Anda di halaman 1dari 15

Absen : 06

Nama : Dana Salavatu Khilmi

NIM : 1820310205

Prodi : MBS/6/F

Nomer : Makalah 6

IDENTIFIKASI RISIKO DAN PENGUKURAN RISIKO

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata "risiko" dan sudah biasa
dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Risiko merupakan bagian
dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam risiko seperti
risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir, dimusim hujan
dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko
tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Risiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian
atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Dalam beberapa tahun terakhir
manajemen risiko mempunyai trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara kongkret menunjukkan pentingnya manajemen risiko dan
bisnis pada masa kini. Setelah kita mengidentifikasi risiko maka tindakan selanjutnya
adalah mengukur risiko, dengan mengukur risiko kita bisa mengetahui seberapa besar
risiko itu. Hal ini penting karena sebelum kita menentukan sikap untuk mengendalikan
risiko terlebih dahulu kita mengetahui kadar risiko tersebut.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian identifikasi dan pengukuran risiko?


2. Apa saja metode dalam identifikasi risiko dan pengukuran risiko?
3. Apa saja jenis pengukuran risiko?
4. Apa manfaat pengukuran risiko?

C. Tujuan

1
1. Untuk memahami apa pengertian dan pentingnya identifikasi dan pengukuran
risiko
2. Untuk mengetahui teknik dalam pengukuran risiko
3. Untuk mengetahui apa saja jenis pengukuran risiko
4. Untuk mengetahui manfaat pengukuran risiko

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identifikasi resiko

Pengidentifikasian risiko itu merupakan proses yang secara sistematis dan terus-
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian
terhadap kekayaan, utang, dan personel perusahaan.1

Sebelum manajemen risiko maka harus diketahui adanya risiko itu, berarti
membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi dan dampaknya terhadap
aktivitas perusahaan. Pengidentifikasian risiko sering pula disebut mendiagnosis risiko.

Jika semua kerugian yang potensial yang mungkin menimpa suatu perusahaan,
tidak diketahui, maka tidak mungkin memanajeri risiko perusahaan yang bersangkutan.
Dalam keadaan tidak diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang
bersangkutan menanggung risiko tersebut secara tak sadar.

Banyak potensi risiko yang menghadang perusahaan-perusahaan yang mencari


laba, demikian juga dengan organisasi nirlaba, maupun orang per orang. Oleh karena
itu, langkah pertama dalam proses manajemen risiko adalah mengidentifikasi (mengenal
pasti) bahaya risiko yang relevan. Langkah pertama ini sangat penting, tidak hanya
untuk manajemen risiko tradisional yang pusat perhatiannya risiko murni, yang pusat
perhatiannya tidak murni tetapi juga yang bersumber dari operasional, keuangan, dan
kegiatan strategis untuk tujuan meningkatkan perusahaan.2

Proses identifikasi dilakukan dengan cara menganalisis seluruh sumber risiko, minimal
dilakukan terhadap risiko dari produk dan aktivitas, serta memastikan bahwa risiko dari
produk dan aktivitas baru sudah melalui proses manajemen risiko yang layak sebelum
diperkenalkan atau dijalankan.3
1
Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015), hlm.81
2
Hinsa siahan, Manajemen risiko, (Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2007), hlm.17
3
Ikatan bankir Indonesia, Supervisi Manajemen Risiko Bank, (Jakarta, PT Gramedia pustaka utama,
2016), hlm.102

2
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi bahwa
perusahaan atau organisasi memiliki eksposur terhadap risiko:

1. Analisis Sekuen Risiko

Risiko mempunyai Sekuen dari sumber risiko sampai kemudian munculnya


kerugian karena risiko tersebut.

2. Mengidentifikasi sumber-sumber Risiko.

Dengan memperluas pengamatan terhadap sumber-sumber risiko, sumber-sumber


risiko dilingkungan kita:

