Sistem pemeliharaan
Pembibitan
Inseminasi buatan
Pakan
ISBN: 978-602-8954-77-8
Sukses Budidaya Ayam Kampung i
• Muryanto
• Djoko Pramono
KATA PENGANTAR
Penyusun
Sukses Budidaya Ayam Kampung v
DAFTAR ISI
C. Sistem Pemeliharaan
Ayam Kampung
untuk Memproduksi
Telur (Konsumsi) ................... 56
D. Pemeliharaan
Ayam Kampung
untuk Memproduksi
Telur Tetas .............................. 74
E. Pemeliharaan
Ayam Kampung untuk
Memproduksi Anak Ayam ..... 76
F. Pemeliharaan
Ayam Kampung untuk
Memproduksi Ayam Siap
Potong (Penggemukan) ......... 78
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Satu
PENDAHULUAN
Dua
1. Ayam Kedu
Ayam kedu merupakan aset ternak lokal unggul
khas Jawa Tengah bahkan Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berupaya
secara terus-menerus untuk menjaga, melestarikan dan
sekaligus mengembangkannya. Ayam kedu telah
dibudidayakan oleh masyarakat secara turun-temurun
di wilayah Provinsi Jawa Tengah, khususnya di
Kabupaten Temanggung, Magelang, Wonosobo, dan
Sukses Budidaya Ayam Kampung 9
Gambar 3.
Ayam kedu putih.
Sumber:
Koleksi Penulis.
Parameter Uraian
Gambar 8.
Pejantan
cemani
dengan
bulu
terbalik.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
Gambar 10.
Ayam kedu muda.
Sumber:
Koleksi Penulis.
Gambar 11.
Ayam cemani
dengan bulu
yang jarang.
Sumber:
Koleksi Penulis.
Gambar 12.
Warna hitam
pada sayap,
rongga mulut,
muka dan
kulit pada
ayam cemani.
Sumber:
Koleksi Penulis.
18 Sukses Budidaya Ayam Kampung
Gambar 13.
Variasi
warna daging
dan organ
dalam pada
ayam kedu
hitam, ayam
cemani dan
ayam kedu
putih,
sebelum dan
sesudah
dipotong.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
2. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan ayam lokal yang
memiliki suara kokok merdu. Suara kokoknya sangat
khas, mengalun panjang, besar, dan mendayu-dayu.
Durasi kokok ayam pelung cukup panjang, dapat
mencapai waktu 10 detik bahkan lebih. Itulah sebabnya
ayam pelung dapat dikelompokkan dalam ayam
berkokok panjang (long crow fowl).
Sukses Budidaya Ayam Kampung 23
• U - EL - U = disebut kukelur.
• U - EU = kuker.
c. Suara tengah, merupakan suara sesudah
angkatan dari kokok ayam pelung. Kriteria yang
baik ditandai kenaikan nada, contoh u u u elllllll
UUUUUUUUUUUUUUUUU. U adalah suara
tengah, dan yang baik mempunyai volume yang
lebih besar dibandingkan dasar suaranya. Suara
tengah disebut dengan istilah BITU.
d. Suara ujung, adalah suara akhir dari kokok ayam
pelung yang ditandai dengan nada turun dan
pelepasan napas. Kriteria yang baik adalah
nadanya turun namun ditahan dulu, kemudian
dilepas dengan suara bersih dan besar.
e. Irama, adalah lagu dari kokok ayam pelung,
terbentuk di suara tengah, kriteria yang baik yaitu
suara tengahnya digantung dulu setelah
angkatan, baru di tengah agak ke ujung baru
dibitukan dan ditahan.
f. Keserasian, merupakan gabungan atau rangkaian
nada dari suara awal hingga akhir dari kokok
ayam pelung yang melibatkan kualitas dasar
suara yang bersih, empuk dengan volume besar,
dan enak didengar.
Sifat kualitatif:
a) a. jengger/balung: tunggal, bergerigi berwarna
merah; ukuran pada ayam jantan lebih besar dari
pada ayam betina;
b). pial: bulat berwarna merah; pada ayam jantan
lebih besar dan bergayut dari pada ayam betina;
c. badan, bentuk penampang samping: oval, silinder
atau bulat; ayam jantan lebih besar dan lebih
tegap dari ayam betina;
Sukses Budidaya Ayam Kampung 31
Sifat reproduksi;
a). umur dewasa kelamin: jantan dan betina, 5-6
bulan,
32 Sukses Budidaya Ayam Kampung
3. Ayam Sentul
Ayam Sentul dikenal juga dengan sebutan ayam
kalawu. Ayam sentul merupakan salah satu sumber
daya genetik asli dari daerah Ciamis, Jawa barat.
