Larutan Cuci Mata
Larutan Cuci Mata
Tujuan
Mengetahui dan menguasai pembuatan larutan mata meliputi tetes mata dan cuci
mata secara steril.
2. Collyria
Kolirium adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis,
digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih,
masukkan dalam wadah, tutup dan sterilkan dengan Cara sterilisasi A, B atau C,
pindahkan ke dalam wadah steril secara aseptic. Alat dan wadah yang digunakan dalam
pembuatan kolirium harus bersih dan steril.
Kejernihan dan Sterilitas. Memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones, pada
Farmakope Indonesia.
Penyimpanan. Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
Catatan:
1. Pada etiket harus juga tertera:
a. Masa penggunaan setelah botol dibuka tutupnya
b. “Obat cucimata”
2. Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling
lama 24 jam setelah botol dibuka tutupnya.
3.Kolirium yang mengandung zat pengawet dapat digunakan paling lama 7 hari
setelan botol dibuka tutupnya
Cara Sterilisasi
Sediaan disterilkan dengan cara berikut:
1. Pemanasan dalam otoklaf
Sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah yang tidak lebih dari
100 ml. Sterilisasi dilakukan denganuap air jenuh pada suhu 115° sampai 116°
selama 30 menit.
Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi
diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115° sampai
116° selama 30 menit.
2. Pemanasan dengan bakterisida
Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat
dalam larutan klorkresol P 0,2 % b/v dalam aqua bidest atau larutan
bakterisida yang cocok untuk air untuk tetes mata. Isikan ke dalam wadah,
kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml,
panaskan pada suhu 98° sampai 100° selama 30 menit. Jika volume wadah
lebih dari 30 ml, waktu sterilisasi diperpanjang, hingga seluruh isi tiap wadah
berada pada suhu 98° sampai 100° selama 30 menit. Jika dosis tunggal injeksi
yang digunakkan secara intravenus lebih dari 15 ml, pembuatan tidak
dilakukan dengan cara ini. Injeksi digunakan secara intrateka, intrasisterna,
atau peridura tidak boleh dibuat dengan cara ini.
3. Penyaringan
Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam
wadah akhir yang steril, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic.
4. Pemanasan kering
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah kemudian
ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah
cemaran. Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, waktu 1 jam dihitung
setelah seluruh isi tiap wadah mencapai 150°. Wadah yang tertutup sementara,
kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic.
III. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Erlenmeyer 100 ml
3. Gelas ukur 100 ml
4. Bunsen
5. Beaker Glass
6. Kaki tiga dan kasa
7. Timbangan digital.
8. Kertas saring
9. Alumunium foil
10. Kertas perkamen
11. Spatel
IV. Formulasi
A. Tinjauan pustaka zat aktif danzat tambahan ( Depkes RI ,1995 ) .
alkohol, 4 bagian gliserol,sedikit larutan dalam minyak, praktis tidak larut
dalam eter.OTT : Polivinil alkohol dan tanin.
1. Khasiat : Fungistatik, bakteriostatik lemah, mata merah, bengkak, gatal pada
kelopakmata, adstringen Aqua pro injection
Nama lain : aqua untukinjeksi, aqua p.i.
Organoleptis:Cairanjernih; tidakberwarna; tidakberbau; tidakberasa.
Khasiat : Aqua untukpembuataninjeksi.
Penyimpanan:Dalamwadahtertutupkedap,
jikadisimpandalamwadahtertutuplapasberlemakharusdigunakandalamwakt
u 3 harisetelahpembuatan.(Depkes RI, 1995)
2. Karboadsorben
Nama lain = Arang Serap
Organoleptis:Serbuksangathalus, bebasdaributiran; hitam; tidakberbau;
tidakberasa.
Kelarutan :Praktistidaklarutdalam air dandalametanol(95%) P.
Khasiat:Antidotum, zatpengabsorbsi.
Penyimpanan : Dalamwadahtertutuprapat.(Depkes RI, 1995)
3. Acidum Boricum
Sinonim : asam borat
Organoleptis
Bentuk : serbuk kristal. Warna : Jernih. Bau : berbau lemah. Rasa : Berasa
pahit
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air , 3,6 bagian air panas , 16 bagian
alkohol , 4 bagian Gliserol.Mudah larut dalam minyak menguap , praktis
tidak larut dalam eter.
Khasiat : Pengawet antimikroba pada sediaan tetes mata.
4. Natrii Tetraboras
Sinonim : Borax decahydrate; boric acid disodium salt; sodium biborate
decahydrate; sodium pyroborate decahydrate; sodium tetraborate
decahydrate.