a) Lingkungan fisik: bangunan yang dimakan manusia sehingga menjadi rapuh,


sungai yang menyebabkan banjir, gempai, badai, topan.
b) Lingkungan sosial: kerusuhan sosial, demontrasi, konflik, dengan masyarakat
lokal, pemogokan pegawai, perampokan.
c) Lingkungan politik: perubahan perundang, perubahan aturan, konflik antar
negara yang mendorong boikot produk perusahaan.
d) Lingkungan legal: gugatan karena gagal mematuhi peraturan dan perundangan
yang berlaku.
e) Lingkungan operasional: kecelakaan kerja, kerusakan mesin, kegagalan sistem
komputer, seranga virus terhadap komputer.
f) Lingkungan ekonomi: kelesuan ekonomi, inflasi yang tidak terkendali.
g) Dengan mematuhi sumber-sumber risiko kita bisa memperoleh gambaran risiko
apa saja yang mungkin muncul dan membahayakan organisasi.
h) Konsumen: keluhan dari konsumen yang mengakibatkan kekecewaan dan tidak
mau membeli produk perusahaan, konsumen merasa rugi kemudian menuntut
perusahaan.
i) Supplier: pasokan dari supplier tidak sesuai yang diharapkan.
j) Pesaing: pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik, pesaing
menurunkan harga yang bisa mengakibatkan persaingan harga.
k) Regulator: perusahaan gagal mematuhi perusahaan yang berlaku, perubahan
perundangan yang berlaku mengakibatkan perusahaan rugi.4
B. Metode Identifikasi risiko

Identifikasi dilakukan dengan metode tertentu agar dapat dipastikan bahwa seluruh
kegiatan penting perusahaan telah diidentifikasi dimana tidak ada yang luput dari
perhatian dan seluruh risiko berasal dari kegiatan yang diidentifikasi secara jelas. Semua
perubahan berkaitan dengan kegiatan-kegiatan harus dikenal dan di kelompokkan secara
pasti. Sebelum menggunakan metode identifikasi risiko, perlu ditekankan bahwa
masing-masing metode saling melengkapi. oleh karena itu sebaiknya tidak percaya pada
hasil satu metode saja. Berikutnya, risiko yang dihadapi mungkin berubah dari waktu ke
4
Ahmad Syarif, Jurnal Identifikasi dan pengukuran risiko, 2007, hlm.5

3
waktu. Maka identifikasi risiko harus dilakukan secara berkesinambungan. Yang
terakhir, gap yang mungkin terdapat dalam metode sebaiknya dikoreksi, sehingga bisa
segera diperbaiki dan diidentifikasi kembali.5

Metode Identifikasi risiko yang sering digunakan dalam perusahaan yaitu sebagai
berikut:

1. Checklist Analysis

Checklist analisis merupakan salah satu periode yang tersedia dalam


mengidentifikasi risiko yang digunakan dalam perusahaan. Ini merupakan teknik yang
digunakan untuk menentukan keakuratan dan kelengkapan suatu kegiatan atau proyek.
Chacklist analysis memaparkan cara dalam menentukan risiko yang terlibat dalam
rencana kegiatan maupun proyek tertentu yang akan dilaksanakan. Biasanya juga
dikembangkan berdasarkan pengetahuan yang diperlukan dari kegiatan sebelumnya
yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya yang serupa dengan informasi terkini dan dari
sumber informasi yang lainnya.

Checklist analysis menjadi salah satu cara paling mudah dan cepat dalam
mengidentifikasi proses risiko. Salah satu kelebihannya yaitu sangat cocok untuk
anggota tim yang belum memiliki banyak pengalaman. Membuat daftar checklist yang
lengkap dan juga perawatannya juga harus dilakukan untuk memastikan daftar chacklist
digunakan untuk upaya identifikasi risiko yang tepat. Eksplorasi item-item yang tidak
tercantum dalam daftar chacklist juga harus dilakukan. Selain itu, daftar chacklist harus
diperbarui dari waktu ke waktu untuk menghapus atau melakukan arsip barang tertentu.
Daftar chacklist harus ditinjau ulang selama penutupan kegiatan untuk menggabungkan
hal baru yang bisa dipelajari dan memperbaikinya untuk kegiatan maupun proyek masa
depan.

2. Kuisioner Analisis Risiko

Analisis ini dirancang untuk membantu manajer menilai risiko dari kerusakan,
kehilangan dan cidera digedung mereka. Hal ini dimaksudkan untuk menyoroti area
mana saja yang membutuhkan tindakan atau nasihat. Hal ini tidak dimaksudkan sebagai
pengganti evaluasi atau saran risiko ahli, yang dapat diperoleh dari spesialis dalam
layanan kebakaran, Industri keamanan, kelompok manajemen risiko polisi dan industri
asuransi. Pembaca harus merasa bebas untuk memfotokopi kuisioner ini untuk
digunakan selama program analisis risiko organisasi. Jika jawaban atas salah satu
pertanyaan adalah "tidak". Tindakan perbaikan harus dipertimbangkan.

