Anda di halaman 1dari 7

A.

Konsep Teori
1. Pengertian
Nefrostomi merupakan suatu tindakan diversi urine
menggunakan tube, stent, atau kateter melalui insisi kulit, masuk ke
parenkim ginjal dan berakhir di bagian pelvis renalis atau kaliks.
Nefrostomi biasanya dilakukan pada keadaan obstruksi urine akut
yang terjadi pada sistem saluran kemih bagian atas, yaitu ketika terjadi
obstruksi ureter atau ginjal. Nefrostomi dapat pula digunakan sebagai
prosedur endourologi, yaitu intracorporeal lithotripsy, pelarutan batu
kimia, pemeriksaan radiologi antegrade ureter, dan pemasangan
double J stent (DJ stent) (Robert R. Cirillo, 2011).
Imam Rasjidi, 2012, menyatakan nefrostomi adalah suatu
tindakan membuat fistula yang menghubungkan system pelviokalesis
ginjal dengan luar tubuh melalui kulit. Nefrostomi adalah suatu
tindakan medis yang dilakukan untuk membuat saluran (air kencing)
dari ginjal menuju ke permukaan kulit. Tindakan ini pada umumnya
dilakukan untuk mengalirkan kencing oleh karena adanya sumbatan
dibawah ginjal yang mungkin karena batu saluran kencing, tumor,
kanker ataupun pendesakan dari luar saluran kencing.
Tindakan nefrostomi dapat dilakukan dengan kondisi terbius
umum ataupun dibius lokal saja. Pemilihan keduanya didasarkan pada
kondisi klinis pasien. Contohnya: pada pasien anak kita tidak dapat
memerintahkan untuk diam, oleh karena itu perlu dilakukan
pembiusan umum. Contoh sebaliknya adalah pada pasien dewasa
dengan kondisi yang baik dan koperatif maka dapat dilakukan dengan
bius local
Nefrostomi mungkin permanen ataupun temporer. Nefrostomi
permanen mungkin dilakukan pada pasien dengan kanker di kandung
kencing ataupun kanker leher rahim yang telah menyebar. untuk
melakukan nefrostomi permanen ini dilakukan dengan bius umum.
Pasien dengan batu ureter dan mengalami pembengkakan ginjal yang
disertai berkumpulnya nanah harus dilakukan nefrostomi segera.
Nefrostomi dalam kondisi ini dengan anestesi lokal.
2. Fungsi nefrostomi
Beberapa fungsi nefrostomi yaitu:
a. Melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal
b. Membantu prosedur endourologi, yaitu pemeriksaan saluran
kemih atas
c. Membantu penegakkan diagnosa obstruksi ureter, filling defects,
dan kelainan lainnya melalui radigrafi antegrad
d. Memasukkan obat-obatan kemoterapi ke dalam sistem pengumpul
ginjal
e. Memberikan terapi profilaksis kemoterapi setelah reseksi pada
tumor ginjal.
3. Jenis nefrostomi
Nefrostomi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
a. Nefrostomi terbuka
Cara ini merupakan cara klasik, terdapat dua macam teknik, yaitu
bila korteks masih tebal dan korteks sudah tipis. Bila kortek masih
tebal ginjal dibebaskan sampai terlihat pelvis dan Folley kateter no
20 dimasukkan kedalam pyelum melalui pelvis renalis. Bila kortek
sudah tipis Folley kateter langsung dimasukkan melalui sayatan
pada kortek
b. Nefrostomi perkutan
Nefrostomi perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui
kulit ke dalam pelvis ginjal dengan bantuan fluoroskopi. Syarat
dilakukannya nefrostomi perkutan yaitu ginjal teraba dari luar,
kortek tipis dan tidak gemuk.
4. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi dilakukannya nefrostomi yaitu
1) Pengalihan urine sementara yang berhubungan dengan adanya
obstruksi urin sekunder terhadap kalkuli
2) Pengalihan urine dari sistem pengumpul ginjal sebagai upaya
penyembuhan fistula atau kebocoran akibat cedera traumatik
atau iatrogenik, fistula ganas atau inflamasi, atau sistitis
hemoragik
3) Pengobatan uropathy obstruktif nondilated
4) Pengobatan komplikasi yang berhubungan dengan
transplantasi ginjal
5) Pengobatan obstruksi saluran kemih yang berhubungan
dengan kehamilan
6) Memberikan akses untuk intervensi seperti pemberian
substansi melalui infus secara langsung untuk melarutkan
batu, kemoterapi, dan terapi antibiotik atau antifungi
7) Memberikan akses untuk prosedur lain (misalnya penempatan
stent ureter antegrade, pengambilan batu, pyeloureteroscopy,
atau endopyelotomy)
8) Dekompresi kumpulan cairan nephric atau perinephric
(misalnya abses atau urinomas) (Robert R. Cirillo, 2012)
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukannya nefrostomi Menurut Aziz et.al, 2012
1) Penggunaan antikoagulan (aspirin, heparin, warfarin)
2) Gangguan pembekuan darah (heofilia, trombositopeni) dan
hipertensi tidak terkontrol (dapat menyebabkan terjadinya
hematom perirenal dan perdarahan berat renal).
3) Terdapat nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan
nefrostomi
4) Terjadi asidosis metabolik berat
5) Terjadi hiperkalemia.

