Anda di halaman 1dari 36

RANGKUMAN MATERI

DERET TAK HINGGA, GEOMETRI DI BIDANG MIRING DAN RUANG, TURUNAN DI


RN
Tugas ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kalkulus II
Dosen Pengampu : Jayanti Putri Purwaningrum, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Nama : Diana Rintan Subekti
NIM : 202057021
Prodi : Teknik Industri (A)

UNIVERSITAS MURIA KUDUS


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INDUSTRI
2020/2021
BAB 1
DERET TAK HINGGA

A. Barisan
Barisan merupakan kumpulan suatu bilangan (atau bentuk aljabar) yang disusun sehingga
membentuk suku-suku yang dipisahkan dengan tanda koma dan memiliki pola tertentu.
Bentuknya disusun sebagai berikut :
u1,u2,u3,u4,u5,u6,u7,....
Keterangan :
u1 artinya suku ke-1 (suku pertama)
u2 artinya suku ke-2 (suku kedua)
dan seterusnya....
1). Barisan bilangan ganjil :
1, 3, 5, 7, ....
Keterangan :
- suku ke-1 (suku pertama) adalah 1 (u1=1),
- suku ke-2 (suku kedua) adalah 3 (u2=3),
- suku ke-3 (suku ketiga) adalah 5 (u3=5),
- dan seterusnya ....
2). Barisan bilangan genap :
2, 4, 6, 8, ....
3). Barisan sebarang :
1, 5, 3, -2, 5, 7, ...
BARISAN ARITMETIKA : Beda “b”
BARISAN GEOMETRI BARISAN : Rasio “r”
1. BARISAN ARITMETIKA
Barisan Aritmetika merupakan suatu barisan yang memiliki selisih yang sama antara dua
suku-suku yang berdekatan.
Nilai selisih yang sama itu dinamakan “bedanya” yang disimbulkan dengan huruf b .
Pengertian Barisan aritmatika adalah baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku
sebelumnya melalui penjumlahan atau pengurangan dengan suatu bilangan. Selisih atau
beda antara nilai suku-suku yang berdekatan selalu sama yaitu b. Nilai suku pertama
dilambangkan dengan a.
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan arimatika dapat dihitung dengan rumus
berikut.

Sedangkan untuk pengertian dari Deret aritmatika adalah penjumlahan suku-suku dari
barisan aritmatika.
Penjumlahan dari suku-suku pertama sampai suku ke-n barisan aritmatika dapat dihitung
dengan rumus berikut.
atau jika kita substitusikan maka

Sisipan
Jika hendak membuat sebuah baris aritmatika dengan telah diketahui nilai suku pertama (a)
dan suku terakhirnya (p), dapat disisipkan sejumlah bilangan diantara keduan bilangan
tersebut. Sejumlah bilangan (q buah) tersebut menjadi suku-suku baris aritmatika dan
memiliki selisih antar suku beredekatan (b). Baris aritmatika tersebut memiliki jumah suku q
+ 2 dan diurut berupa:
a, (a + b), (a + 2b), (a + 3b), …, (a + q.b), (a + (q+1)b)
Diketahui bahwa suku terakhir:
(a + (q+1)b) = p
Maka, nilai b dapat ditentukan sebagai:

Misalkan a= 1 dan p = 9, jika disisipkan 3 bilangan diantara a dan p, maka baris belangan
aritmatikanya adalah:
 Nilai q = 3
 Jumlah suku = q + 2 = 3 + 2 = 5


 Baris aritmatika : 1, 3, 5, 7, 9
Suku Tengah
Jika barisan aritmatika memiliki jumlah suku ganjil, maka memiliki suku tengah. Suku tengah
baris aritmatika adalah suku ke- . Jika diselesaikan dalam rumus ,
maka nilai suku tengah didapatkan:

Contoh Soal 1:
Suku ke-40 dari barisan 7, 5, 3, 1, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 7
b = –2
ditanya
Jawab:

= 7 + 39 . (-2)
= 7 + (-78)
= – 71
Jadi, suku ke-40 barisan aritmatika tersebut adalah –71.

Contoh Soal 2:
Rumus suku ke-n dari barisan 5, –2, –9, –16, … adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 5
b = –7
Ditanya: rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut = ?
Jawab:

Jadi, rumus suku ke-n barisan aritmatika tersebut adalah

Contoh Soal 3:
Dalam suatu gedung pertunjukkan disusun kursi dengan baris paling depan terdiri dari 12
kursi, baris kedua berisi 14 kursi, baris ketiga berisi 16 kursi, dan seterusnya. Banyaknya
kursi pada baris ke-20 adalah …
Pembahasan:
Diketahui: a = 12
b=2
Ditanyakan
Jawab:

Jadi, banyaknya kursi pada baris ke-20 adalah 50 kursi.


Misal barisannya : u1,u2,u3,u4,u5,u6,u7,....
Cara menghitung bedanya (b) adalah b=u2−u1=u3−u2=u4−u3=.....=un−un−1
BARISAN ARITMETIKA
Adapun rumus suku ke-n nya adalah un=a+(n−1)b
Dengan: a = suku pertamanya (u1),
b = bedanya
un = suku ke-n

CONTOH BARISAN ARITMETIKA


1). Dari barisan berikut ini, manakah yang merupakan barisan aritmetika?
a). 1, 3, 5, 7, .....
b). 2, 5, 8, 11, 14, ....
c). 1, 2, 5, 7, 8, ....
d). 3, 5, 6, 2, 12, ....
e). 4, 2, 0, -2, -4, ....
BARISAN DAN DERET
Deret dibentuk oleh jumlah dari suku-suku suatu barisan. Ø Contoh:
(a) 1, 3, 5, 7, …… (barisan)
(b) 1 + 3 + 5 + 7 + …… (deret)
Ø Suku-suku suatu deret sbb:
 u1 (suku pertama), u2 (suku kedua), u3 (suku ketiga), dst.
 ur (suku ke-r), ur+1 (suku ke-(r+1)), dst.
 Sn : jumlah dari n suku pertama.
Ø Deret Aritmetik dan Deret Geometrik ….???
1A. DERET ARITMETIKA
Deret aritmetika merupakan jumlahan dari suku-suku pada barisan aritmetika. Jumlahan yang
dimaksud adalah penjumlahan untuk beberapa suku berhingga (n suku pertama).
Simbol yang digunakan adalah sn yang artinya jumlah n suku pertama.
1A. DERET ARITMETIKA
Rumus Umum :

∑ ( ) ( ) ( )
Dimana :
= suku pertama
= beda
Suku ke- : ( )
Jumlah dari suku pertama : ( ( ) )
DERET ARITMETIKA

Bagaimana kalau yang dijumlahkan sukunya banyak sekali, maka kita akan menggunakan
rumusnya langsung.
DERET ARITMETIKA
Berikut rumus jumlah n suku pertama berdasarkan :

Ketiga rumus sn di atas memberikan hasil yang sama.


