Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRINSIP KOGNITIF DALAM DESAIN INTERAKSI


Evi Lestari Pratiwi, M.Kom.

Oleh:
1. Istiqomah (E020322038)
2. Iliyana Syafitri (E020322037)
3. Helsy Lyanika Admisya (E020322035)
4. Novia Safitri (E020322048)
5. Muhammad Abrar (E020322040)
6. Wanda Aulia Nurcholis (E020322056)

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 30 September 2023

Penulis Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Pengertian Kognitif dalam Desain Interaksi..................................................................................2
B. Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi.........................................................................................2
C. Teori Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi..............................................................................3
D. Manfaat Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi.........................................................................4
E. Strategi untuk Memperbaiki Kualitas dan Kemudahan Interaksi...............................................5
F. Penerapan Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi......................................................................6
G. Contoh Aplikasi/Software yang Sulit Digunakan...........................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Desain interaksi adalah aspek penting dalam pengembangan produk dan layanan digital.
Memahami prinsip kognitif dapat membantu desainer untuk menciptakan pengalaman
pengguna yang lebih baik. Prinsip kognitif berkaitan dengan cara manusia memproses
informasi, berpikir, dan memecahkan masalah. Dalam makalah ini, kita akan menjelaskan
prinsip-prinsip kognitif yang mendasari desain interaksi, serta strategi yang dapat
digunakan untuk membuat desain interaksi menjadi lebih mudah dipahami dan digunakan
oleh pengguna.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kognitif dalam desain interaksi?

2. Apa saja prinsip kognitif dalam desain interaksi?

3. Apa saja teori prinsip kognitif dalam desain interaksi?

4. Apa manfaat prinsip kognitif dalam desain interaksi?

5. Bagaimana penerapan prinsip kognitif dalam desain interaksi?


6. Apa strategi untuk memperbaiki kemudahan penggunaan aplikasi berdasarkan prinsip
kognitif
7. Jelaskan dan sebutkan salah satu contoh aplikasi/software sulit digunakan dari aspek
kognisi manusia?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip
kognitif yang mendasari desain interaksi kepada pembaca. Ini mencakup menjelaskan apa
itu prinsip kognitif, mengapa penting, dan bagaimana prinsip-prinsip ini berperan dalam
menciptakan antarmuka pengguna yang efektif.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kognitif dalam Desain Interaksi


Dalam konteks desain interaksi, "kognitif" merujuk pada aspek-aspek kognitif atau mental yang
terlibat dalam cara manusia berpikir, memproses informasi, dan berinteraksi dengan antarmuka
pengguna atau teknologi. Desain interaksi kognitif adalah pendekatan dalam perancangan
antarmuka pengguna yang memperhatikan bagaimana pemahaman, kognisi, dan proses mental
manusia memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan sistem atau produk.

B. Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi


Prinsip-prinsip kognitif dalam desain interaksi didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana
manusia berpikir, memproses informasi, dan berinteraksi dengan teknologi. Beberapa prinsip
kognitif yang penting dalam desain interaksi antara lain:
1. Kesesuaian Tugas (Task Fit): Desain interaksi harus sesuai dengan tugas yang ingin dicapai
oleh pengguna. Ini berarti antarmuka harus dirancang agar pengguna dapat dengan mudah
mencapai tujuan mereka tanpa hambatan atau kebingungan.
2. Keterpahaman (Learnability): Antarmuka harus mudah dipahami oleh pengguna, bahkan oleh
pengguna yang belum pernah menggunakannya sebelumnya. Ini melibatkan penyediaan
petunjuk yang jelas, ikon yang intuitif, dan aliran kerja yang terstruktur.
3. Pemahaman (Understanding): Pengguna harus dapat memahami cara sistem atau aplikasi
bekerja. Ini mencakup memberikan informasi yang cukup tentang proses di balik tindakan
yang mereka lakukan.
4. Feedback (Feedback): Pengguna harus mendapatkan umpan balik yang jelas dan tepat waktu
tentang tindakan mereka. Hal ini membantu mereka memahami hasil dari tindakan mereka
dan membuat perbaikan jika diperlukan.
5. Mental Model (Mental Models): Desainer harus memahami dan mempertimbangkan mental
model pengguna. Mental model adalah cara pengguna memahami cara sistem berfungsi, dan
antarmuka harus mencocokkan mental model ini sebanyak mungkin.
6. Kesalahan Manusia (Human Error): Antarmuka harus dirancang untuk meminimalkan
kesalahan yang dapat dilakukan oleh pengguna. Ini mencakup penggunaan konfirmasi untuk
tindakan berisiko tinggi dan perlindungan terhadap tindakan yang tidak dapat dibatalkan.
7. Kemudahan Ingatan (Memory): Pengguna sering kali harus mengingat informasi atau tindakan
yang perlu dilakukan. Antarmuka harus mendukung pengguna dalam mengingat informasi
atau mengakses kembali tindakan sebelumnya.
8. Efisiensi (Efficiency): Desain interaksi harus membantu pengguna dalam menyelesaikan tugas
dengan efisien dan dengan jumlah langkah atau waktu yang minimal.