Manajer risiko diharuskan untuk memastikan bahwa keperluan informasi


berhubungan dengan aset dan operasional perusahaan tidak ada yang terlewatkan.

5
Indra Siswati dkk, Manajemen Risiko Perusahaan, (yayasan kita menulis, 2020), hlm.22

4
Untuk memperkuat informasi ini, maka informasi lain yang diperoleh dengan metode
lainnya juga akan dipertimbangkan.

3. Metode Laporan Keuangan

Metode ini dilakukan dengan menganalisa laporan laba rugi, neraca, dan catatan
lain yang mendukung. Manajer risiko dapat melakukan identifikasi yang berkenaan
dengan harta, hutang dan sumberdaya manusia diperusahaan. Penggabungan laporan
keuangan dengan Tamalan keuangan dan anggaran akan didapat risiko yang akan
dihadapi, karena setiap transaksi bisnis akhirnya akan menyangkut uang maupun
kepemilikan. Berdasarkan metode ini, setiap perkiraan akan dipelajari secara mendalam
untuk mengenal kerugian potensial yang bisa diciptakan. Dengan merangkaikan
laporan-laporan tersebut berdasarkan ramalan anggaran keuangan, manajer risiko dapat
menentukan penanggulangan risiko pada masa mendatang.6

4. Metode Peta Aliran

Metode ini menggambarkan semua operasional perusahaan yang dimulai dari


perolehan bahan baku dan input lain yang berasal dari pemasok sehingga akhirnya
produk jadi sampai ke tangan konsumen. Diperlukan checklist dalam metode ini yang
bisa digunakan mengetahui kerugian potensial yang dipakai pada masing-masing tempat
dan kejadian yang terlihat dalam peta aliran tersebut dalam menentukan kerugian mana
yang akan dihadapi oleh perusahaan.

5. Inspeksi langsung pada objek

Pengamatan langsung atas jalannya operasi, yang meliputi mesin yang bekerja,
lingkungan kerja, peralatan, kebiasaan kerja pegawai dan lainnya dapat menjadi
pelajaran yang berguna dan menyakinkan mengenai hazard yang bisa saja tidak disadari
oleh karyawan ataupun dalam laporan. Maka dari itu, inspeksi langsung pada wajib
dilakukan.

6. Interaksi yang terencana dengan bagian lain dalam perusahaan

Kerja sama yang baik dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan menjadi faktor
kebersihan manajer risiko dalam mengidentifikasikan risiko. Secara konstan tiap-tiap
manajer menjadi berhati hati terhadap risiko yang dihadapinya.

Hal interaksi yang dimaksud yaitu pemahaman yang sama dan menyeluruh dari
kegiatan suatu bagian dalam mengidentifikasikan kerugian potensial yang ditimbulkan
oleh kegiatan. Untuk itu manajer risiko diharuskan sering mengunjungi manajer bagian
yang bersangkutan serta dapat mengadakan tanya jawab langsung dengan karyawan
bagian itu. Berikutnya, seluruh laporan lisan ataupun tertulis dari bagian-bagian

6
Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015), hlm.86

5
perusahaan itu akan memberi informasi yang terkini mengenai perkembangan yang
berkaitan.

7. Catatan Statistik

Metode ini digunakan dalam memberi informasi sebagai petunjuk mengenai


kerugian di masa lalu dan kerugian mana yang sering terjadi. Jika pada suatu kejadian
muncul kerugian, maka manajer risiko bisa memeriksa lebih lanjut penyebabnya
analisis terhadap penyimpangan bisa membantu mengidentifikasi sumber-sumber risiko.

8. Analisis lingkungan

Lingkungan yang saling berkaitan dalam perusahaan adalah: pemasok, pelanggan,


pesaing, peraturan, hukum, dan ketentuan lainnya. Dalam menganalisis masing-masing
komponen, pertimbangan yang penting adalah sifat hubungannya, keanekaannya, dan
stabilannya. Contohnya apakah pendistribusian produk langsung kepada suatu
kumpulan pembeli atau secara tidak langsung yaitu mulai grosir, lalu ke pengecer dan
kepada akhirnya kepada konsumen? Apakah pelanggan itu sebuah keluarga,
perusahaan, atau pemerintah? Mana layanan terpenting, pemasok tunggal ataukah
banyak pemasok? Bagaimana kontrak dalam pemasok? Apakah perlu menggunakan
iklan untuk mengatasi pesaing? Bagaimana kewajiban dengan pemerintah?7

C. Proses Identifikasi Risiko

Proses identifikasi harus dilakukan secara cermat dan komprehensif sehingga tidak
ada risiko yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.

