UNDANG-UNDANG PROFESI/HAKI
Pentingnya etika visual
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang Standar Syarat Desain Grafis
dan Ketentuannya.
Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Undang-Undang Profesi/HAKI.
Padang,20/12/2013
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Desain, suatu karya cipta atau perancangan manusia yang melakukan usaha
pemecahan masalah untuk menghasilkan karya dalam memenuhi keperluan,
kebutuhan dan keinginan sekelompok masyarakat.
Etika Desain, yang dibahas disini terbatas pada Desain Komunikasi Visual
atau Desain Grafis, suatu pendekatan dan pertimbangan kreatif yang esensial dan
ideal dalam mencapai optimasi desain yang integral. Etika merupakan salah satu
cabang dari ilmu filsafat,yang mempelajari prinsip alami moralitas,dengan
mendifinisikan mana yang benar dan mana yang salah. Etika merupakan salah satu
ilmu filsafat yang berusaha membantu manusia untuk memahami pilhan benar dan
salah dalam kehidupan
Kode Etik
Kode etik merupakan pernyataan formal dari nilai-nilai etis dan social dalam sebuah
organisasi (komersial). Kode etik berisi prinsip umum mengenai keyakinan pada hal-
hal seperti berikut: kualitas, kepegawaian, lingkungan, dan lain-lain
Bagi desainer komunikasi visual kode etik betujuan mencapai ‘fair play’, artinya ,
semua yang berhubungan dengan industry maupun profesi tersebut, seperti: klien,
desainer, serta pihak lainnya memiliki hubungan yang seimbang dalam hak dan
kewajiban sesuai dengan aturan yang di sepakati. Kode etik gunanya disusun untuk
mencegah terjadinya praktek bisnis curang/tidak adil serta kerugian-kerugian yang
akan diakibatkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Etika profesi desain komunikasi visual Secara global di dunia, profesi desain
komunikasi visual mengarah ke dunia industri kreatif. Kita dapat lihat di beberapa
negara maju.
Deontologi profesi:
Athony Giddens:
Jean Baudrilliard:
Orang tidak pernah akan sampai pada kebenaran karena antara realitas,
representasi,hipperealitas atau tipuan tidak biasa di cek atau dibedakan lagi,
persaingan menghalalkan segala cara.
Revolusi teknologi informasi melahirkan logika waktu pendek media
elektronik dan komputer memungkinkan informasi dan dan pertukarannya dalam
waktu riil yang singkat Ketika membaca panduan etika dari berbagai asosiasi, akan
melihat bahwa hampir seluruh fokus dari panduan tersebut menitikberatkan pada
integritas dan rasa hormat dalam interaksi bisnis baik dengan klien, perusahaannya
bekerja atau pihak ketiga maupun dengan desainer lainnya.
Sesuai data pada Majalah Concept Vol. 01 edisi 05 tahun 2005, setiap tahun
ada 1500-an lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang berarti akan ada
tambahan + 1500 desainer grafis yang potensial masuk ke dalam industri yang
akhirnya akan terjadi oversupply lulusan DKV. Ingat, informasi tersebut terdapat
pada tahun 2005 dan sekarang sudah tahun 2010, seperti dikutip dari
http://wulanlan.multiply.com/journal/item/3, yang menyatakan sekarang sudah tahun
2008, mari kita lihat dan ternyata memang lulusan DKV sudah Oversupply Dilihat
dari banyaknya lulusan DKV yang terjun ke dunia pekerjaan, maka akan besar juga
persaingan yang terjadi. Melihat isu yang berkembang, ADGI tidak mau kalah
dengan asosiasi di negara-negara maju. Pada tanggal 28 Januari 2009 ADGI
mengajukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ke Kementrian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Berarti secara langsung menuntut standarisasi
kualitas dari desainer-desainer profesional dan mempunyai sertifikasi desainer
Karena ini menyangkut ranah profesi dari ranah akademisi, yang seringkali ruwet
dengan etika dan kriteria keprofesian.
Isu utama tentang etika profesi desainer grafis di Indonesia telah disadari
adanya praktek-praktek tak etis seperti (pitching fiktif, free pitching, kolusi, dll) yang
merupakan pelanggaran, Semoga dengan adanya kerjasama dari pemerintah dan
desainer-desainer dapat mewujudkan SKKNI sebagai acuan yang jelas dalam
berprofesi sebagai desainer grafis sehingga etika profesionalisme dapat diterapkan.
Akhir kata Teruslah berkarya bagi desainer-desainer Indonesia
Pada dasarnya kode etik yang disusun oleh INCOGRADA (International Council
Graphic Design Associations) antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Keharusan membuat kesepakatandan order dalan bentuk tertulis dan kontrak
yang ditandatangani oleh desainer dan klien.
2. Perubahan dan tambahan yang bukan merupakan kesalahan desainer harus
dibebankan pada klien sebagai tambahan terpisah
3. Kesalahan atau kelalaian yang dilakukan desainer menjadi tanggung jawab
desainer atau seniman.
4. Jika sebuah order pekerjaan desain ditunda atau dibatalkan secara sepihak
oleh klien maka biaya pembatalan (Cancellation Fee) harus dibayarkan
kepada desainer berdasarkan waktu, upaya, dan biaya yang telah digunakan.
5. Pengubahan pada karya desain atau seni tidak dapat dilakukan tanpa
konsultasi dengan seniman atau desainernya.
6. Desainer harus selalu menempati waktu (deadline).
7. Desainer harus memberitahukan kemungkinan keterlambatan pada
pengiriman desain.
8. Klien atau pembeli suatu desain harus menyediakan bagi desainernya contoh
reproduksi desain tersebut untuk kepentingan portofolio desainer
9. Segala jenis komisi, diskon, suap, bonus serta hadiah yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan perhitungannya di anggap illegal, dan tidak
diperbolehkan dalam kegiatan bisnis yang sehat.
10. Desainer memiliki seluruh hak dan kepemilikan atas desain yang dibuatnya,
kecuali bila hak dan kepemilikan tersebut secara tertulis dijual kepada klien
sebagian atau seluruhnya. Tidak ada pekerjaan desain yang diperbolehkan
untuk diduplikasi, didokumentasikan, discan atau dikopi dalam berbagai cara/
bentuk tanpa ijin desainer pembuatnya.
Ethics of Visual Reception
Visual ethics is equally concerned with the ethics of reception, that is, with seeing as
an ethical act. How do different images influence our ethical responses and moral
behavior in different ways? To what extent do our ethical responses to images take
place pre-reflectively, by visual-perceptual processes in the body-mind, before
images even come to consciousness? it can be looked upon more into the cultural
perception. it is always depends on the cultural background.
PENUTUP
http://www.pdf-archive.com/2012/02/02/ds5020-etikaprofesi-handout-010212/
http://dgi-indonesia.com/etika-desain/
http://www.pdf-archive.com/2012/02/02/ds5020-etikaprofesi-handout-010212/ds5020-
etikaprofesi-handout-010212.pdf
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=194605&val=6515&title=Perancangan%20Clothing%20Mengenai%20Etika%20Sopan
%20Santun%20Bagi%20Mahasiswa%20DKV%20di%20UKPs
Elaine A. King and Gail Levin (2006). Ethics and The Visual Arts. New York: Allworth Press
http://en.wikipedia.org/wiki/Visual_ethics