2
9. Konsistensi (Consistency): Antarmuka harus konsisten dalam desainnya, baik dalam hal
penggunaan elemen antarmuka, tampilan, maupun perilaku. Ini membantu pengguna merasa
lebih nyaman dan terbiasa dengan sistem.
10. Fleksibilitas (Flexibility): Desain interaksi harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pengguna yang beragam. Ini mencakup pengaturan personalisasi dan opsi untuk
mengubah tampilan atau perilaku antarmuka.

Prinsip-prinsip ini membantu desainer menciptakan antarmuka yang lebih efektif, efisien, dan
mudah digunakan oleh pengguna. Dengan memahami cara pikiran manusia bekerja dan
merancang berdasarkan prinsip-prinsip ini, desainer dapat meningkatkan pengalaman pengguna
dan mengurangi frustrasi.

C. Teori Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi


Teori kognitif dalam desain interaksi mengacu pada berbagai kerangka kerja, konsep, dan
pemahaman tentang bagaimana manusia berpikir, memproses informasi, dan berinteraksi dengan
teknologi. Teori-teori ini membantu desainer untuk merancang antarmuka pengguna yang lebih
efektif, intuitif, dan sesuai dengan pemahaman serta kemampuan kognitif pengguna. Berikut
adalah beberapa teori kognitif yang relevan dalam desain interaksi:
1. Teori Beban Kognitif (Cognitive Load Theory): Teori ini membahas cara beban kognitif dapat
memengaruhi kinerja dalam tugas-tugas kognitif. Beban kognitif adalah jumlah mental yang
digunakan dalam pemrosesan informasi. Desainer menggunakan teori ini untuk mengurangi
beban kognitif pengguna dalam antarmuka pengguna, sehingga membuatnya lebih mudah
dipahami dan digunakan.
2. Teori Model Mental (Mental Models): Konsep model mental mengacu pada cara pengguna
memahami dan meramalkan cara sistem atau produk bekerja. Desainer harus memahami model
mental yang mungkin dimiliki oleh pengguna untuk membuat antarmuka yang sesuai dengan
pemahaman mereka.
3. Teori Persepsi Visual: Ini membahas bagaimana manusia memproses informasi visual,
termasuk warna, bentuk, ukuran, dan kontras. Desainer menggunakan teori ini untuk membuat
antarmuka yang lebih menarik dan mudah dibaca.
4. Teori Kejelasan (Clarity Theory): Teori ini menekankan pentingnya menyajikan informasi
dengan jelas dan mudah dimengerti dalam antarmuka pengguna. Prinsip-prinsip kejelasan
membantu menghindari kebingungan pengguna.
5. Teori Interaksi Manusia-Komputer (Human-Computer Interaction, HCI): Ini adalah bidang
studi yang mencakup berbagai teori dan konsep yang berhubungan dengan desain interaksi,
termasuk aspek kognitif seperti pemahaman pengguna, memori, dan pemecahan masalah.
6.Teori Perilaku Manusia (Human Behavior Theories): Teori-teori perilaku manusia, seperti teori
motivasi atau teori perilaku terencana, dapat membantu desainer memahami faktor-faktor
3
psikologis yang memengaruhi tindakan dan keputusan pengguna dalam interaksi dengan
teknologi.
7.Teori Tindakan Dibatasi (Affordance Theory): Teori ini mengemukakan bahwa objek atau
elemen antarmuka pengguna memberikan petunjuk tentang cara mereka seharusnya digunakan.
Desainer menggunakan konsep ini untuk membuat antarmuka yang lebih intuitif.
8. Kerangka Kerja Desain Berpusat pada Pengguna (User-Centered Design Framework):
Kerangka kerja ini menempatkan pengguna sebagai pusat dalam proses desain, memahami
kebutuhan dan preferensi mereka serta memastikan bahwa desain memenuhi ekspektasi kognitif
mereka.

Menerapkan teori-teori kognitif dalam desain interaksi membantu desainer untuk menciptakan
antarmuka yang lebih sesuai dengan pemahaman, kemampuan, dan preferensi pengguna. Dengan
memahami dan mengintegrasikan prinsip-prinsip kognitif ini dalam desain, produk dan sistem
dapat menjadi lebih ramah pengguna dan efektif.