Proses identifikasi bergantung pada jenis proyek yang sedang ditangani dan
kemampuan/keahlian/pengalaman dari tim mana risiko yang ditugaskan untuk
mengidentifikasi risiko. Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses
identifikasi risiko adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan Peristiwa yang Dapat Menimbulkan Risiko

Proses identifikasi risiko dimulai dengan mengumpulkan peristiwa-peristiwa yang


dapat menimbulkan risiko bagi perusahaan atau suatu proyek baru yang akan
dikembangkan/ dirintis oleh perusahaan itu. Pada umumnya sebagian besar proses
identifikasi risiko dimulai dengan mempelajari isu-isu dan hal-hal yang menjadi
perhatian tim pengembangan proyek. Contoh daftar identifikasi risiko adalah
manajemen, organisasi, peraturan pemerintah, pihak ketiga kondisi ekonomi
perusahaan, lingkungan, dan lain-lain.

2. Pengelompokan Risiko

7
Indra Siswati dkk, Manajemen Risiko Perusahaan, (yayasan kita menulis, 2020), hlm.22-23

6
Setelah diidentifikasi, semua risiko dikelompokkan dalam beberapa kelompok risiko
yang sejenis. Pengelompokan itu bertujuan mencegah terjadinya pengulangan dan
membantu manajemen dalam menganalisis risiko-risiko.

3. Pembentukan Tim

Perusahaan dapat membentuk tim khusus untuk mengidentifikasi risiko yang terdiri atas
manajer proyek, anggota proyek, tim manajemen risiko, ahli-ahli dari luar tim proyek
yang menguasai/memahami proyek yang sedang dikerjakan, ahli manajemen risiko, dan
pemegang saham.

Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara


sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) yang
menantang perusahaan. Langkah langkah dalam mengidentifikasikan risiko adalah
sebagai berikut.8

D. Pengertian Pengukuran Risiko

Pengukuran resiko merupakan langkah lanjutan dari proses identifikasi resiko.


Setelah potensi resiko yang kemungkinan akan dihadapi oleh perusahaan teridentifikasi
maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh perusahaan bersama atau melalui
manajer resiko adalah melakukan pengukuran risiko.

Pengukuran risiko adalah suatu proses untuk menilai seberapa besar nilai resiko
yang akan ditanggung oleh perusahaan. Pengukuran resiko bertujuan untuk memberikan
informasi kepada manajer resiko mengenai tingkat urgensi dari resiko yang dihadapi
serta memberikan informasi mengenai sumber daya (baik tenaga kerja maupun
peralatan) yang harus dipersiapkan untuk mencegah dan meminimalisir risiko tersebut.9

Untuk menilai urgensi suatu risiko, umumnya manajer risiko akan menggunakan
dua dimensi pada proses pengukuran risiko yaitu:

a. Dimensi frekuensi

Yaitu manajer risiko menentukan probabilitas atau kemungkinan risiko yang dinilai
akan benar-benar terjadi dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Dan seberapa
sering potensi risiko akan terjadi dalam satu periode pelaporan. Dimensi frekuensi
umumnya terbagi menjadi 4 indikator yaitu:

1) Kerugian yang mungkin sekali terjadi (definite)


2) Kerugian yang mungkin terjadi (moderate)
3) Kerugian yang memungkinkan terjadinya kecil (slight)
4) Kerugian yang hampir tidak mungkin terjadi (almost nill)

8
Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015), hlm.90-91
9
Hinsa siahan, Manajemen risiko, (Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2007), hlm.67

7
Untuk dapat suatu resiko termasuk dalam indikator yang mana pada definisi frekuensi,
manajer resiko harus mampu menganalisis hal-hal seperti berapa jenis kerugian dapat
menimpa objek maupun sebaliknya berapa objek yang dapat ditimpa kerugian. Hal ini
dikarenakan kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap frekuensi terjadinya risiko.

b. Dimensi Eksposur risiko

Yaitu menentukan besaran kerugian yang akan ditanggung oleh perusahaan apabila
risiko benar-benar terjadi. Pada dimensi ini juga dinilai seberapa gawat (severity) dan
parah serta dampak yang ditimbulkan oleh risiko tersebut terhadap perusahaan dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Dimensi eksposur resiko dapat dikategorikan
kedalam empat jenis yaitu:

1) Kemungkinan kerugian maksimum (maximum possible loss)


2) Kerugian maksimum yang dapat diramalkan (maximum foresieeable loss)
3) Probabilitas kerugian maksimum (probable maximum loss)
4) Kemungkinan kerugian wajar (normal loss expectancy)
Hasil pengukuran risiko dengan menggunakan dua dimensi ini diharapkan akan
menghasilkan luaran berupa informasi-informasi berikut:

a. Proyeksi kerugian rata-rata yang akan ditanggung oleh perusahaan dalam satu
periode pelaporan, apabila risiko yang diukur benar- benar terjadi.
b. Varians kerugian dari satu periode pelaporan ke periode pelaporan lainnya.
c. Dampak kerugian baik materil maupun non materil.10

Manfaat pengukuran risiko, yaitu:

a. untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko dihadapi

b. untuk mendapat informasi yang sangat diperlukan oleh manajer yang risiko dalam
menentukan cara dan kombinasi cara yang paling dapat diterima atau paling baik dalam
penggunaan saranapenanggulangan risiko.

Dimensi yang harus diukur:

a. frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi;

b. tingkat kegawatan atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut.

Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi tersebutpaling tidak dapat diketahui:

10
Pipit Fitri Rahayu, Manajemen Risiko Bisnis, (Cirebon, Nusa Litera Inspirasi, 2020), hlm.68-69

8
a. nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran; b. variasi nilai kerugian
dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain, naik-turunnya nilai kerugian
dari waktu ke waktu;

c. dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut, terutama kerugian yang


ditanggung sendiri (diretensi) sehingga tidak hanya nilai rupiahnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dimensi pengukuran tersebut,
antara lain:

a. orang pada umumnya memandang bahwa dimensi kegawatan dari suatu kerugian
potensial lebih penting daripada frekuensinya;

b. dalam menentukan kegawatan dari suatu kerugian potensial seorang manajer risiko
harus secara cermat memperhitungkan semua tipe kerugian yang dapat terjadi, terutama
dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap situasi finansial perusahaan;

c. dalam pengukuran kerugian manajer risiko juga harus memerhatikan orang, harta
kekayaan atau exposures yang lain, yang tidak terkena peril;

d. kadang-kadang akibat akhir dari peril terhadap kondisi finansial perusahaan lebih
parah daripada yang diperhitungkan antara lain akibat tidak diketahuinya atau tidak
diperhitungkannya kerugian kerugian tidak langsung

e. dalam mengestimasi kegawatan dari suatu kerugian penting pula diperhatikan jangka
waktu dari suatu kerugian, di samping nilai rupiahnya.11

E. Metode pengukuran risiko

Untuk mengukur suatu risiko, umumnya manajer risiko menggunakan beberapa


metode pengukuran risiko yang umumnya digunakan oleh perusahaan untuk mengukur
risiko.12

a. Metode pengukuran dengan konsep probabilitas

Distribusi probabilitas menunjukkan probabilitas kejadian bagi masing-masing


outcome yang mungkin. Karena outcome itu merupakan mutualy exclusive, mana
semua probabilitas itu jika dijumlahkan maka jumlahnya sama dengan satu.

Tiga macam distribusi probabilitas memperhatikan outcome yang mungkin untuk:

1. Total kerugian per tahun (atas periode budget).


2. Banyaknya kejadian pertahun.
3. Kerugian perkejadian

11
Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015), hlm.98-99
12
Pipit Fitri Rahayu, Manajemen Risiko Bisnis, (Cirebon, Nusa Litera Inspirasi, 2020), hlm.70

9
Tentu saja kerugian total itu bisa diperoleh dengan memperkalikan jumlah kejadian
pada tahun yang bersangkutan, dengan rata-rata nilai kerugian perkejadian. Untuk
menggambarkan ketiga jenis probabilitas itu, kita akan mempertimbangkan contoh
tentang kerugian tabrakan mobil:

1. Total kerugian harta langsung (tidak termasuk kerugian net income, liability
loss, atau personal yang mungkin dialami perusahaan yang disebabkan oleh
tabrakan armada atau pengangkutan.
2. Banyaknya tabrakan per tahun.
3. Total kerugian harta per tabrakan.