Sedangkan kontraindikasi dilakukannya nefrostomi menurut


Imam Rasjidi yaitu

1) Penyakit yang progresif meskipun sedang dalam terapi


2) Memiliki masalah/komorbiditas yang potensial
membahayakan jiwa
3) Status performance dengan scoring ecog/zubord >2, atau
karlnofsky
4) Tidak ada terapi yang efektif
5) Pasien tidak mau diobati
6) terdapat nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan
nefrostomi
7) Terdapat tanda overload, seperti oedema paru dan sesak nafas
8) Terdapat asidosis metabolic yang berat
9) Terdapat hiperkalemia
10) Keadaan-keadaan lain yang menyebabkan pasien tidak bisa
diposisikan tengkurap
5. Etiologi
6. Patofisiologi
7. Manifestasi Klinik
8. Komplikasi
Nefrostomi adalah prosedur tindakan pembedahan untuk mengalirkan
urin umumnya aman. Seperti semua operasi, selalu ada risiko reaksi
alergi terhadap anestesi, perdarahan dan infeksi, dan memar di lokasi
pemasangan kateter terjadi pada sekitar setengah dari orang yang
dilakukan nefrostomi. Ini adalah komplikasi minor.
Komplikasi utama meliputi:
a. Perforasi sistem pengumpul (30%) terjadi biasanya selama 48 jam
setelah pemasangan tube nefrostomi
b. Efusi pleura, hidrothorax, pneumothorax (<1%).
c. Perdarahan akut (5%)
d. Ekstravasasi
e. Trauma periorgan, seperti perforasi usus besar, trauma hepar,
limpa (<1%).
9. Perawatan nefrostomi
Perawatan nefrostomi adalah pemeliharaan eliminasi melalui stoma
dan perawatan jaringan di sekitarnya. Adapun tujuan dilakukannya
perawatan nefrostomi adalah:
a. Menjaga kebersihan stoma
b. Mencegah infeksi
c. Mencegah kebocoran
d. Melindungi kulit
e. Mengontrol bau
f. Memberikan kenyamanan dan keamanan

Adapun perawatan pada nefrostomi yaitu

a. Monitor tanda vital secara berkala untuk mengevaluasi terjadinya


kehilangan darah yang terus berlangsung atau untuk menilai
timbulnya komplikasi sepsis pada pasien beresiko
b. Untuk nefrostomi dengan indikasi pionefrosis, abses (infeksi),
maka pemberian antibiotika sejak sebelum tindakan , diteruskan
dengan pedoman:
1) Jenis antibiotika berdasarkan hasil kultur dan antibiogram
2) Bila belum ada kultur dan antibiogram Kombinasi
ampisilin atau derivatnya dan aminoglikosida dan
Cefalosforin generasi III untuk kasus gagal ginjal Bila
tidak ada infeksi, cukup diberikan obat golongan
nitrofurantoin atau asam nalidisat perioperative
c. Observasi tanda-tanda infeksi
d. Perhatikan selang neprostomi jangan sampai tersumbat
e. Spool neprostomi dengan cairan (Aqua steril, NaCl, Revanol,
betadin 1 %), cairan maksimal 20 cc. Spool dilakukan secara
pelan-pelan, Bila lancar urin akan menetes secara
terusmenerus/konstan
f. Perhatikan kateter / pipa drainage, jangan sampai buntu karena
terlipat, dll
g. Perhatikan dan catat secara terpisah produksi cairan dari
nefrostomi.
h. Usahakan diuresis yang cukup.
i. Periksa kultur urin dari nefrostomi secara berkala.
j. Hematuria, yang umumnya terjadi pada pasien yang dilakukan
nefrostomi, harus berkurang secara bertahap setelah 24 jam
k. Bila ada boleh spoelling dengan larutan asam asetat 1% seminggu
2x
l. Kateter diganti setiap lebih kurang 2 minggu. Bila nefrostomi
untuk jangka lama pertimbangkan memakai kateter silikon.
m. Pelepasan kateter sesuai indikasi.
n. Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah pelepasan
kateter produksinya < 20 cc atau 24 jam
o. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca operasi
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai