diperoleh menggunakan kuisioner dan pengukuran antropometri dan di analisis
menggunakan uji Chi-Square.
Hasil yang diperoleh yakni asupan energi pada pasien pasca bedah sebagian
besar kurang yakni (59,6%) dan asupan proteinnya kurang (55,8%), kemudian dari
38 sampel yang asupan proteinnya kurang, sebagian besar yaitu 18 orang (62,15%)
kondisi luka pasien dalam keadaan kering, dari 38 sampel yang asupan proteinnya
cukup, sebagian besar yaitu 29 orang (76,3%) kondisi luka pasien dalam keadaan
kering dan 31 sampel yang status gizinya baik, sebagian besar yaitu 25 orang
(80,6%) kondisi luka pasien dalam keadaan kering. Hasil analisis statistik
menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan energi dengan penyembuhan luka
(p=0,648). Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan penyembuhan luka
(p=0,786). Ada hubungan status gizi dengan penyembuhan luka (p=0,012) pada
pasien pasca bedah di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Abunawas Kota
Kendari.
Penelitian ini menyarankan agar dapat menjadi masukan bagi pemerintah
daerah dan instansi terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Kendari dan RSUD.
Abunawas Sultra dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam upaya
menangulangi masalah kurangnya asupan zat gizi khususnya energi dan protein pada
pasien pasca bedah.

Kata Kunci : Energi, Protein, Status Gizi dan Penyembuhan Luka

26
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

PENDAHULUAN Sedangkan pasien yang mengalami


Keadaan gizi merupakan faktor penurunan status gizi baik menjadi
penting pada masa bedah. Malnutrisi sedang dan sedang menjadi buruk
energi dan protein disebabkan akibat masing-masing sebanyak 12,2%
penyakit yang diderita dan akibat diet (Budiningsari dan Hadi, 2003).
yang kurang baik sehingga timbul Kasus malnutrisi banyak
keadaan malnutrisi yang parah. ditemukan pada pasien rawat inap di
Malnutrisi energi dan protein akan bangsal bedah, anak, geriatri, luka bakar
berdampak pada fungsi fisiologis dan dan penyakit dalam (Kurdanti, 2004).
meningkatkan risiko pembedahan atau Streat et al, dalam Widjanarko
memperpanjang masa pemulihan dan Toar (2003) melaporkan terjadinya
(Sabiston, 2009). kehilangan berat badan -5,3 ± 0,9 kg
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam 14 hari pasca bedah mayor
bagi tubuh, umumnya diperoleh dari elektif. Perubahan komposisi tubuh
diet sesuai dan memenuhi syarat terdiri dari kehilangan air -3,8 ±1,3 kg
kesehatan. Kebutuhan nutrisi harian protein -0,6 ±0,35 kg dan lemak -0,7 ±
terhadap zat-zat gizi esensial serta 1,2 kg, Hill (1981) menulis terdapat
kebutuhan sumber-sumber energi penurunan albumin 0,4-0,5 mg/dl
bergantung pada sejumlah faktor, yakni setelah minggu pertama pasca bedah.
: umur, jenis kelamin, berat badan, Penderita bedah yang malnutrisi
tinggi badan, aktivitas fisik dan proses mempunyai risiko lebih tinggi
metabolisme dalam tubuh. mendapat komplikasi pada pasca bedah
Penelitian yang dikemukakan berupa penyembuhan luka yang
oleh Daldiyono dan Thaha (2008) yang terganggu, terbentuknya fistulasi dan
mengutip dari beberapa penelitian, sepsis yang akan meningkatkan
memprediksi sebanyak 40-50% pasien morbilitas dan mortalitas (Wijanarko
yang masuk rumah sakit mengalami dan Toar, 2003).
malnutrisi atau memiliki risiko Menurut Cerra (1984) dalam
malnutrisi, 12% diantaranya merupakan Rijanti (2002) pada pembedahan terjadi
malnutrisi berat. Rata-rata 75% peningkatan stres metabolisme yang
penderita yang dirawat di rumah sakit ditunjukkan dengan peningkatan
status gizinya akan menurun kebutuhan energi dan protein, fase
dibandingkan dengan status gizinya respons metabolik pada stress dibagi
pada waktu masuk rumah sakit. menjadi fase ebb dan fase flow. Pada
Berdasarkan indikator SGA fase ebb, cadangan hidrat arang
(Subyek Global Assesment) status gizi dipecah, sehingga tidak cukup untuk
awal baik sebanyak 43,1%, sedang memenuhi keadaan basal tubuh
43,9% dan status gizi buruk 13,0%. akhirnya dapat menyebabkan
Pada saat keluar rumah sakit status gizi malnutrisi. Sedangkan pada fase flow
berubah menjadi status gizi baik terjadi peningkatan laju metabolisme
menjadi 58,0%, sedang 21,8% dan disertai dengan katabolisme, fase ini
buruk 20,2%. Terdapat 28,2% yang akan berlangsung lebih lama jika tidak
mengalami penurunan status gizi diimbangi dengan masukan energi dan
selama di rawat inap, 3,8% pada saat protein yang adekuat.
masuk rumah sakit berstatus gizi baik Terdapat beberapa faktor yang
mengalami penurunan menjadi status dapat menyebabkan malnutrisi menurut
gizi buruk pada saat keluar rumah sakit. penelitian yang dilakukan oleh Sarmila

27
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

di tiga rumah sakit, menunjukkan gizi atau belum pernah ada penelitian
bahwa salah satu faktor yang untuk melihat keadaan status gizi pada
menyebabkan malnutrisi pada pasien pasien bedah (catatan rekam medis).
dewasa diruang rawat inap adalah Berdasarkan data yang diperoleh dari
asupan energi dan protein yang tidak RSUD. Abunawas menunjukan bahwa
adekuat. Protein dengan asam-asam pasien pra bedah akan menjalani
amino akan dimetabolisme sebagai perawatan Rawat Inap selama 1
sumber energi, sehingga tidak tersedia minggu, yang terdiri dari minimal 3 hari
asam amino yang cukup untuk sebelum dilakukan operasi dan minimal
membantu sintesis protein dan 4 hari setelah operasi.
menyediakan protein struktural dan Berdasarkan uraian di atas
fungsional untuk pasien bedah. Jika peneliti tertarik untuk menganalisis
kebutuhan minimal energi tidak dapat hubungan antara asupan energi, protein
dipenuhi dalam waktu yang lama maka dan status gizi dengan penyembuhan
akan timbul gejala kurang gizi. Kurang luka pada pasien pasca bedah di Ruang
gizi dapat dilihat dari penurunan berat Rawat Inap Bedah RSUD. Abunawas
badan (Rijanti, 2002). Kota Kendari.
Penilaian status gizi yang
digunakan untuk mengetahui prevalensi Tujuan Penelitian
malnutrisi di rumah sakit pada 1. Tujuan Umum
umumnya adalah dengan cara Menganalisis hubungan
antropometri dan pemeriksaan biokimia asupan energi, protein dan status
(Kurdanti, 2004). gizi dengan penyembuhan luka pada
Berat badan merupakan salah pasien pasca bedah di Ruang Rawat
satu parameter yang digunakan untuk Inap Bedah RSUD. Abunawas Kota
menilai status gizi secara antropometri., Kendari
mudah terlihat perubahan dalam waktu 2. Tujuan Khusus
singkat karena perubahan-perubahan 2.1 Untuk mengetahui asupan energi
konsumsi makanan. Asupan zat gizi pada pasien pasca bedah di Ruang
yang adekuat bagi pasien yang dirawat Rawat Inap Bedah RSUD.
inap di rumah sakit sangat diperlukan Abunawas Kota Kendari.
dalam upaya mencegah penurunan 2.2 Untuk mengetahui asupan protein
status gizi yang terjadi selama masa pada pasien pasca bedah di Ruang
perawatan. Gizi merupakan bagian Rawat Inap Bedah RSUD.
integral dengan pengobatan atau proses Abunawas Kota Kendari.
penyembuhan serta memperpendek 2.3 Untuk mengetahui status gizi pasien
lama rawat inap (Kusumayanti, dkk, pasca bedah di Ruang Rawat Inap
2004). Bedah RSUD. Abunawas Kota
Berdasarkan data yang diperoleh Kendari.
di RSUD. Abunawas Kota Kendari, 2.4 Untuk mengetahui penyembuhan
menunjukkan bahwa jumlah pasien luka pada pasien pasca bedah di
bedah di Rumah Sakit Abunawas Kota Ruang Rawat Inap Bedah RSUD.
Kendari tahun 2013 adalah 216 orang Abunawas Kota Kendari.
dari 9742 pasien dan pada bulan 2.5 Untuk menganalisis hubungan
Januari-Juli 2014 jumlah penderita antara asupan energi dengan
bedah sebanyak 87 pasien rawat inap, penyembuhan luka pada pasien
tetapi belum ada data tentang keadaan pasca bedah di Ruang Rawat Inap

28
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

Bedah RSUD. Abunawas Kota rancangan cross sectional study yakni


Kendari. digunakan untuk mengetahui hubungan
2.6 Untuk menganalisis hubungan antara asupan energi, protein dan status
antara asupan protein dengan gizi dengan kesembuhan luka pasien.
penyembuhan luka pada pasien Waktu dan Tempat
pasca bedah di Ruang Rawat Inap Penelitian ini telah dilaksanakan
Bedah RSUD. Abunawas Kota pada tanggal 2 Agustus- 5 September
Kendari. 2014 di Ruang Rawat Inap Bedah
2.7 Untuk menganalisis hubungan RSUD. Abunawas Kota Kendari.
antara status gizi dengan
penyembuhan luka pada pasien Populasi dan Sampel
pasca bedah di Ruang Rawat Inap Populasi
Bedah RSUD. Abunawas Kota Populasi dalam penelitian ini
Kendari. adalah seluruh pasien diruang rawat inap
bedah RSUD. Abunawas Kota Kendari
Manfaat Penelitian pada periode Agustus-September Tahun
1. Bagi pasien 2014 sebanyak 80 orang.
Dapat menambah
wawasan dan pengetahuan pasien Sampel
tentang hubungan antara makanan Sampel dalam penelitian ini
yang dikonsumsi dengan adalah sebanyak 52 orang. Teknik
kesembuhan luka setelah pengambilan sampel penelitian adalah
melakukan operasi. menggunakan Purporsive Sampling,
2. Bagi Rumah Sakit Umum yaitu pengambilan sampel dilakukan
Abunawas Kota Kendari dengan pertimbangan peneliti, dengan
Sebagai informasi dan kriteria sebagai berikut :
bahan pertimbangan dalam a. Berusia ≥ 18 tahun
meningkatkan pelayanan dirumah b. Kesadaran Compos mentis dan
sakit dan memberikan informasi kooperatif
yang tepat didalam pemberian c. Makan melalui oral atau enteral
terapi sehingga dapat digunakan d. Hari rawat inap pasien pasca bedah
oleh pasien dalam pengelolaan minimal 3 hari
penyakit untuk mempercepat e. Bersedia ikut dalam penelitian.
proses penyembuhan.
3. Bagi peneliti Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Hasil penelitian ini dapat 1. Data Primer
menambah pengetahuan dan a. Data Identitas pasien meliputi
cakrawala berpikir serta merupakan umur, jenis kelamin, pendidikan,
salah satu syarat untuk pekerjaan diperoleh melalui
menyelesaikan pendidikan wawancara kuisioner.
Diploma III jurusan Gizi. b. Data asupan energi, protein
diperoleh melalui wawancara
METODE PENELITIAN menggunakan formulir recall
Jenis dan Rancangan Penelitian 2x24 jam.
Jenis Penelitian adalah c. Data status gizi diperoleh
penelitian observasional dengan menggunakan timbangan berat
pendekatan observasional dengan badan (bath room scale) dengan

29
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

kapasitas 120 Kg, ketelitian 0,5 HASIL DAN PEMBAHASAN


Kg dan alat pengukur tinggi Gambaran Umum Sampel
badan dengan menggunakan Umur
mikrotoice, kapasitas maksimal Distribusi sampel berdasarkan umur
200 cm, ketelitian 0,1 cm. sebagian besar pada kategori umur 30-
Pengukuran berat badan diukur 49 tahun, untuk lebih jelasnya dapat
maksimal 3 hari setelah pasien di dilihat pada tabel berikut:
operasi dan apabila berat badan
dan tinggi badan pasien tidak Tabel 1. Distribusi Sampel Menurut
dapat diukur maka, peneliti Umur
melakukan pengukuran Tinggi Umur (Tahun) n %
Lutut. 18-29 8 15,4
d. Data penyembuhan luka 30-49 31 59,6
diperoleh dari hasil pengamatan 50-64 13 25,0
terhadap luka pasien. Jumlah 52 100
2. Data sekunder
Yaitu gambaran umum lokasi Tabel 1 menunjukan bahwa dari
penelitian meliputi data demografi, 52 sampel, sebagian besar yaitu 31
monografi diperoleh melalui laporan orang (59,6 %) pada kategori umur 30-
dan Profil RSUD. Abunawas 49 tahun, 13 orang (25,0%) pada
Sulawesi Tennggara beserta data kategori umur 50-64 tahun dan 8 orang
jumlah yang menjalani bedah. (15,4%) pada kategori umur 18-29
tahun.
Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data Jenis Kelamin
a. Data identitas sampel diolah Distribusi sampel berdasarkan
berdasarkan jawaban responden jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
kemudian disesuaikan dengan berikut ini:
kriteria objektif. Tabel 2. Distribusi Sampel Menurut
b. Data tingkat konsumsi energi, Jenis Kelamin
protein diolah berdasarkan hasil Jenis Kelamin n %
recall 2x24 jam menggunakan Laki-Laki 20 38,5
nutri survey dan kemudian di Perempuan 32 61,5
bandingkan dengan kriteria Jumlah 52 100
objektif
c. Data status gizi diolah Tabel 2 menunjukan bahwa dari
berdasarkan hasil pengukuran 52 sampel, sebagian besar yaitu 32
berat badan dan tinggi badan orang (61,5 %) berjenis kalamin
menggunakan indeks massa perempuan dan 20 orang (38,5%)
tubuh(IMT) berjenis kelamin laki-laki.
2. Analisis Data
Untuk melihat hubungan Diagnosa Penyakit/Jenis Bedah
asupan energi, protein dengan status Distribusi sampel berdasarkan
gizi pra dan pasca bedah dengan diagnosa penyakit dapat dilihat pada
kesembuhan luka digunakan uji tabel berikut ini:
“Chi-Square”.

30
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

Tabel 3. Distribusi Sampel Menurut Status Gizi


Diagnosa Penyakit
Diagnosa Penyakit/Jenis Tabel 6. Distribusi Sampel Menurut
n %
Bedah Status Gizi
Amandel 5 9,6 Status Gizi n %
Appenditis 12 23,1 Baik 31 59,6
Ca mamae 6 11,5 Kurang 21 40,4
Gondok 8 15,4 Jumlah 52 100
Kista 4 7,7
Tabel 6 menunjukan bahwa dari 52
Oesofagogastrektomi 3 5,8
sampel sebagian besar yaitu 31 orang
Sectio Cesarae 9 17,3
(59,6%) status gizinya baik dan
Usus Turun 5 9,6
selebihnya yakni 21 orang (40,4%)
Jumlah 52 100
status gizinya kurang.
Tabel 3 menunjukan bahwa dari
Penyembuhan Luka
52 sampel, sebagian besar yaitu 12
Tabel 7. Distribusi Sampel Menurut
orang (23,1 %) mengalami Appenditis,
Penyembuhan Luka
dan sebagian kecil yakni 4 orang (7,7%)
Penyembuhan
mengalami Kista. n %
Luka
Basah 18 34,6
Analisis Univariat
Kering 34 65,4
Asupan Energi
Jumlah 52 100
Tabel 4. Distribusi Sampel Menurut
Asupan Energi Tabel 7 menunjukan bahwa dari 52
Asupan Energi n % sampel sebagian besar yaitu 34 orang
Cukup 21 40,4 (65,4%) luka pasien pasca bedah dalam
Kurang 31 59,6 kategori kering dan selebihnya yakni 18
Jumlah 52 100 orang (34,6%) luka pasien pasca bedah
dalam kategori basah.
Tabel 4 menunjukan bahwa dari
52 sampel sebagian besar yaitu 31 Analisis Bivariat
orang (59,6%) asupan energinya Hubungan Asupan Energi dengan
Kesembuhan Luka
Asupan Protein
Tabel 8. Hubungan Asupan Energi
Tabel 5. Distribusi Sampel Menurut dengan Penyembuhan
Asupan Protein Luka
Asupan Protein n % Penyembuhan
Cukup 23 44,2 Asupan Luka Total
Kurang 29 55,8 p
Energi Basah Kering
Jumlah 52 100
n % n % n %
Tabel 5 menunjukan bahwa dari 52 Cukup 6 28,6 15 71,4 21 100
sampel sebagian besar yaitu 29 orang 0,64
Kurang 12 38,7 19 61,3 31 100
(55,8%) asupan proteinnya kurang dan 8
selebihnya yakni 23 orang (44,2%) Total 18 34,6 34 65,4 52 100
asupan proteinnya cukup.

31
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

Tabel 8 menunjukan bahwa dari Tabel 10. Hubungan Status Gizi


21 sampel dengan asupan energi cukup, dengan Penyembuhan
sebagian besar 71,4% lukanya kering Luka
dan dari 31 sampel dengan asupan Penyembuhan
energi kurang, sebagian besar 61,3% Status Luka Total
lukanya kering.. P
Gizi Basah Kering
Berdasarkan analisis statistik n % n % n %
dengan menggunakan uji Chi-Square
Cukup 6 19,4 25 80,6 31 100
diperoleh nilai p = 0,648, sehingga 0,0
dapat disimpulkan bahwa tidak ada Kurang 12 57,1 9 42,9 21 100
12
hubungan antara asupan energi dengan Total 18 34,6 34 65,4 52 100
penyembuhan luka pasien.
Tabel 10 menunjukan bahwa
Hubungan Asupan Protein dengan menunjukan bahwa dari 31 sampel
Kesembuhan Luka dengan status gizi baik, sebagian besar
Tabel 9. Hubungan Asupan Protein 80,6% lukanya kering dan dari 21
dengan Penyembuhan Luka sampel dengan status gizi kurang,
Penyembuhan sebagian besar 57,1% lukanya basah.
Luka Berdasarkan analisis statistik
Asupan Total dengan menggunakan uji Chi-Square
Kerin p
Protein Basah diperoleh nilai p = 0,012, sehingga
g
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
n % n % n %
status gizi dengan penyembuhan luka
Cukup 7 30,4 16 69,6 23 100 pasien.
Kurang 11 37,9 18 62,1 29 100 0,786
Total 18 34,6 34 65,4 52 100 PEMBAHASAN
1. Asupan Energi
Tabel 9 menunjukan bahwa dari Kebutuhan energi seseorang
23 sampel dengan asupan protein adalah konsumsi energi dari
cukup, sebagian besar 69,6% lukanya makanan yang diperlukan untuk
kering dan dari 29 sampel dengan menutupi pengeluaran energi
asupan protein kurang, sebagian besar seseorang bila mempunyai ukuran
62,1% lukanya kering.. dan komposisi tubuh dengan tingkat
Berdasarkan analisis statistik aktivitas yang sesuai dengan
dengan menggunakan uji Chi-Square kesehatan jangka panjang, dan yang
diperoleh nilai p = 0,786, sehingga memungkinkan pemeliharaan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada aktifitas fisik yang dibutuhkan
hubungan antara asupan protein dengan secara sosial dan ekonomi
penyembuhan luka pasien. (Almatsier, 2001).
Hasil penelitian menunjukan
Hubungan Status Gizi dengan bahwa sebagian besar sampel
Kesembuhan Luka mempunyai asupan energi kurang
disebabkan karena kurangnya
Hubungan status gizi dengan mengkonsumsi makanan sumber
kesembuhan luka dapat dilihat pada karbohidrat, lemak dan protein,
tabel berikut: dimana frekuensi makan pasien
sangat tidak teratur dan jumlahnya