Contoh ini berkenaan dengan satu jenis kerugian untuk semua unit yang
dihadapkan pada kerugian dengan satu penyebab (tabrakan). Distribusi probabilitas bisa
dibangun untuk berbagai kombinasi dari pada:

1. Jenis kerugian.
2. Unit-unit yang mengalami exposure.
3. Penyebab kerugian.

Misalnya kehilangan harta sementara dalam pengangkutan karena dicuri orang,


kerugian tanggung gugat yang timbul karena harus mempertimbangkan semua
kombinasi yang mungkin. Biasanya ia akan mempelajari dan menangani secara terpisah
ketiga jenis utama kerugian (harta meliputi laba bersih, tanggung-gugat, dan personil),
semua unit daripada suatu kelas tertentu produk, mobil, dan sebagainya), dan beberapa
peril utama (seperti kebakaran, peledakan, kelalaian atau kematian) atau semua
penyebab yang bersifat terjadinya secara kebetulan, kecuali yang secara khusus tidak
termasuk kedalamnya. Manajer risiko harus ingat, bahwa sebuah perusahaan mungkin
menderita kerugian dari berbagai jenis selama dalam tahun yang sama, dan pengaruh
komulatif dari pada kerugian-kerugian ini, akan jauh lebih besar jika kerugian-kerugian
itu terjadi dalam tahun yang berkelalaian.13

Untuk mengetahui besar kemungkinan terjadinya suatu peristiwa, digunakan rumus:

W(E)

P(E)= di mana S= peristiwa yang diamati.

W(S) E = Sub set

W(S) = Jumlah keseluruhan bobot S

W(E) = Jumlah keseluruhan bobot dalam subset E.14


13
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta, Bumi Aksara, 2006), hlm.48-49
14
Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015), hlm.124

10
Probabilitas adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian. Dimana probabilitas
dilambangkan dengan nilai antara 0 dan 1. Metode pengukuran risiko dengan konsep
probabilitas berfokus pada lingkup kejadian (sample space) dan event atau peristiwa.
Adapaun langkah-langkah mengukur risiko dengan konsep probabilitas yaitu:

1) Didefinisikan hasil yang mungkin terjadi.


2) Menentukan probabilitas suatu kejadian dengan rumus bahwa probabilitas
berada diantara 0-1 dan total probabilitas harus 1.
3) Mengaplikasikan dalam rumus probabilitas yaitu:
Contoh pengukuran risiko dengan menggunakan konsep probabilitas:
Manajer risiko sedang mengamati data kerusakan barang pada bagian produksi,
dimana data kerusakan barang pada bagian produksi, dimana data produksi
menunjukkan bahwa 20.000 unit kerusakan disebabkan oleh mesin yang
beroperasi dengan sistem otomatis dan 30.000 unit hasilkan oleh mesin dengan
sistem manual sedangkan hasil produksi total perusahaan senilai 600.000 unit.
Berdasarkan pengamatan ini, manajer risiko membuat perhitungan risiko akibat
mesin yang beroperasi manual. Dimana hasil pengukuran risiko adalah sebagai
berikut: 1) tanpa pembobotan P(E)=30.000/600.000=5%, 2) Dengan
pembobotan jika mesin manual diberi bobot 2 dan otomatis diberi bobot 4 maka:
(2×30.000) + (4×570.000) = 2,5641%

b. Metode pengukuran dengan konsep notional risiko

Yaitu metode pengukuran risiko yang berfokus pada nilai eksposur (nilai risiko
pada objek tertentu). Sebagai contoh suatu bank merilis laporan keungan tahunannya
dimana pada laporan tersebut nilai piutang perusahaan sebesar 500 juta, maka secara
konsep notional risiko bank tersebut sesungguhnya memiliki risiko piutang tak tertagih
atau belum tertagih senilai 500 juta.

c. Metode pengukuran risiko dengan menggunakan volatilitas risiko

Yaitu metode pengukuran risiko yang mengukur risiko didasarkan pada nilai
standar deviasi (penyimpangan) suatu eksposur risiko. Dimana semakin tinggi nilai
standar deviasi maka akan semakin tinggi eksposur risiko yang akan ditanggung oleh
perusahaan.

Sebagai contoh perusahaan ingin berinvestasi pada instrumen investasi saham,


dimana terdapat pilihan saham A dan saham B dengan informasi sebagai berikut. Saham
A dan B sama-sama menawarkan keuntungan (return) senilai 12% dengan standar
deviasi untuk saham A yaitu 5% dan saham B senilai 6%. Jika manajer risiko
menggunakan ukuran volatilitas risiko, maka manajer risiko akan lebih cenderung
memilih saham A karena memiliki standar deviasi (risiko) yang lebih rendah
dibandingkan saham B meskipun dengan tingkat return yang sama.