Deret Geometri adalah baris yang nilai setiap sukunya didapatkan dari suku sebelumnya
melalui perkalian dengan suatu bilangan. Perbandingan atau rasio antara nilai suku-suku
yang berdekatan selalu sama yaitu r. Nilai suku pertama dilambangkan dengan a.
Untuk mengetahui nilai suku ke-n dari suatu barisan geometri dapat dihitung dengan rumus
berikut.

Deret geometri adalah penjumlahan suku-suku dari barisan geometri. Penjumlahan dari
suku-suku pertama sampai suku ke-n barisan geometri dapat dihitung dengan rumus berikut.

dengan syarat r < 1


atau
dengan syarat r > 1
Contoh Soal Barisan dan Deret Geometri

Contoh Soal 1: Soal khusus


Selembar kertas dipotong menjadi dua bagian. Setiap bagian dipotong menjadi dua dan
seterusnya. Jumlah potongan kertas setelah potongan kelima sama dengan …
Pembahasan:
Diketahui: a = 1
r=2
Ditanya:
Jawab:

=32
Jadi, jumlah potongan kertas setelah potongan kelima adalah 32

Contoh Soal 2:
Pada sebuah deret geometri diketahui bahwa suku pertamanya adalah 3 dan suku ke-9 adalah
768. Suku ke-7 deret tersebut adalah …
Pembahasan :
Diketahui: a = 3

Ditanya:
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai r terlebih dahulu. Ingat
kembali bahwa sehingga dapat ditulis menjadi

ehingga,

Jadi, suku ke-7 deret tersebut adalah 192.


Contoh Soal 3:
Diketahui suku ke-5 dari barisan geometri adalah 243, hasil bagi suku ke-9 dengan suku ke-6
adalah 27. Suku ke-2 dari barisan tersebut adalah …
Pembahasan:
Diketahui

Ditanya
Jawab:
Sebelum kita mencari nilai dari , kita akan mencari nilai a dan r terlebih dahulu.
Ingat kembali maka

Substitusikan r = 3 ke persamaan

sehingga

=9
Jadi, suku ke-2 dari barisan tersebut adalah 9.
Sisipan
Jika hendak membuat sebuah baris geometri dengan telah diketahui nilai suku pertama (a) dan
suku terakhirnya (p), dapat disisipkan sejumlah bilangan diantara keduan bilangan tersebut.
Sejumlah bilangan (q buah) tersebut menjadi suku-suku baris geometri dan memiliki rasio
antar suku beredekatan (r). Baris tersebut memiliki banyak suku q + 2 dan diurutkan menjadi:
a, ar, ar2, ar3, …,arq, ar(q+1)
Dimana suku terakhir tersebut:
ar(q+1) = p
Sehingganilai r dapat ditentukan sebagai:

Deret Geometri Tak hingga


Suatu deret geometri dapat menjumlakan suku-sukunya sampai menuju tak hingga. Apabila
deret geometri menuju tak hingga dimana , maka deret ini dapat dijumlah menjadi:

Atau sebagai :

Deret geometri tak hingga terdiri dari 2 jenis yaitu konvergen dan divergen. Deret geometri
tak hingga bersifat konvergen jika penjumlahan dari suku-sukunya menuju atau mendekati
suatu bilangaan tertentu. Sedangkan bersifat divergen jika penjumlahan dari suku-sukunya
tidak terbatas. Nilai deret geometri tak hingga dapat diperoleh dengan mengunakan limit.
Sebelumnya diketahui bahwa nilai deret geometri adalah:

Dimana terdapat unsur didalam perhitungannya yang terpengaruh jumlah suku n.


Jika , maka untuk menentukan nilai dapat menggunakan limit yaitu:

dengan syarat -1 < r < 1.


Dan:

dengan syarat r < -1 atau r > 1.


Kemudian hasil limit tersebut dapat dimasukan kedalam perhitungan deret sebagai:

dengan syarat -1 < r < 1


Dan:

dengan syarat r < -1 atau r > 1.


Contoh Soal Barisan dan Deret Aritmatika/Geometri dan Pembahasan

1. Contoh Soal Deret Aritmatika


Suatu deret aritmatika memiliki suku ke-5 sama dengan 42, dan suku ke-8 sama dengan 15.
Jumlah 12 suku pertama deret tersebut adalah?
Pembahasan:
 Diketahui bahwa , , maka dapat digunakan rumus :

 Dimana:

 Sehingga:
 Diperoleh:

2. Contoh Soal Deret Geometri


Jika jumlah 2 suku pertama deret geometri adalah 6 dan jumlah 4 suku pertama adalah 54.
Memiliki rasio positif. Maka tentukan jumlah 6 suku pertama deret tersebut!
Pembahasan:
 Diketahui bahwa:

dan

 Jika kedua persamaan disubstitusikan :

Dan

 Sehingga :

3. Contoh Soal Geometri Tak Hingga


Jika maka jumlah deret geometri tak hingga adalah?

Pembahasan 3:
 Diketahui bahwa:

atau
 Maka jumlah deretnya dengan mensubstitusi adalah:
BAB II
GEOMETRI DI BIDANG MIRING DAN RUANG

Dalam struktur geometri modern khususnya dan matematika pada umumnya terdapat
istilah-istilah yang telah disepakati dan menjadi pedoman bagi semua orang yang mempelajari
geometri, matematika, atau cabang matematika yang lain. Istilah-istilah tersebut adalah:
1) unsur-unsur yang tidak didefinisikan,
2) unsur-unsur yang didefinisikan,
3) aksioma/postulat, dan
4) teorema/dalil/rumus.
Unsur yang tidak didefinisikan atau pengertian pangkal adalah konsep primitif yang mudah
dipahami dan sulit dibuatkan definisinya, seperti titik, garis, dan bidang.
Apabila kita paksakan untuk membuat definisi untuk unsur primitif tersebut maka
akan terjadi blunder. Misalnya kita akan membuat definisi untuk titik, seperti titik adalah
sesuatu yang menempati tempat. Kemudian kita harus mendefiniskan lagi sesuatu yang
menempati tempat itu apa, misalnya noktah yang ada pada bidang. Kemudian kita harus
mendefinisikan tentang noktah itu apa, dan seterusnya. Sehingga dalam definisi terdapat
definisi dan begitu seterusnya. Oleh karena itu semua konsep yang memiliki sifat demikian
dimasukan ke dalam katagori unsur primitif atau unsur yang tidak terdefinisi. Unsur-unsur
yang didefinisikan adalah konsep yang mempunyai definisi atau batasan. Sehingga dengan
definisi konsep-konsep tersebut menjadi jelas, tidak ambigius atau tidak bermakna ganda.
Syarat sebuah definisi adalah harus singkat, padat, jelas, dan tidak mengandung pengertian
ganda. Unsur yang didefinisikan adalah konsep-konsep yang dikembangkan dari unsur yang
tidak didefinisikan. Misalnya, sinar garis, ruas garis, segitiga, segiempat dikembangkan dari
konsep garis sebagai unsur yang tidak didefinisikan.
Aksioma/postulat adalah anggapan dasar yang disepakati benar tanpa harus
dibuktikan. Yang termasuk ke dalam aksioma/postulat adalah sesuatu atau konsep yang
secara logika dapat diterima kebenaranya tanpa harus dibuktikan. Dalam geometri (Euclide)
misalnya dikenal postulat garis sejajar yaitu apabila ada sebuah garis dan sebuah titik di luar
garis tersebut, melalui titik itu dibuat garis lain yang sejajar garis pertama maka kedua garis
tersebut tidak akan berpotongan. Teorema/rumus/dalil adalah anggapan sementara yang harus
dibuktikan kebenarannya melalui serangkaian pembuktian deduktif. Pembuktian
teorema/rumus/dalil dalam matematika keberlakuannya harus secara umum, tidak
berlaku hanya untuk beberapa kasus seperti contoh. Misalnya teorema Pythagoras yang
menyatakan bahwa dalam sebuah segitiga siku-siku berlaku “jumlah kuadrat sisi siku-siku
sama dengan kuadrat sisi miringnya”. Apabila kita mengajukan pembuktian melalui
menunjukkan/memberi contoh dalam segitiga siku-siku dengan panjang sisi masing-masing 3
dan 4 satuan panjang, serta panjang sisi miringnya sama dengan 5 satuan panjang (tripel
Pythagoras), sehingga diperlihatkan hubungan 32 + 42= 52 ini bukan pembuktian, tetapi
sekadar menunjukkan satu kasus. Teorema Pythagoras sejak ditemukannya sampai sekarang
telah dibuktikan lebih dari 200 cara. Berikut salah satu pembuktian teorema tersebut.

