Oleh:
1. Istiqomah (E020322038)
2. Iliyana Syafitri (E020322037)
3. Helsy Lyanika Admisya (E020322035)
4. Novia Safitri (E020322048)
5. Muhammad Abrar (E020322040)
6. Wanda Aulia Nurcholis (E020322056)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Pengertian Kognitif dalam Desain Interaksi..................................................................................2
B. Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi.........................................................................................2
C. Teori Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi..............................................................................3
D. Manfaat Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi.........................................................................4
E. Strategi untuk Memperbaiki Kualitas dan Kemudahan Interaksi...............................................5
F. Penerapan Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi......................................................................6
G. Contoh Aplikasi/Software yang Sulit Digunakan...........................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desain interaksi adalah aspek penting dalam pengembangan produk dan layanan digital.
Memahami prinsip kognitif dapat membantu desainer untuk menciptakan pengalaman
pengguna yang lebih baik. Prinsip kognitif berkaitan dengan cara manusia memproses
informasi, berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam makalah ini, kita akan menjelaskan
prinsip-prinsip kognitif yang mendasari desain interaksi, serta strategi yang dapat
digunakan untuk membuat desain interaksi menjadi lebih mudah dipahami dan digunakan
oleh pengguna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kognitif dalam desain interaksi?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip
kognitif yang mendasari desain interaksi kepada pembaca. Ini mencakup menjelaskan apa
itu prinsip kognitif, mengapa penting, dan bagaimana prinsip-prinsip ini berperan dalam
menciptakan antarmuka pengguna yang efektif.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
9. Konsistensi (Consistency): Antarmuka harus konsisten dalam desainnya, baik dalam hal
penggunaan elemen antarmuka, tampilan, maupun perilaku. Ini membantu pengguna merasa
lebih nyaman dan terbiasa dengan sistem.
10. Fleksibilitas (Flexibility): Desain interaksi harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna yang beragam. Ini mencakup pengaturan personalisasi dan opsi untuk
mengubah tampilan atau perilaku antarmuka.
Prinsip-prinsip ini membantu desainer menciptakan antarmuka yang lebih efektif, efisien, dan
mudah digunakan oleh pengguna. Dengan memahami cara pikiran manusia bekerja dan
merancang berdasarkan prinsip-prinsip ini, desainer dapat meningkatkan pengalaman pengguna
dan mengurangi frustrasi.
Menerapkan teori-teori kognitif dalam desain interaksi membantu desainer untuk menciptakan
antarmuka yang lebih sesuai dengan pemahaman, kemampuan, dan preferensi pengguna. Dengan
memahami dan mengintegrasikan prinsip-prinsip kognitif ini dalam desain, produk dan sistem
dapat menjadi lebih ramah pengguna dan efektif.
4
E. Strategi untuk Memperbaiki Kualitas dan Kemudahan Interaksi
1. Penelitian Pengguna : Salah satu langkah pertama dalam merancang interaksi yang baik
adalah melakukan penelitian pengguna. Ini melibatkan mengumpulkan data tentang
kebutuhan, perilaku, dan preferensi pengguna. Penelitian ini membantu desainer dalam
memahami model mental pengguna.
2. Prototyping : Prototyping adalah cara yang efektif untuk menguji dan memvalidasi desain
interaksi. Dengan membuat prototipe awal, desainer dapat melihat bagaimana pengguna
berinteraksi dengan produk atau layanan mereka dan memperbaiki masalah yang mungkin
timbul.
3. Pengujian Pengguna : Pengujian pengguna adalah langkah penting dalam memastikan bahwa
desain interaksi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Melibatkan pengguna dalam pengujian
dapat membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak terlihat oleh desainer.
4. Desain Responsif : Memastikan desain responsif adalah kunci. Produk atau layanan harus
dapat beradaptasi dengan berbagai perangkat dan ukuran layar untuk memberikan pengalaman
yang konsisten kepada pengguna.
5. Pelatihan dan Bantuan : Jika produk atau layanan memiliki fitur yang kompleks, penting
untuk menyediakan pelatihan atau bantuan yang mudah diakses. Hal ini membantu pengguna
dalam memahami cara menggunakan produk dengan lebih baik.
6. Iterasi : Desain interaksi yang baik adalah proses yang terus berkembang. Desainer harus siap
untuk melakukan iterasi berdasarkan umpan balik pengguna dan perubahan kebutuhan.