11
d. Metode Pengukuran risiko berdasarkan sensitivitas risiko

Metode ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menilai tingkat sensitivitas


eksposur risiko terhadap faktor-faktor lainnya. Sebagai contoh ketika awal bulan suatu
perusahaan dapat menjual produknya hingga dua kali lipat dari penjualan normal,
namun ketika memasuki akhir tahun sensitif terhadap tingkat pendapatan masyarakat.

e. Metode Pengukuran Risiko Berdasarkan Analisis Skenario

Metode ini berasumsi bahwa tiap-tiap risiko memiliki karakteristik yang berbeda
beda. Oleh karena itu karakteristik dari setiap risiko berbeda maka cara pengukuran dan
metode analisisnya juga berbeda. Setiap risiko memiliki pengukuran masing-masing.

f. Metode pengukuran risiko berdasarkan pendekatan Value at Risk (VAR)

Metode ini mengukur risiko berdasarkan pada besar kerugian maksimum yang
dapat ditanggung oleh perusahaan atas aset tertentu dengan menggunakan tingkat
signifikansi, standar deviasi can Z skor dari tabel distribusi normal sebagai contoh
perusahaan memiliki aset berupa bangunan yang bernilai 500 juta. Jika diketahui
standar deviasi dari aset tersebut sebesar 3,1% dengan tingkat signifikansi sebesar 95%
dan misalkan nilai Z skor yang didapat adalah 1,987. Maka besar potensi risiko (dalam
satuan Z) adalah 31% × 1,987 =0,61597 atau jika diubah satu satuannya menjadi nilai
aset maka 0.61597×500 juta =307,985 juta.

Dari aset senilai 500 juta berdasarkan pengukuran risiko dengan menggunakan
pendekatan VAR diketahui mempunyai risiko yang senilai 307,985 juta.

g. Metode pengukuran risiko dengan menggunakan matriks frekuensi dan signifikan

Merupakan metode pengukuran yang sangat simple jika dibandingkan dengan


metode pengukuran lainnya dimana risiko yang teridentifikasi dikelompokkan sesuai
dengan tingkat frekuensi dan signifikansi dimana terdapat tiga pengelompokan yaitu
rendah, sedang, tinggi.15

teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak terlalu melibatkan kuantifikasi


yang rumit) adalah mengelompokkan risiko berdasarkan dua dimensi, yaitu frekuensi
dan signifikansi.16

Konsep Probabilitas

Dalam menjelaskan konsep mengenai probabilitas kita awali dengan konsep


mengenai "sample space" (lingkup kejadian) dan event" suatu kejadian/peristiwa.
Bayangkanlah suatu set, S dari kemungkinan kejadian atau hasil dari suatu keadaan

15
Pipit Fitri Rahayu, Manajemen Risiko Bisnis, (Cirebon, Nusa Litera Inspirasi, 2020), hlm.71-74
16
Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015), hlm.125

12
tertentu. Set, S tersebut mungkin saja berupa daftar dari jumlah tabrakan kendaraan di
suatu wilayah tertentu, tahun tertentu. Set seperti inilah yang kita sebut dengan 'sample
space" dari kejadian atau peristiwa yang kita amati. Set yang lain mungkin saja berupa
daftar dari orang-orang berusia 25 tahun yang meninggal dunia di suatu daerah tertentu.
misalnya saja di daerah Sumatera Barat, atau mungkin juga berupa daftar dari kapal
yang tenggelam ketika berlayar di Samudera Indonesia

Selanjutnya, bayangkanlah segmen atau bagian yang lebih kecil dari total set
tersebut, yang kita lambangkan saja dengan E. Hal ini kita sebut sebagai subset dari S.
dalam asuransi kendaraan sedan misalnya, subset tersebut mungkin berupa jumlah
tabrakan mobil sedan mewah yang harganya Rp. 25.000.000.- atau lebih pada suatu
wilayah dan tahun tertentu. Total set S menggambarkan seluruh dari 10.000 buah
tabrakan kendaraan sedan di suatu wilayah tertentu besar probabili di bawah Rp. 2 tas
terjadinya tabrakan mobil sedan mewah seharga Rp. Rp. 25.000.000 25.000.000.- atau
lebih untuk menetukan probabilitas tersebut maka 25.000.000,- atau kita akan
memberikan bobot tertentu (weight) terhadap masing. atas maka proba masing event
atau kejadian dalam set S. Bobot yang kita berikan adalah: dapat didasarkan atas jumlah
bukti empiris yang berkenaan dengan pengetahuan kita pada masa lalu, tentang kerugian
yang disebabkan oleh tabrakannya kendaraan sedan, misalnya di wilayah mana kenda
raan tersebut dikendarai, ataupun berdasarkan tipe pengemudinya. Apabila W(s)
merupakan jumlah keseluruhan bobot dalam set S, dan (E) merupakan jumlah
keseluruhan bobot dalam subset E, maka probabilitas P, yang menunjukkan jumlah
tabrakan kendaraan sedan dapat diekspresikan sebagai berikut:

P(E)= W(E) : W(S)

S=Set peristiwa yang diamati

E=Subset

Apabila kita mengasumsikan bahwa seluruh kejadian dalam sel S mempunyai tingkat
kemungkinan kejadian yang sama maka eks profesi di atas dapat disederhanakan
menjadi:

Dengan alur pemikiran yang sama maka probabilitas tidak terjadinya tabrakan
mobil sedan mewah adalah:

q(E)= (S-E): S

Sebagai bahan ilustrasi kita misalkan saja bahwa set S, terdiri dari 10.000 buah
mobil sedan mewah sejumlah 9.000 buah berharga dibawah Rp. 25.000.000 atau lebih
untuk mobil yang berharga Rp. 25.000.000 atau lebih kita beri bobot 2. Sesuai dengan
formula diatas maka probabilitas terjadinya tabrakan mobil sedan mewah adalah:

13
P(E)= W(E) : W(S)

= (2×1000): (2×1000) + (1×9000)

= 2000:11.000

= 2 : 11

Apabila seluruh event mendapat bobot yang sama maka:

P(E) = E : S

= 1000 : 10.000

= 1 : 10

q (E)= (S-E) : S

= (10.000-1000) : 10.000

= 9000 : 10.000

= 9 : 10

Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kita memberikan bobot yang
berbeda untuk kedua kelompok kendaraan tersebut maka probabilitas terjadinya
tabrakan mobil sedan mewat adalah 2/11 atau probabilitas tidak terjadinya tabrakan
adalah 9/11 Akan tetapi apabila kita menggunakan bobot yang sama semua dalam set S
atau sample space maka probabilitas. Bertabraknya mobil sedan mewah adalah 1/10
atau 9/10 untuk tidak terjadinya tabrakan tersebut.

Dari ilustrasi sederhana di atas kita dapat melihat signifikansi pengaruh dari bobot
yang kita berikan untuk masing-masing event terhadap probabilitasnya. Dengan jalan
mengubah bobot inilah perusahaan asuransi dapat merefleksikan evaluasinya secara
lebih akurat tentang probabilitas terjadinya suatu event dari bidang yang ditanganinya.17

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengidentifikasian risiko itu merupakan proses yang secara sistematis dan terus-
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian
terhadap kekayaan, utang, dan personel perusahaan.

17
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta, Bumi Aksara, 2006), hlm.50-52

14
Jika semua kerugian yang potensial yang mungkin menimpa suatu perusahaan,
tidak diketahui, maka tidak mungkin memanajeri risiko perusahaan yang bersangkutan.
Dalam keadaan tidak diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang
bersangkutan menanggung risiko tersebut secara tak sadar.

Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya risiko yang terjadi.
Dimensi yang harus diukur: frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi, besarnya
kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan suatu perihal yang dapat
menimbulkan risiko dapat terjadi dalam suatu periode dan keparahan dari kerugian itu,
besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan
(reverity) atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut, sampai seberapa besar
pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hinsa siahan, Manajemen risiko, (Jakarta, PT Elex Media Komputindo, 2007)


Setia Mulyawan, Manajemen risiko, (Bandung, pustaka setia, 2015)
Ikatan bankir Indonesia, Supervisi Manajemen Risiko Bank, (Jakarta, PT
Gramedia pustaka utama, 2016)
Pipit Fitri Rahayu, Manajemen Risiko Bisnis, (Cirebon, Nusa Litera Inspirasi,
2020)
Herman Darmawi, Manajemen Risiko, (Jakarta, Bumi Aksara, 2006)

Indra Siswati dkk, Manajemen Risiko Perusahaan, (yayasan kita menulis, 2020), hlm.

15

Anda mungkin juga menyukai