Luas daerah persegi kecil dengan sisi c sama dengan luas persegi besar dengan sisi a
+ b dikurangi 4 kali luas daerah segitiga siku-siku. Secara aljabar dapat kita selesaikan
menjadi,
c2 = (a + b)2 – 4 luas daerah
segitiga c2 = a2 + 2ab + b2 – 4 ½
alas x tinggi c2 = a2 + 2ab + b2 – 4
½ ab
c2 = a2 + 2ab + b2 – 2 ab
c2 = a2 + b2 terbukti (c sisi miring, a dan b sisi siku-siku segitiga)

1. Titik
Pada bagian pendahuluan telah disinggung bahwa titik, garis, dan bidang adalah
unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Unsur-unsur sederhana yang mudah dipahami tetapi
menjadi blunder (berbelit) apabila kita mencoba membuat definisinya. Sehingga para akhli
geometri mengelompokan konsep titik, garis, dan bidang ke dalam kelompok unsur yang
tidak didefinisikan atau disebut pengertian pangkal.
Dalam geometri, titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak
berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat, atau tidak mempunyai
panjang, lebar, atau tinggi. Titik adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam
benak orang yang memikirkannya.
Untuk melukiskan atau menggambarkan titik diperlukan simbol atau model. Gambar simbol
atau model untuk titik digunakan noktah seperti di bawah ini,

• • •

Gambar atau model sebuah titik biasanya diberi nama. Nama untuk sebuah titik
umumnya menggunakan huruf kapital yang diletakan dekat titik tersebut, misalnya seperti
contoh di bawah ini adalah titik A, titik P, dan titik Z.

• • •
A P Z

Melukis atau menggambar sebuah titik dapat menggunakan ujung benda, misalnya
dengan ujung pinsil, pena, jangka, atau kapur yang ditekan pada bidang tulis atau permukaan
kertas atau papan tulis. Apabila anda menekankan ujung pinsil pada permukaan kertas maka
noktah hitam yang membekas pada permukaan kertas tersebut adalah titik.
Gambar atau model titik dapat pula diperoleh dengan cara menggambar bagian-
bagian benda. Misalnya menggambar bagian dari penggaris dengan cara meletakan sebuah
penggaris pada papan tulis kemudian gambar sebuah titik pada sisi penggaris dengan cara
menekankan kapur ke papan tulis dan kemudian angkat penggaris tersebut. Kita dapat
melihat bahwa pada papan tulis terdapat noktah hasil goresan ujung kapur terhadap papan
tulis, dan goresan itu adalah titik.
2. Garis
Garis adalah konsep yang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan kata-kata
sederhana atau kalimat simpel. Karenanya garis juga dikelompokan ke dalam usur yang
tidak didefiniskan. Garis adalah ide atau gagasan abstrak yang bentuknya lurus, memanjang
ke dua arah, tidak terbatas atau tidak bertitik akhir, dan tidak tebal. Garis adalah ide atau
gagasan yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang memikirkannya. Mengambar
model garis dapat dilakukan dengan membuat goresan alat tulis pada bidang tulis, kertas,
atau papan tulis dengan bentuk yang lurus. Atau model garis dapat dibuat dengan
menggambar bagian sisi benda yang lurus, misalnya menggambar salah satu sisi penggaris
kayu. Berikut adalah model garis yang diperoleh dari hasil menggambar salah satu bagian
sisi penggaris dengan memberi tanda anak panah pada kedua ujungnya yang menandakan
bahwa garis tersebut memanjang kedua arah tidak mempunyai titik akhir.

Menamai sebuah garis dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara. Pertama
dengan sebuah hurup kecil pada salah satu ujung garis. Kedua menggunakan dua hurup besar
yang diletakan pada dua titik pada garis tersebut. Di bawah ini adalah dua cara memberi nama
terhadap garis.
Garis yang paling kiri adalah garis ℓ dan yang sebelah kanan adalah garis AB. Notasi
untuk menyatakan garis AB ditulis dengan AB. Garis disebut juga sebagai unsur geometri
satu dimensi. Karena garis adalah konsep yang hanya memiliki unsur panjang saja (linier).

1. Bidang
Bidang adalah unsur lain dalam geometri yang tidak dapat dijelaskan menggunakan
kata-kata sederhana atau kalimat simpel seperti halnya titik dan garis. Apabila kita mencoba
membuat definisi bidang maka akan berbelit atau blunder. Oleh karena itu seperti titik dan
garis, bidang juga dimasukan ke dalam kelompok unsur yang tidak didefinisikan.
Bidang adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam benak pikiran orang
yang memikirkannya. Bidang diartikan sebagai permukaan yang rata, meluas ke segala arah
dengan tidak terbatas, dan tidak memiliki tebal. Bidang masuk ke dalam bangun dua
dimensi, karena bidang dibentuk oleh dua unsur yaitu panjang dan lebar.
Model bidang dapat digambarkan oleh bagian dari benda, misalnya bagian
permukaan kaca, permukaan daun pintu, lembaran kertas, atau dinding tembok kelas yang
rata. Atau bidang dapat diperoleh dengan cara mengiris tipis-tipis permukaan benda
sehingga diperoleh lembaran-lembaran tipis, misalnya bagian salah satu sisi balok diiris-iris
menjadi bagian-bagian yang tipis. Bagian-bagian tersebut adalah model-model bidang. Di
bawah ini adalah gambar atau model dari bidang.