Keunggulan ayam ini antara lain pertumbuhannya
relatif cepat dan produksi telur yang tinggi (Kurnia,
2011). Potensi tersebut menjadikan ayam sentul dapat
digunakan sebagai komoditas industri kerakyatan
ayam lokal. Pemerintah saat ini sudah memberikan
perhatian serius untuk mengembangkan ayam sentul.
Pengembangan ayam sentul penting dilakukan selain
untuk menjaga ayam sentul dari kepunahan, juga
untuk menggali potensi genetik yang ada dalam ternak
tersebut, demi memaksimalkan pemanfaatannya.
Berdasarkan potensi yang dimilikinya, terutama
dalam hal tingkat produktivitas (daging, telur), ayam
sentul memiliki performa yang baik, bahkan lebih baik
dibandingkan dengan beberapa rumpun ayam lokal
lain. Oleh karenanya, ayam sentul sangat baik bila
dimanfaatkan sebagai ayam lokal penghasil daging dan
telur. Populasi ayam sentul yang tinggal sedikit,
menuntut upaya pengembangan lebih lanjut ke depan,
disamping untuk melestarikan plasma nutfah asli In-
donesia, juga demi memaksimalkan manfaat yang
dapat digali dari potensi genetik yang dimilikinya (http:
//peternakan.litbang.deptan.go.id, 2011).
Berdasarkan warna bulunya, ayam sentul dapat
digolongkan menjadi 5 macam ayam sentul di
antaranya ayam sentul geni, sentul batu, sentul kelabu,
sentul debu, dan sentul emas. Laporan lain menyebut-
Sukses Budidaya Ayam Kampung 33
Gambar 15.
Jenis ayam sentul
berdasarkan
warna bulunya.
A: sentul debu
B: sentul kelabu
C: sentul emas
D: sentul geni (api)
E: sentul batu
Sumber:
www.dody94.
wordpress.com
Gambar 16.
Ayam kokok
balenggek
induk dan
pejantan.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
d. Sifat Kuantitatif Ayam Kokok Balenggek
Hasil penelitian Arliana, F., dkk (2009) melapor-
kan ukuran bagian tubuh AKB mulai dari kaki bagian
atas, bagian bawah, ukuran jengger, lebar dada dan
dilengkapi dengan bobot badan, selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 8.
Kanagarian
Para-
Batu Bajanjang Tanjung Balik Sumiso Rangkiang Luluih
meter
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
Gambar 17.
Ayam ketawa.
Sumber:
www.ayam
ketawa-tebe-
hobbies.
blogspot.com
Tiga
SISTEM PEMELIHARAAN
Gambar 22.
Pemeliharaan ayam kampung
ekstensif/tradisional.
Sumber: Koleksi Penulis.
Produksi panas
(kcal)
LCTo
UCTo
19 27
10 15 20 25 30 35 40
Suhu lingkungan °C
390
340
Energi yang digunakan
Energi harian
yang digunakan 290
(kcal/1,5 kg)
240
190 Energi
hidup pokok
10 15 20 25 30 33 35
Suhu lingkungan °C
100
Ketersediaan Pertumbuhan
energi 80
(kcal/hr/1,5 kg)
60
40
Produksi telur 90% Cadangan
tubuh
20
-20
-40
10 15 20 25 28 30 33 35
o
Suhu lingkungan C
Bobot telur 60,6 60,7 60,4 60,1 59,3 56,8 62,9 63,0 62,9 62,9 61,6 58,9
/btr (g)
Gram telur 45,2 4 5 , 7 45,3 46,0 46,2 42,9 45,8 46,6 4 7 , 7 4 7 , 1 47,0 42,0
/induk
Gram telur 0,39 0,40 0,42 0,44 0,47 0,49 0,35 0 , 3 7 0,40 0,41 0,44 0,45
/gram pakan
Mortalitas 9,6 9,0 6,5 11,2 6,4 11,5 5,3 3,1 3,9 4,5 2,5 5,3
(%)
66 Sukses Budidaya Ayam Kampung
Pertambah- 0,03 0,04 0,41 0,19 0,58 0,08 -0,10 0,22 0,43 0,00 1,93 -0,28
an bobot
badan
(g/ekor)
Skor bulu 2,67 2,50 2,56 2 , 5 7 2 , 7 3 2,81 2,06 2,10 2,12 2,11 2,16 2,49
45 mg
Skor bulu 2,64 2,56 2 , 7 1 2,67 2,83 2,94 2,24 2,10 2,07 2,21 2,42 2,69
66 mg
Suhu rectal 41,3 41,5 41,5 41,5 41,6 41,8 41,2 41,5 41,6 41,4 41,6 41,9
(°C) umur
39 minggu
Suhu