D. Manfaat Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi


 Meningkatkan usability dan kepuasan pengguna.
 Mengurangi kebingungan dan frustrasi pengguna.
 Meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan pengguna.
 Meminimalkan beban kognitif dan meningkatkan retensi pengguna.
 Mengurangi pelatihan yang diperlukan dan meningkatkan citra perusahaan.
Penerapan prinsip-prinsip kognitif dalam desain interaksi membantu menciptakan pengalaman
pengguna yang lebih baik dan efisien serta meningkatkan keberhasilan produk atau sistem.

4
E. Strategi untuk Memperbaiki Kualitas dan Kemudahan Interaksi
1. Penelitian Pengguna : Salah satu langkah pertama dalam merancang interaksi yang baik
adalah melakukan penelitian pengguna. Ini melibatkan mengumpulkan data tentang
kebutuhan, perilaku, dan preferensi pengguna. Penelitian ini membantu desainer dalam
memahami model mental pengguna.
2. Prototyping : Prototyping adalah cara yang efektif untuk menguji dan memvalidasi desain
interaksi. Dengan membuat prototipe awal, desainer dapat melihat bagaimana pengguna
berinteraksi dengan produk atau layanan mereka dan memperbaiki masalah yang mungkin
timbul.
3. Pengujian Pengguna : Pengujian pengguna adalah langkah penting dalam memastikan bahwa
desain interaksi sesuai dengan kebutuhan pengguna. Melibatkan pengguna dalam pengujian
dapat membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak terlihat oleh desainer.
4. Desain Responsif : Memastikan desain responsif adalah kunci. Produk atau layanan harus
dapat beradaptasi dengan berbagai perangkat dan ukuran layar untuk memberikan pengalaman
yang konsisten kepada pengguna.
5. Pelatihan dan Bantuan : Jika produk atau layanan memiliki fitur yang kompleks, penting
untuk menyediakan pelatihan atau bantuan yang mudah diakses. Hal ini membantu pengguna
dalam memahami cara menggunakan produk dengan lebih baik.
6. Iterasi : Desain interaksi yang baik adalah proses yang terus berkembang. Desainer harus siap
untuk melakukan iterasi berdasarkan umpan balik pengguna dan perubahan kebutuhan.

5
F. Penerapan Prinsip Kognitif dalam Desain Interaksi
Langkah-langkah umum untuk menerapkan prinsip-prinsip kognitif dalam desain interaksi:

1.Memahami Pengguna dan Konteks Penggunaan:


Mulailah dengan memahami siapa pengguna produk atau sistem Anda, apa tujuan mereka, dan
konteks penggunaan produk tersebut. Ini melibatkan penelitian untuk mengidentifikasi
kebutuhan, preferensi, dan harapan pengguna.

2.Identifikasi Tugas dan Tujuan Utama:


Tentukan tugas utama yang ingin dicapai oleh pengguna saat menggunakan produk atau sistem
Anda. Ini akan membantu Anda fokus pada kesesuaian tugas dalam desain.

3.Pemahaman Model Mental Pengguna:


Usahakan untuk memahami model mental yang mungkin dimiliki oleh pengguna tentang cara
produk atau sistem bekerja. Ini dapat dicapai melalui penelitian dan pengujian pengguna.

4.Penggunaan Bahasa dan Simbol yang Sesuai:


Gunakan bahasa dan simbol yang sesuai dengan pemahaman pengguna. Hindari istilah teknis
yang mungkin tidak dimengerti oleh pengguna biasa.

5.Desain Tampilan yang Jelas:


Pastikan tampilan antarmuka pengguna jelas dan tidak membingungkan. Susun informasi dengan
cara yang mudah dimengerti, termasuk hierarki informasi dan tata letak yang tepat.

6.Umpan Balik yang Jelas:


Sediakan umpan balik yang jelas kepada pengguna tentang tindakan mereka. Ini dapat berupa
pesan sukses setelah tindakan yang benar, atau pesan kesalahan yang informatif jika ada
masalah.

6
7.Uji Pengguna:
Lakukan pengujian pengguna secara teratur untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan dalam
interaksi. Gunakan temuan dari pengujian untuk memperbaiki dan mengoptimalkan desain.

8.Perhatikan Konsistensi:
Pertahankan konsistensi dalam seluruh antarmuka pengguna. Elemen-elemen seperti ikon,
tombol, dan navigasi harus berperilaku dan terlihat sama dalam situasi yang serupa.

9.Perhatikan Efisiensi:
Rancang antarmuka untuk meminimalkan jumlah langkah atau waktu yang dibutuhkan oleh
pengguna untuk menyelesaikan tugas. Ini dapat mencakup penggunaan pintasan keyboard atau
fungsi pencarian yang efisien.

10.Pengujian Iteratif:
Desain interaksi adalah proses berkelanjutan. Lakukan iterasi pada desain Anda berdasarkan
umpan balik dari pengguna dan evaluasi kinerja produk secara berkala.