Memberi nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah hurup kecil atau hurup-
hurup Yunani seperti α (alpa), β (beta), γ (gamma) yang diletakan di daerah dalam bidang
tersebut. Atau menggunakan hurup-hurup besar yang disimpan di titik-titik sudut bidang
tersebut. Berikut adalah cara memberi nama sebuah bidang.
D C
A B
1. Ruang
Seperti halnya titik, garis, dan bidang, ruang juga adalah ide atau gagasan abstrak
yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang mempersoalkannya. Ruang diartikan
sebagai unsur geometri yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi yang terus mengembang
tidak terbatas. Ketiga unsur pembentuk ruang tersebut terus berkembang tanpa batas. Oleh
karenanya ruang disebut sebagai bangun tiga dimensi karena memiliki tiga unsur yaitu
panjang, lebar, dan tinggi. Ruang didefinisikan sebagai kumpulan dari titik-titik.
Ruang dapat diilustrasikan sebagai balon yang ditiup terus mengembang tanpa
pecah. Balon yang mengembang tersebut dibentuk oleh titik-titik pada balon dan udara
sebagai titik-titik di dalam balon. Sehingga ruang digambarkan sebagai balon yang terus
mengembang tanpa pecah dengan titik-titik pada balon dan titik-titik di dalam balon yang
kesemua titik-titik itu mengembang tanpa berhenti. Atas dasar itu ruang didefinisikan
sebagai kumpulan dari titik-titik.
Selain ruang dapat diilustrasikan sebagai balon yang ditiup dan terus mengembang
tanpa batas seperti di atas, ruang juga dapat digambarkan sebagai gabungan dari permukaan
tertutup sederhana dengan daerah dalamnya dan dengan kumpulan titik-titik di bagian luar
permukaan tertutup sederhana tersebut. Permukaan tertutup sederhana di analogikan sebagai
kulit balon yang sudah ditiup. Sedangkan daerah dalam adalah udara yang mengisi balon
tersebut.
Ruang dapat dibuatkan modelnya. Model bangun ruang adalah benda tiga dimensi
yang solid atau padat yang mencerminkan berkumpulnya titik-titik. Misalnya balok atau
kubus kayu, prisma segitiga padat dan sebagainya. Piramida tempat penguburan mayat raja-
raja Mesir jaman dulu salah satu contoh model bangun ruang.
Akan tetapi kita dapat membuat model-model bangun ruang yang bagian dalamnya
kosong, misalnya kardus bekas bungkus kulkas, bekas bungkus mesin cuci, bekas bungkus
TV dan sebagainya. Berikut contoh-contoh model bangun ruang.
Model bangun ruang di atas dapat terbuat dari benda-benda padat yang bagian
dalamnya terisi seperti balok atau kubus kayu, atau model-model bangun ruang yang daerah
dalamnya kosong. Kedua jenis bentuk bangun tersebut dapat digunakan sebagai model-
model bangun ruang.
2. Hubungan antara Titik, Garis, dan Bidang
a. Hubungan antara titik dan garis
Hubungan antara titik dan garis dapat terjadi dalam dua kondisi. Pertama, titik pada
garis dan kedua, titik di luar garis. Letak titik pada garis apabila titik tersebut ada pada garis,
atau titik tersebut menjadi bagian dari garis. Apabila titik tersebut diiriskan (∩) dengan garis
hasilnya adalah titik itu sendiri (gambar kanan).
Sedangkan gambar kiri adalah letak titik di luar garis. Titik di luar garis apabila titik
tersebut tidak menjadi bagian dari garis, atau apabila titik tersebut diiriskan (∩) dengan garis
hasilnya himpunan kosong (ø). Berikut gambar hubungan titik dengan garis.

Sebuah titik yang terletak pada sebuah garis memisahkan titik-titik pada garis
menjadi tiga bagian yaitu, pertama titik-titik di sebelah kiri garis, kedua titik-titik di sebelah
kanan garis (dua buah setengah garis) dan ketiga titik itu sendiri. Seperti pada gambar di atas
titik Q pada garis ℓ yang memisahkan titik-titik pada ℓ menjadi tiga bagian pertama titik-
titik dari Q ke kanan atas, kedua titik-titik dari Q ke kiri bawah, dan ketiga titik Q itu
sendiri.
b. Hubungan antara titik dengan bidang
Keadaan di atas berlaku pula untuk hubungan titik dengan bidang. Titik terletak pada
bidang apabila irisan titik dengan bidang menghasilkan titik itu sendiri. Atau titik tersebut
menjadi bagian bidang. Sedangkan titik tidak pada bidang apabila irisannya himpunan
kosong. Coba anda gambarkan hubungan kedua kondisi tersebut pada lembaran kertas
latihan anda !

.B

.A

Titik A pada bidang persegipanjang, sedangkan titik B tidak pada bidang tersebut.
c. Hubungan antara garis dan bidang
Hubungan antara garis dan bidang dapat diklasifikasikan menjadi: 1) garis terletak
pada bidang, 2) garis tidak pada bidang, dan 3) garis menembus/memotong bidang.
Garis terletak pada bidang apabila garis menjadi bagian dari bidang, atau irisan garis dengan
bidang menghasilkan garis itu sendiri. Letak garis ℓ pada bidang (gambar i) membagi titik-
titik pada bidang menjadi dua setengah bidang dan garis itu sendiri. Titik- titik di setengah
bidang pertama berada di sebelah atas garis ℓ, titik-titik di setengah bidang kedua terletak
disebelah bawah garis ℓ, dan ketiga titik-titik pada garis itu sendiri. Letak garis di luar
bidang apabila garis tidak menjadi bagian bidang, atau irisan garis dengan bidang
merupakan himpunan kosong. Adapun garis menembus/memotong bidang apabila
persekutuan antara garis dan bidang adalah sebuah titik. Berikut tiga kondisi/hubungan
antara garis dengan bidang.