o o
13 C 29 C
-57%
Kutikel
300
-15%
Lapisan
200
Palisade
-16%
Lapisan
100 Mammillary
=0
Membran
25 64 74
26 74 79
27 77 86
28 76 84
29 88 93
Rata-rata 76 83
Konsumsi pakan 83 90
(g/ekr/hr)
Leghorn pullet 4 mg 50 75
12 mg 115 180
18 mg 140 200
Induk masa bertelur prod. 50% 150 250
prod. 80% 180 300
Pembibit broiler 4 mg 75 200
12 mg 140 220
Induk pembibit broiler prod. 50% 180 200
prod. 80% 210 360
Broiler 1 mg 24 40
3 mg 100 190
6 mg 240 500
9 mg 300 600
Empat
PEMBIBITAN
2. Seleksi Induk
Tahapan kegiatan selanjutnya adalah melakukan
seleksi secara sederhana terhadap 1.192 ekor ayam
berdasarkan produksi telur selama 2 bulan. Dari 1.192
ekor induk telah dipilih 150 ekor atau 12,6% dari populasi
awal yang mempunyai produksi tinggi. Persentasi induk
yang diseleksi tersebut cukup akurat, karena dipilih dari
populasi dalam jumlah banyak, sesuai dengan pendapat
Warwick dan Legate (1985) yang menyatakan bahwa
semakin kecil proporsi populasi yang diseleksi akan
memberikan respon seleksi yang lebih baik.
86 Sukses Budidaya Ayam Kampung
1. Perkandangan
Seperti diketahui bahwa pemeliharaan ayam
buras dewasa untuk memproduksi telur, sistem per-
kandangannya adalah umbaran terbatas dan batere
individu. Ukuran kandang umbaran terbatas 4 x 4 x
2,5 m, dapat menampung 8-10 ekor ayam dewasa,
ukuran dan kepadatan dapat dimodifikasi sesuai dengan
kondisi lapangan. Untuk kandang batere ukurannya 25
x 40 x 40 cm/ekor, tinggi kandang ± 1 m di atas
permukaan tanah. Sistem perkandangan tersebut
dijadikan pendekatan dalam upaya meningkatkan
produksi telur tetas. Jadi, upaya peningkatan produksi
telur tetes melalui 2 pendekatan (Muryanto et.al. 1996):
1) pemeliharaan pada kandang umbaran terbatas, dan
2) pemeliharaan kandang betere individu.
Kedua pendekatan tersebut pada prinsipnya
hampir sama, namun upaya peningkatan produksi telur
tetas melalui pemeliharaan ayam buras pada kandang
batere lebih baik. Hal ini disebabkan data produksi lebih
teliti (per individu), memungkinkan dilakukan
inseminasi buatan (IB) tanpa mengganggu produksi,
bibit yang dihasilkan lebih baik kualitasnya, karena
sudah diketahui produksi induk dan pejantannya
melalui seleksi.
92 Sukses Budidaya Ayam Kampung
2. Pakan
Pakan ayam buras untuk pembibitan pada
pengkajian ini dititikberatkan pada pakan induk dan
pejantan. Susunan/kualitas pakan induk untuk
menghasilkan telur tetas sama dengan pakan untuk
menghasilkan telur konsumsi, sedangkan untuk
pejantan pakannya juga sama namun ditambah
dengan pakan tambahan berupa kuning telur (dari telur
yang pecah) atau bahan pakan lain yang merupakan
sumber vitamin dan mineral guna meningkatkan
kualitas spermanya. Pakan ayam buras tersebut baik
yang dipelihara pada kandang umbaran terbatas
maupun batere individu kandungan gizinya adalah:
protein 14-17% dan energi 2.400-2.700 kkal (Gultom
et. al. 1989a). Pakan tersebut dapat disusun dari bahan
pakan lokal yang ada di sekitarnya yang harganya
murah, namun kualitasnya tetap sama.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa
pakan ayam untuk pembibitan variasinya sangat besar
baik antarkelompok tani ternak maupun antarpeternak
dalam kelompok. Dilaporkan juga bahwa bahan yang
banyak digunakan adalah bekatul yaitu 50-62,5%, dan
jagung 18-35% dan konsentrat 7,5-20% (Dirdjopratono
et.al. 1995).