11.Edukasi Pengguna:
Jika diperlukan, sediakan bantuan atau panduan yang mudah diakses bagi pengguna yang
mungkin memerlukan bantuan dalam memahami cara menggunakan produk atau sistem.

12.Keterlibatan Pengguna:
Melibatkan pengguna dalam proses desain adalah langkah yang sangat berharga. Dengan
menggandeng pengguna dalam berbagai tahap desain, Anda dapat memastikan bahwa produk
atau sistem Anda memenuhi ekspektasi dan kebutuhan mereka.

Penerapan prinsip-prinsip kognitif dalam desain interaksi memerlukan pemahaman mendalam


tentang pengguna dan upaya berkelanjutan untuk memastikan bahwa antarmuka pengguna yang
dihasilkan sesuai dengan pemahaman dan preferensi pengguna. Ini adalah investasi yang penting
dalam menciptakan produk atau sistem yang ramah pengguna dan efektif.

7
G. Contoh Aplikasi/Software yang Sulit Digunakan
Salah satu contoh aplikasi yang sering dianggap sulit untuk digunakan dari sudut pandang
kognisi manusia adalah "Adobe Photoshop." Alasan utama mengapa Photoshop dianggap sulit
adalah sebagai berikut:

1. Kompleksitas Antarmuka : Adobe Photoshop memiliki antarmuka yang sangat kompleks


dengan banyak alat dan opsi yang tersedia. Untuk pengguna yang tidak terlatih, ini bisa menjadi
sangat membingungkan dan mengintimidasi. Memahami fungsi dan lokasi alat-alat ini
memerlukan pemahaman yang dalam tentang bagaimana Photoshop bekerja.

2. Beban Kognitif yang Tinggi : Mengedit gambar dengan Photoshop memerlukan banyak
keputusan yang harus diambil oleh pengguna, seperti memilih alat yang tepat, mengatur berbagai
opsi, dan merencanakan langkah-langkah editing. Semua ini menambah beban kognitif yang
tinggi pada pengguna, terutama jika mereka tidak berpengalaman.

3. Bahasa dan Simbol Asing : Photoshop menggunakan banyak istilah teknis dan simbol yang
mungkin tidak familiar bagi pengguna biasa. Misalnya, istilah seperti "layers," "masks," dan
"blending modes" memerlukan pemahaman khusus yang tidak dimiliki oleh semua orang.

4. Kurangnya Umpan Balik Langsung : Kadang-kadang, pengguna mungkin tidak mendapatkan


umpan balik langsung atas tindakan mereka dalam Photoshop. Misalnya, ketika mereka
mengubah beberapa pengaturan dalam jendela dialog, mungkin sulit untuk langsung melihat
hasilnya tanpa keluar dari dialog tersebut.

5. Kurva Pembelajaran yang Curam : Adobe Photoshop memerlukan waktu yang cukup lama
untuk dikuasai sepenuhnya. Proses pembelajarannya bisa sangat curam, dan pengguna sering
merasa frustrasi ketika mereka tidak bisa mencapai hasil yang diinginkan dalam waktu singkat.

6. Terlalu Banyak Fitur : Sementara Photoshop sangat kuat dan fleksibel, kadang-kadang
memiliki terlalu banyak fitur yang tidak semua pengguna butuhkan. Hal ini membuat pengguna
harus menyaring informasi dan memutuskan mana yang relevan dengan kebutuhan mereka.

7. Keterbatasan Perangkat Keras : Adobe Photoshop juga dapat membutuhkan komputer dengan
spesifikasi yang tinggi untuk menjalankannya dengan baik. Ini bisa menjadi hambatan bagi
pengguna yang tidak memiliki perangkat keras yang memadai.

8
Meskipun Photoshop mungkin tampak rumit dari sudut pandang kognisi manusia, banyak
pengguna profesional menghargai kompleksitas dan fleksibilitasnya. Namun, untuk pengguna
awam atau pemula, Photoshop seringkali terlalu sulit untuk digunakan tanpa pelatihan dan
praktik yang cukup.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain interaksi yang efektif membutuhkan pemahaman yang kuat tentang prinsip-prinsip
kognitif dan pengguna. Dengan memahami model mental pengguna, mengurangi beban kognitif,
menjaga konsistensi, dan memberikan umpan balik yang jelas, desainer dapat menciptakan
pengalaman yang lebih baik dan lebih mudah digunakan oleh pengguna. Strategi seperti
penelitian pengguna, prototyping, pengujian pengguna, desain responsif, pelatihan, dan iterasi
juga penting untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan interaksi dalam desain produk dan
layanan digital.

B. Saran
Jika ingin membuat desain interaksi yang efektif, lebih baik sebelum membuat pahami dulu
prinsip-prinsip kognitif dan pengguna agar terciptanya desain interaksi yang efektif sesuai
apa yang diinginkan.

10

Anda mungkin juga menyukai