Organoleptis:
Bentuk : kristal tajam, granul, serbuk kristal
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Khasiat : ophthalmic solutions (0.03–1.0% w/v).
5. ZnSO4 Pemerian
Merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, mudah larut dalam air.
Khasiat : pengobatan pada iritasi mata, antiseptic.b. Asam BoratRumus
kimia : H3BO3Pemerian : Serbuk kristal putih, rasa agak pahit dan lama
kelamaan rasa manis, berbaulemah.Kelarutan : 1 bagian larut dalam 20
bagian air, 16 bagian.
B. Praformulasi
Sumber Fornas
Tiap 100 ml mengandung :
Zinci Sulfat 250mg
Acidium Boricum 1620mg
Natrii Tetraboras 300mg
Phenylhidrargyriboras 1mg
Aqua Pro Injectione ad 100ml
Catatan :
1. Digunakan air untuk injeksi bebas udara
2. Distreilkan dengan cara sterilisasi B/C , segera setelah dibuat
3. Pada etiket harus juga tertera : “tidak untuk mata yang luka”.
0,52 – ( b 1c 1+b 2 c 2)
B=
b3
Keterangan :
VIII. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan menguasai pembuatan larutan
mata yaitu cuci mata secara steril. Bahan yang digunakan sebagai larutan cuci
mata adalah ZnSO4dan asam borat. Pelarut yang digunakan adalah Aqua Pro
Injeksi karena larutan cuci mata haruslah steril bebas partikel dan bebas mikroba.
ZnSO4 dan asam borat bersifat mudah larut dalam air. ZnSO4berfungsi sebagai
adstringen sedang asam borat berkhasiat sebagai antibakteri dan fungistatik
sehingga dapat mengatasi mata bengkak,berair dan mata merah.
Metode sterilisasi yang digunakan utnk membuat sediaan ini adalah dengan
sterilisasi B dan C , yakni pemanasan dengan penambahan bakterisid dan
penyaringan bakteri. Penambahan bakterisid bertujuan untuk mencegah
kontaminasi dari luar karena dalam pemakaiannya sering dibuka dan ditutup
penutup wadah/botolnya. Larutan cuci mata selain seharusnya diberi pendapar
agar pH stabil dimana pH mata normal adalah 7,4 akan tetapi jarang sekali sediaan
yng dibuat mencapai pH tersebut, selain itu juga bisa ditambahkan pengawet.
Larutan cuci mata tanpa pengawet bisa bertahan kurang lebih 24 jam sedangkan
dengan pemberian pengawet bisa bertahan sampai kurang lebih 7 hari setelah
tutup wadah dibuka, akan tetapi dalam praktikum kami tidak ditambahkan
pendapar dan pengawet dikarenakan tidak tersediannya bahan. Dalam
penimbangan bahan ditambah 10% untuk mengantisipasi kekurangan bahan
karena proses pembuatan.
Syarat sediaan parenteral untuk mata adalah jernih, isohidris, steril, bebas
partikel asing, dan isotonis. NaCl ditambahkan pada larutan cuci mata untuk
mengatur isotonisitas sediaan supaya sama dengan mata sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit saat digunakan. Penambahan NaCl dihitung dengan
rumus :
0,52 – ( b 1c 1+b 2 c 2)
B=
b3
B = jumlah penambaha NaCl
c1 = konsentrasi ZnSO₄
c2 = konsentrasi asam borat
c3 = konsentrasi NaCl
b1 = Ptb ZnSO₄
b2 = Ptb asam borat
b3 = konsentrasi NaCl
Larutan cuci mata harus jernih supaya nampak jika ada pertikel asing yang
dapat melukai mata. Isohidris artinya pH sediaan sama dengan mata atau berada
pada range yang ditentukan dimana masih aman dan nyaman jika digunakan.
Jangkauan pH isohidris adalah 6,8 – 7,4. Sedaangkan pH yang kami dapat dari
larutan yang kami buat adalah 6,8 , artinya bisa diterima.
Evaluasi hasil pembuatan sediaan cuci mata pada praktikum ini adalah cair,
jernih tetapi masih terlihat ada partikel melayang dalam larutan, tidak berbau,
cukup homogen, pH 6,8.
IX. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan sediaan larutan cuci mata hasil dari
praktikum ini kurang memenuhi syarat karena ditemukan partikel asing yang
melayang dalam larutan. pH yang didapat adalah 6,8 mendekati pH mata yakni
7,4 dan masih dalam range isohidris 6,8 – 7,4.
X. Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995.Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta
Ansel, H.C., 1989.Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Ed ke 4. Penerbit UI.
Jakarta.
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press
XI. Lampiran