(i) (ii
BAB III
TURUNAN DALAM RUANG DIMENSI-n

1. FUNGSI DUA PEUBAH ATAU LEBIH

†(x) = x2 ‹ †(x) = fungsi bernilai riil dari peubah riil


†(x) = (x3, ex) ‹ †(x) = fungsi bernilai vektor dari peubah riil

Fungsi bernilai riil dari dua peubah riil yakni, fungsi † yang memadankan setiap
pasangan terurut (x, y) dalam rangka D pada bidang dengan bilangan riil † (x, y).
† (x, y) = x2 + 3y2 ‹ † (– 1, 4) = (—1)2 + 3(4)2 = 49
Himpunan D disebut daerah asal (domain) fungsi.
Jika daerah asal fungsi tidak diperinci , maka D berupa daerah asal mulanya
(natural domain), yakni himpunan semua titik (x,y) pada bidang dimana aturan
fungsi berlaku dan menghasilkan suatu bilangan riil.
Contoh :
‹ † (x, y) = x2 + 3y2 ‹daerah mulanya adalah seluruh bidang

‹ g (x, y) = 2xƒy ‹ daerah asal mulanya adalah {(x, y): x c R, y ≤ 0}


Daerah nilai suatu fungsi adalah himpunan nilai-nilainya
z = † (x, y) ‹ x dan y :peubah bebas
z : peubah tak bebas Contoh
: Buatlah grafik daerah asal mula untuk
ƒy — x2
† (x, y) =
x2 + (y— 1)2
Solusi : Keluarkan {(x, y):y Σ x2} dan titik (0, 1)
y

x 31
 KURVA KETINGGIAN
Setiap bidang mendatar z = c memotong permukaan dalam sebuah kurva.
Proyeksi kurva pada bidang xy disebut kurva ketinggian , dan kumpulan
lengkungannya disebut peta kontur.

z
Permukaan
z = †(x, y) Bidang z = c

y
Kurva ketinggian †(x, y) = c

5000 ft

7000 ft

Permukaan Peta kontur dengan


kurva ketinggian
2. TURUNAN PARSIAL
Turunan parsial f terhadap x di (x0, y0) dan dinyatakan sebagai †x(x0,y0)
† (x ,y ) = lim †(x0 + ∆x, y0)— †(x0, y0)
x 0 0
∆x‹0 ∆x
Sebaliknya :

† (x ,y ) = lim †(x0, y0 + ∆y) — †(x0, y0)


y 0 0
∆y‹0 ∆y
32
Contoh :
Carilah †x(1,2)dan †y(1,2) ‹ †(x, y) = x 2 y+ 3y3
†x(x,y) = 2xy ‹ †x(1, 2) = 4
†y(x, y) = x2 + 9y2 ‹ †y(1, 2) = 37 z = †(x, y)
6z 6†(x, y)
† (x, y) = = ;† 6z 6†(x, y)
(x, y) = =
x 6x 6x y 6y 6y
6z 6z
†x(x0, y0) = |(x ,y ) ; †y(x0, y0) = |(x ,y )
6x 0 0 6y 00

Contoh :
Jika z = x2sin(xy2) , cari 6z dan 6z
6x 6y

Solusi :
2)
6
6z 2 6[sin(xy
2)] ( ( 2)
=x + sin xy x
6x 6x 6x
6
= x2cos (xy2) (xy2) + sin(xy2)2x
6x
= x2cos (xy2)y2 + 2xsin(xy2)
= x2y2cos (xy2) + 2xsin(xy2)
6
6z 2 6[sin(xy
2)] ( 2 ) ( 2)
=x + sin xy x
6y 6y 6y
6
= x2cos (xy2) (xy2) +0
6y
= x2cos (xy2)2xy
= 2x3y cos (xy2)

 TURUNAN PARSIAL TINGKAT TINGGI

6 6† 6 2† 6 6† 6 2†
† = ( )= 6x2
† = ( )= 6y2
xx 6x 6x yy 6y 6y

2† 2†
† = († )y= 6 (6†) = 6 ; † = († )x = 6 (6†) = 6
xy x 6y 6x 6y6x yx y 6x 6y 6x6y

33
Contoh : Cari keempat turunan parsial dari
†(x, y) = xey — sin (x⁄y) + x3 y2
Solusi : †x(x, y) = ey — 1 cos (x⁄y) + 3x2 y2
y

†y (x, y) = xey — x cos


y2
(x⁄y) + 2x3 y

1
†xx(x, y) = sin (x⁄y) + 6xy2 y2
y
x2 2x 3
( ) ( ⁄) ( ⁄)
†yy x, y = xe + sin xy— 3 cos x y + 2x
y4x 1y
† (x, y) = ey — sin (x⁄y) + cos (x⁄y) + 6x2 y
xy
y3 y2
x 1
† (x, y) = ey — sin (x⁄y) + cos (x⁄y) + 6x2 y
yx
y3 y2
ǁ†xy = †yxǁ

3. LIMIT DAN KEKONTINUAN

lim †(x, y) = L
(x,y)‹(a,b)

Nilai †(x, y) semakin dekat ke bilangan L pada waktu (x, y) mendekati


(a, b) ‹caranya tak terhingga
Untuk mengatakan bahwa lim(x,y)‹(a,b) †(x, y) = L berarti bahwa untuk setiap ç Σ
0 (betapapun kecilnya) terdapat ð Σ 0 yang berpadanan sedemikian hingga |†(x,
y) — L| € s dengan syarat bahwa 0 € |(x, y) — (a, b)| € ð

2–y2
Contoh : Perlihatkan bahwa fungsi f yang didefinisikan oleh †(x, y) = x
x2 +y2

tidak mempunyai limit di titik asal.


2–0
Solusi : †(x,y) = x =1
x 2+0

Jadi, limit †(x, y)untuk (x, y) mendekati (0, 0) sepanjang sumbu x adalah
x2 — 0
lim ( )
(x,0)‹(0,0) † x, 0 = lim = +1
(x,0)‹(0,0) x +2 0

Limit †(x, y) untuk (x, y) mendekati (0, 0) sepanjang sumbu y adalah

34
0 — y2
lim † (0, y ) = lim
( 0,y)‹(0,0)
(0,y)‹(0,0) 0 +y 2 = —1

Jadi kita mendapat jawaban yang berbeda tergantung bagaimana


(x, y) ‹ (0, 0).

 Kekontinuan pada suatu titik


†(x, y) kontinu di titik (a,b), dengan syarat
1). † mempunyai nilai di (a,b)
2). † mempunyai limit di (a,b), dan
3). nilai f di (a,b) sama dengan limitnya lim(x,y)‹(a,b) †(x, y) = †(a, b)
Berarti f tidak mempunyai loncatan atau fruktuasi liar di (a,b)

Teorema :
(komposisitunggal) jika g suatu fungsi dua peubah kontinu di (a,b) dan f suatu fungsisatupeubah
kontinudig(a,b),makafungsikomposisi†ogyang didefinisikanoleh(†og)(x,y) = †(g(x,
y)), adalahkontinudi(a,b).

Contoh:PerlihatkanbahwaF(x,y) = cos(x3 —4xy+y2)adalahkontinudi setiap titik dari


bidang
Solusi :
Fungsig(x,y) =x3—4xy+y2 ‹polinom,adalahkontinudimana‐mana,juga
†(t) = cos t kontinudisetiap bilangant di R. F(x,y) = †(g(x,y)) kontinudi semua (x,y) di
bidang.

4. KETERDIFERENSIALAN
†dapatdideferensialkandipjikaterdapatsuatuvektor msedemikianhingga:
†(p+ M) = †(p)+ m.M + |M|ç(M) denganç(M) ‹ 0 padaM ‹ 0 Vektor m =
gradient † di P = #†(p)
"†(p+ M) = †(p) + #†(p). M + |M|ç(M)"

Catatan :
 Turunan †u (x) adalah bilangan. Gradient #†(p) adalah vector
35
 Titikdalam #†(p).M menunjukkanhasilkalititikdari duavector
Jika†fungsiduapeubahyangdapatdideferensialkandiP = (x,y),makaturunan parsial pertama dari †
ada di p dan
6† 6†
ǁ#†(p) = (p)i + (p)jǁ
6x 6y

Contoh : Perlihatkan bahwa †(x, y) = xe2 + x2y dapat dideferensialkan dimana‐ mana dan hitung
gradient‐gradientnya.Caripersamaanbidangsinggung z = T(x, y) di (2,0)
Solusi : 6† = e2 + 2xy , 6† = xe2 + x2
6x 6y

Fungsi ini kontinu dimana‐mana


#†(x, y) = (e2 + 2xy )i+ (xe2 + x2)j #†(2, 0) = i +
6j= (1, 6)
Persamaan bidang singgungnya :
z= †(2, 0) + #†(2, 0)(x— 2, y)
= 2 + (1, 6)(x— 2, y)
= 2 + x — 2 + 6y = x + 6y

6†
Contoh:†(x,y,z)= x sinz+x2y, cari+#†(1,2,0) = sin z +
6† 6†
2xy , = x2, = x cos z
6x 6y 6z
#†(x, y, z) = (sin z + 2xy)i+ x 2 j+ x cos zk #†(1, 2, 0) = 4i +
j+k

Aturan‐aturan untuk gradient :


Teorema :
# adalah operator linier, yakni
(i) #[†(p) + g(p)] = #†(p) +#g(p) (ii)
#[x†(p)] = x#†(p)
(iii) #[†(p)g(p)] = †(p)#g(p) + g(p)#†(p)

36
5. TURUNAN BERARAH DAN GRADIEN
Andaikanp = (x,y) dani danj adalahvector‐vektorsatuanarah x dany positif. Makaturunan
parsialdipdapatdituliskansebagaiberikut:
†(p+ Mi) — †(p)
† x(p) = lim
M‹0 M
†(p + Mj) — †(p)
†y(p) = lim
M‹0 M
Untuk tiap vector satuan u, andaikan
†(p+ Mu) — †(p)
P u†(p) = lim
M‹0 M
Jika limit ini ada, ia disebut turunan berarah f di P pada arah u.
Jadi di †(p) = †x(p)dan Dj†(p) = †y(p) karena p = (x, y)‹ Du†(x, y)

z = †(x, y)
Kemiringan:
Du†(x, y) = tan Ø

L
Ø
(x0 , y0)

Kaitan dengan gradient :

#†(p) = † x (p)i+ †y(p)j

Andaikan † dapat dideferensialkan di P. Maka f mempunyai turunan berarah di P pada


arah vector satuan u = u 1 i+ u2j dan

ǁDu†(p) = u. #†(p) ‹ Du†(x, y) = u1†x(x, y) + u2†y(x, y)ǁ

37
Contoh : jika †(x,y)=4x2 —xy+3y2, tentukan turunan berarah †di (2,‐1) pada arah vektor
a = 4i + 3j

Solusi :

Vektor satuan upada arah a adala h (4) i + ( 3) j


5 5

†x(x, y) = 8i — y ‹ †x(2, —1) = 17

†y(x, y) = —x + 6y ‹ †x(2, —1) = —8


4 3 44
D †(2, —1) = (17) + (—8) =
u 5 5 5

Contoh : Cari turunan berarah dari fungsi †(x, y, z) = xy sin z di titik (1, 2, G/2) pada arah
vector a = i + 2j + 2k.

Solusi :
1 2 2
Vektor satuan u pada arah a adalah 3 i + 3
j+ k
3

†x (x, y, z) = y sin z ‹ †x (1, 2, G/2) = 2

†y (x, y, z) = x sin z ‹ †y (1, 2, G/2) = 1

†z (x, y, z) = xy sin z ‹ †z (1, 2, G/2) = 0


1 2 2 4
Maka Du † (1, 2, G/2) = (2) + (1) + (0) =
3 3 3 3

 LAJU PERUBAHAN MAKSIMUM


Untuk suatu fungsi f di titik p , fungsi berubah paling cepat pada arah mana Du†(p)
yang terbesar
Du†(p) = u. #†(p) = |u||#†(p)|cos 8 = |#†(p)| cos 8 8 = sudut
antara u dan #†(p)
Du †(p) maksimum pada 8 = 0 Du †(p)
minimum pada 8 = G
Suatu fungsi bertambah secara paling cepat di p pada arah gradient (dengan laju
|#†(p)|) dan berkurang secara paling cepat pada arah berlawanan (dengan laju
— |#†(p)|)

38
6. ATURAN RANTAI (Chain Rule)
Andaikan x = x(t)dan y = y(t)dapat didiferensialkan di tdan andaikan z =
†(x,y)dapat didiferensialkan di g(t), maka fungsi †ogakan dapat
didiferensialkan di g(t) dan karenanya,
(†og)u (t) = #†[g(t)] gu (t)

Contoh : Misalkan z = x3 y dengan x = 2t dan y = t2 . Tentukan dz⁄dt


dz
Solusi : = 6z 6x + 6z 6y = (3x2y)(2) + x3(2t)
dt 6x dt 6y 6t

= 6x2y+ 2x3t = 6(2t)2y+ 2(2t)3t


= 40t4

Contoh :
Misalkan sebuah tabung lingkaran tegak pejal dipanasi radiusnya bertambah pada

laju 0, 2 cm/jam dan tingginya bertambah pada laju 0, 5 cm/jam. Tentukan laju

pertambahan luas permukaan terhadap waktu pada saat radius sama dengan
10 cm dan tinggi sama dengan 100 cm

Luas permukaan tabung


s = 2GrM + 2Gr2 ds
=
6s dr 6s dy
M
+
dt 6r dt 6M dt
= (2GM + 4GR). 0, 2 + 2Gr. 0, 5
Pada r= 10 dan M= 100
ds
= (2G. 100 + 4G. 10). 0, 2 + 2G. 10. 0, 5
dt
= 58G cm2⁄jam

Contoh :
Andaikan w = x 2 y + y + xz, dengan x = cos 8, y = sin 8, dan z = 82. Tentukan
dw⁄d8 dan hitung nilainya di 8 = G⁄3.
39
Solusi :
dw 1 3 G2 √3 1 1 2G 1
= —2. — + ( + 1) +
d8 24 9 2 4 2 3 2
1 G2 √3 G
= — +
8 18 3

Misalkan x = x(s,t) dan y = y(s,t) mempunyai turunan pertama di (s,t) dan


misalkan z = †(x,y) dapat didiferensialkan di (x(s,t),y(s,t)), maka z =
†(x(s, t), y(s, t)) mempunyai turunan parsial pertama yang diberikan oleh :
dz dz dx dz dy
(i) = +
ds dx ds dy ds

(ii) dz = dz dx + dz dy
dt dx dt dy dt

Contoh :
dz
Jika z = 3x2 — y2 dengan x = 2s + 7t dan y = 5st. Tentukan dalam bentuk s
dt

dan t.
Solusi :
dz = dz dx + dz dy = (6x)(7) + (—2y)(5s)
dt dx dt dy dt

= 42(2s + 7t) — 10st (5)


= 84s + 294t — 50s2t

Contoh :
w = x2 + y2 + z2 + xy, dengan x = st, y = s — t, z = s + 2t. Tentukan dw⁄dt
Solusi :
dy 6F⁄6x 6F⁄6x 6F⁄6x
ǁ
6z 6z
= — 6F 6y 6x, = — 6F 6z 6y, = — 6F 6z ǁ
dx ⁄ ⁄ ⁄

Contoh :
Tentukan dy⁄dx jika x3 + x2 y — 10y4 = 0
Solusi :

40
Misalkan F(x, y) = x3 + x2y— 10y4

41
dy 6F⁄6x 3x2 + 2xy
=— =— 2 3
dx 6F ⁄
6y x — 40y

7. BIDANG SINGGUNG, APROKSIMASI


Suatu permukaan yang ditentukan oleh F(x,y,z) = k dan sebuah kurva pada
permukaan tersebut yang melalui titik (x0,y0,z0).Jika x = x(t),y = y(t),z =z(t) adalah
persamaan parameter untuk kurva ini, maka untuk semua t
F(x(t), y(t), z(t)) =k
Dengan aturan rantai :
dF 6F dx 6F dy 6F dz dk
= + + = =0
dt 6x dt 6y dt 6z dt dt
Persamaan diatas dapat dinyatakan dalam bentuk gradient dari F dan tururnan dari
vektor untuk kurva

r(t) = x(t)i+ y(t)j+ z(t)k sebagai #F. dr =0


dt

#F(x0,y0,z0)
Bidang singgung

(x0, y0, z0)

F(x, y, z) =k

Andaikan F(x, y, z) = k menentukan suatu permukaan dan misalkan F dapat


dideferensialkan di sebuah titik P(x0, y0, z0) dari permukaan dengan #F(x0, y0, z0) G 0,
maka bidang yang melalui P tegak lurus #F(x0, y0, z0) dinamakan bidang singgung
permukaan itu di P.

Teorema :

Untuk permukaan F(x, y, z) = k, persamaan bidang singgung di (x0, y0, z0) adalah
Fx(x0, y0, z0)(x— x0) + Fy(x0, y0, z0)(y— y0) + Fz(x0, y0, z0)(z— z0) =0

Dalam hal khusus, untuk permukaan z = †(x, y), persamaan bidang singgung di
(x0, y0, †(x0, y0)) adalah
42
z— z0 = †x(x0, y0)(x— x0) + †y(x0, y0)(y— y0)

Contoh:

Cari persamaan bidang singgung terhadap z = x2 + y2 di titik (1,1,2). Solusi :

Misalkan †(x, y) = x2 + y2

#†(x, y) = 2xi + 2yj

#†(1, 1) = 2i + 2j

z — 2 = 2(x— 1) + 2(y— 1)

2x + 2y — z = 2

Contoh : Cari persamaan bidang singgung dan garis normal terhadap

F(x, y, z) = x2 + y2 + 2z2 = 23 di (1, 2, 1)

Solusi : F(x, y, z) = x2 + y2 + 2z2 ‹ #F(x, y, z) = 2xi + 2yj + 4zk #F(1, 2, 3) = 2i + 4j +

12k

Maka persamaan bidang singgung

2(x— 1) + 4(y— 2) + 12(z— 3) =0

Persamaan simetri dari normal yang melalui (1, 2, 3)adalah :

x—1 y—2 z—3


= =
2 4 12

8. MAKSIMUM DAN MINIMUM

Bila po suatu titik di s, yaitu daerah asal dari f

(i) †(po) adalah nilai maksimum (global) dari † pada s jika †(po) ≤ †(p) untuk semua p
di s.

(ii) †(po) adalah nilai minimum (global) dari f pada s jika †(po) ≤ †(p) untuk semua p
di s.

43
(iii) †(po) adalah nilai ekstreem (global) dari f pada s jika jika ia adalah nilai
maksimum (global) atau nilai minimum (global).

Maksimum global

Maksimum lokal

Maksimum lokal

Maksimum global

Titik‐titik kritis (ekstrem) dari f pada s ada tiga jenis :

1) Titik‐titik batas
2) Titik‐titik stasioner ‹ jika po adalah suatu titik dalam dari s dimana f dapat
didiferensialkan dan #†(po) = 0 ‹bidang singgung mendatar.
3) Titik‐titik singular ‹ jika po adalah suatu titik dalam dari s dimana f tidak dapat
didiferensialkan.

TEOREMA :

Andaikan f dideferensikan pada suatu himpunan S yang mengandung po. jika po adalah
suatu ekstrem, maka poharuslah berupa suatu titik kritis, poberupa salah satu dari :

i. Suatu titik batas dari S, atau


ii. Suatu titik stasioner dari f ; atau
iii. Suatu titik singular dari f.

Contoh : cari nilai maksimum dan minimum local dari † (x, y) = x2 — 2x + y2 ⁄4

Solusi :

†x (x,y) = 2x — 2 ‹ †x (x, y) = 2x — 2 = 0 ‹ x = 1
1 1
† (x, y) = y ‹† (x, y) = y = 0 ‹y = 0
y y
2 2

†(1, 0) = 12 — 2(1) +0 = —1
44
† (x, y) = x2 — 2x + y2 ⁄4 = x2 — 2x + 1 + y2 ⁄4 — 1

= (x — 1)2 + y2 ⁄4 — 1 ≤ —1

‫׵‬jadi †(1, 0) adalah minimum global untuk f

 SYARAT CUKUP UNTUK EKSTREM


Andaikan bahwa †(x, y) mempunyai turunan parsial kedua kontinu di suatu
lingkungan dari (x0, y0) dan bahwa #†(x0, y0) = 0. Ambil
D = D(x0, y0) =†xx(x0, y0)†yy(x0, y0) = †2xy(x0, y0)
Maka :
(i) jika D Σ 0 dan †xx(x0, y0) € 0, maka †(x0, y0) adalah nilai maksimum lokal.
(ii) jika D Σ 0 dan †xx(x0, y0) Σ 0, maka †(x0, y0) adalah nilai minimum lokal.
(iii) jika D € 0, †(x0,y0) bukan suatu nilai ekstrem (x0,y0) adalah titik pelana.
(iv) jika D = 0, pengujian tidak member kesimpulan

Contoh :
Tentukan ekstrem; jika ada, untuk fungsi F yang didefinisikan oleh F(x,y) = 3x3 + y2
— 9x+ 4y
Solusi :
Fx (x, y) = 9x2 — 9 ; Fy (x, y) = 2y + 4
Titik kritis ‹ Fx (x, y) = Fy (x, y) = 0 Fx (x,
y) = 9x2 — 9 = 0 ‹ x = ±1 Fy (x, y) = 2y + 4
= 0 ‹ y = —2

Titik kritis (1, —2) dan (—1, —2)


Fxx(x, y) = 18x ; Fyy(x, y) = 2 ; Fxy(x, y) = 0
Jadi pada titik (1, —2)
D= Fxx(1, —2). Fyy(1, —2) — F2xy(1, —2)
= 18 . 2 — 0
= 3670
Fxx(1, —2) = 18 Σ 0
Sehingga menurut (ii), F(1, —2) = —10 adalah nilai minimum local dari F
Sedangkan pada titik (—1, —2):
D= Fxx(—1, —2). Fyy(—1, —2) — F2xy(—1, —2)
= —18 . 2 — 0
= —36 € 0
Maka menurut (iii) (—1, —2) adalah titik pelana.

45
9. METODE LAGRANGE
Untuk mencari nilai minimum dari :
x2 + 2y2 + z4 + 4 adalah suatu masalah nilai ekstrem bebas. Tapi, bila diminta mencari
nilai minimum dari
x2 + 2y2 + z4 +4 Nilai ektrem terbatasi / terkendala
Batasan : x + 3y — z = 7
Untuk menyelesaikan nilai ektrem terkendala dapat digunakan pengali lagrange
 Tafsiran Geometri Metode Lagrange

†(x, y) Maksimumkan atau minimum †(x, y)


200
terhadap batasan g(x, y) =0
400
500 Untuk memaksimumkan f terhadap batasan
600 g(x, y) = 0 adalah mencari kurva.
700 Ketinggian †(x, y) = k dengan
kemungkinan k terbesar yang memotong
kurva batasan yaitu pada titik P0(x0, y0)
dan P1(x1,y1).
P0
Pada titik P0 dan P1, kurva ketinggian dan
P1 kurva batasan memiliki suatu garis singgung
bersama, kedua kurva tersebut mempunyai
suatu garis tegak lurus bersama.
g(x, y)
Vektor gradient#† adalah tegak lurus terhadap kurva ketinggian, dan #g adalah tegak
lurus terhadap kurva batasan, jadi #† dan #g sejajar di titik P0 dan P1, maka :

#†(P0) = fi0 #g(P0 ) dan #g(P1) = fi1 #g(P1 ) fi0 dan fi1

adalah bilangan tak nol.

Teorema : Metode Lagrange

Untuk memaksimumkan atau meminimumkan †(p)terhadap batasan/kendala (p) = 0


, seesaikan sistem persamaan :

# †(p) = fi #g(p) dan g(p) =0

Tiap titik p yang demikian adalah suatu titik kritis untuk masalah nilai ekstrem
terkendala dan fi yang berpadanan disebut pengali lagrange.

46
Contoh :

Gunakan Metode Lagrange untuk mencari nilai‐nilai maksimum dan minimum dari :

x2
†(x, y) = y2 — x2 ;pada ellips + y2 =1
4

Solusi :

x2 2 ( ) 2 2
( ) =1 ‹ g x, y =x + 4y —4 = 0
g x, y = +y
4
# † = —2xi + 2yj ; # g = 2xi + 8yj

Persamaan Lagrange :

(i) — 2x = fi2x

(ii) 2y = fi8y

(iii) x2 + 4y2 = 4

Jadi (iii) x dan y tidak dapat sama dengan nol

Pers (i) ‹fi = —1

x2
Pers (ii) ‹y = 0 ‹ + 04= 1 , x = ±2

Jadi titik‐titik kritis (±2, 0)


1
Bila yG0 ‹ fi = 4

Dari persamaan pertama, bila x = 0, maka dari persamaan ketiga y = ±1

Maka (0, ±1) juga titik‐titik kritis

†(x, y) = y2 — x2

†(2, 0) = —4

†(—2,0) = —4

†(0, 1) = 1

†(0, —1) = 1

‫ ׵‬maka nilai minimum dari †(x, y) adalah = —4 dan nilai maksimum adalah 1.

47
Contoh :

Tentukan minimum †(x,y,z) = 3x+ 2y+ z+5, terhadap batasan g(x,y,z) = 9x2 + 4x2 — z = 0

Solusi :

# †(x, y, z) = 3i + 2j + k

# g(x, y, z) = 18xi + 8yj — k

Titik kritis, bila

# †(x, y, z) = fi# g(x, y, z) dan g(x, y, z) =0

Untuk (x, y, z, fi) dengan λ pengali lagrange

(i) 3 = 18x fi

(ii) 2 = 8yz

(iii) 1 = —fi

(iv) 9x2 + 4x2 —z = 0

Dari (iii) fi = —1 ‹substitusi ke (i) dan (ii), didapat x = — 1 dan y = — 1


6 4

2 2
Dari persamaan (iv) 9 (— 1) + 4 (— 1) — z = 0,
6 4

z= 1
2
1
Sehinga penyelesaian sistem persamaan simultan tersebut adalah (– 1 ,— 1 , , —1)
6 4 2

1
Satu‐satunya titik kritis adalah (– 1, — 1, )
6 4 2
1
Maka minimum †(x, y, z) terhadap kendala adalah † (– 1 ,— 1 , ) = 4 1
6 4 2 2

Bagaimana bila batasannya lebih dari Satu

Misalkan terdapat dua batasan g(x,y,z) = 0 dan (x,y,z) = 0 , maka persamaannya


menjadi

# †(x, y, z) = fi # g(x, y, z) +µ # M(x, y, z)

g(x, y, z) =0 ; M(x, y, z) =0

48
Dimana fi dan µ adalah pengali lagrange

Sehingga sistem lima persamaan simultan adalah

(i) †x(x, y, z) = fi gx(x, y, z) +µ Mx(x, y, z)

(ii) †y(x, y, z) = fi gy(x, y, z) + µ My(x, y, z)

(iii) †z(x, y, z) = fi gz(x, y, z) +µ Mz(x, y, z)

(iv) g(x, y, z) = 0

(v) M(x, y, z) = 0

Contoh :

Tentukan nilai‐nilai maksimum dan minimum dari †(x,y,z)= x +2y+3zpada ellips


yang merupakan perpotongan tabung x2 + y2 = 2 dan y + z = 1

Solusi :

Persamaan‐persamaan Lagrange yang berpaduan

(i) 1 = 2fix

(ii) 2 = 2fiy +µ

(iii) 3 = µ

(iv) x2 + y2 —2 = 0

(v) y + z — 1 = 0

Dari (i) ‹ 1 = 2fix ‹ x = 1 fi


2

1
(ii) & (iii) ‹ 2 = 2fiy + 3 ‹ y = — fi
2
1 2 1 2
(iv) ‹( fi) +(— fi) = 2 ‹fi = ±2
2 2

Untuk fi = +2 ‹ titik kritis (1, —1, 2)

Untuk fi = —2 ‹ titik kritis (– 1, 1, —2)

†(1,—1,2) = 5 ‹Nilai Maksimum

†(– 1, 1, —2) = 1 ‹ Nilai Minimum


49

Anda mungkin juga menyukai