32
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

sangat sedikit sehingga tidak sesuai 2. Asupan Protein


dengan kebutuhannya, keadaan ini Protein adalah bagian dari
disebabkan karena kurangnya nafsu semua sel hidup dan merupakan
makan pasien setelah menjalani bagian terbesar tubuh sesudah air.
operasi. Pada saat peneltian sampel Seperlima bagian tubuh adalah
pasca bedah tidak memiliki nafsu protein. Protein mempunyai fungsi
makan dan merasa mual serta khas yang tidak dapat digantikan
muntah, keadaan ini disebabkan oleh zat gizi lain, yaitu membangun
karena terjadi reaksi metabolisme serta memelihara sel-sel dan
dalam tubuh dan membutuhkan jaringan tubuh (Proverawati dan
waktu untuk dapat beradaptasi Kusumawati, 2010).
terhadap makanan. Hasil penelitian ini
Makanan sumber energi menunjukan bahwa sebagian besar
yang dikonsumsi setelah 3 hari sampel mempunyai asupan protein
pasca bedah berupa makanan yang kurang. Hal ini disebabkan karena
tinggi protein seperti ikan dan telur, berdasarkan hasil penelitian masih
dan juga terdapat makanan sumber terdapat sampel yang kurang
karbohidrat seperti nasi dan pisang mengkonsumsi bahan pangan
sedangkan sayur-sayuran tidak protein yang dikonsumsi baik lauk
dikonsumsi karena kurangnya nafsu hewani maupun nabati seperti ikan,
makan pasien. ayam, telur, tahu dan tempe. Hal ini
Konsumsi energi yang sangat mengkhawatirkan, karena
sangat kurang mengkhawatirkan, protein mempunyai fungsi yang
karena dengan konsumsi energi sangat baik dalam masa pembetukan
yang kurang dan terjadi dalam jaringan yang rusak. Hal ini juga
waktu yang lama dapat disebabkan oleh frekuensi makan
menyebabkan kekurangan gizi. yang hanya 2 kali sehari sehingga
Kekurangan zat gizi khususnya asupan protein yang konsumsi tidak
energi pada tahap awal akan sesuai dengan kebutuhannya.
menimbulkan rasa lapar dan dalam Setelah menjalani operasi,
jangka waktu yang lama akan pasien tidak mengkonsumsi
menyebabkan berat badan menurun makanan dalam jumlah yang
disertai dengan penurunan aktivitas banyak, karena rasa mual dan
yang dilakukan. Kandungan energi muntah akibat reaksi metabolisme
yang paling tinggi diperoleh dari akibat pemedahan, namun perlahan-
bahan makanan yang mengandung lahan konsumsi makan pasien
karbohidrat. Karbohidrat ini semakin membaik, karena
merupakan sumber energi yang berdasarkan hasil recall rata-rata
utama bagi hampir seluruh asupan makan pasien khususnya
penduduk dunia, khususnya bagi makanan sumber protein semakin
penduduk negara yang sedang meningkat pada hari pertama asupan
berkembang. Walaupun jumlah protein mencapai 34 gr kemudian
kalori yang dihasilkan oleh satu hari ke dua sebanyak 38 gram dan
gram karbohidrat hanya empat semakin meningkat pada hari ke
kalori, karbohidrat merupakan tiga, rata-rata asupan pasien
sumber energi yang murah mencapai 45 gr. Makanan sumber
(Ambarwati, 2012). protein yang dikonsumsi oleh pasien

33
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

pasca bedah umumnya adalah pasca bedah menggambarkan


makanan sumber protein hewani keadaan tubuh seseorang dalam
berupa ikan dan telur, namun jangka waktu yang lama sehingga
dikonsumsi dalam jumlah yang meskipun dilakukan pembedahan
sedikit sehingga tidak sesuai dengan status gizi pasien dalam keadaan
kebutuhannya. normal.
Asupan protein yang kurang Berat badan pasca bedah
bukan merupakan faktor risiko merupakan suatu respon normal
terjadinya malnutrisi, bahwa asupan terhadap pembedahan. Menurut Hill
protein tidak berhubungan dengan (2009) perubahan komposisi tubuh
status gizi. Status gizi pasien setelah bedah berupa penurunan
dipengaruhi oleh banyak faktor, berat badan yang terjadi sampai hari
antara lain terjadinya gangguan ke-14. Kehilangan lemak sebagian
gastro intestinal (mual, tidak nafsu besar terjadi pada beberapa hari
makan, kembung), berat ringannya pertama pasca bedah dan
penyakit, status gizi awal masuk katabolisme protein yang terjadi
rumah sakit, komplikasi penyakit, sepanjang 2 minggu pertama pasca
diet yang diberikan rumah sakit dan bedah. Perubahan berat badan hari-
persepsi pasien terhadap cita rasa. hari awal pasca bedah sangat
dipengaruhi oleh perubahan total
3. Status Gizi body water. Widjanarko dan Toar
Status gizi adalah (2008) dalam suatu studi kinetik
keadaan tubuh sebagai akibat melaporkan kehilangan total body
konsumsi makan dan pangan zat-zat protein pada periode awal pasca
gizi. Status gizi dibedakan antara bedah disebabkan peningkatan
status gizi buruk, kurang, lebih, dan kecepatan pemecahan protein
normal (Almatsier, 2001). daripada pengurangan kecepatan
Hasil penelitian menunjukan sintesis protein.
bahwa sebagian besar sampel
mempunyai status gizi baik, 4. Penyembuhan Luka
disebabkan karena berdasarkan hasil Hasil penelitian menunjukan
pengukuran BB dan TB pasien bahwa sebagian besar sampel
memiliki Indeks Massa Tubuh memiliki luka kering, Hal ini
dalam batas normal yakni 18,5 -25. karena berdasarkan hasil penelitian
Pada saat penelitian sampel tidak terdapat PUS pada luka,
menggunakan IMT, dimana seluruh penyembuhan luka pasien ini
pasien bersedia untuk dilakukan didukung oleh perawatan medis
pengukuran terhadap berat badan yang diberikan seperti obat-obatan
dan tinggi badannya, dimana baik melalui oral maupun intravena
pengukuran antropometri pada yang dapat mempercepat
pasien yang menjalani operasi sesar penyembuhan luka.
dilakukan saat pasien menjalani Moore (2007)
masa perawatan pasca operasi 6-9 mengemukakan bahwa periode awal
hari, pada hari tersebut pasien sudah dari penyembuhan luka sekitar 5-15
mampu berdiri dan bersedia untuk hari untuk operasi kecil dan lebih
dilakukan pengukuran berat dan dari sebulan untuk operasi besar
tinggi badan. Status gizi pasien atau luka bakar. Selama masa ini

34
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

luka mempunyai prioritas utama semakin lambat. Penyembuhan luka


akan kebutuhan kalori, asam amino, pasien di dukung oleh terapi obat-
dan zat gizi lainnya yang diperlukan obatan yang diberikan sehingga
untuk penyembuhan. Kekurangan dapat mempercepat rasa nyeri dan
nilai gizi akan mengganggu menyembuhkan luka pasien.
penyembuhan luka. Operasi adalah Asupan energi sangat dibutuhkan
stres fisiologik akibat oleh pasien pasca bedah untuk
hipermetabolisme, mengembalikan energi akibat dari
Pada pasien pembedahan, proses metabolisme akibat
katekolamin dan glukagon yang pembedahan.
meningkat mengakibatkan glikogen Hasil penelitian ini sejalan
hati dan otot pecah, sehingga lepas dengan penelitian yang dilakukan
dan masuk dalam sirkulasi. Pada oleh Wirsasmita (2009) di RSUDD.
fase starvasi atau permulaan yang Probolinggo yang menemukan
berkepanjangan, tubuh melakukan bahwa tidak terdapat hubungan
penghematan protein otot. Bilamana antara asupan energi dengan
komplikasi mayor berkembang pada penyembuhan luka pasien bedah.
masa pasca bedah, pasti bahwa Hal ini juga disebabkan karena
malnutrisi protein energi akan penyembuhan luka pasien
terjadi sebagai akibat langsung. membutuhkan waktu yang lama ± 2
Defisit protein dan energi minggu agar bisa kering.
berkembang tidak hanya karena Pada pembedahan terjadi
asupan oral tertunda, melainkan peningkatan stres metabolisme yang
juga karena pengeluaran energi dan ditunjukkan dengan peningkatan
katabolisme protein tubuh kebutuhan energi dan protein.
meningkat (Hill, 2009). Respon metabolik terhadap trauma
(injury) dibedakan menjadi ebb
5. Hubungan Asupan Energi dengan phase dan flow fhase dimana pasien
Penyembuhan Luka pasien Pasca mengalami kehilangan protein
Bedah dalam kecepatan berlebihan. Durasi
Hasil penelitian menunjukan fase flow tergantung pada
bahwa tidak ada hubungan antara keparahan utama dan secara
asupan energi dengan penyembuhan berangsur angsur fase flow ini
luka pasien. Hal ini karena digantikan oleh suatu fase anabolik
berdasarkan hasil penelitian konvalensi. Pada fase anabolik ini
ditemukan sampel yang asupan cadangan energi dan protein yang
energi dalam kategori cukup hilang pada periode ini pasca trauma
ataupun kurang memiliki luka diisi kembali (Hill, 2009).
dalam keadaan kering, keadaan ini
menggambarkan asupan energi tidak 6. Hubungan Asupan Protein
memberi pengaruh dalam dengan Penyembuhan Luka
penyembuhan luka dan tidak sesuai pasien Pasca Bedah
Hasil penelitian menunjukan
dengan harapan bahwa dengan
bahwa tidak ada hubungan antara
adanya asupan energi yang cukup
asupan protein dengan
dapat mempercepat penyembuhan
penyembuhan luka pasien hal ini
luka serta semakin kurang asupan
karena pasien dengan asupan
energi, penyembuhan lukanya akan
protein yang cukup, luka pasien

35
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

masih tetap basah, penyembuhan lagi sebab-sebab utama dari


luka pasien disebabkan oleh terapi malnutrisi energi dan protein serius
obat-obatan yang diberikan yang setelah pasca operasi adalah : (1)
dapat menghilangkan nyeri dan tidak bisa makan, (2) tidak nafsu
mempercepat penyembuhan luka, makan, (3) reservoir lambung kecil,
protein yang dikonsumsi sampel (4) malabsorpsi.
digunakan untuk mengganti energi
yang hilang saat menjalani 7. Hubungan Status Gizi dengan
pembedahan. Penyembuhan Luka pasien Pasca
Disamping itu, tidak adanya Bedah
hubungan protein dengan Keadaan gizi merupakan
penyembuhan luka pasien faktor penting pada masa bedah.
disebabkan karena banyak faktor Malnutrisi energi dan protein
yang mempengaruhi penyembuhan kemungkinan disebabkan akibat
luka pada pasien bedah, faktor lain penyakit yang diderita dan akibat
yakni adanya terapi obat-obatan diet yang kurang baik sehingga
yang diberikan oleh tim medis di timbul keadaan malnutrisi yang
Rumah Sakit Umum Abunawas parah. Malnutrisi energi dan protein
Kota Kendari, selain itu juga akan berdampak pada fungsi
disebabkan karena setelah menjalani fisiologis dan meningkatkan risiko
operasi asupan makan pasien pembedahan atau memperpanjang
mengalami penurunan karena masa pemulihan (Widjanarko &
kurang nafsu makan, sehingga Toar, 2008).
asupan protein tidak menjadi faktor Hasil penelitian menunjukan
penentu penyembuhan luka pasien. bahwa ada hubungan status gizi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penyembuhan luka pasien,
dengan penelitian yang dilakukan hal ini karena sampel yang status
oleh Wirsasmita (2009) yang gizinya baik, lukanya dalam
menemukan bahwa tidak ada keadaan kering, dimana pasien
hubungan antara asupan protein dengan status gizi baik memiliki
dengan penyembuhan luka pasien cadangan zat gizi yang banyak,
dengan nilai p=0,021. Tingkat sehingga meskipun terjadi proses
kesembuhan luka pasien pembedahan, tubuh masih memiliki
dipengaruhi oleh faktor lain seperti cadangan energi yang dibutuhkan
obat-obatan yang diberikan oleh untuk mengembalikan zat-zat gizi
dokter yang dapat menyembuhkan yang hilang dan mampu
luka pasien dan menghilangkan rasa mempercepat penyembuhan luka
nyeri. dan hasil penelitian juga
Hal tersebut di atas sesuai menunjukan sampel yang status
dengan pendapat French dan Crane gizinya kurang, lukanya dalam
(1963) dalam Hill (2009) bahwa keadaan basah, keadaan ini
pasien yang menjalani pasca operasi menunjukan bahwa status gizi dapat
saluran pencernaan hampir 50% menghambat proses penyembuhan
akan mengalami malnutrisi protein luka.
karena asupan makanan yang Penelitian ini sejalan dengan
kurang yang berdampak pada penelitian yang dilakukan oleh
kehilangan berat badan. Dijelaskan Budiningsari dan Hadi (2008) yang

36
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

menunjukan bahwa dari 66 orang mendapatkan hasil pada pra bedah


pasien bedah dewasa, pada pasien sedang dan besar 15,2% dan 10,8%
yang menderita malnutrisi ringan orang berstatus gizi buruk
sembuh dengan cepat secara sedangkan pada pasien bedah
signifikan lebih lambat daripada sedang dan besar terdapat kenaikan
mereka yang gizinya baik. sebesar 4,3% sampai 5,6% setelah
Demikian juga hasil penelitian kay, pembedahan. Hal ini berarti pada
et al, 1987 pada 41 orang pasien pasca bedah sedang dan besar perlu
pasien bedah ortopedi, 94% pasien mendapat perhatian yang khusus
dengan parameter gizi normal untuk mengembalikan fungsi tubuh
sembuh tanpa penyulit, sementara seperti semula.
44% pasien dengan status gizi
kurang mengalami kelambatan yang KESIMPULAN DAN SARAN
signifikan dalam proses Kesimpulan
penyembuhannya. 1. Asupan energi pada pasien pasca
Keadaan gizi pasien bedah di Ruang Rawat Inap Bedah
merupakan faktor pertimbangan RSUD. Abunawas Kota Kendari
penting pra bedah. Adapun nutrien sebagian besar kurang (59,6%).
yang cukup dan seimbang akan 2. Asupan protein pada pasien pasca
menentukan status gizi pasien. bedah di Ruang Rawat Inap Bedah
Status gizi pra bedah sangat RSUD. Abunawas Kota Kendari
dipengaruhi oleh sistem tubuh sebagian besar kurang (55,8%).
termasuk penyembuhan luka yang 3. Status gizi pasien pasca bedah di
terjadi setelah operasi. Kebutuhan Ruang Rawat Inap Bedah RSUD.
nitrogen dan bahan bakar sel tubuh Abunawas Kota Kendari sebagian
secara memadai agar tetap terjaga besar baik (59,6%).
dapat dilakukan dengan 4. Penyembuhan luka pasien pasca
pemeliharaan nutrisi yang baik bedah di Ruang Rawat Inap Bedah
(Ambarwati, 2012). RSUD. Abunawas Kota Kendari
Jenis bedah berhubungan sebagian besar lukanya kering
dengan status gizi seperti yang (65,4%).
dijelaskan Widjanarko (2003) 5. Tidak ada hubungan antara asupan
bahwa terjadinya kehilangan berat energi dengan penyembuhan luka
badan -5,3 ± 0,9 kg dalam 14 hari pada pasien pasca bedah di Ruang
pasca bedah mayor elektif. Rawat Inap Bedah RSUD.
Perubahan komposisi tubuh terdiri Abunawas Kota Kendari.
dari kehilangan air -3,8 ±1,3 kg 6. Tidak ada hubungan antara asupan
protein -0,6 ± 0,35 kg dan lemak - protein dengan penyembuhan luka
0,7 ± 1,2 kg. Lalisang (2008), pada pasien pasca bedah di Ruang
meneliti secara prospectif cross Rawat Inap Bedah RSUD.
sectional pada 60 responden bedah Abunawas Kota Kendari.
mayor elektif dan hasilnya 7. Ada hubungan status gizi dengan
menunjukkan pada 76% pasien penyembuhan luka pada pasien
kehilangan berat badan dengan rata- pasca bedah di Ruang Rawat Inap
rata 4% pada bulan Januari sampai Bedah RSUD. Abunawas Kota
Desember 2000. Penelitian oleh Kendari.
Widjanarko & Toar (2008)

37
Paridah : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014 Hal : 26 - 38

Saran Proverawati dan Kusumawati, 2010.


1. Hasil penelitian ini kiranya dapat Ilmu Gizi untuk Keperawatan
menjadi masukan bagi pemerintah dan Gizi Kesehatan. Nuha
daerah dan instansi terkait dalam hal Medika, Yogyakarta.
ini Dinas Kesehatan Kota Kendari Sjamsuhidajat, 2007. Status Gizi Pasien
dan RSUD. Abunawas dalam Bedah, Majalah Kedokteran
menentukan kebijakan-kebijakan Indonesia RSCM, Jakarta.
dalam upaya menangulangi masalah Supariasa, I Dewa Nyoman. Bakri,
kurangnya asupan zat gizi Bachyar, Fajar, Ibnu, 2002.
khususnya energi dan protein pada Penilaian Status Gizi. EGC,
pasien pasca bedah. Jakarta.
2. Bagi petugas kesehatan agar Susetyowati, 2007. Penatalaksanaan
memberikan diet pada pasien pasca Gizi Pada Pasien Bedah
bedah sesuai syarat/prinsip diet, Digestif. Makalah Pertemuan
jenis diet, indikasi dan cara Ilmiah Ke III Tahun 2007.
pemberian supaya terpenuhi sesuai Waryana, 2010. Gizi Reproduksi.
dengan kebutuhan gizinya. Pustaka Rihamma, Yogyakarta.
3. Bagi peneliti lain, hendaknya
menganalisis faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan penyembuhan
luka pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu


Gizi, Gramedia, Jakarta.
Ambarwati Fitri Respati, 2012. Gizi dan
Kesehatan Reproduksi.
Cakrawala Ilmu, Yogyakarta.
Daldiyono dan Thaha, 2008. Kapita
Selekta Nutrisi Klinik,
Perhimpunan Nutrisi Enteral
dan Parenteral Indonesia,
Jakarta.
Hartono, Andry, 2006. Terapi Gizi dan
Diet Edisi 2. EGC, Jakarta.
Hill, Graham, 2000. Buku Ajar Nutrisi
Bedah.. Farmedia, Jakarta.
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi
Untuk Kesehatan. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Moore, M. 2007. Pedoman Terapi Diet
dan Nutrisi. Penerbit
Hipokrates, Jakarta.
Nirwana, 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan
Anak. Nuha Medika,
Yogyakarta.

38
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

ANALISIS HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA


BAYI 3-6 BULAN DI KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014

Muhammad Agusman Sorumba1


1Stikes Mandala Waluya Kendari

Menurut WHO (2008) kematian bayi disebabkan oleh Infeksi Saluran


Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 19%. Data di Puskesmas Ranomeeto menunjukan
penderita ISPA tahun 2013 sebanyak 155 orang bayi umur 3-6 bulan. Tahun 2014
(Januari-Juli) bayi yang terinfeksi ISPA sebanyak 50 orang dan 29 orang diantaranya
berstatus gizi kurang
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status gizi dengan
kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi Umur 3 - 6 Bulan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan Cross
Sectional Study. Populasi dalam penelitian adalah semua bayi 3-6 bulan yang
menderita ISPA sebanyak 50 orang dan sampel sebanyak 50 orang yang diambil
secara Total Sampling. Data diperoleh menggunakan kuisioner dan di uji
menggunakan uji Chi-Square.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang lemah antara
status gizi dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi
Umur 3-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Konawe
Selatan dengan nilai X2 hit=5,82 < X2 tabel = 3,84 dan P=0,016. Saran kepada bagi
ibu agar memberikan kolostrum pada bayinya, Bagi ibu bayi agar menjaga status gizi
bayinya dengan memberikan nutrisi yang tepat. Bagi Institusi Pendidikan agar hasil
penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya. Bagi Puskesmas
sebagai ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan instansi
terkait dalam menentukan kebijakan dan perencanaan program penanggulangan
ISPA.

Kata Kunci : Status Gizi, ISPA dan Bayi

39
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

PENDAHULUAN rawat jalan dan rawat inap Rumah


Pembangunan kesehatan Sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes
bertujuan untuk meningkatkan RI, 2012).
kesadaran, kemauan dan kemampuan Menurut Sutrisna (2007) faktor
hidup bagi setiap orang agar terwujud risiko yang menyebabkan ISPA pada
derajat kesehatan masyarakat optimal. balita adalah sosio-ekonomi
Peningkatkan derajat kesehatan (pendapatan, perumahan, pendidikan
masyarakat yang optimal, salah satu orang tua), status gizi, tingkat
upaya kesehatan yang dilakukan oleh pengetahuan ibu dan faktor
pemerintah adalah pemberantasan lingkungan (kualitas udara). Penelitian
penyakit dengan tujuan untuk Sumargono (2006) di Jakarta
menurunkan angka kesakitan dan atau membuktikan bahwa status gizi balita
angka kematian (Prasetyawati, 2012). mempengaruhi terhadap terjadinya
Pertumbuhan dan kejadian ISPA ringan. Status gizi bayi
perkembangan manusia yang paling menggambarkan keadaan nutrisi
kritis terjadi pada masa bayi. Pada seseorang, Balita yang status gizinya
masa ini, terjadi pertumbuhan dan kurang cenderung mengalami ISPA,
perkembangan yang sangat pesat baik karena saat status gizinya kurang,
fisik maupun mental dibandingkan daya immunitas tubuh balita semakin
dengan tahapan umur berikutnya rendah, sehingga dapat menimbulkan
(Wati, 2010). penyakit lainnya.
Pertumbuhan bayi yang Penyakit infeksi dan
tercermin pada status gizi dapat kekurangan gizi sering terjadi secara
dipantau melalui grafik pertumbuhan bersamaan dan saling mempengaruhi.
berdasarkan standar tertentu misalnya Keadaan gizi yang disebabkan asupan
WHO-NCHS. Apabila terjadi makan yang tidak memenuhi
perubahan grafik pertumbuhan, baik kebutuhan dapat mengakibatkan
dalam pertumbuhan massa tubuh menurunnya berat badan dan
maupun pertumbuhan linier, yang gangguan pertumbuhan serta
keduanya menjurus ke arah penurunan menurunnya imunitas dan kerusakan
grafik bila dibandingkan dengan mukosa. Hal tersebut berkaitan erat
standar, maka dikatakan bayi dengan kejadian, keparahan, durasi
mengalami goncangan pertumbuhan dan Kejadian penyakit infeksi.
(growth faltering) (Wati, 2010). Penyakit infeksi dapat menyebabkan
Menurut WHO (2008) kehilangan persediaan gizi dan
kematian bayi disebabkan oleh Infeksi peningkatan kebutuhan akibat dari
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sakit. Pada saat bersamaan terjadi
sebesar 19%,yang merupakan urutan penurunan nafsu makan yang pada
kedua penyebab kematian bayi, gilirannya menyebabkan asupan gizi
sedangkan 26% infeksi berat yang menurun (Kemenkes RI, 2008).
sudah termasuk ISPA merupakan Di Indonesia ISPA
penyebab kematian bayi.ISPA merupakan penyebab kematian balita
merupakan salah satu penyebab nomor satu, sejak tahun 2000, angka
utama kunjungan pasien di sarana kematian balita akibat ISPA adalah 5
kesehatan. Sebanyak 40% - 60% per 1000 balita. kejadian ISPA pada
kunjungan berobat di Puskesmas balitadi Indonesia diperkirakan
dan15% - 30% kunjungan di bagian sebesar 3 sampai 6 kali pertahun.

40
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

Ini berarti seorang balita rata-rata bayi umur 3 sampai 6 bulan penderta
mendapat serangan batuk sebanyak 3 ISPA, sedangkan data yang di peroleh
sampai 6 kali setahun (Depkes RI, di poli Gizi menunjukan jumlah bayi
2012). penderita Gizi kurang disertai ISPA
Data yang diperoleh dari sebanyak 92 orang.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawsi Berdasarkan pendahuluan
Tenggara, penyakit ISPA juga yang dilakukan pada tanggal 10 juli
merupakan masalah kesehatan utama 2014 diperoleh data dari puskesmas
masyarakat. Penyakit ISPA adalah Ranomeeto Kabupaten Konawe
penyebab nomor satu (15,7%) dari Selatan diketahui jumlah bayi yang
penyebab kematian Balita di Rumah terinfeksi penyakit ISPA sebagian
Sakit Pada tahun 2011, cakupan besar diderita oleh bayi umur 3-6
penemuan ISPA Balita di Sultra bulan sebanyak 47 penderita yang
mencapai 19,03%. Angka tersebut terdiri dari 3 desa yaitu desa taubonto
mengalami peningkatan pada tahun sebanyak 28 bayi, desa Tampeatani
2012 yaitu menjadi 21,16% (Profil sebanyak 10 bayi dan desa Rau-rau
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara, sebanyak 9 penderita. Bayi yang
2012). menderita ISPA, didominasi oleh bayi
Berdasarkan laporan tahunan yang berstatus gizi kurang, yakni dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe 47 bayi yang menderita ISPA, 29
Selatan, diperoleh data bahwa pada orang berstatus gizi kurang.
tahun 2011 cakupan penderita ISPA Berdasarkan latar belakang
mencapai (9,78%) dan semakin diatas, maka peneliti telah melakukan
meningkat pada tahun 2012 mencapai penelitian mengenai ”Hubungan
15,92% (Dinas Kesehatan Kabupaten Status Gizi dengan Kejadian Infeksi
Konawe Selatan, 2012). Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada
Gejala penyakit ISPA di Bayi Umur 3-6 Bulan di Kabupaten
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun Konawe Selatan.
2012 menempati urutan pertama dari
sepuluh besar penyakit yang ada di Tujuan Penelitian
masyarakat yakni dengan jumlah 1. Tujuan Umum
penderita mencapai 72.413 jiwa Untuk menganalisis
(Septiono, 2009). Sementara itu Dinas hubungan status gizi dengan
Kesehatan Kabupaten Bambana Kejadian Infeksi Saluran
melaporkan bahwa angka kejadian Pernapasan Akut (ISPA) pada
ISPA di Kabupaten Konawe Selatan Bayi Umur 3 - 6 Bulan di Wilayah
pada tahun 2008 menempati urutan Kerja Puskesmas Ranomeeto
pertama dari 10 besar penyakit yang Kabupaten Konawe Selatan.
ada di Kabupaten Konawe Selatan 2. Tujuan Khusus
yakni mencapai 472 kasus bayi umur 2.1 Untuk mengetahui status gizi Bayi
3 sampai 6 bulan (Dinkes Bombana, Umur 3 - 6 Bulan di Wilayah
2012). Kerja Puskesmas Ranomeeto
Berdasarkan Data Dari Kabupaten Konawe Selatan.3.
Rekam Medik Puskesmas Ranomeeto 2.2 Untuk mengetahui kejadian Infeksi
Kabupaten Konawe Selatan Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
menunjukan bahwa jumlah penderita pada Bayi Umur 3 - 6 Bulan di
ISPA pada tahun 2013 sebanyak 155 Wilayah Kerja Puskesmas

41
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

Ranomeeto Kabupaten Konawe Puskesmas Ranomeeto Kabupaten


Selatan. Konawe Selatan Tahun 2014.
2.3 Untuk menganalisis hubungan
status gizi dengan Kejadian Infeksi Populasi dan Sampel
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Populasi
pada Bayi Umur 3 - 6 Bulan di Populasi dalam penelitian ini
Wilayah Kerja Puskesmas adalah semua bayi 3-6 bulan yang
Ranomeeto Kabupaten Konawe menderita serangan ISPA di
Selatan. Puskesmas Ranomeeto Kabupaten
Konawe Selatan sebanyak 50
Manfaat Penelitian responden (Profil Puskesmas
Manfaat yang diharapkan dapat Ranomeeto, 2012).
diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis Sampel
a. Hasil penelitian ini diharapkan Sampel dalam penelitian ini
dapat memberikan informasi bayi 3-6 bulan yang menderita
kepada pemerintah dan instansi serangan ISPA di Puskesmas
terkait dalam menentukan Ranomeeto Kabupaten Konawe
kebijakan dan perencanaan Selatan sebanyak 50 responden.
program penanggulangan Teknik pengambilan sampel
ISPA. menggunakan total sampling yakni
2. Manfaat Praktis seluruh populasi dijadikan sampel.
a. Bagi penelitian, kiranya hasil
penelitian ini dapat menambah Jenis dan Cara Pengumpulan Data
pengetahuan dan cakrawala 1. Data primer terdiri dari identitas,
berpikir dan mampu status gizi bayi 3-6 bulan
memberikan sumbangan diperoleh dengan cara wawancara
pemikiran mengenai hubungan dan pengukuran Berat badan bayi
status gizi dengan Kejadian. menggunakan timbangan.
b. Agar dapat dijadikan sebagai 2. Data sekunder yaitu data
dasar penelitian analitik, serta demografi meliputi: profil,
mampu menambah wawasan ketenagaan, sarana prasarana, dan
dalam ilmu Gizi. lain-lain yang diperoleh dari hasil
dokumentasi.
METODE PENELITIAN
Pengolahan dan Analisis Data
Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Pengolahan Data
Jenis penelitian yang
Setelah data dikumpulkan
digunakan adalah Penelitian analitik
melalui lembar kuisioner, Maka
dengan pendekatan Cross Sectional
data diolah secara manual dan
Study yaitu penelitian yang dilakukan
menggunakan komputer.
pada waktu dan tempat secara
Pengolahan data meliputi :
bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
a. Coding adalah Pembuatan
kode pada tiap-tiap data yang
Waktu dan Tempat
termasuk kategori yang sama.
Penelitian ini telah dilaksanakan
pada tanggal 16 September s/d 4
Oktober Tahun 2014 di Wilayah Kerja

42
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

b. Editing adalah pengecekan Tabel 2 menunjukan bahwa dari


atau pengkoreksian data yang 50 sampel terdapat 30 orang (60,0%)
telah dikumpulkan. pada kategori umur 3-4 bulan dan 20
c. Skoring adalah memberi skor orang (40,0%) pada kategori umur 5-6
pada data yang telah bulan.
dikumpulkan.
d. Tabulating adalah membuat Pendidikan Ibu
tabel yang berisikan data yang
telah diberi kode sesui dengan Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu di
analisis yang dibutuhkan. Wilayah Kerja Puskesmas
2. Analisis Data Ranomeeto Kabupaten
Analisis data dilakukan Konawe Selatan
dengan menggunakan program Pendidikan Ibu n %
komputerisasi Statistical Product SD 4 8,0
and Service Solution (SPSS) versi SMP 10 20,0
16,0. Analisis data terbagi atas SMA 28 56,0
analisis Univariat dan Bivariat. DIII/S1 8 16,0
.
Jumlah 50 100
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Primer Terolah, 2014
Gambaran Umum Sampel
Umur Ibu Tabel 3 menunjukan bahwa
Tabel 1. Distribusi Umur Ibu di dari 85 sampel sebagian besar yaitu
Wilayah Kerja Puskesmas 43,4% pendidikan ibu adalah tamatan
Ranomeeto Kabupaten SMP, Kemudian 20,0% pendidikan
Konawe Selatan ibu masing-masing tamatan SMA dan
Umur Ibu (Tahun) n % tamatan SD dan Perguruan Tinggi (S1
dan DIII) dan 17,6% tamatan SD.
20 - 30 11 22,0
31- 41 39 78,0
Gambaran Umum Variabel
Jumlah 50 100 Penelitian
Data Primer Terolah, 2014
Analisis Univariat
Tabel 1 menunjukan bahwa dari Status Gizi
50 sampel terdapat 39 orang (78,0%) Tabel 4. Distribusi Status Gizi Bayi 3-
pada kategori umur 31-41 Tahun dan 6 Bulan di Wilayah Kerja
11 orang (22,0%) pada kategori umur Puskesmas Ranomeeto
20-30 tahun. Kabupaten Konawe Selatan
Status Gizi Bayi n %
Umur Bayi Normal 18 36,0
Tabel 2. Distribusi Umur Bayi di Kurang 32 64,0
Wilayah Kerja Puskesmas Total 50 100
Ranomeeto Kabupaten Data Primer Terolah, 2014
Konawe Selatan
Umur Bayi (Bulan) n % Tabel 4 menunjukan bahwa
dari 50 sampel terdapat 32 orang
3-4 30 60,0
(64,0%) status gizinya kurang dan 18
5-6 20 40,0
orang (36,0%) status gizinya normal.
Jumlah 50 100
Data Primer Terolah, 2014

43
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

Kejadian ISPA Berdasarkan hasil analisis


Tabel 5. Distribusi Kejadian ISPA statistik menggunakan uji chi-square
pada Bayi 3-6 Bulan di diperoleh nilai p= 0,016 < α (0,05),
Wilayah Kerja Puskesmas sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ranomeeto Kabupaten ada hubungan yang lemah antara
Konawe Selatan status gizi dengan Kejadian ISPA pada
Kejadian ISPA n % bayi 3-6 bulan di Puskesmas
1 kali dalam sebulan 17 34,0 Ranomeeto Kabupaten Konawe
> 1 kali dalam sebulan 33 66,0 Selatan.
Total 50 100
Data Primer Terolah, 2014 PEMBAHASAN
Tabel 5 menunjukan bahwa Pembahasan Univariat
dari 50 sampel terdapat 33 orang Status Gizi Bayi
(66,0%) > 1 kali Kejadian dan 17 Status gizi adalah ekpresi dari
orang (34,0%) 1 kali Kejadian. keadaan kesinambungan atau
perwujudan dari nutriture dalam
Analisis Bivariat bentuk variabel tertentu (Supariasa
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan dkk, 2001), sedangkan menurut
Pemberian Kolostrum pada Bayi Ambarwati (2012), status gizi
Baru Lahir dikatakan baik apabila nutrisi yang
diperlukan baik protein, lemak,
Tabel 6. Hubungan Status Gizi karbohidrat, mineral, vitamin maupun
dengan Kejadian ISPA air digunakan oleh tubuh sesuai
pada Bayi 3-6 Bulan di kebutuhan.
Puskesmas Ranomeeto Hasil penelitian menunjukan
Kabupaten Konawe bahwa dari 50 sampel terdapat 32
Selatan orang (64,0%) status gizinya kurang
Kejadian dan 18 orang (36,0%) status gizinya
ISPA Jumla normal.
Pengetahuan 1 >1 h Menurut asumsi peneliti,
p
Ibu Kali Kali penyebab terjadinya gizi kurang pada
n % n % n % bayi disebabkan oleh asupan nutrisi
Normal 10 16 8 20 18 36 yang kurang, hal ini karena status gizi
merupakan gambaran dari makanan
Kurang 7 66 25 34 32 64 0,016
yang dikonsumsi oleh bayi.
Jumlah 17 34 33 66 50 100 Status gizi merupakan
Data Primer Terolah, 2014 pengukuran antropometri yang sering
Tabel 6 menunjukan bahwa dari digunakan sebagai indikator dalam
58 ibu yang tidak menunjukan bahwa keadaan normal, dimana keadaan
dari 50 sampel,sebagian besar yaitu 25 kesehatan dan keseimbangan antara
orang (34,0%) mengalami > 1 kali intake dan kebutuhan gizi terjamin.
kejadian ISPA dan memiliki status Berat badan memberikan gambaran
gizi kurang dan sebagian kecil yakni tentang massa tubuh. Massa tubuh
7 orang (66,0%) mengalami 1 kali sangat sensitif terhadap perubahan
kejadian ISPA dengan status gizi yang keadaan yang mendadak, misalnya
kurang terserang infeksi, kurang nafsu makan
dan menurunnya jumlah makanan

44
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

yang dikonsumsi. BB/U lebih Penelitian ini sejalan dengan


menggambarkan status gizi sekarang. teori yang dikemukakan oleh
Berat badan yang bersifat labil, Kemenkes RI (2008), bahwa banyak
menyebabkan indeks ini lebih faktor yang mempengaruhi kejadian
menggambarkan status gizi seseorang penyakit ISPA baik secara langsung
saat ini (Current Nutritional Status) maupun tidak langsung. Menurut
(Supariasa, dkk, 2001). Kemenkes (2008) menyebutkan
bahwa faktor penyebab ISPA pada
Kejadian ISPA balita adalah status gizi buruk
ISPA adalah penyakit infeksi Penyakit ISPA adalah penyakit
saluran pernapasan akut akibat yang dapat menyerang semua
masuknya mikroorganisme ke dalam kelompok usia dari bayi, anak-anak
tubuh dan biasanya berlangsung dan sampai orang tua. Terjadinya
hingga 14 hari. infeksi saluran pernapasan pada anak
Hasil penelitian menunjukan balita disamping adanya bibit
bahwa dari 50 sampel terdapat 33 penyakit, juga dipengaruhi oleh
orang (66,0%) > 1 kali dalam sebulan beberapa faktor yaitu tingkat
dan 17 orang (34,0%) 1 kali dalam pendapatan, pengetahuan, status gizi
sebulan. Kejadian ISPA dalam dan status imunisas (Sumargono,
penelitian ini dicatat setiap dua 2006).
minggu sekali (6 kali kunjungan). Penyakit yang ditandai dengan
Penyebab banyaknya bayi yang keluhan batuk dan atau pilek (ingus)
mengalami ISPA > 1 dalam sebulan dan atau batuk pilek dan atau sesak
dipengaruhi oleh status gizinya, nafas karena hidung tersumbat dengan
dimana bayi tersebut dalam kondisi atau tanpa demam. Seorang bayi
status gizi kurang. disebut mengalami infeksi saluran
Seorang bayi disebut pernapasan akut (ISPA) bilamana
mengalami infeksi saluran pernapasan anak tersebut mengalami atau
akut (ISPA) bilamana anak tersebut menunjukkan satu atau lebih gejala-
mengalami atau menunjukkan satu gejala tersebut. Kejadian baru bila
atau lebih gejala-gejala tersebut. ISPA terjadi lagi setelah tiga hari
Kejadian baru bila ISPA terjadi lagi tanpa (bebas dari) ISPA (Alam, dkk,
setelah tiga hari tanpa (bebas dari) 2011).
ISPA (Alam, dkk, 2011).
Banyak faktor yang Pembahasan Bivariat
mempengaruhi Kejadian ISPA pada Hubungan Status Gizi Bayi dengan
bayi diantaranya adalah status gizi, Kejadian ISPA
dimana status gizi yang kurang Hasil penelitian menunjukan
menggambarkan tingkat kekebalan bahwa dari 50 sampel,sebagian besar
bayi yang mudah terinfeksi oleh yaitu 25 orang (34,0%) mengalami > 1
penyakit lain seperti ISPA. disamping kali Kejadian ISPA dan memiliki
itu keadaan lingkungan yang tidak status gizi kurang dan sebagian kecil
diteliti dalam penelitian ini turun yakni 7 orang (66,0%) mengalami 1
menentukan Kejadian ISPA yang kali Kejadian ISPA dengan status gizi
dialami bayi. yang kurang.Berdasarkan hasil
analisis statistik menggunakan uji chi-
square diperoleh nilai p= 0,016 < α

45
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

(0,05), sehingga dapat disimpulkan kehilangan persediaan gizi sebagai


bahwa ada hubungan yang lemah akibat respon metabolik dan
antara status gizi dengan kejadian kehilangan melalui saluran cerna.
ISPA pada bayi 3-6 bulan di Pada saat bersamaan terjadi penurunan
Puskesmas Ranomeeto Kabupaten nafsu makan yang pada gilirannya
Konawe Selatan. menyebabkan asupan gizi menurun
Dalam penelitian ini juga (Supariasa, 2011).
menunjukan bahwa dari 18 orang yang Penelitian Sumargono (2006) di
status gizinya normal, masih terdapat Jakarta membuktikan bahwa status
8 orang (20,0%) mengalami ISPA > 1 gizi balita mempengaruhi terhadap
kali Kejadian, hal ini diduga terjadinya kejadian ISPA ringan.
disebabkan oleh faktor lingkungan Status gizi bayi menggambarkan
yang juga turun menentukan ISPA, keadaan nutrisi seseorang, Balita yang
dimana meskipun status gizinya status gizinya kurang cenderung
normal, namun apabila lingkungan mengalami ISPA, karena saat status
berasap ataupun berdebu, maka bayi gizinya kurang, daya immunitas tubuh
cenderung mengalami Kejadian ISPA. balita semakin rendah, sehingga dapat
Kemudian hasil penelitian ini juga menimbulkan penyakit lainnya
menunjukan bahwa dari 32 bayi yang Penyakit infeksi dan kekurangan
status gizinya kurang, masih terdapat gizi sering terjadi secara bersamaan
7 orang (66,0%) mengalami 1 kali dan saling mempengaruhi. Keadaan
Kejadian ISPA, hal ini karena gizi yang disebabkan asupan makan
meskipun status gizinya kurang, yang tidak memenuhi kebutuhan dapat
namun bayi masih tetap memiliki daya mengakibatkan menurunnya berat
imunitas yang tinggi serta didukung badan dan gangguan pertumbuhan
oleh keadaan lingkungan yang sangat serta menurunnya imunitas dan
memungkinkan terhindar dari ISPA. kerusakan mukosa. Hal tersebut
Penyakit infeksi dan gangguan berkaitan erat dengan kejadian,
gizi sering terjadi secara bersamaan keparahan, durasi dan Kejadian
dan saling mempengaruhi antara yang penyakit infeksi. Penyakit infeksi
satu dengan yang lainnya.Kaitan dapat menyebabkan kehilangan
penyakit infeksi dengan keadaan gizi persediaan gizi dan peningkatan
kurang merupakan hubungan timbal kebutuhan akibat dari sakit. Pada saat
balik, yaitu hubungan sebab bersamaan terjadi penurunan nafsu
akibat.Kekurangan gizi atau malnutrisi makan yang pada gilirannya
yang disebabkan asupan gizi tidak menyebabkan asupan gizi menurun
adekuat dapat mengakibatkan (Kemenkes RI, 2008).
menurunnya berat badan, gangguan Kemenkes RI, (2008)
pertumbuhan, menurunnya imunitas mengemukakan bahwa beberapa
dan kerusakan mukosa. Menurunnya penelitian terdahulu juga
imunitas dan kerusakan mukosa menunjukkan bahwa malnutrisi
memegang peranan utama dalam merupakan faktor risiko penting untuk
mekanisme pertahanan tubuh. ISPA Anak yang menderita malnutrisi
Kejadian, keparahan dan durasi berat dan kronis lebih sering terkena
penyakit mempunyai kaitan erat ISPA dibandingkan anak dengan berat
dengan kedua faktor tersebut.Penyakit badan normal. Penelitian yang
infeksi yang terjadi menyebabkan dilakukan oleh Dewi dkk (2007),

46
Muhammad Agusman Sorumba : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September-November 2014
Hal : 39 - 47

didapatkan hasil bahwa status gizi DAFTAR PUSTAKA


kurang pada anak balita mempunyai
risiko untuk terkena ISPA 2,5 kali Almatsier. S, 2001. Prinsip Dasar
lebih besar dibandingkan dengan anak Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
yang bergizi baik. Dalam penelitian Utama. Jakarta.
ini proporsi anak yang bergizi kurang Ambarwati, F.S. 2012. Gizi dan
lebih banyak pada kasus (41,03%) dari Kesehatan Reproduksi.
pada pembanding (25,64%). Cakrawala Ilmu. Yogyakarta.
Dewi, dkk. 2007. Faktor Risiko Ispa
KESIMPULAN DAN SARAN Pada Balita. http//:com.
Kesimpulan Diakses Tanggal 10 Februari
1. Status gizi Bayi Umur 3 - 6 Bulan 2014.
di Puskesmas Ranomeeto Kemenkes RI, 2008. Pedoman
Kabupaten Konawe Selatan Pemberantasan Penyakit
sebagian besar yakni 32 orang ISPA. http/:com. Diakses
(64,0%) dalam kategori kurang. tanggal 10 Februari 2014.
2. Kejadian ISPA pada Bayi Umur 3 Mubarak, 2011. Promosi Kesehatan
- 6 Bulan di Puskesmas untuk Kebidanan. Salemba
Ranomeeto Kabupaten Konawe Medika. Jakarta.
Selatan sebagian besar yakni 27 Notoatmodjo, 2005. Metodologi
orang (54,0%) mengalami ISPA > Penelitian Kesehatan, Rineka
1 kali. Cipta, Jakarta.
3. Ada hubungan yang lemah antara Prasetyawati. 2012. Kesehatan Ibu
status gizi dengan Kejadian Infeksi dan Anak (KIA),dalam
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Milenium Development Goals
pada Bayi Umur 3 - 6 Bulan di (MDGs). Penerbit Nuha
Puskesmas Ranomeeto Kabupaten Medika, Yogyakarta.
Konawe Selatan. Sumargono,2006. Hubungan Antara
Sanitasi Fisik Rumah Dengan
Saran
Kejadian Infeksi Saluran
1. Hasil penelitian ini diharapkan
Pernafasan Akut (ISPA) Pada
dapat memberikan informasi
Bayi Di Desa Cepogo
kepada pemerintah dan instansi
Kecamatan Cepogo
terkait dalam menentukan
Kabupaten Boyolali.
kebijakan dan perencanaan
http//:com. Di Akses Tanggal
program penanggulangan ISPA
1 Maret 2014.
2. Bagi penelitian, kiranya hasil
Supariasa dkk, 2011, Penilaian Status
penelitian ini dapat menambah
Gizi, EGC Jakarta.
pengetahuan dan cakrawala
Wati, 2010. Hubungan Kejadian
berpikir serta sumbangan
ISPA.
pemikiran mengenai hubungan
http://creasoft.wordpress.com.
status gizi dengan kejadian ISPA.
Diakses pada tanggal 14 April
3. Agar dapat dijadikan sebagai dasar
2014.
penelitian analitik, serta mampu
menambah wawasan dalam ilmu
Gizi.

47
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

PENGARUH PEMBERIAN JUS ALPUKAT TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

1Heriyanto

Stikes Karya Kesehatan1

Abstrak

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya


diatas 140 mgHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Alpukat merupakan
buah yang dapat menormalkan tekanan darah, hal ini karena adanya senyawa kalium
dan flavonoid dalam buah alpukat menyebabkan buah alpukat berefek menurunkan
tekanan darah.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus alpukat
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan. Penelitian ini
merupakan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pre–post test dan
telah dilaksanakan pada tanggal 15-22 Februari di wilayah kerja puskesmas
Motaha. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi baik
primer dan sekunder. tahun 2014 periode Januari-Februari sebanyak 86 orang dan
sampel sebanyak 46 orang yang diperoleh secara Accidental Sampling dan, data
diperoleh menggunakan kuisioner dan di uji menggunakan uji paired sample t test.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 46 sampel, setelah diberikan jus
alpukat, sampel yang tekanan darahnya sedang mengalami penurunan sebesar 17,3%
begitu pula dengan penderita yang tekanan darahnya berat, mengalami penurunan
sebesar 26,2%, kemudian pada sampel yang tekanan darahnya rendah, setelah
diberikan jus alpukat meningkat sebesar 43,5%.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Tekanan darah penderita Hipertensi
sebelum diberikan jus alpukat, sebagian besar yakni 54,3% dalam kategori sedang
dan setelah diberikan jus alpukat, sebagian besar yakni 50,0% dalam kategori ringan
dan ada pengaruh pemberian jus alpukat terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi dengan nilai p=0,001. Saran dalam penelitian ini adalah bagi
masyarakat agar dapat menjadi sumber informasi tentang khasiat jus alpukat dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan dapat menerapkan
pemberian jus alpukat untuk menurunkan tekanan darah. Bagi peneliti lain agar dapat
agar menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang gizi klinik menjadi
bahan pustaka dan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya yang tertarik
untuk mengkaji masalah yang relevan dengan penelitian ini. Bagi peneliti agar
menjadi pengalaman nyata penerapan metodologi penelitian dan menambah
wawasan serta pengetahuan tentang manfaat jus alpukat terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

Kata Kunci : Tekanan Darah, Hipertensi dan Alpukat

48
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

PENDAHULUAN mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1


Hipertensi merupakan suatu dari 4 orang dewasa menderita
peningkatan abnormal tekanan darah tekanan darah tinggi. Lebih dari
dalam pembuluh darah arteri secara separuh atau sekitar 600 juta
terus–menerus lebih dari suatu periode penderita, tersebar di Negara
hipertensi merupakan tekanan darah berkembang, termasuk Negara
persisten dimana tekanan sistoliknya Indonesia, diperkirakan sekitar 80 %
diatas 140 mgHg dan tekanan kenaikan kasus hipertensi terutama
diastoliknya di atas 90 mmHg dinegara berkembang dari sejumlah
(Brunner & Suddarth, 2007) 639 juta kasus ditahun 2000
Hipertensi atau tekanan darah diperkirakan menjadi 1.15 milyar
tinggi merupakan salah satu masalah kasus ditahun 2025. Angka ini
kesehatan yang cukup dominan dan menunjukkan, hipertensi bukan hanya
perlu mendapatkan perhatian, sebab masalah Negara-negara maju.
angka prevalensi yang tinggi dan juga Banyaknya penderita hipertensi
karena akibat jangka panjang yang diperkirakan sebesar 15 juta bangsa
ditimbulkan mempunyai konsekuensi Indonesia tetapi hanya 4% yang
tertentu. Penyakit hipertensi seringkali controlled hypertension, yang
tidak mempunyai tanda atau gejala dimaksud dengan hipertensi
atau sering juga disebut “silent killer” terekendali adalah mereka yang
atau penyakit yang membunuh secara menderita hipertensi dan tahu bahwa
diam-diam atau terselubung. mereka menderita hipertensi dan
Masyarakat tidak menyadari kalau sedang berobat untuk itu (Bustan,
mereka menderita hipertensi sampai 2007).
terjadi gangguan pada jantung, otak Pengobatan hipertensi
atau ginjal (Hull, 2009) membutuhkan biaya yang tidak
Hipertensi membuka peluang sedikit. Hal ini merupakan beban yang
12 kali lebih besar bagi penderitanya besar baik untuk keluarga, masyarakat
untuk menderita stroke dan 6 kali maupun negara (Khasanah, 2012).
lebih besar untuk serangan jantung, Untuk mengendalikan tekanan
serta 5 kali lebih besar kemungkinan darah, penderita hipertensi umumnya
meninggal karena gagal jantung minum obat setiap hari, akan tetapi
(congestive heart failure). Penderita rutinitas ini sering tidak disukai
hipertensi berisiko besar mengalami penderita. Selain membuat bosan dan
gagal ginjal, di Amerika diperkirakan harganya relatif mahal, konsumsi obat
sekitar 64 juta lebih penduduknya dalam jangka panjang membuat
yang berusia antara 18 sampai 75 penderita takut pada efek sampingnya.
tahun menderita hipertensi, separuh pengobatan alternatif menjadi pilihan
dari jumlah tersebut pada awalnya beberapa orang untuk mengatasi
tidak menyadari bahwa dirinya sedang hipertensi. Salah satunya melakukan
diincar oleh pembawa maut yang terapi herbal yang telah diakui
bernama hipertensi (Vitahealth, 2006). kalangan medis untuk mengobati
Data Joint National Committee hipertensi. Terapi ini menggunakan
on Prevention detection, Evaluation, tanaman yang telah terbukti secara
and Treatment on High Blood medis memiliki kandungan obat
Pressure 7 (JNC 7) mengungkap, herbal sebagai obat antihipertensi
penderita hipertensi di seluruh dunia (Nurrahmani, 2012).

49
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

Pemanfaatan tumbuhan sebagai Kendari Sulawesi Tenggara. Luas


obat tradisional masih selalu Wilayah Kecamatan Angata terbagi
digunakan masyarakat di Indonesia atas 26 desa dan jumlah penduduknya
terutama di daerah pedesaan yang 1900 jiwa pada tahun 2012. Tetapi
masih kaya dengan keanekaragaman sampai sekarang ini angka kelahiran
tumbuhannya. Selain murah dan ibu semakin meningkat dan tentunya
mudah didapat, obat tradisional yang penduduk di Wilayah Kecamatan
berasal dari tumbuhan pun memiliki Angata juga akan meningkat (Data
efek samping yang jauh lebih rendah puskesmas Angata, 2012)
tingkat bahayanya dibandingkan obat- Berdasarkan survei awal pada
obatan kimia (Rahardjo, 2007). Bulan Januari 2014 di puskesmas
Salah satu tanaman herbal adalah Motaha, Sejak tahun 2011 penderita
alpukat (persea americana milli) hipertensi berjumlah 481 penderita
merupakan buah yang sering dijumpai dan pada tahun 2012 mengalami
buah serba guna ini memiliki banyak peningkatan, penderita hipertensi yang
manfaat dan khasiat bagi manusia. berkunjung berjumlah 502 penderita,
Ada banyak manfaat zat yang kaya tetapi pada awal 2014 pada bulan
manfaat yang terdapat dalam buah ini berjumlah 486 penderita hipertensi
(George Mateljan Foundation, 2010). yang berkunjung dan masih ada
Bagian alpukat yang digunakan kemungkinan besar akan mengalami
untuk herbal adalah daging buah peningkatan dan merupakan penyakit
(perseae fructus), daun (perseae ke dua dari sepuluh besar penyakit di
folium ), biji (perseae semen) dan kulit puskesmas motaha, atas dasar tersebut
pohon (perseae cortex). Daging buah maka peneliti memilih puskesmas
yang berwarna hijau dan lembek dapat motaha sebagai lokasi penelitian (Data
menghasilkan bubur yang halus sekali. Puskesmas Motaha, 2014).
Oleh karena itu diolah dalam bentuk Berdasarkan uraian di atas penulis
jus (Nurheti, 2009). tertarik untuk meneliti lebih jauh
Alpukat juga banyak tentang “Pengaruh Pemberian Jus
mengandung potassium atau kalium , Alpukat terhadap Penurunan Tekanan
mineral yang membantu menormalkan Darah pada Penderita Hipertensi ”
tekanan darah dan mereka yang
mendapat potassium yang cukup, Tujuan Penelitian
punya resiko lebih kecil untuk terkena 1. Tujuan Umum
penyakit yang berhubungan dengan Penelitian ini bertujuan untuk
sirkulasi darah. Misalnya darah tinggi, mengetahui pengaruh pemberian
jantung dan stroke (Nurheti, 2009). jus alpukat terhadap penurunan
Menurut penelitian Nirwana tekanan darah pada penderita
(2011) tentang Pengaruh Jus Alpukat hipertensi
terhadap perubahan tekanan darah 2. Tujuan Khusus
sistolik dan diastolik pada penderita 2.1 Mengetahui gambaran tekanan
hipertensi terjadi perubahan tekanan darah sebelum diberikan jus
darah karena adanya kandungan alpukat pada penderita hipertensi.
kalium 2.2 Mengetahui gambaran tekanan
Puskesmas Motaha yang berada darah setelah diberikan jus
di Wilayah Kecamatan Angata alpukat pada penderita hipertensi.
Kabupaten Konawe Selatan, Kota

50
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

2.3 Mengetahui pengaruh pemberian Waktu dan Tempat


jus alpukat terhadap penurunan Penelitian ini dilaksanakan
tekanan darah pada penderita pada tanggal 15-22 Februari 2014 di
hipertensi. wilayah kerja Puskesmas Motaha
Kecamatan Angata Kabupaten
Manfaat Penelitian Konawe Selatan.
1. Manfaat Akademik
1.1 Hasil penelitian ini diharapkan Populasi dan Sampel
dapat menjadi bahan ilmu Populasi
pengetahuan di bidang gizi klinik. Populasi dalam penelitian ini
1.2 Hasil penelitian ini diharapkan adalah seluruh penderita hipertensi
dapat menjadi bahan pustaka dan baik primer dan sekunder di wilayah
informasi tambahan bagi kerja Puskesmas Motaha Kecamatan
penelitian selanjutnya yang tertarik Angata Kabupaten Konawe Selatan
untuk mengkaji masalah yang tahun 2014 periode Januari-Februari
relevan dengan penelitian ini. sebanyak 86 orang secara keseluruhan
2. Manfaat Praktis kelompok usia.
Hasil penelitian ini Sampel
diharapkan dapat memberikan Sampel dalam penelitian ini
informasi terhadap masyarakat adalah sebagian penderita hipertensi
tentang jus alpukat dalam sebanyak 86 orang. Teknik
menurunkan tekanan darah pada pengambilan sampel dalam penelitian
penderita hipertensi dan ini menggunakan teknik
diharapkan masyarakat secara nonprobability sampling berupa
umum juga menerapkan Accidental sampling yaitu
pemberian jus alpukat untuk pengambilan sampel yang kebetulan
menurunkan tekanan darah pada ada saat penelitian.
penderita hipertensi agar tidak
hanya menggunakan obat-obatan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3. Manfaat bagi peneliti Data Primer
Sebagai pengalaman nyata 1. Data identitas meliputi nama, umur,
penerapan metodologi penelitian jenis kelamin, pendidikan dan
dan menambah wawasan serta pekerjaan responden melalui
pengetahuan tentang manfaat jus wawancara dengan menggunakan
alpukat terhadap penurunan formulir mengumpulan data
tekanan darah pada penderita 2. Data tekanan darah diperoleh
hipertensi. melalui pengukuran tekanan darah
menggunakan tensimeter dan
METODE PENELITIAN stetoskop yang dilakukan oleh
Jenis dan Rancangan Penelitian tenaga medis yakni perawat di
Rancangan penelitian ini Pukesmas Motaha.
menggunakan pra eksperimen yang 3. Data pemberian jus alpukat dengan
berbentuk rancangan one group pre– melihat dan didampingi oleh
post test. peneliti secara langsung penderita
hipertensi minum jus alpukat 200
cc sampai habis setelah 60 menit
kemudian ditensi kembali.

51
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

Data Sekunder 2. Analisis Bivariat


Data sekunder diperoleh dari Analisis bivariat adalah analisa
instansi terkait yang ada hubungannya yang digunakan untuk mencari
dengan penelitian ini. Data yang pengaruh antara variabel
diperoleh gambaran umum lokasi dan independent dan variabel
data medical record pasien melalui dependent, untuk mengetahui
penulusuran dokumentasi di besarnya pengaruh pemberian jus
Puskesmas Motaha Kecamatan Angata alpukat terhadap penurunan tekanan
Kabupaten Konawe Selatan darah digunakan uji t sampel
berpasangan atau paired sample t
Pengolahan dan Analisis Data test
Pengolahan Data
1. Data identitas sampel berupa nama, HASIL DAN PEMBAHASAN
umur, jenis kelamin, pendidikan Gambaran Umum Sampel
dan pekerjaan diperolah dengan Umur
wawancara menggunakan Tabel 1. Distribusi Umur Penderita
kuesioner. Hipertensi di Wilayah Kerja
2. Data tekanan darah penderita Puskesmas Motaha
hipertensi diolah dengan Umur (Tahun) n %
membandingkan hasil pengukuran 46-49 19 41,3
tekanan darah sampel dengan 50-59 27 58,7
kriteria objektif.
Jumlah 46 100
3. Data yang diperoleh dari hasil
Data Primer Terolah, 2014
pengukuran dan lembar observasi
diolah dengan menggunakan Tabel 1 menunjukan bahwa dari
komputer melalui program SPSS. 46 sampel, sebagian besar yaitu 58,7
% pada kategori umur 50-49 tahun
Analisis data dan selebihnya yaitu 41,3% pada
1. Analisis Univariat kategori umur 46 – 49 tahun.
Analisa univariat dilakukan
untuk menjelaskan atau Jenis Kelamin
mendeskripsikan karakteristik Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin
setiap variabel penelitian Penderita Hipertensi di
(Notoatmodjo, 2005). Analisis ini Wilayah Kerja Puskesmas
digunakan untuk mendeskripsikan Motaha
tekanan darah sebelum diberikan Jenis Kelamin n %
jus alpukat dan sesudah diberikan Laki-Laki 27 58,7
jus alpukat, meliputi rata-rata, Perempuan 19 41,3
standar deviasi, nilai maksimum
Jumlah 46 100
dan minimum masing-masing
Data Primer Terolah, 2014
tekanan darah sistolik dan diastolic.
Analisa ini menghasilkan distribusi Tabel 2 menunjukan bahwa dari
dan persentasi dari tiap variabel 36 responden sebagian besar yaitu
yang diteliti. 58,7 % berjenis kelamin Laki-Laki,
selebihnya 41,3% berjenis kelamin
Perempuan.

52
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

Tingkat Pendidikan Tekanan Darah Sebelum Pemberian


Distribusi sampel berdasarkan Jus Alpukat (Pre-Test)
tingkat pendidikan dapat dilihat pada
tabel berikut: Tabel 5. Distribusi Tekanan Darah
Tabel 3. Distribusi Tingkat Sebelum Pemberian Jus
Pendidikan Penderita Alpukat (Pre Test) pada
Hipertensi di Wilayah Penderita Hipertensi
Kerja Puskesmas Motaha Tekanan Darah
Pendidikan Ibu n % Sebelum Pemberian
n %
SD 10 21,7 Jus Alpukat
SMP 19 41,3 (Pre Test)
SMA 12 26,1 Berat 18 39,2
Akademik (DIII) 5 10,9 Sedang 25 54,3
Ringan 3 6,5
Jumlah 46 100
Jumlah 46 100
Data Primer Terolah, 2014
Data Primer Terolah, 2014
Tabel 3 menunjukan bahwa dari Tabel 5 menunjukan bahwa
36 sampel terdapat 41,3 % tamatan dari 46 penderita hipertensi sebelum
SMP, 26,1% tamatan SMA, 21,7% diberikan jus alpukat sebagian besar
tamatan SD dan 10,9% tamatan yakni 54,3% tekanan darahnya dalam
Akademik (DIII). kategori sedang, 39,2% dalam
kategori berat dan 6,5% dalam
Pekerjaan kategori ringan.
Tabel 4. Distribusi Pekerjaan
Penderita Hipertensi di Tekanan Darah Setelah Pemberian
Wilayah Kerja Puskesmas Jus Alpukat (Pre-Test)
Motaha
Pekerjaan n % Tabel 6 Distribusi Tekanan Darah
Pegawai Negeri Sipil 8 17,4 Setelah Pemberian Jus
Wiraswasta 11 23,9 Alpukat (Pre Test) pada
Petani 18 39,1 Penderita Hipertensi
Ibu Rumah Tangga 9 19,6 Tekanan Darah
Setelah Pemberian
Jumlah 46 100 n %
Jus Alpukat
Data Primer Terolah, 2014
(Post Test)
Tabel 4 menunjukan bahwa dari Berat 6 13,0
36 sampel, terdapat 39,1% bekerja Sedang 17 37,0
sebagai petani, 23,9% adalah Ringan 23 50,0
wiraswasta, 19,6% adalah Ibu Rumah Jumlah 46 100
Tangga, dan 17,4% adalah Pegawai Data Primer Terolah, 2014
Negeri Sipil (PNS). Tabel 6 menunjukan bahwa
dari 46 penderita hipertensi setelah
Gambaran Umum Variabel Penelitian diberikan jus alpukat, sebagian besar
Analisis Univariat yakni 50,0% tekanan darahnya dalam
Analisis univariat menjabarkan kategori ringan, 37,0% dalam
distribusi variabel-variabel yang kategori sedang dan 13,0% dalam
diteliti yakni: kategori berat.

53
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

Analisis Bivariat PEMBAHASAN


Pengaruh Pemberian Jus Alpukat Tekanan Darah Sebelum Pemberian
terhadap Tekanan Darah Jus Alpukat
Berdasarkan hasil penelitian
Tabel 7. Pengaruh pemberian jus menunjukan bahwa dari 46 penderita
alpukat terhadap tekanan hipertensi sebelum diberikan jus
darah Ibu Penderita alpukat sebagian besar yakni 54,3%
Hipertensi tekanan darahnya dalam kategori
Pemberian Jus sedang, 39,2% dalam kategori berat
Tekanan dan 6,5% dalam kategori ringan.
Alpukat Hasil
Darah Pengelompokan sampel yang
Pre Test Post Test Uji
n % n % bertekanan darah ringan (hipertensi
Berat 18 39,2 6 13,0 ringan) apabila hasil pengukuran
tekanan darah sistoliknya mencapai
Sedang 25 54,3 17 37,0
0,001 140-159 mmHg, dan dikatakan
Ringan 3 6,5 23 50,0 bertekanan darah sedang (hipertensi
Total 46 100 46 100 sedang) apabila tekanan darah
Data Primer Terolah, 2014 sistoliknya 160-179 mmHg dan
Tabel 7 menunjukan bahwa dari dikategorikan memiliki tekanan darah
46 sampel, sebelum diberikan jus berat (hipertensi berat) apabila
alpukat, terdapat 54,3% tekanan tekanan darah sistoliknya > 180
darahnya sedang dan setelah diberikan mmHg. Tingginya tekanan darah
jus alpukat penderita yang tekanan penderita Hipertensi umumnya
darahnya sedang menjadi 37,0%, disebabkan oleh faktor usia dimana
begitu pula dengan penderita yang berdasarkan hasil penelitian sebagian
tekanan darahnya berat, sebelum besar yaitu 58,7 % pada kategori
diberikan jus alpukat terdapat 39,2% umur 50-49 tahun dan selebihnya
yang tekanan darahnya berat dan yaitu 41,3% pada kategori umur 46 –
setelah diberikan jus alpukat, 49 tahun. Semakin tinggi usia
penderita yang tekanan darahnya berat seseorang, maka lebih mudah
menjadi 13,0%. Kemudian pada mengalami hipertensi dibanding
sampel yang tekanan darahnya rendah, seseorang yang berusia muda
sebelum diberikan jus alpukat terdapat (Khasanah, 2012).
6,5% dan setelah diberikan jus alpukat Hasil penelitian ini sejalan
bertambah menjadi 50,0%. dengan pendapat Armilawaty (2007)
Hasil uji statistik menggunakan yang mengemukakan bahwa banyak
uji T-test dengan 1 sampel bebas faktor yang mempengaruhi terjadinya
antara tekanan darah sebelum dan hipertensi, baik yang dapat dikontrol
setelah pemberian jus alpukat, maupun tidak dapat dikontrol. Faktor
diperoleh nilai P=0,001 (P<0,05) risiko yang tidak dapat dikendalikan
berarti hipotesis alternatif diterima dan atau tidak dapat kontrol yaitu umur,
hipotesis nol ditolak, sehingga jenis kelamin dan genetik . Hipertensi
disimpulkan bahwa ada pengaruh umumnya dijumpai pada umur lebih
pemberian jus alpukat terhadap dari 40 tahun dan ditinjau dari jenis
tekanan darah penderita hipertensi. kelamin perempuan lebih berisiko
dibandingkan dengan laki-laki.
Individu dengan riwayat keluarga

54
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

hipertensi mempunyai risiko dua kali bersifat menarik dan menahan air.
lebih besar untuk menderita hipertensi Peningkatan ini menyebabkan jantung
dari pada orang yang tidak bekerja lebih keras untuk mengalirkan
mempunyai keluarga dengan riwayat darah ke seluruh pembuluh tubuh
hipertensi. (Brunner & Suddarth, 2007)
Hipertensi merupakan faktor Hasil penelitian menunjukan
risiko utama untuk terjadinya penyakit bahwa dari 46 penderita hipertensi
jantung, gagal jantung kongesif, setelah diberikan jus alpukat, sebagian
stroke, gangguan penglihatan dan besar yakni 50,0% tekanan darahnya
penyakit ginjal. Tekanan darah yang dalam kategori ringan, 37,0% dalam
tinggi pada umumnya meningkatkan kategori sedang dan 13,0% dalam
risiko terjadinya komplikasi tersebut. kategori berat.
Hipertensi yang tidak di obati akan Penelitian ini sejalan dengan
mempengaruhi semua sistem organ penelitian yang dilakukan oleh Amran.
dan akhirnya memperpendek harapan Y, dkk, (2010) menunjukan bahwa
hidup sebesar 10-20 tahun. dari jus alpukat dapat menurunkan
Komplikasi yang terjadi pada tekanan darah penderita Hipertensi
hipertensi ringan dan sedang Dalam proses penelitian ini,
mengenai mata, ginjal, jantung dan peneliti menggunakan alpukat
otak.Komplikasi pada mata berupa mantega (Persea Americana Mill)
perdarahan retina, gangguan dalam proses pembutan jus, hal ini
penglihatan sampai dengan kebutaan. untuk mengefisienkan proses
Gagal jantung merupakan kelainan pembuatan jus, dimana dengan
yang sering di temukan pada menggunakan 1 alpukat mantega, jus
hipertensi berat selain kelainan yang dihasilkan mencapai 400 cc,
koroner dan miokard. Kelainan lain sehingga untuk 1 buah alpukat bisa
yang dapat terjadi adalah proses diberikan kepada 2 orang penderita
tromboemboli dan serangan iskemia hipertensi dan masing-masing
otak sementara (transient ishemic penderita hipertensi mendapat 200 cc
attack/TIA). Gagal ginjal sering jus alpukat
dijumpai sebagai komplikasi Hasil penelitian ini menunjukan
hipertensi yang lama dan pada proses setelah pemberian jus alpukat
akut seperti hipertensi maligna. sebagian besar tekanan darah menjadi
ringan. Hal ini dilakukan karena
Tekanan Darah Setelah Pemberian peranan jus alpukat yang dapat
Jus Alpukat menurunkan tekanan darah,dimana
Hipertensi merupakan suatu sebelum pengukuran penelitian beserta
peningkatan abnormal tekanan darah tenaga perawat melakukan
dalam pembuluh darah arteri secara pengukuran tekanan darah, dan
terus–menerus lebih dari suatu periode memberikan Jus alpukat, setelah
Seseorang dikatakan mengalami berselang 60 menit, tekanan darah
hipertensi jika tekanan darahnya pasien rata-rata mengalami penurunan
melebihi 140/90 mmHg rata-rata 10 mmHg, sehingga sampel
(sistolik/diastolik). Ketika kadar yang tadinya memiliki tekanan darah
natrium dalam darah tinggi dan tidak sedang menurun menjadi ringan dan
dapat dikeluarkan oleh ginjal, volume yang berat menjadi sedang.
darah meningkat karena natrium

55
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

Penelitian ini pula sejalan yang tekanan darahnya berat dan


dengan penelitian Nirwana (2011) setelah diberikan jus alpukat,
tentang Efektifitas waktu dalam penderita yang tekanan darahnya berat
pemberian jus alpukat, dimana pada menjadi 13,0%. Kemudian pada
menit ke 60, penentuan tekanan darah sampel yang tekanan darahnya rendah,
penderita Hipertensi dapat dideteksi sebelum diberikan jus alpukat terdapat
dengan baik, hal ini berkaitan dengan 6,5% dan setelah diberikan jus alpukat
proses penyerapan jus alpukat, yang bertambah menjadi 50,0% (Tabel 5.8).
beraksi setelah 1 jam mengkonsumsi Hasil uji statistik menggunakan uji T-
jus alpukat. Buah alpukat mengandung test, diperoleh nilai P=0,001 (P<0,05),
nutrisi yang sangat tinggi yaitu asam sehingga disimpulkan bahwa ada
folat, asam pantotenat, niasin, vitamin pengaruh pemberian jus alpukat
B1, B6, C, dan E. Buah alpukat juga terhadap tekanan darah penderita
mengandung mineral yaitu fosfor, zat hipertensi.
besi, kalium, magnesium, dan Penelitian ini sejalan dengan
glutation, juga kaya akan serat dan penelitian yang dilakukan oleh
asam lemak tak jenuh tunggal Nirwana (2011) yang mengemukakan
(Wijoyo, 2009). Selain itu, buah bahwa ada pengaruh jus alpukat
alpukat juga mengandung saponin, terhadap tekanan darah penderita
alkaloid, flavonoid, dan tanin hipertensi dengan nilai p=0,002.
(Nurheti, 2009). Alpukat dapat menurunkan
tekanan darah karena adanya senyawa
Pengaruh Pemberian Jus Alpukat kalium dan flavonoid dalam buah
Terhadap Tekanan Darah alpukat. Kalium dapat menurunkan
Penderita Hipertensi tekanan darah dengan cara
Tekanan darah tinggi atau meningkatkan ekskresi natrium,
hipertensi adalah kondisi medis menekan sekresi renin, menyebabkan
dimana terjadi peningkatan tekanan dilatasi arteriol dan mengurangi
darah secara kronis atau dalam jangka respon terhadap vasokonstriktor
waktu yang lama. Tekanan darah endogen. Sedangkan flavonoid bekerja
adalah kekuatan yang dihasilkan oleh sebagai Angiotensin Converting
darah terhadap setiap satuan luas Enzym (ACE) inhibitor dengan
dinding pembuluh. Tekanan darah menghambat pembentukan
arteri dinyatakan dalam millimeter air angiotensin II dari angiotensin I.
raksa (mmHg) karena manometer air Dengan berkurangnya jumlah
raksa telah dipakai sebagai rujukan angiotensin II, efek vasokonstriksi dan
baku untuk pengukuran tekanan darah sekresi aldosteron semakin berkurang
(Dewi. S & Familia. D, 2010). untuk reabsorpsi natrium dan air.
Hasil penelitian menunjukan Akhirnya tekanan darah akan menurun
bahwa dari 46 sampel, sebelum (Nurrahmani, 2012).
diberikan jus alpukat, terdapat 54,3% Penelitian ini sejalan dengan
tekanan darahnya sedang dan setelah pendapat Khasanah (2012) yang
diberikan jus alpukat penderita yang mengemukakan bahwa konsumsi
tekanan darahnya sedang menjadi kalium dalam jumlah yang tinggi
37,0%, begitu pula dengan penderita dapat melindungi individu dari
yang tekanan darahnya berat, sebelum hipertensi dan apabila pemenuhan
diberikan jus alpukat terdapat 39,2% kalium kurang dari minimum maka

56
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

jantung akan berdebar-debar detaknya Saran


dan menurunkan kemampuan untuk 1. Bagi masyarakat agar dapat
memompa darah. Asupan kalium yang menjadi sumber informasi tentang
meningkat akan menurunkan tekanan khasiat jus alpukat dalam
darah sistolik dan diastolic. Cara kerja menurunkan tekanan darah pada
kalium adalah kebalikan dari natrium. penderita hipertensi dan dapat
Konsumsi kalium yang banyak akan menerapkan pemberian jus alpukat
meningkatkan konsentrasinya didalam untuk menurunkan tekanan darah
cairan intraselular, sehingga 2. Bagi peneliti lain agar dapat agar
cenderung menarik cairan dari bagian menjadi bahan pengembangan
ekstraselular dan menurunkan tekanan ilmu pengetahuan di bidang gizi
darah. Rasio kalium dan natrium klinik menjadi bahan pustaka dan
dalam diet berperan dalam mencegah informasi tambahan bagi
dan mengendalikan hipertensi. penelitian selanjutnya yang tertarik
Suplements potasium 2-4 gram untuk mengkaji masalah yang
perhari dapat membantu penurunan relevan dengan penelitian ini
tekanan darah, Potasium umumnya 3. Bagi peneliti agar menjadi
bayak didapati pada beberapa buah- pengalaman nyata penerapan
buahan dan sayuran. Buah dan metodologi penelitian dan
sayuran yang mengandung potasium menambah wawasan serta
dan baik untuk di konsumsi penderita pengetahuan tentang manfaat jus
tekanan darah tinggi antara lain alpukat terhadap penurunan
semangka, alpukat, melon, buah pare, tekanan darah pada penderita
labu siam, bligo, labu parang/labu, hipertensi.
mentimun, lidah buaya, seledri,
bawang dan bawang putih. DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan Wirjatmadi, 2012.
KESIMPULAN DAN SARAN Peranan Gizi dalam Siklus
Kesimpulan Kehidupan. Kencana Prenada
1. Tekanan darah penderita Media Group. Jakarta.
Hipertensi sebelumdiberikan jus Amran. Y, dkk, 2010. Pengaruh
alpukat, sebagian besar yakni Tambahan Asupan Kalium
54,3% dalam kategori sedang. dari Diet terhadap Penurunan
2. Tekanan darah penderita Hipertensi Sistolik Tingkat
Hipertensi setelah diberikan jus Sedang pada Lansia
alpukat, sebagian besar yakni Basha, A., 2005. Kelebihan Berat
50,0% dalam kategori ringan. Badan Hubungannya
3. Ada pengaruh pemberian jus Dengan Penyakit Jantung
alpukat terhadap penurunan Koroner. Jurnal Kardiologi
tekanan darah pada penderita Indonesia.Volume: 20, No: 4,
hipertensi dengan nilai p=0,001, Oktober – Desember.
artinya penderita hipertensi Bruner & Suddarth, 2007.Buku ajar
berisiko 0,001 kali untuk patologi II.EGG : Jakarta
mengalami penurunan tekanan Bustam, 2007. HIpertensi dan
darah. Penangannya. Karya Medika.
Jakarta.

57
Jurnal Gizi Ilmiah Vol.1 No.1 September - Novermber 2014 Hal. 48 - 58

Dewi. S & Familia. D, 2010. Alpokat Taufik, 2010. Keunggulan Buah


dan Hipertensi. Nuha Medika. Alpokat. Nuha Medika.
Yogyakarta. Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Vita health, 2006. Hipertensi. PT
Tenggara, 2013. Profil dinas Gramedia Pustaka Utama,
kesehatan provinsi Sulawesi Jakarta.
tenggara. Kendari.
George Mateljan Foundation, 2010.
Keajaiban
Hull, 2009. Penyakit jantung ,
hipertensi dan nutrisi. Bumi
aksara. Jakarta.
Rahardjo P, 2007. Pengaruh Jus
Tomat Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Sistolik dan
Diastolik Pada Penderita .
hipertensi
Sugiono, 2011.Statistik Untuk
Penelitian. Edisi Revisi,
Alfabeta ; Bandung
Khasanah, N., 2012. Waspadai
Beragam Penyakit Degeneratif
Akibat Pola Makan.
Transmedia. Yogyakarta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2005.
Metodologi Penelitian. Rineka
Cipta, Jakarta.
,2007.Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Rineka Cipta,
Jakarta.
Nurheti, 2009. Khasiat Buah Alpokat
bagi Penderita Hipertensi.
Mulya Sentosa. Jakarta.
Prasetyawati, 2012. Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA). Nuha Medika.
Yogyakarta.
Proverawati, 2010. Ilmu Gizi untuk
Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Nuha
Medika.Yogyakarta.
Puskesmas Motaha, Profil
Puskesmas Motaha Kecamatan
Angata Kabupaten Konawe
Selatan. 2013.
Shanty, M., 2012. Silent Killer
Disease. PT. Buku Kita.
Yogyakarta.

58
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

HUBUNGAN POLA MENYUSUI DAN USIA PENYAPIHAN


DENGAN STATUS GIZI ANAK BADUTA (6-24 BULAN)
DI KOTA KENDARI TAHUN 2014

1Putu
Eka M.E.
FKM Universitas Haluoleo1

Abstrak

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah


ASI yang diperoleh termasuk energy dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
ASI tersebut. Bila kesehatan ibu setelah melahirkan baik, menyusui merupakan cara
memberi makan yang paling ideal untuk 4-6 bulan pertama sejak dilahirkan, karena
ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah ASI tidak lagi cukup mengandung
protein dan kalori,seorang bayi mulai memerlukan minuman/makanan pendamping
ASI.
Penelitianini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola menyusui dan usia
penyapihan dengan status gizi anak baduta (6-24 bulan) di Kota Kendari Tahun
2014.
Penelitian ini merupakan Deskripstif Analitik dengan rancangan desain cross
sectional study dan telah dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 28 Februari 2014 di Kota
Kendari. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak
Baduta usia 6-24 bulan di Kota Kendari yaitu 415 orang dan sampel sebanyak 52
orang yang diambil secara Purporsive Sampling, data diperoleh menggunakan
kuesioner dan di uji menggunakan uji Chi-Square.
Hasil penelitian diperoleh dari 33 Baduta yang status gizinya kurang, sebagian
besar yakni 77,8% pola menyusuinya dalam kategori dan dari 19 Baduta yang status
gizinya cukup, sebagian besar yakni 68,7% pola menyusuinya dalam kategori
kurang.Kemudian dari 33 Baduta yang status gizinya kurang, sebagian besar yakni
76,8% usia penyapihannya dalam kategori tidak tepat dan dari 33 Baduta yang status
gizinya kurang, sebagian besar yakni 76,8% usia penyapihannya dalam kategori
tidak tepat.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah hubungan pola menyusui dan usia
penyapihan dengan status gizi anak baduta (6-24 bulan) di Kota Kendari Tahun
2014, dengan nilai p=0,001 untuk pola menyusui dan p=0,015 untuk usia
penyapihan. Saran dalam penelitian ini adalah bagi pihak Dinas Kesehatan Kota
Kendari agar dapat menentukan kebijakan-kebijakan dalam upaya menanggulangi
masalah status gizi kurang dan upaya penyapihan yang tepat. Bagi ibu balita agar
meningkatkan melakukan penyapihan pada bayi saat berumur 6 bulan. Bagi peneliti
selanjutnya agar dapat mengkaji faktor-faktor penyebab tidak tepatnya usia
penyapihan yang dilakukan ibu baduta dan penyebab rendahnya status gizi Baduta.

Kata Kunci : Pola Menyusui, Usia Penyapihan, dan Status Gizi

59
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

PENDAHULUAN diperlukan untuk tumbuh sehat. ASI


Tumbang (pertumbuhan dan mengandung bahan anti infeksi yang
perkembangan) bayi sebagian besar melindungi anak dari diare dan penyakit
ditentukan oleh jumlah ASI yang lainny (Ramaiah, 2006).
diperoleh termasuk energi dan zat gizi Berdasarkan penelitian
lainnya yang terkandung didalam ASI Rasmaniar (2007) pada suku Moronene
tersebut. Setelah itu ASI hanya berfungsi Kabupaten Bombana menemukan bahwa
sebagai sumber protein vitamin dan ibu yang memiliki riwayat pola
mineral utama untuk bayi yang menyusui kurang, beresiko 3,47 kali
mendapatkan makanan tambahan yang anak badutanya mengalami gizi kurang
tertumpu pada beras atau makanan dibanding yang memiliki riwayat pola
lainnya. Bila kesehatan ibu setelah menyusui cukup. Penelitian lain yang
melahirkan baik, menyusui merupakan dilakukan Amir, (2008) pada anak
cara memberi makan yang paling ideal dibawah tiga tahun (Balita) di Kabupaten
untuk 4-6 bulan pertama sejak Sukoharjo yang menyatakan bahwa anak
dilahirkan, karena ASI dapat memenuhi balita yang tidak diberi ASI eksklusif
kebutuhan gizi bayi. Setelah ASI tidak beresiko 2,86 kali mengalami KEP
lagi cukup mengandung protein dan dibanding anak yang diberi ASI
kalori, seorang bayi mulai memerlukan eksklusif.
minuman/makanan pendamping ASI Penelitian Marriot (2007) dalam
(Waryana, 2012). Amir (2008) yang melibatkan 20 negara
Anak bawah dua tahun (Baduta) termasuk Indonesia yang dilakukan
merupakan anggota keluarga yang tahun 1999-2003, melaporkan bahwa
memerlukan perhatian khusus orang tua. hampir seluruh bayi di Indonesia
Pada usia ini anak masih tergantung, (92,3%) umur 0-6 bulan pernah
baik secara fisik maupun non fisik mendapat ASI. Sebaliknya 43% bayi
kepada orang dewasa. Pada usia anak tersebut telah mendapatkan makanan
Baduta, umumnya anak masih disusui setengah padat,disamping itu 23% telah
(diberi ASI) dan belum bisa makan serta mendapat susu formula.
minum sendiri. Mereka memerlukan Banyak faktor yang berpengaruhi
pertolongan dalam berbagai kegiatan dan terjadinya gizi kurang, salah satunya
mereka belum memahami hal-hal yang yaitu pemberian ASI ekslusif. 18% ibu
membahayakan dirinya (Ambarwati, di Indonesia memberi air susu ibu (ASI)
2012). ekslusif selama 4 hingga 5 bulan.
Faktor lain yang tidak langsung Presentase itu jauh dari target nasional
mempengaruhi status gizi anak adalah 80%. Rendahnya pemberian ASI ekslusif
riwayat pola menyusui, yang merupakan karena para ibu belum mengetahui
uraian pola menyusui yang diterima anak manfaat ASI bagi kesehatan anak, ibu
dari ibunya pada waktu bayi yang dan mengurangi pengeluaran keluarga
meliputi pemberian Kolostum, ASI untuk belanja susu formula. Walaupun
ekslusif, dan ASI diberikan sesuai umumnya ibu memberikan ASI pada
permintaan. Pemberian ASI saja tanpa bayi tetapi pemberian ASI eksklusif
bantuan makanan atau minuman lainnya masih rendah dan diduga terdapat
sering disebut dengan “Pemberian ASI beberapa faktor yang kurang mendukung
Ekslusif” ASI memberi semua pemberian ASI eksklusif, seperti
kebutuhan energi dan nutrient yang pemberian makanan dan minuman

60
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

terlalu dini, pengganti ASI termasuk Tujuan Penelitian


susu formula (Suhandayani, 2007). 1. Mengetahui riwayat pola menyusui
Prevalensi Gizi buruk Sulawesi anak baduta (6-24 bulan) di Kota
Tenggara pada tahun 2009 adalah gizi Kendari Tahun 2014.
2,19% dan gizi kurang 12,4 %. 2. Mengetahui usia penyapihan pada
Sedangkan tahun 2010 gizi buruk anak baduta (6-24 bulan) di Kota
sebesar 5,03% dan gizi kurang sebesar Kendari Tahun 2014.
17,8%, data pada tahun 2011, 3. Mengetahui status gizi pada anak
menunjukkan bahwa prevalensi status baduta (6-24 bulan) di Kota Kendari
gizi kurang sebesar 25,2% dan status gizi Tahun 2014.
buruk sebesar 2,5%. sedangkan di Kota 4. Mengetahui hubungan riwayat pola
Kendari menunjukan bahwa status gizi menyusui dengan status gizi anak
balita di Kota Kendari Tahun 2012 yaitu baduta (6-24 bulan) di Kota Kendari
gizi buruk 1,3% dan gizi kurang 3,8% Tahun 2014.
kemudian meningkat pada tahun 2013 5. Mengetahui hubungan usia
menunjukan dari 3.370 Baduta terdapat penyapihan dengan status gizi anak
107 orang (3,2%) mengalami gizi buruk baduta (6-24 bulan) di Kota Tahun
dan gizi kurang terdapat 356 baduta 2014.
(10,56%) (Profil Dinkes, 2013).
Adapun alasan peneliti mengkaji Manfaat Penelitian
tentang pola menyusui dan usia 1. Bagi instansi, memberikan informasi
penyapihan disebabkan karena pada saat bagi pemerintah khususnya bagi
ini, banyak ibu yang tidak melakukan Dinas Kesehatan Kota Kendari
pola menyusui yang baik, dimana ibu dalam penentuan arah kebijakan
cenderung tidak memberikan ASI pada program penanggulangan masalah
bayinya, pada penelitian ini juga dikaji gizi yang berkaitan dengan pola
tentang penyapihan karena, adanya menyusui dan penyapihan.
kecenderungan orang tua yang menyapih 2. Bagi masyarakat khususnya ibu
anaknya sebelum berusia 6 bulan, menyusui, diharapkan dapat
dengan menggunakan makanan yang memberikan sumbangan pemikiran
belum mampu dicerna oleh bayi. Pola dalam pengembangan ilmu
menyusui dan usia penyapihan sangat pengetahuan di bidang kesehatan,
mempengaruhi status gizi baduta, hal ini disamping itu hasil penelitian ini
karena berhubungan erat dengan dapat di jadikan bahan rujukan bagi
pemberian ASI ekslusif dan pemberian penelitian selanjutnya.
nutrisi yang tepat pada bayinya, dimana 3. Bagi penulis, merupakan suatu
pada usia baduta merupakan usia dimana pengalaman yang sangat berharga
bayi sangat tergantung pada ibunya dalam mengaplikasikan ilmu yang
dalam hal pemenuhan nutrisi yang sesuai telah didapat dan menambah
dengan kebutuhannya. wawasan pengetahuan
Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis telah melakukan METODE PENELITIAN
penelitian dengan judul “Hubungan Pola Jenis dan Rancangan Penelitian
Menyusui dan Usia Penyapihan dengan Jenis penelitian ini adalah
Status Gizi Anak Baduta (6-24 bulan) di Deskripstif Analitik dengan rancangan
Kota Kendari Tahun 2014”. cross sectional study, dimana subjek
penelitian diamati pada waktu

61
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

bersamaan, artinya tiap subjek hanya Analisis Data


diobservasi satu kali saja dan Untuk menganalisis “Hubungan
pengukuran variabel subjek dilakukan Pola Menyusui dan Usia Penyapihan
pada saat pemeriksaan tersebut. dengan Status Gizi Anak Baduta (6-24
bulan)” digunakan analisis univariat dan
Waktu dan Tempat bivariat kemudian digunakan “Uji Chi-
Penelitian ini telah dilakukan Square”
pada tanggal 21-28 Februari 2014 di
Puskesmas se-Kota Kendari. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sampel
Populasi dan Sampel Umur Ibu
Populasi Tabel 1 Distribusi Umur Ibu Baduta
Populasi pada penelitian ini (6-24 bulan) di Kota Kendari
adalah semua ibu yang mempunyai anak Tahun 2014
Baduta usia 6-24 bulan di Kota Kendari Umur Ibu (Tahun) n %
yaitu 415 orang. < 20 1 1,9
Sampel 20-35 50 96,2
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu > 35 1 1,9
yang mempunyai anak Baduta usia 6-24
Jumlah 52 100
sebanyak 52 orang. Teknik pengambilan
Data Primer Terolah, 2014
sampel dilakukan dengan menggunakan
Purporsive Sampling yakni teknik Tabel 1 menunjukan bahwa dari 52
pengambilan sampel berdasarkan kriteria sampel, sebagian besar yaitu 92,1% pada
yan ditetapkan oleh peneliti. Adapun kategori umur 20-35 tahun, 5,9% pada
kriteria tersebut sebagai berikut: kategori umur > 20 tahun dan 2,0% pada
1. Bayi lahir normal. kategori umur > 35 tahun.
2. Bayi dalam keadaan sehat atau tidak
dalam keadaan sakit kronis. Umur Anak Balita
3. Ibu yang pernah menyusui atau Distribusi umur Baduta dapat dilihat
sedang menyusui Bersedia untuk pada tabel berikut:
menjadi sampel. Tabel 2. Distribusi Umur Baduta (6-24
4. Mampu berkomunikasi dengan baik. bulan) di Kota Kendari
Umur Baduta (Bulan) n %
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data 6-11 10 19,2
1. Data karateristik sampel seperti, 12-23 41 78,8
umur, diolah dengan 24-35 1 1,9
mengklasifikasikan jawaban Jumlah 52 100
responden. Data Primer Terolah, 2014
2. Data pola menyusui dan usia Tabel 2 menunjukan bahwa dari 52
penyapihan diolah dengan cara sampel, sebagian besar yaitu 78,8% pada
menghitung skor jawaban responden kategori umur 12-23 bulan, 19,2% pada
kemudian dibandingkan dengan kategori umur 6-11 bulan dan 1,9%
kriteria objektif. pada kategori umur 24-35 bulan.
3. Data Status gizi diolah berdasarkan
hasil perhitungan Z-Skor kemudian
dibandingkan dengan kriteria objektif.

62
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

Pendidikan Ibu Tabel 5 menunjukan bahwa dari


Tabel 3. Distribusi Pendidikan Ibu 52 sampel sebagian besar yaitu 69,2%
Baduta (6-24 bulan) di Kota pola menyusuinya dalam kategori
Kendari kurang, selebihnya 40,8% pola
Pendidikan Ibu n % menyusuinya dalam kategori cukup.
Tidak Tamat SD 8 15,4
Tamat SD 14 26,9 Usia Penyapihan
Tamat SMP 17 32,7 Tabel 6. Distribusi Usia Penyapihan
Tamat SMA 10 19,3 Baduta (6-24 bulan) di Kota
Tamat Diploma 2 3,8 Kendari
Perguruan Tinggi (S1) 1 1,9 Usia Penyapihan n %
Jumlah 52 100 Tepat 19 36,5
Data Primer Terolah, 2014 Tidak Tepat 33 64,3
Tabel 3 menunjukan bahwa dari 52 Jumlah 52 100
sampel sebagian besar yaitu 32,7% Data Primer Terolah, 2014
pendidikan ibu adalah tamatan SMP dan Tabel 6 menunjukan bahwa dari
sebagian kecil yaitu 1,9% adalah tamatan 52 sampel sebagian besar yaitu 64,3%
perguruan tinggi (S1). usia penyapihan dalam kategori tidak
tepat, selebihnya 36,5% usia penyapiham
Jenis Pekerjaan Ibu dalam kategori tepat.
Tabel 4. Distribusi Jenis Pekerjaan Ibu
Baduta (6-24 bulan) di Kota Status Gizi Baduta
Kendari Distribusi status gizi Baduta
Pekerjaan Ibu n % dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
IRT 19 36,5
Petani 11 21,2 Tabel 7. Distribusi Status Gizi Baduta
Pedagang 16 30,8 (6-24 bulan) di Kota Kendari
PNS 6 11,5 Status Gizi n %
Jumlah 52 100 Baik 19 36,5
Kurang 33 63,4
Data Primer Terolah, 2014
Jumlah 52 100
Tabel 4 menunjukan bahwa dari Data Primer Terolah, 2014
52 sampel sebagian besar yaitu 36,5% Tabel 7 menunjukan bahwa dari
Ibu Rumah Tangga dan sebagian kecil 52 sampel sebagian besar yaitu 63,4%
yakni 11,5% adalah PNS. mengalami status gizi kurang, selebihnya
36,5% status gizinya baik.
Gambaran Umum Variabel Penelitian
Variabel Univariat Variabel Bivariat
Pola Menyusui Hubungan Pola Menyusui dengan
Tabel 5. Distribusi Pola Menyusui Status Gizi Baduta
Baduta (6-24 bulan) di Kota
Kendari Hubungan pola menyusui dengan
Pola Menyusui n % status gizi Baduta dapat dilihat pada
Cukup 16 40,8 tabel 8 sebagai berikut:
Kurang 36 69,2
Jumlah 52 100
Data Primer Terolah, 201

63
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

Tabel 8. Hubungan Pola Menyusui 76,8% usia penyapihannya dalam


dengan Status Gizi Baduta (6- kategori tidak tepat dan 24,2% usia
24 bulan) di Kota Kendari penyapihannya dalam kategori tidak
Status Gizi tepat.
Pola Total Berdasarkan analisis statistik dengan
Baik Kurang p
Menyusui menggunakan uji Chi-Square diperoleh
n % n % n %
Cukup 11 68,7 5 31,2 16 100 nilai p = 0,015, sehingga dapat
Kurang 8 22,2 28 77,8 36 100 0,001 disimpulkan bahwa ada hubungan usia
Total 19 36,5 33 63,5 52 100 penyapihan dengan status gizi Baduta.
Data Primer Terolah, 2014
Tabel 8 menunjukan bahwa dari 33 PEMBAHASAN
Baduta yang status gizinya kurang, 1. Pola Menyusui
sebagian besar yakni 77,8% pola Hasil penelitian menunjukan
menyusuinya dalam kategori kurang dan bahwa dari 52 sampel sebagian besar
31,2% dalam kategori cukup, kemudian yaitu 69,2% pola menyusuinya
dari 19 Baduta yang status gizinya dalam kategori kurang, selebihnya
cukup, sebagian besar yakni 68,7% pola 40,8% pola menyusuinya dalam
menyusuinya dalam kategori kurang dan kategori cukup. Kurangnya pola
22,2% pola menyusuinya dalam kategori menyusui yang diterapkan ibu
baik. Baduta disebabkan oleh faktor
Berdasarkan analisis statistik dengan pendidikan ibu, dimana berdasarkan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh hasil penelitian menunjukan bahwa
nilai p = 0,001, sehingga dapat 32,7% pendidikan ibu adalah
disimpulkan bahwa ada hubungan pola tamatan SMP dan sebagian kecil
menyusui dengan status gizi Baduta. yaitu 1,9% adalah tamatan perguruan
tinggi (S1). Rendahnya pendidikan
Hubungan Usia Penyapihan dengan ibu, menyebabkan ibu tidak dapat
Status Gizi menerapkan pola menyusui yang
baik, seperti memberikan kolostrum
Tabel 9. Hubungan Usia Penyapihan pada saat bayi lahir, menyusui
dengan Status Gizi Baduta (6- menggunakan payudara kiri dan
24 bulan) di Kota Kendari kanan.
Status Gizi Sebaiknya menyusui bayi tanpa
Usia Kura Total dijadwal (on demand), karena akan
Baik p
Penyapihan ng menentukan sendiri kebutuhannya.
n % n % n % Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
Tepat 11 57,9 8 42,1 19 36,5 menangis bukan karena sebab lain
TidakTepat 8 24,2 25 76,8 33 63,5 0,015 contohnya karena bayi kencing atau
Jumlah 19 36,5 33 63,5 52 100 ibu sudah merasa perlu menyusui
Data Primer Terolah, 2014 bayinya. Bayi yang sehat dapat
Tabel 9 menunjukan bahwa dari 33 mengosongkan satu payudara sekitar
Baduta yang status gizinya kurang, 5-7 menit dan ASI dalam lambung
sebagian besar yakni 76,8% usia bayi akan kosong dalam waktu 2
penyapihannya dalam kategori tidak jam. Pawalnya bayi akan menyusu
tepat dan 42,1% dalam kategori tepat, dengan jadwal yang tidak teratur, dan
kemudian dari 33 Baduta yang status akan mempunyai pola tertentu
gizinya kurang, sebagian besar yakni setelah 1-2 minggu kemudian.

64
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

2. Usia Penyapihan sebagai pelepas rasa haus,


Penelitian ini menunjukan memperkenalkan makanan baru
bahwa dari 52 sampel sebagian besar dengan cara memberikan satu atau 2
yaitu 64,3% usia penyapihan dalam sendok teh setiap makan. Tambahkan
kategori tidak tepat, selebihnya sedikit demi sedikit menjadi 3-5
36,5% usia penyapiham dalam sendok teh. Memberikan makanan
kategori tepat. Usia penyapihan padat dari mangkuk atau piring,
dalam kategori tidak tepat apabila jangan mencampur sereal dengan
ibu memberikan makanan selain ASI ASI atau susu formula dalam botol
saat bayi berusia < 6 bulan. Peyebab susu. Anak harus selalu diajarkan
tidak tepatnya penyapihan pada perbedaan apa yang dimakan dan apa
Baduta adalah karena rendahnya yang diminum. Perhatikan baik-baik
tingkat pendidikan sehingga memicu isyarat sang anak, bila masih lapar
kurangnya pengetahuan yang akan membuka mulut jika sudah
dimiliki ibu khususnya dalam kenyang akan mendorong atau
pemberian ASI Ekslusif pada membelakangi makanan. Bersabarlah
Baduta. Pemberian MP-ASI dengan anak anda pada saat
terlalu dini akan mengurangi memperkenalkan makanan padat,
konsumsi ASI, dan bila terlambat kadang-kadang anak perlu waktu
akan menyebabkan bayi kurang gizi. untuk membiasakan diri dengan
Sebenarnya pencernaan bayi sudah makanan atau cara makan yang
mulai kuat sejak usia 4 bulan. Pada baru.Panduan pemberian makanan
bayi yang mengkonsumsi ASI, untuk penyapihan dalam tahun
makanan tambahan dapat diberikan pertama khususnya anak 6-12 bulan.
pada usia 6 bulan. Tetapi bila bayi
mengkonsumsi susu formula sebagai 3. Status Gizi
pengganti ASI, maka makanan Penelitian ini menunjukan
tambahan ini dapat diberikan pada bahwa dari 52 sampel sebagian besar
saat usia 4 bulan (Anonim, 2011). yaitu 63,4% mengalami status gizi
Proses penyapihan dimulai kurang, selebihnya 36,5% status
pada saat yang berlainan. Ada gizinya baik. Kurangnya status gizi
beberapa kelompok masyarakat Baduta disebabkan oleh faktor
(budaya) tertentu, bayi tidak akan kurangnya penerapan pola menyusui
disapih sebelum usia 6 bulan. yang baik dan didukung oleh usia
Bahkan ada yang baru memulai penyapihan yang tidak tepat
penyapihan setelah bayi berusia 2 dilakukan oleh ibu Baduta.
tahun (kasus ekstrem 4 tahun). Hasil penelitian diperoleh
Sebaiknya, pada masyarakat urban, bahwa dari 68 sampel sebagian besar
bayi disapih terlalu dini, yaitu baru yaitu 55,9% memiliki status gizi
beberapa hari lahir sudah diberikan kurus dan 44,1% memiliki status
makanan tambahan. gizi dalam kategori normal.
Petunjuk penyapihan dapat Penelitian ini sejalan dengan
dilakukan dengan cara pada saat jam penelitian yang dilakukan oleh
makan dapat memberikan anak Manalu (2008) menunjukan bahwa
makanan padat terlebih dahulu sebagian besar (57,2%) dalam
kemudian susu formula, sehingga kategori kurang.
anak makan selagi lapar dan minum

65
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

Baduta merupakan salah satu 4. Hubungan Pola Menyusui dengan


golongan paling rawan gizi,m karena Status Gizi Baduta
adanya perubahan yang cepat dan Hasil penelitian ini
mencolok, dengan adanya masa vital ini, menunjukan bahwa ada hubungan
maka pemeliharaan gizi sangat penting pola menyusui dengan status gizi
untuk diperhatikan. Jika tidak akan dengan nilai p=0,001. Hal ini karena
mengganggu proses pertumbuhan secara pola menyusui yang kurang dapat
maksimal (Adriani dan Wirjatmadi, mempengaruhi status gizi anak
2012). baduta sehingga, penelitian ini
Salah satu penyebab gizi kurang sejalan dengan penelitian yang
pada Batita adalah rendahnya konsumsi dilakukan oleh Rasmaniar (2007)
makanan, yang disertai dengan pada anak bawah dua tahun (6-24
rendahnya perilaku gizi keluarga. Ada bulan) di Kabupaten Moronene
beberapa faktor domain yang saling menyatakan bahwa ibu yang
berhubungan dalam mempengaruhi memiliki riwayat pola menyusui
konsumsi pangan dan gizi keluarga kurang beresiko 3,47 kali anak
adalah pengetahuan gizi keluarga bawah dua tahun (6-24 bulan)
(khususnya ibu) dan tingkat pendapatan mengalami gizi kurang dibanding ibu
keluarga. Disamping itu Kurangnya yang memiliki riwayat pola
status gizi anak batita disebabkan karena menyusui cukup.Seperti penelitian
pada masa anak batita merupakan masa sebelumnya, Suryono, dkk (2003).
pertumbuhan dan perkembangan, tanpa Anak bawah dua tahun (baduta) di
di imbangi dengan asupan makanan yang Kabupaten Sukoharjo menyatakan
adekuat akan mempengaruhi status gizi bahwa anak baduta yang tidak diberi
(Prabantini, 2010). ASI Eksklusif beresiko 2,86 kali
Kurang gizi terjadi karena jumlah mengalami KEP dibanding anak
energi dan zat gizi lainnya yang yang diberi ASI Ekslusif .
dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan Manalu(2008) menjelaskan
yang sangat meningkat pada masa Batita. bahwa. Menyusui secara eksklusif
Kebutuhan nutrisi pada masa Batita terus berarti bahwa bayi hanya
meningkat seiring dengan pertumbuhan mendapatkan makanan berupa ASI
dan perkembangan. Status gizi kurang dari ibunya, tidak ada penambahan
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan cairan lain, tidak ada tetesan atau
satu atau lebih zat-zat gizi esensial. sirup yang berisi vitamin, tidak ada
Konsumsi makanan berpengaruh makanan tambahan atau jamu.
terhadap status gizi seseorang. Status Sasarannya adalah bayi berusia
gizi baik atau status gizi optimal terjadi kurang sampai dengan 4 bulan atau
bila tubuh memperoleh cukup zat-zat sampai 6 bulan.
gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga menunjang pertumbuhan fisik, 5. Hubungan Usia Penyapihan
perkembangan otak, kemampuan kerja dengan Status Gizi Baduta
dan kesehatan secara umum pada tingkat Penelitian ini menunjukan
setinggi mungkin (Idrus, 2011). bahwa ada hubungan antara usia
penyapihan dengan status gizi,
dengan nilai p=0,015.

66
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

Hal ini karena usia penyapihan Saran


yang kurang tepat pada anak baduta 1. Bagi Puskesmas se-Kota Kendari
dapat mempengaruhi status gizi, agar dapat menentukan kebijakan-
sehingga hasil penelitian ini sejalan kebijakan dalam menanggulangi
dengan Penelitian lain yang dilakukan masalah status gizi kurang dan upaya
oleh Rasmaniar (2007) menunjukan penyapihan yang tepat.
bahwa anak bawah dua tahun yang 2. Bagi ibu balita agar meningkatkan
disapih saat berusia kurang dari 12 bulan melakukan penyapihan pada bayi
beresiko mengalami gizi kurang 1,6 kali saat berumur 6 bulan.
lebih tinggi dibandingkan anak bawah 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat
dua tahun yang disapih saat berusia lebih mengkaji faktor-faktor penyebab
dari 12 bulan. tidak tepatnya usia penyapihan yang
Penelitian Amir (2008) juga dilakukan ibu baduta dan penyebab
mengemukakan bahwa ada pengaruh rendahnya status gizi Baduta.
yang signifikan antara umur anak bawah
dua tahun disapih dengan status gizi DAFTAR PUSTAKA
anak bawah dua tahun, makin besar Adriani dan Wirjatmadi, 2012. Peranan
umur anak pertama kali disapih maka Gizi dalam Siklus Kehidupan.
akan semakin buruk status gizinya. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta
KESIMPULAN DAN SARAN Almatsier. Sunita, 2001. Prinsip Dasar
Kesimpulan Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka
Berdasarkan hasil penelitian Utama. Jakarta.
dapat disimpulkan sebagai berikut : Amir,A.,2008. Pengaruh Penyuluhan
1. Riwayat pola menyusui anak baduta Model Pendampingan Terhadap
(6-24 bulan) di Kota Kendari Tahun Perubahan Status Gizi Anak Usia
2014 sebagian besar yakni 69,2% 6 – 24 bulan. Tesis Program
dalam kategori kurang. Pascasarjana Universitas
2. Usia penyapihan pada anak baduta Diponegoro Semarang
(6-24 bulan) di Kota Kendari Tahun Ambarwati F.R, 2012. Gizi dan
2014 sebagian besar yakni 64,3% Kesehatan Reproduksi.
usia dalam kategori tidak tepat. Cakrawala Ilmu. Yogyakarta.
3. Status gizi pada anak baduta (6-24 Anonim, 2007 Hubungan Antara
bulan) di Kota Kendari Tahun 2014 Pekerjaan Ibu, Tingkat
sebagian besar yakni 63,4% dalam Pengetahuan, Status Gizi Dengan
kategori kurang. Waktu Penyapihan.
4. Ada hubungan riwayat pola ______, 2010. Profil Puskesmas
menyusui dengan status gizi anak Perumnas Kota Kendari.
baduta (6-24 bulan) di Kota Kendari Propinsi Sultra. Kendari.
Tahun 2014, dengan nilai p=0,001. ______, 2011. Hubungan Antara
5. Ada hubungan usia penyapihan Pengetahuan, Pekerjaan Ibu,
dengan status gizi anak baduta (6-24 Status Gizi Anak Dengan Waktu
bulan) di Kota Kendari Tahun 2014, Penyapihan Di Wilayah Kerja
dengan nilai p=0,015. Puskesmas Gubug Kabupaten
Grobogan.http://www.Health.co
m. Diakses 21 November 2012.

67
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

Arisman, 2009. Gizi Dalam Daur Rasmaniar, 2007. Analisis faktor resiko
Kehidupan. EGC. Jakarta emosional bonding
Depkes, RI., 2010 Survey Kesehatan (Attachemen) dan akibatnya
Rumah Tangga (SKRT).Badan terhadap Status Gizi Anak
Litbang – BPS. Jakarta. Bawah Dua Tahun(Baduta)
________, RI., 2011. Pedoman pada suku Moronene Kab.
Manajemen Puskesmas Bombana. Program Pasca
Peningkatan Kesehatan Keluarga sarjana Unhas Makassar.
dan Gizi. Jakarta Ramaiah S, 2006. ASI dan menyusui. PT
Djoko, 2006.Gizi Seimbang untuk Ibu Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Menyusui. Prima Media Pustaka. Sunartyo N, 2005. Panduan Merawat
Jakarta Bayi dan Balita agar Tumbuh
Idrus, 2011. Menyusui. PT. Grafika Sehat dan Cerdas. Diva Press.
Multi Warna. Jakarta Yogyakarta.
Manalu, A., 2008. Pola Makan Dan Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status
Penyapihan Serta Hubungan Gizi. Penerbit Buku Kedokteran
Dengan Status Gizi Batita Didesa ECG. Jakarta.
Palip Kecamatan Silima Pungga- Waryana, 2010. Gizi Reproduksi.
Pungga Kab. Dairi Tahun 2008. Pustaka Rihamma. Yogyakarta.
http://www. health.com.Diakses
tanggal 21 Oktober 2014.
Maryunani, 2011. Ilmu Kesehatan Anak
dalam Kebidanan. Trans Info
Media. Jakarta.
Nadesul, 2007. Faktor – Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
ISPA Pada Balita Di Puskesmas
Pati I Kabupaten Pati Tahun
2006. Skripsi Kesehatan
Masyarakat Pada Universitas
Negeri Semarang.
Nirwana, 2011. Kapita Selekta
Kehamilan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Notoatmodjo S, 2005. Metodologi
Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
,2007.Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Rineka Cipta,
Jakarta.
Prabantini, 2010. Makanan Pendamping
ASI. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Proverawati dan Kusumawati, 2010.
Ilmu Gizi untuk Keperawatan
dan Gizi Kesehatan. Nuha
Medika.Yogyakarta.

68
Jurnal Gizi Ilmiah Volume 1 No.1, September - November 2014 Hal. 59 - 69

69
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PEKERJAAN IBU


DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF PADA BAYI 7-12 BULAN
DI PUSKESMAS BENU-BENUA KOTA KENDARI

1Jenny Qlifianti Demmalewa


Stikes Karya Kesehatan1

Abstrak

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling baik untuk bayi. ASI
mempunyai komposisi yang unik, sempurna susunan biokimiawi untuk kebutuhan
bayi, dan melindungi bayi dari bahaya kekurangan gizi maupun penyakit infeksi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Esklusif pada Bayi 0-6 Bulan di Puskesmas
Benu-Benua Kota Kendari.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan desain
cross sectional study dan telak dilaksanakan pada tanggal 6 - 23 Agustus 2014 di
wilayah kerja puskesmas Benu-Benua. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota
Kendari sebanyak 108 orang.dan sampel sebanyak 85 orang yang diambil secara
purporsive random sampling, data diperoleh menggunakan kuisioner dan di uji
menggunakan uji Chi-Square.
Skripsi diperoleh yaitu dari 85 sampel sebagian besar yaitu 55,3%
pengetahuan ibu dalam kategori kurang, 51,8% ibu tidak bekerja (Ibu Rumah
tangga), 68,2% tidak memberikan ASI Esklusif kepada anakya. Kemudian dari 58
ibu yang tidak memberikan ASI Esklusif, sebagian besar yakni 70,7%
pengetahuannya dalam kategori kurang dan 58,6% ibu bekerja. Kemudian dari 27 ibu
memberikan ASI Esklusif, sebagian besar yakni 77,8% pengetahuan ibu dalam
kategori cukup dan 74,1% ibu ibu tidak bekerja .
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pengetahuan
dan status pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Esklusif pada Bayi 0-6 Bulan di
Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari. Saran dalam penelitian ini adalah bagi tenaga
pelaksana gizi Puskesmas Benu-Benua, hendaknya memberikan penyuluhan kepada
ibu bayi tentang pentingnya nutrisi yang terkandung dalam Air Susu Ibu. bagi anak
balita, sehingga meningkatkan pengetahuan ibu- khususnya dalam pemilihan
makanan yang bernutrisi bagi bayinya. Bagi ibu agar senantiasa memberikan
makanan yang bernutrisi sesuai kebutuhan anaknya dan bagi masyarakat hendaknya
mengikuti perkembangan informasi kesehatan khususnya menyangkut anak balita
melalui kegiatan penyuluhan maupun dari media cetak dan elektronik.

Kata Kunci :Pengetahuan, Status Pekerjaan,Pendapatan Keluarga dan Status


Gizi

70
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

PENDAHULUAN menguraikan karbohidrat). Ini


Tujuan pembangunan membuat kolostrum mudah sekali
kesehatan menuju Indonesia sehat dicerna oleh sistem pencernaan bayi
2010 adalah meningkatnya kesehatan, yang memang belum sempurna
kemauan, dan kemampuan hidup sehat (Pudjiadji, 2000).
bagi setiap orang agar terwujud derajat Air Susu Ibu (ASI) adalah
kesehatan yang optimal melalui makanan yang paling baik untuk bayi.
tercipta masyarakat bangsa dan ASI mempunyai komposisi yang unik,
Negara Indonesia yang ditandai sempurna susunan biokimiawi untuk
dengan perilaku sehat memiliki kebutuhan bayi, dan melindungi bayi
kemampuan untuk menjangkau dari bahaya kekurangan gizi maupun
pelayanan kesehatan yang bermutu penyakit infeksi. Banyak faktor yang
secara adil dan merata, serta memiliki mempengaruhi seorang ibu dalam
derajat kesehatan optimal di seluruh menyusui secara ekslusif kepada
tanah air (Almatsier, 2001). bayinya, faktor sistem dukungan,
Almatsier (2001) pengetahuan ibu terhadap pemberian
menyatakan, bahwa salah satu faktor ASI secara ekslusif, promosi susu
yang mempengaruhi kualitas manusia formula dan makanan tambahan
adalah tingkat kesehatan, sedangkan mempunyai pengaruh terhadap
tingkat kesehatan pada hakekatnya praktek pernberian ASI ekslusif itu
dipengaruhi oleh keadaan gizi sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut
khususnya pada awal kehidupan yang dapat memberikan dampak negatif
dikenal dengan masa bayi. maupun positif dalam memperlancar
Kebutuhan bayi akan zat gizi pemberian ASI eksklusif (Santoso dan
sangat tinggi untuk mempertahankan Ranti, 2009).
kehidupannya. Kebutuhan tersebut Adapun faktor lain
dapat tercukupi dengan memberikan mempengaruhi pemberian ASI adalah
Air susu Ibu (ASI) kepada bayi. ASI faktor sosial budaya ekonomi
yang pertama keluar biasanya dikenal (pendidikan formal ibu, pendapatan
dengan kolostrum yang memiliki keluarga dan status kerja ibu), faktor
kadar protein yang lebih tinggi dari psikologis (takut kehilangan daya tarik
ASI matur. Tetapi kandungan lemak sebagai wanita, tekanan batin), faktor
dan laktosannya (gula darah) lebih fisik ibu (ibu yang sakit), faktor
rendah dari ASI matur. Kolostrum kurangnya petugas kesehatan sehingga
juga mengandung vitamin A, B6, masyarakat kurang mendapat
B12, C, D, K dan mineral, terutama penerangan atau dorongan tentang
zat besi dan kalsium. Komposisi manfaat pemberian ASI eksklusif
seperti itu sangat tepat untuk (Soetjiningsih, 2007).
memenuhi kebutuhan gizi bayi baru Meskipun menyusui sudah
lahir. Sama halnya dengan ASI matur, menjadi budaya Indonesia namun
kolostrum juga mengandung enzim- upaya meningkatkan perilaku ibu
enzim pencernaan yang belum menyusui ASI esklusif masih
mampu diproduksi oleh tubuh bayi, diperlukan karena pada kenyataannya,
seperti protease (untuk menguraikan praktek pemberian ASI esklusif belum
protein), lipase (untuk menguraikan dilaksanakan sepenuhnya. Penyebab
lemak) dan amilasi (untuk utama adalah rendahnya pengetahuan

71
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

ibu tentang pentingnya ASI bagi bayi (Register Laporan Puskesmas Benu-
dan dirinya, pelayanan kesehatan dan Benua, 2013).
petugas kesehatan yang belum Berdasarkan data di atas,
sepenuhnya mendukung program penulis tertarik untuk melakukan
penggunaan ASI, selain itu kurangnya penelitian mengenai Hubungan
kepedulian dan dukungan suami untuk Tingkat Pengetahuan dan Pekerjaan
memberi kesempatan kepada ibu Ibu dengan Pemberian ASI Esklusif
untuk menyusui secara esklusif. Suami pada Bayi 7-12 Bulan di Wilayah
memiliki andil yang cukup besar Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota
dengan kondisi psikis ibu menyusui. Kendari Sulawesi Tenggara.
Bentuk psikis yang dapat diberikan
antara lain menemani ibu saat ibu Tujuan Penelitian
menyusui (Notoatmodjo, 2007). 1. Tujuan Umum
Pemberian ASI di Indonesia Mengetahui hubungan
mencapai 40,13%. Provinsi Sulawesi tingkat pengetahuan dan pekerjaan
Tenggara, pada tahun 2011 prevalensi ibu dengan pemberian ASI
ibu menyusui yang memberikan ASI Esklusif pada Bayi 7-12 Bulan di
Esklusif adalah 54,81%, kemudian Puskesmas Benu-Benua Kota
pada tahun 2012 hanya sekitar 33,48% Kendari.
dan pada tahun 2013 semakin 2. Tujuan Khusus
menurun hingga 30,14% ibu yang 2.1 Mengetahui tingkat pengetahuan
memberikan ASI Esklusif (Profil ibu Bayi 7-12 Bulan di Puskesmas
Kesehatan Kota Kendari, 2013). Benu-Benua Kota Kendari.
Hasil observasi awal yang 2.2 Mengetahui Status Pekerjaan ibu
dilakukan pada tanggal pada Bayi 7-12 Bulan di Puskesmas
November 2013 di wilayah kerja Benu-Benua Kota Kendari.
puskesmas Benu-Benua menunjukan 2.3 Mengetahui pemberian ASI
bahwa dari 10 ibu, hanya 40 % yang Esklusif pada Bayi 7-12 Bulan di
pengetahuannya cukup sedangkan ibu Puskesmas Benu-Benua Kota
yang pengetahuannya kurang Kendari.
sebanyak 60,0%. Disamping itu hasil 2.4 Mengetahui hubungan tingkat
penelusuran juga menunjukan bahwa pengetahuan ibu dengan
sebagian besar ibu tersebut memiliki pemberian ASI Esklusif pada Bayi
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga 7-12 Bulan di Puskesmas Benu-
namun tidak memberikan ASI kepada Benua Kota Kendari.
anaknya. 2.5 Mengetahui hubungan status
Berdasarkan data yang pekerjaan ibu dengan pemberian
diperoleh dari Puskesmas Benu-Benua ASI Esklusif pada Bayi 7-12
Kota Kendari, di ketahui bahwa Bulan di Puskesmas Benu-Benua
Cakupan pemberian ASI di Puskesmas Kota Kendari.
Benu-Benua menduduki urutan ke 2 Manfaat Penelitian
terendah dalam hal pemberian ASI 1. Bagi instansi
Esklusif setelah Puskesmas Mata Sebagai bahan informasi bagi
yakni sebanyak 29,61 % tahun 2012 instansi terkait khususnya
dan pada tahun 2013 mengalami mengenai faktor-faktor yang
penurunan hingga mencapai 20,89% mempengaruhi pemberian ASI
Esklusif pada bayi sehingga dapat

72
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

di jadikan landasan dalam Sampling dengan kriteria sampel


memberikan pelayanan kesehatan. sebagai berikut:
2. Bagi masyarakat khususnya ibu 1. Memiliki bayi 7-12 bulan
menyusui 2. Terdaftar dibuku register
Menambah informasi dan Puskesmas Benu-Benua
pengetahuan kepada para ibu 3. Sehat/Tidak Sakit
menyusui tentang pentingnya ASI 4. Bersedia menjadi responden.
Esklusif sehingga diharapkan 5. Dapat berkomunikasi dengan baik
dapat meningkatkan kesadaran dan benar
para ibu untuk memberikan ASI
Esklusif. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3. Bagi penulis 1. Data primer berupa data identitas,
Merupakan suatu pengalaman tingkat pengetahuan dan pekerjaan
dalam mengaplikasikan ilmu ibu serta data pemberian ASI
pengetahuan yang telah diperoleh Esklusif diperoleh melalui
dibangku perkuliahan. wawancara secara langsung
dengan menggunakan kuesinoner.
METODE PENELITIAN 2. Data sekunder yaitu data
Jenis dan Rancangan Penelitian demografi/profil Puskesmas Benu-
Jenis penelitian ini adalah Benua meliputi letak geografis,
observasional dengan rancangan ketenagaan, sarana dan prasarana,
desain cross sectional study, dimana sosial ekonomi, dan lain – lain,
subjek penelitian diamati pada waktu dapat diperoleh dari hasil
bersamaan, artinya tiap subjek hanya penelusuran dokumen.
diobservasi satu kali saja dan
pengukuran variabel subjek dilakukan Pengolahan dan Analisis Data
pada saat pemeriksaan tersebut. 1. Pengolahan Data
Data pengetahuan dan
Waktu dan Tempat pekerjaan ibu serta pemberian ASI
Penelitian ini dilakukan pada Esklusif diolah berdasarkan skor
tanggal 6-23 Februari 2014 di jawaban responden di jumlahkan
Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari. kemudian dibandingkan dengan
kriteria objektif.
Populasi dan Sampel 2. Analisis Data
Populasi Analisis yang digunakan
Populasi dalam penelitian ini dalam penelitian ini adalah analisis
adalah semua ibu yang memiliki bayi univariat yakni analisis yang
7-12 bulan di Puskesmas Benu-Benua digunakan untuk menggambarkan
Tahun 2014 periode Januari sebanyak variabel-variabel penelitian dan
108 orang. analisis bivariat yakni analisis
yang digunakan untuk
Sampel menganalisis hubungan antara dua
Sampel dalam penelitian ini variabel dengan menggunakan
adalah ibu yang mempunyai bayi 7-12 rumus Chi-Square.
bulan sebanyak 85 orang. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan Purporsivel Random

73
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Variabel Penelitian

Gambaran Umum Sampel Analisis Univariat


Umur Ibu Pengetahuan Ibu
Tabel 1. Distribusi Umur Ibu di Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Ibu
Puskesmas Benu-Benua di Puskesmas Benu-Benua
Kota Kendari Kota Kendari
Umur Ibu (Tahun) n % Pengetahuan Ibu n %
< 20 3 3,5 Cukup 38 44,7
20-35 68 80,0 Kurang 47 55,3
> 35 14 16,5 Jumlah 85 100
Data Primer Terolah, 2014
Jumlah 85 100
Tabel 3 menunjukan bahwa
Data Primer Terolah, 2014
dari 85 sampel sebagian besar yaitu
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 55,3% pengetahuan ibu dalam
85 sampel, sebagian besar yaitu 80,0% kategori kurang, selebihnya 44,7%
pada kategori umur 20-35 tahun, pengetahuan ibu dalam kategori
16,5% pada kategori umur > 35 tahun cukup.
dan 3,5% pada kategori umur < 20.
Status Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu Tabel 4. Distribusi Status Pekerjaan
Ibu di Puskesmas Benu-
Tabel 2. Distribusi Pendidikan Ibu Benua Kota Kendari
di Wilayah Kerja Pekerjaan n %
Puskesmas Benu-Benua
Bekerja 41 48,2
Kota Kendari Provinsi
Tidak Bekerja 44 51,8
Sulawesi Tenggara
Jumlah 85 100
Pendidikan Ibu n % Data Primer Terolah, 2014
Tamat SD 15 17,6 Tabel 4 menunjukan bahwa
Tamat SMA 17 20,0 dari 85 responden sebagian besar yaitu
Tamat SMP 36 43,4 51,8% ibu tidak bekerja (Ibu Rumah
Perguruan Tinggi tangga) dan sebagian kecil yakni
17 20,0
(DIII/S1) 48,2% ibu memiliki pekerjaan.
Jumlah 85 100
Data Primer Terolah, 2014 Pemberian ASI Esklusif
Tabel 5 Distribusi Pemberian ASI
Tabel 2 menunjukan bahwa
Esklusif pada Bayi 7-12
dari 85 sampel sebagian besar yaitu
Bulan di Puskesmas Benu-
43,4% pendidikan ibu adalah tamatan
Benua Kota Kendari
SMP, Kemudian 20,0% pendidikan
Pemberian ASI
ibu masing-masing tamatan SMA dan n %
Esklusif
tamatan SD dan Perguruan Tinggi (S1
Esklusif 27 31,8
dan DIII) dan 17,6% tamatan SD.
Tidak Esklusif 58 68,2
Jumlah 85 100
Data Primer Terolah, 2014

74
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

Tabel 5 menunjukan bahwa dari Hubungan Tingkat Status


85 sampel sebagian besar yaitu 68,2% Pekerjaan Ibu dengan Pemberian
tidak memberikan ASI Esklusif ASI Esklusif
kepada anakya dan selebihnya 31,8%
memberikan ASI Esklusif. Tabel 7. Hubungan Status Pekerjaan
Analisis Bivariat Ibu dengan Pemberian ASI
Esklusif pada Bayi 7-12
Hubungan Tingkat Pengetahuan Bulan di Puskesmas Benu-
Gizi Ibu dengan Pemberian ASI Benua Kota Kendari
Esklusif
Pemberian ASI
Pengetah Tidak Total
Tabel 6. Hubungan Tingkat Esklusif p
uan Ibu Esklusif
Pengetahuan Ibu dengan
Pemberian ASI Esklusif n % n % n %
pada Bayi 7-12 Bulan di Cukup 2177,8 17 29,3 38 44,7
Puskesmas Benu-Benua Kurang 6 22,2 41 70,7 47 55,3 0,001
Kota Kendari Total 27 100 58 100 85 100
Data Primer Terolah, 2014
Pemberian
Status ASI Tabel 7 menunjukan bahwa
Total dari 58 ibu yang tidak memberikan
Pekerja Esklusif Tidak p
an Ibu Esklusif ASI Esklusif, sebagian besar yakni
n % n % n % 58,6% ibu bekerja dan 41,4% ibu
58, tidak bekerja kemudian dari 27 ibu
Bekerja 7 25,9 34 4148,2
6 memberikan ASI Esklusif, sebagian
T.Bekerja 20 74,1 24
41,
4451,8 0,001
besar yakni 74,1% ibu tidak bekerja
4 dan 25,9% ibu ibu bekerja .
Total 27 100 58 100 85 100 Berdasarkan analisis statistik
Data Primer Terolah, 2014 dengan menggunakan uji Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,005, sehingga
Tabel 6 menunjukan bahwa dapat disimpulkan bahwa ada
dari 58 ibu yang tidak memberikan hubungan antara status pekerjaan ibu
ASI Esklusif, sebagian besar yakni dengan pemberian ASI Esklusif.
70,7% pengetahuannya dalam kategori
kurang dan 29,3% dalam kategori PEMBAHASAN
cukup kemudian dari 27 ibu Tingkat Pengetahuan Ibu
memberikan ASI Esklusif, sebagian Pengetahuan yang dimaksud
besar yakni 77,8% pengetahuannya dalam penelitian ini adalah
dalam kategori cukup dan 22,2% pengetahuan ibu tentang pemberian
dalam kategori kurang. ASI Esklusif pada bayinya.
Berdasarkan analisis statistik Pengetahuan adalah informasi yang
dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ibu tentang definisi ASI
diperoleh nilai p = 0,001, sehingga ekslusif, manfaat ASI Esklusif dan
dapat disimpulkan bahwa ada waktu pemberian ASI Esklusif.
hubungan antara pengetahuan ibu Berdasarkan hasil penelitian
dengan pemberian ASI Esklusif. dapat diketahui bahwa dari 85 sampel
sebagian besar pengetahuan ibu dalam

75
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

kategori kurang, selebihnya 44,7% aspek positif dan obyek yang


pengetahuan ibu dalam kategori diketahui, maka akan menimbulkan
cukup.Kurangnya tingkat pengetahuan sikap makin positif terhadap obyek
gizi ibu khususnya dalam pemberian tertentu (Notoatmodjo, 2007).
ASI Esklusif disebabkan ibu tidak
memahami tentang manfaat ASI pada Status Pekerjaan Ibu
anaknya. Pengetahuan yang dimiliki Pekerjaan menurut Kamus
seseorang berkaitan erat dengan Besar Bahasa Indonesia adalah mata
pendidikannya. Dimana berdasarkan pencaharian, apa yang dijadikan
hasil penelitian terdapat dari pokok kehidupan, sesuatu yang
menunjukan bahwa dari 85 sampel dilakukan untuk mendapatkan nafkah.
sebagian besar yaitu 40,6% Lamanya seseorang bekerja sehari-
pendidikan ibu adalah tamatan SMP, hari pada umumnya 6-8 jam (sisa 16-
Kemudian 21,8% pendidikan ibu 18) di pergunakan untuk kehidupan
tamatan SMA, dan masing-masing dalam keluarga, masyarakat, istrahat,
18,8% pendidikan ibu tamatan SD dan tidur dan lain-lain.
Perguruan Tinggi (S1 dan DIII). Hasil penelitian menunjukan
Pendidikan ibu masih dalam kategori bahwa dari 85 responden sebagian
rendah sehingga mempengaruhi besar yaitu 51,8% ibu tidak bekerja
pengetahuan yang dimilikinya. (Ibu Rumah tangga) dan sebagian
Pendidikan merupakan dasar kecil yakni 48,2% ibu memiliki
untuk menentukan daya tangkap dan pekerjaan. Hasil penelitian ini sejalan
daya nalar serta menentukan dengan penelitian yang dilakukan oleh
cakrawala berpikir bagi seseorang Siregar (2009) yang menemukan
untuk menganalisa setiap perubahan bahwa sebagian besar ibu yakni 56,8%
yang ada serta mempengaruhi daya tidak memiliki pekerjaan (Ibu Rumah
nalar seseorang sehingga pada Tangga).
akhirnya akan tahu sesuatu yang Pekerjaan berhubungan dengan
belum diketahuinya dan akan tingkat sosial ekonomi seseorang
termotivasi untuk melakukannya dalam hal ini faktor sosial ekonomi
setelah mengerti maksud dan yang rendah adalah salah satu faktor
tujuannya pemberian makanan bergizi, yang meningkatkan kecenderungan
diharapkan bahwa dengan pendidikan terhadap pemberian makanan pada
yang tinggi, maka orang tersebut akan bayi, pada umumnya pada ibu bekerja
semakin luas pula pengetahuannya. tidak dapat memberikan ASI eksklusif
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan sehingga selain memberikan susu
berarti seseorang yang berpendidikan formula mereka memberikan makanan
rendah, mutlak berpengetahuan rendah sejak usia dini sebelum berusia 6
pula. Hal ini mengingat bahwa, bulan, ini dikaitkan dengan
peningkatan pengetahuan tidak mutlak kemampuan yang kurang untuk
di peroleh dari pendidikan non formal. menjangkau dan menggunakan
Pengetahuan seseorang tentang suatu fasilitas kesehatan. Reaksi terhadap
obyek mengandung dua aspek yaitu berbagai keadaan ini berkaitan dengan
positif dan negatif. Kedua aspek pekerjaan keluarga (Husaini, 2010).
ilmiah yang pada akhirnya akan Jenis pekerjaan yang dapat
menentukan sikap seseorang tentang berperan di dalam aktivitas untuk
suatu obyek tertentu. Semakin banyak mendapatkan pelayanan kesehatan

76
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

dan timbulnya penyakit melalui ASI esklusif sehingga mempengaruhi


faktor-faktor lingkungan yang perilaku ibu dalam memberikan ASI.
langsung dapat menimbulkan kejadian Hasil penelitian ini sejalan
kesakitan seperti pekerjaan sebagai dengan penelitian yang dilakukan oleh
pegawai negeri sipil, wiraswasta dan Rohani (2009) yang menemukan
sebagainya, sedangkan situasi bahwa sebagian besar yakni 67,2%
pekerjaan yang penuh dengan beban tidak memberikan ASI Esklusif.
psikologis dapat menimbulkan stress. Rendahnya pemberian ASI
Berhubungan dengan pelayanan Esklusif disebabkan oleh kurangnya
kesehatan seorang ibu harus pengetahuan ibu tentang ASI sehingga
meluangkan waktunya untuk merawat, mempengaruhi tindakan ibu untuk
memelihara kesehatan anaknya dan memberikan ASI Esklusif. Pemberian
membawa anaknya untuk ASI Esklusif juga sangat dipengaruhi
mendapatkan pelayanan kesehatan dan oleh dukungan suami, suami
penimbangan di Posnyandu (Azwar A, hendaknyamemotivasi ibu menyusui
2007). untuk memberikan ASI Esklusif pada
bayinya.
Pemberian ASI Esklusif Adapun faktor lain
Air Susu Ibu (ASI) adalah mempengaruhi pemberian ASI adalah
makanan yang paling baik untuk bayi. faktor sosial budaya ekonomi
ASI mempunyai komposisi yang unik, (pendidikan formal ibu, pendapatan
sempurna susunan biokimiawi untuk keluarga dan status kerja ibu), faktor
kebutuhan bayi, dan melindungi bayi psikologis (takut kehilangan daya tarik
dari bahaya kekurangan gizi maupun sebagai wanita, tekanan batin), faktor
penyakit infeksi. Banyak faktor yang fisik ibu (ibu yang sakit, misainya
mempengaruhi seorang ibu dalam mastitis, dan sebagainya), faktor
menyusui secara ekslusif kepada kurangnya petugas kesehatan sehingga
bayinya, faktor sistem dukungan, masyarakat kurang mendapat
pengetahuan ibu terhadap pemberian penerangan atau dorongan tentang
ASI secara ekslusif, promosi susu manfaat pemberian ASI eksklusif
formula dan makanan tambahan (Soetjiningsih, 2007).
mempunyai pengaruh terhadap
praktek pernberian ASI ekslusif itu Hubungan Tingkat Pengetahuan
sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut Gizi Ibu dengan Pemberian ASI
dapat memberikan dampak negatif Esklusif
maupun positif dalam memperlancar Hasil penelitian menunjukan
pemberian ASI eksklusif (Santoso dan bahwa ada hubungan antara
Ranti, 2009). pengetahuan ibu dengan pemberian
Hasil penelitian menunjukan ASI Esklusif. Penelitian ini sejalan
bahwa dari 85 sampel sebagian besar dengan penelitian yang dilakukan oleh
yaitu 68,2% tidak memberikan ASI Artanty (2008) menunjukan bahwa
Esklusif kepada anakya dan pengetahuan memiliki hubungan yang
selebihnya 31,8% memberikan ASI erat dengan pemberian ASI Esklusif.
Esklusif. Rendahnya pemberian ASI Bayi yang memiliki ibu pada tingkat
Esklusif disebabkan oleh kurangnya pengetahuan gizi kurang, sebagian
pengetahuan ibu dalam pemberian besar tidak memberikan ASI Esklusif
pada anaknya.

77
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

Menurut Soehardjo (2003), bahwa pemberian ASI pada anak usia


menyatakan bahwa seorang ibu sangat 0-6 yang dilakukan oleh ibu yang
berperan dalam hal pemberian ASI bekerja sebagai karyawan adalah
Esklusif pada bayinya. Banyak yang 12,63% sedangkan 21,27% dilakukan
tidak memanfaatkan zat gizi hal ini oleh ibu rumah tangga. Hasil uji
disebabkan salah satunya karena statistik menunjukan ada hubungan
kurangnya pengetahuan akan bahan pekerjaan ibu terhadap pemberian
makanan yang bergizi. ASI.
Penelitian tentang Seorang yang mempunyai
pengetahuan, sikap dan praktek ibu pekerjaan dengan waktu yang cukup
dan anak balita terhadap kesehatannya padat juga akan mempengaruhi
di 7 propinsi di Indonesia prilaku ibu dalam memberikan ASI
menunjukkan bahwa sebagian besar pada anaknya. Pada umumnya orang
ibu belum mengetahui arti dan tua tidak mempunyai waktu luang,
manfaat ASI dan Alasan kebiasaan sehingga semakin tinggi aktivitas
tersebut adalah karena sudah pekerjaan orang tua semakin sulit
merupakan tradisi. Sebagian besar ibu memberikan ASI Esklusif pada
juga belum memahami makanan bayinya. Dilihat dari segi ekonomi,
pendamping ASI (MP-ASI), sehingga ibu terpaksa bekerja seharian penuh
makanan tersebut diberikan sejak usia untuk memenuhi kebutuhan hidup
2-3 bulan Kemalasari (2008). sehari-hari terutama di daerah
perkotaan sehingga bagi ibu yang
Hubungan Status Pekerjaan Ibu mempunyai bayi atau anak
dengan Pemberian ASI Esklusif dihadapkan pada suatu masalah karena
Berdasarkan hasil penelitian cenderung memberikan makanan atau
menunjukan bahwa ada hubungan minuman formula bayi yang prkatis
antara status pekerjaan ibu dengan dan mudah disajikan. Dari segi sosial,
pemberian ASI Esklusif. Berdasarkan kurangnya pengetahuan ibu tentang
hasil penelitian dapat diketahui bahwa ASI sehingga dalam memilih jenis
ibu yang bekerja tidak memberikan MP-ASI mereka tidak mengetahui
ASI Esklusif pada bayinya. Hal ini dengan pasti mengenai kandungan gizi
disebabkan karena kondisi fisik ibu MP-ASI tersebut.
yang produksi Air Susunya sangat Apabila pengetahuan akan
sedikit sehingga tidak memungkinkan sumber daya alam yanga da di
untuk memberikan ASI dan lebih sekeliling manusia dapat dikuasai,
cenderung memberikan susu formula. maka keterbatasan daya beli bukan
Keadaan ini juga didukung oleh merupakan rintangan bagi masyarakat
kondisi bayi yang rewel namun setelah untuk menyediakan makanan bergizi
diberikan makanan selain ASI bayi khususnya MP-ASI. Dari segi
tersebut lebih nyaman dan tidak rewel perilaku, seperti misalnya penundaan
lagi. Fenomena ini menunjukan bahwa pemberian ASI setelah lahir, pmberian
status pekerjaan ibu merupakan faktor makan prelaktal serta pembuangan
yang menentukan perilaku ibu dalam kolostrum yang justru sangat
pemberian MP-ASI pada bayi. dibutuhkan oleh bayi. Selain itu
Hasil penelitian ini sejalan kebiasaan mengkonsumsi makanan
dengan penelitian yang dilakukan oleh cepat saji dalam keluarga maka ibunya
Siregar (2009) yang menemukan cenderung memberikan makanan

78
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

pendamping ASI olahan pabrik yang 3. Bagi masyarakat hendaknya


dikemas sehingga praktis (Husaini, mengikuti tingkat perkembangan
2010). informasi kesehatan khususnya
menyangkut anak balita melalui
KESIMPULAN DAN SARAN kegiatan penyuluhan maupun dari
Kesimpulan media cetak dan elektronik.
1. Tingkat pengetahuan ibu Bayi 7-12
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Daftar Pustaka
Benu-Benua Kota Kendari sebagian Almatsier, 2001. Prinsip Dasar Ilmu
besar yaitu 55,3% pengetahuan ibu Gizi. Gramedia pustaka
dalam kategori kurang. Utama : Jakarta
2. Status Pekerjaan ibu Bayi 7-12 Azwar, 2007, Program Menjaga Mutu
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pelayanan Kesehatan,
Benu-Benua Kota Kendari sebagian Yayasan Penerbit IDI,
besar yaitu 51,8% ibu tidak bekerja Jakarta,
(Ibu Rumah tangga). Husaini, 2010. Tumbuh Kembang dan
3. Pemberian ASI Esklusif pada Bayi Gizi Remaja. Buletin Gizi.
7-12 Bulan di Wilayah Kerja Kemalasari, 2008. Pengaruh
Puskesmas Benu-Benua Kota Karateristik Istri dan
Kendari sebagian besar yaitu 68,2% Partisipasi Suami
tidak memberikan ASI Esklusif Terhadap Pemberian ASI
kepada anakya. Esklusif di Kecamatan
4. Ada hubungan tingkat pengetahuan Sitalari Kota pematang
ibu dengan pemberian ASI Esklusif siangtar.Tesis Universitas
pada Bayi 7-12 Bulan di Wilayah Sumatera Utara. Http://Pdf.
Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota tesis.co.id. Diakses tanggal
Kendari. 12 Januari 2014.
5. Ada hubungan status pekerjaan ibu Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan
dengan pemberian ASI Esklusif dan Perilaku Kesehatan.
pada Bayi 7-12 Bulan di Wilayah Penerbit Buku Kedokteran
Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota EGC: Jakarta.
Kendari. Puskesmas Benu-Benua, 2013.
Register Laporan
Saran
Puskesmas Benu-Benua
1. Bagi tenaga pelaksana gizi
Tahun 2013. Sulawesi
puskesmas Benu-Benua, agar
Tenggara.
memberikan penyuluhan kepada
Santoso dan Ranti, 2009. Kesehatan
ibu bayi tentang Manfaat Air Susu
dan Gizi. Penerbit Rineka
Ibu. bagi anak balita, sehingga
Cipta: Jakarta.
meningkatkan pengetahuan ibu-
Siregar, 2009, Hubungan
khususnya dalam pemilihan
Karakteristik ibu dengan
makanan yang bernutrisi bagi
Pemberian ASI Esklusif
bayinya
padaa Bayi o-6 bulan,
2. Bagi ibu agar senantiasa
http://www.enonline.net/if.
memberikan makanan yang
bernutrisi sesuai kebutuhan Diakses 12 Januari 2014.
anaknya.

79
Jenny Qlifianty Demmalewa : Jurnal Gizi Ilmiah Vol.4 No.1 September - November 2014
Hal : 70 - 80

Soetjiningsih, 2007, ASI Petunjuk


Untuk Tenaga Kesehatan,
Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.
Supariasa ID, Bakri B, Fajar I, 2001.
Penilaian Status Gizi Edisi
ke-1. ECG : Jakarta.

80

Anda mungkin juga menyukai