4. Perkawinan
Ayam yang akan dikawinkan harus merupakan
ayam pilihan yang mempunyai produksi tinggi. Apabila
akan menyilangkan ayam buras dengan ayam jenis lain
di tingkat pedesaan, disarankan menggunakan ayam
lokal yang produksinya tinggi (kedu, pelung, dan lain-
lain). Perkawinan ayam buras dengan ayam ras harus
mem-pertimbangkan biaya dan waktu yang diperlukan
serta harus dalam kondisi yang terkontrol dengan pro-
gram yang terencana dengan baik serta dalam
pengawasan intansi yang berwenang. Teknik
perkawinan dapat dilakukan secara alami atau dengan
inseminasi buatan.
Perkawinan alami dilakukan dengan pada
kandang umbaran terbatas berukuran 4 x 4 x 2,5 m
(termasuk tempat berteduh) dengan perbandingan 1
pejantan dengan 6 sampai 10 induk. Lebih sedikit
jumlah induknya akan lebih baik. Sedangkan pada
94 Sukses Budidaya Ayam Kampung
Lima
INSEMINASI BUATAN
Input:
1. Penyusutan Kandang batere/6 bl 140.000 140.000
2. Pakan induk/6 bl 8.100.000 6,300,000
(0,1 x 100 x 30 x 6 x Rp4500)
3. Pakan pejantan 5 ekor/6 bl 405.000
(0,1 x 5 x 30 x 6 x Rp4500)
4. Obat dan vaksin/6 bl 150.000 225.000
5. Penyusutan perlengkapan, Alat IB 0 10.000
6. Tenaga kerja/6 bl 300.000 500.000
Output :
7. Produksi telur hen day 70%; 12.600 12.600
100 ekr/6bl (butir)
- Jumlah telur konsumsi/ 12.600 2.520
infertil dan rusak (butir) 10%
- Nilai Rp telur konsumsi 18.900.000 3.780.000
(@ Rp1.500) (Rp) a)
- Jumlah telur tetas 0 10.080
(fertilitas 90%; butir)
- Nilai Rp. telur tetas 0 20.160.000
(@ Rp2000) (Rp) b)
8. Kotoran ayam/6bl c) 350.000 350.000
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Peralatan
Pada tahap ini dipersiapkan materi berupa alat
yang digunakan. Alat yang digunakan berupa: alat
suntik (spuit), selang, tabung penampung sperma,
tabung pengencer sperma, pengencer sperma (NaCl
fisiologis 0,9%) dan kain lap. Alat-alat tersebut tersedia
di apotek-apotek dan harganya relatif murah. Umur
pemakaian dari alat-alat tersebut dapat digunakan
selama 5 tahun. Sebelum digunakan harus dibersihkan
dahulu dengan air mendidih. Selang yang tersedia
dimasukkan ke ujung alat suntik (tempat jarum), hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengam-
bilan sperma dan tidak melukai alat reproduksi.
Sukses Budidaya Ayam Kampung 105
b. Persiapan Induk
Siapkan induk yang akan diinseminasi. Induk
tersebut harus sehat, tidak cacat dan mempunyai sifat-
sifat yang diinginkan oleh peternak misalnya produksi
telur tinggi. Beberapa faktor yang harus dipertimbang-
kan bagi induk yang akan diinseminasi adalah sebagai
berikut.
1) Bobot telur stabil.
Telur yang diproduksi pada periode
peneluran pertama biasanya kecil dan bobotnya
masih bervariasi serta di bawah normal, kadang-
kadang kerabangnya belum sempurna. Setelah
mengalami 1 bulan produksi, maka besar dan
bobot telur relatif stabil. Hasil penelitian pada
ayam ras petelur menunjukkan bahwa induk
ayam mulai bertelur umur 20 minggu. Produksi
telur hen day (HD) pada bulan pertama 44,5%,
namun variasi bobot antar telur cukup tinggi
sekitar 16%. Pada bulan kedua atau umur 24
minggu (6 bulan) produksi telur naik menjadi
66,3% dengan variasi bobot telur relatif stabil
yaitu 4,9%. Pada umur selanjutnya sampai 6
bulan produksi, produksi telurnya stabil berkisar
antara 74,0%-78,9% (Tabel 24). Dengan demikian
sudah jelas bahwa inseminasi dilakukan pada
induk yang memproduksi telur dengan bobot
yang relatif seragam sesuai dengan breednya
masing-masing.
Sukses Budidaya Ayam Kampung 107
c. Persiapan Pejantan
Siapkan pejantan yang akan diambil spermanya.
Pejantan tersebut harus sehat, tidak cacat dan
mempunyai sifat-sifat yang diinginkan oleh peternak.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan bagi
pejantan yang akan diambil spermanya sebagai berikut.
1) Umur pejantan 1-3 tahun.
Pejantan yang terlalu muda berumur
kurang dari 1 tahun belum dapat memproduksi
sperma dengan kualitas yang baik, di samping itu
volume sperma yang diproduksi masih sedikit.
Demikian juga sebaliknya, ayam yang terlalu tua
berumur lebih dari 3 tahun, kualitas sperma yang
diproduksi rendah. Sehingga disarankan agar
pejantan yang akan diambil spermanya berumur
lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun.
2) Dipelihara pada kandang individu/batere.
Maksud dari pemeliharaan pada kandang
individu adalah agar pejantan tersebut tidak
mengawini induk sembarangan, sehingga dapat
diketahui dengan pasti bahwa telur tetas yang
diproduksi benar-benar dari pejantan yang
bersangkutan dan akan mempermudah apabila
dilakukan seleksi. Alasan lainnya adalah agar
pejantan tersebut mudah pengawasannya mulai
dari pakan, kesehatan, dan lain-lain. Pakan yang
Sukses Budidaya Ayam Kampung 109
Gambar 32.
Pengelusan/
perangsangan.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
Gambar 33.
Penekanan
pangkal ekor.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
Gambar 34.
Pengeluaran
sperma.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
Sukses Budidaya Ayam Kampung 111
2. Pengambilan Sperma
Disiapkan pejantan yang akan diambil spermanya.
Pengambilan sperma sebaiknya mulai dilakukan pada
sore hari jam 15.00 (Nasroedin et al., 1993). Pengambil-
an sperma dilakukan oleh 2 orang, satu memegang
pejantan dan lainnya bertugas mengambil sperma.
Bersihkan kotoran pada anus dan sekitarnya dengan
kain lap (bulu sekitar anus dibersihkan/dipotong).
Rangsang pejantan sesuai dengan penjelasan sebelum-
nya. Pengambilan sperma dilakukan dengan menekan
dari atas pangkal ekor dengan tangan kanan, sedang
tangan kiri memegang tabung penampung sperma,
begitu sperma keluar langsung ditampung dalam
tabung yang sudah disiapkan.
Penekanan bagian pangkal ekor untuk menge-
luarkan sperma, ditandai dengan terangkatnya ekor ke
atas. Jadi, begitu ekor terangkat, maka penekanan
dilakukan dan sperma akan keluar dengan sendirinya.
Di samping ekor yang terangkat, akan keluarnya
sperma ditandai dengan tubuh pejantan yang sedikit
bergetar. Oleh karena itu, tanda-tanda tersebut perlu
diingat untuk memudahkan proses pengeluaran
sperma. Hal ini disebabkan karena dari seluruh tahapan
teknik inseminasi pada ayam, pengeluaran sperma ini
merupakan tahapan yang paling sulit.
3. Pengenceran Sperma
Pengenceran sperma dilakukan dengan NaCl
fisiologis 0,9%, derajat pengencerannya 1 : 6. Cara
pengenceran adalah sebagai berikut.
• Sedot sperma dari tabung penampung meng-
gunakan spuit, kemudian ukur berapa volume
sperma yang dikumpulkan.
• Masukkan sperma ke tabung pengencer secara
perlahan-lahan melalui dinding tabung.
• Ambil NaCl fisiologis 0,9% sesuai dengan derajat
pengenceran (6 kali lipat dari volume sperma),
masukkan ke dalam tabung pengencer melalui
dinding tabung, kemudian goyang-goyangkan
tabung sampai sperma dan NaCl tercampur.
• Ambil campuran sperma dan pengencer dengan
spuit, kemudian masukkan lagi ke tabung secara
perlahan melalui dinding tabung.
• Sedot sperma yang telah diencerkan dengan spuit
dan sperma siap diinseminasikan.
Gambar 39.
Cara
memegang
induk ayam
yang akan
diinseminasi.
Sumber:
Koleksi
Penulis.
5. Pengambilan Telur
Pengambilan telur dilakukan pada hari ke 2
setelah IB yang pertama, karena telur yang pertama
kemungkinan tidak dibuahi, hal ini disebabkan sudah
116 Sukses Budidaya Ayam Kampung
Enam
PAKAN
B. Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan ayam kampung sudah
dijelaskan sebelumnya yaitu sistem tradisional,
semiintensif, dan intensif. Pada sistem pemeliharaan
tradisional tidak dituntut pemberian pakan yang
memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena ayam
dapat mencari kebutuhan pakannya sendiri pada saat
berkeliaran. Pada pemeliharaan semiintensif, ayam
masih dapat mencari pakan di sekitar umbaran terbatas,
atau kadang-kadang peternak memberikan limbah
rumah tangga, sehingga pakan tambahan yang
diberikan disesuaikan dengan pakan yang sudah
diberikan (tersedia). Lain halnya pada pemeliharaan
sistem intensif, maka ayam sepenuhnya meng-
gantungkan pemberian pakan dari peternak sesuai
dengan kebutuhan baik kuantitas maupun kualitas.
Kesesuaian pakan yang dimaksud adalah sesuai dengan
status produksi atau umur ayam.
126 Sukses Budidaya Ayam Kampung
10,455
Tujuh
KARKAS DAN
BAGIAN-BAGIANNYA
Gambar 42.
Arah perkembangan
tubuh ayam kampung.
---> = Arah perkembangan
1, 2 dan 3.
Sumber: Abbot Laboratories,
International Veterinary Division,
1968.
Delapan
PENGOLAHAN HASIL
DAN PEMASARAN
Makanan
Makanan
Daging
Bahan olahan makann
(ayam bakar/goreng dll.)
Pakan ikan
Pupuk organik
Kotoran
Biogas
Pakan ternak
Gambar 47. Pemotongan ayam. Gambar 48. Perebusan dengan suhu 65°C.
Sumber: Koleksi Penulis. Sumber: Koleksi Penulis.
Gambar 52.
Olahan telur dan daging ayam,
telur mata sapi, ayam bakar
dan goreng.
Sumber: Koleksi Penulis.
Sukses Budidaya Ayam Kampung 151
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M.H, A.Arifin, S.Anwar, A.Agustar, Y.Heryandi
dan Zedri1.1997. Studi Ayam Kokok Balenggek
di Kecamatan Payung Sakaki, Kabupaten
Solok: Potensi Wilayah dan Genetik. Laporan
Penelitian Pusat Pengkajian Peternakan dan
Perikanan. Fak. Peternakan Universitas
Andalas. Dinas Peternakan Sumatera Barat.
Padang.
Abbot Laboratories, International Veterinary Division
1968. The Chicken and Anatomical Transpa-
rencies.
Ahmad BH, Herman R. 1982. Perbandingan Produksi
antara Ayam Kampung dan Ayam Jantan
Petelur. Media Peternakan 7: 19-34.
Ahvar, F., J. Peterson. P. Horst and H. Thein. 1982.
Varanderungen der Eisbeschaffenheit in der 1.
Legeperiode unter dem Einfluss hoher
Umwelttemperaturen. Archiv fur Geflugel-
kunde, 46. 1-8 in Sauver, B. dan M. Picard.
(1984). Environmental effects on egg quality.
Egg Quality Current Problems and Recent
Advances. Butterworths. England.
Arliana, F, Syafrudin dan K. Subekti, 2009. Konservasi
Plasma Nutfah Ayam Kokok Balenggek
Melalui Kajian Keragaman Fenotipe dan
Keragaman DNA MikroSatelit. Artikel
penelitian hibah strategis nasional. UNHAS.
Balai Penelitian Veteriner Bogor, 2004. Public health
concerns related to the outbreak of Avian In-
fluenza, Sub Type H5N1.
152 Sukses Budidaya Ayam Kampung
TENTANG PENULIS