5
F. Penerapan Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi
Langkah-langkah umum untuk menerapkan prinsip-prinsip kognitif dalam desain interaksi:
6
7.Uji Pengguna:
Lakukan pengujian pengguna secara teratur untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan dalam
interaksi. Gunakan temuan dari pengujian untuk memperbaiki dan mengoptimalkan desain.
8.Perhatikan Konsistensi:
Pertahankan konsistensi dalam seluruh antarmuka pengguna. Elemen-elemen seperti ikon,
tombol, dan navigasi harus berperilaku dan terlihat sama dalam situasi yang serupa.
9.Perhatikan Efisiensi:
Rancang antarmuka untuk meminimalkan jumlah langkah atau waktu yang dibutuhkan oleh
pengguna untuk menyelesaikan tugas. Ini dapat mencakup penggunaan pintasan keyboard atau
fungsi pencarian yang efisien.
10.Pengujian Iteratif:
Desain interaksi adalah proses berkelanjutan. Lakukan iterasi pada desain Anda berdasarkan
umpan balik dari pengguna dan evaluasi kinerja produk secara berkala.
11.Edukasi Pengguna:
Jika diperlukan, sediakan bantuan atau panduan yang mudah diakses bagi pengguna yang
mungkin memerlukan bantuan dalam memahami cara menggunakan produk atau sistem.
12.Keterlibatan Pengguna:
Melibatkan pengguna dalam proses desain adalah langkah yang sangat berharga. Dengan
menggandeng pengguna dalam berbagai tahap desain, Anda dapat memastikan bahwa produk
atau sistem Anda memenuhi ekspektasi dan kebutuhan mereka.
7
G. Contoh Aplikasi/Software yang Sulit Digunakan
Salah satu contoh aplikasi yang sering dianggap sulit untuk digunakan dari sudut pandang
kognisi manusia adalah "Adobe Photoshop." Alasan utama mengapa Photoshop dianggap sulit
adalah sebagai berikut:
2. Beban Kognitif yang Tinggi : Mengedit gambar dengan Photoshop memerlukan banyak
keputusan yang harus diambil oleh pengguna, seperti memilih alat yang tepat, mengatur berbagai
opsi, dan merencanakan langkah-langkah editing. Semua ini menambah beban kognitif yang
tinggi pada pengguna, terutama jika mereka tidak berpengalaman.
3. Bahasa dan Simbol Asing : Photoshop menggunakan banyak istilah teknis dan simbol yang
mungkin tidak familiar bagi pengguna biasa. Misalnya, istilah seperti "layers," "masks," dan
"blending modes" memerlukan pemahaman khusus yang tidak dimiliki oleh semua orang.
5. Kurva Pembelajaran yang Curam : Adobe Photoshop memerlukan waktu yang cukup lama
untuk dikuasai sepenuhnya. Proses pembelajarannya bisa sangat curam, dan pengguna sering
merasa frustrasi ketika mereka tidak bisa mencapai hasil yang diinginkan dalam waktu singkat.
6. Terlalu Banyak Fitur : Sementara Photoshop sangat kuat dan fleksibel, kadang-kadang
memiliki terlalu banyak fitur yang tidak semua pengguna butuhkan. Hal ini membuat pengguna
harus menyaring informasi dan memutuskan mana yang relevan dengan kebutuhan mereka.
7. Keterbatasan Perangkat Keras : Adobe Photoshop juga dapat membutuhkan komputer dengan
spesifikasi yang tinggi untuk menjalankannya dengan baik. Ini bisa menjadi hambatan bagi
pengguna yang tidak memiliki perangkat keras yang memadai.
8
Meskipun Photoshop mungkin tampak rumit dari sudut pandang kognisi manusia, banyak
pengguna profesional menghargai kompleksitas dan fleksibilitasnya. Namun, untuk pengguna
awam atau pemula, Photoshop seringkali terlalu sulit untuk digunakan tanpa pelatihan dan
praktik yang cukup.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desain interaksi yang efektif membutuhkan pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip
kognitif dan pengguna. Dengan memahami model mental pengguna, mengurangi beban kognitif,
menjaga konsistensi, dan memberikan umpan balik yang jelas, desainer dapat menciptakan
pengalaman yang lebih baik dan lebih mudah digunakan oleh pengguna. Strategi seperti
penelitian pengguna, prototyping, pengujian pengguna, desain responsif, pelatihan, dan iterasi
juga penting untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan interaksi dalam desain produk dan
layanan digital.
B. Saran
Jika ingin membuat desain interaksi yang efektif, lebih baik sebelum membuat pahami dulu
prinsip-prinsip kognitif dan pengguna agar terciptanya desain interaksi yang efektif sesuai
apa yang diinginkan.
10