Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

INFORMASI DALAM PERSPEKTIF PERUSAHAAN DAN PENDIDIKAN

DI SUSUN OLEH DAN DI AJUKAN OLEH

NAMA :NABILA PUTRI RETISA

NIM : 10572113821

KELAS : M21D

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta ala yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat
nanti. Saya mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta ala atas limpahan
nikmat sehat-Nya, sehingga saya mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas yang diberikan dosen Pembimbing Mata Kuliah SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN.

Meski telah disusun secara maksimal, akan tetapi saya sebagai manusia biasa
sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari
kata sempurna. Karenanya saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca,sehingga makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf yang setulus-tulusnya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Allah Subhanahu wa ta ala dan Dosen Pembimbing Mata Kuliah sistem informasi
manajemen yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini. Demikian yang
dapat saya sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran
dari makalah ini. Terima kasih.

Makassar 19, Maret 2023

Nabila Putri Retisa

2
DAFTAR ISI

Judul...................................................................................................................................1

Kata Pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Tujuan....................................................................................................................5
C. Manfaat..................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Pendekatan Human-Centered Dalam Manajemen Perusahaan Dan Manajemen


Pendidikan.............................................................................................................6
B. Keamanan Sistem Informasi Moral,Etika,Hukum Teknologi Informasi............16

BAB III PENUTUP........................................................................................................28

A. Kesimpulan..........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era globalisasi yang sarat akan perubahan dan perkembangan telah banyak
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat. Perkembangan yang luar biasa cepat
terjadi di berbagai bidang. Bidang-bidang tersebut misalnya sosial, ekonomi, kesehatan,
dan tak tertinggal adalah bidang pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh berbagai
bidang tersebut tidak dapat dipungkiri salah satu penyebabnya adalah terjadinya
perkembangan Ilmu pengetahuan dan Tekonologi (IPTEK).

Teknologi informasi merupakan sebutan lain dari teknologi komputer, yang


dikhususkan untuk pengolahan data menjadi informasi yang bermanfaat baik untuk
individu maupun untuk kelompok atau organisasi. Organisasi yang begitu banyak
jumlahnya di Indonesia dan berbagai bidang juga banyak menerapkan teknologi
informasi untuk mengefektifkan serta mengefisiensikan kinerja organisasi. Salah satu
organisasi yang banyak memanfaatkan dan menerapkan teknologi informasi adalah
organisasi pendidikan.

Didalam organisasi modern, dan dalam bahasan ekonomis secara luas, informasi telah
menjadi komoditas yang sangat berharga, dan telah berubah dan dianggap sebagai
sumber daya habis pakai, bukannya barang bebas. Dalam suatu organisasi perlu
dipertimbangkan bahwa informasi memiliki karakter yang multivalue, dan
multidimensi. Dari sisi pandangan teori sistem, informasi memungkinkan kebebasan
beraksi, mengendalikan pengeluaran, mengefisiensikan pengalokasian sumber daya dan
waktu. Sirkulasi informasi yang terbuka dan bebas, merupakan kondisi yang optimal
untuk pemanfaatan informasi.

Perilaku kita diarahkan oleh moral, etika, dan hukum. Undang-undang mengenai
komputer telah diterapkan di banyak negara untuk mengatasi kekhawatiran seperti
kejahatan komputer, hak mendapatkan akses data, hak akan privasi, dan paten piranti

4
lunak. Beberapa negara lebih maju dibandingkan yang lain dalam hal mengeluarkan
undang-undang semacam ini, dan hukum di satu negara dapat mempengaruhi
penggunaan teknologi informasi (sistem komputer) di tempat lain di dunia.

B. Tujuan :
a) Untuk membuat sistem kerja manusia menjadi lebih efisien dan
memuaskan dalam pendekatan human centered dalam manajemen
perusahaan dan manajemen pendidikan.
b) menjadikan banyak lembaga pendidikan menjadi bernilai karena nilai
informasi yang dihasilkan memiliki arti strategis dalam pola
pengembangan manajemen pendidikan.
c) Mencehag penyalagunaan informasih oleh pihak yang tidak
berkepentingan atau tidak berhak mengelolah informasi.

C. Manfaat
a) Mempermudah untuk membuat sebuah aplikasi bisnis dalam perusahaan dan
memudahkan komunikasi .
b) Metode ini memungkinkan setiap subjek didalamnya menjadi problem
solver dan menciptakan ide-ide bagi pengembangannya dikemudian hari.

5
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENEKATAN HUMAN CENTERED DALAM MANAJEMEN PERUSAHAAN DAN


DALAM MENEJEMEN PENDIDIKAN

PENDEKATAN HUMAN CENTERED

Pendekatan human center merupakan sebuah pendekatan dengan menitik


beratkan manusia sebagai pusat dalam setiap aktifitas di dalam sistem. Industri
manufaktur telah lebih dulu menerapkan pendekatan ini dalam meningkatkan
produktifitas, efisiensi, dan efektifitas proses kerja sistem industri. Pendekatan ini jika
dianalisis lebih dalam dapat diterapkan pada sistem yang jauh lebih kecil dan sederhana.
IKM merupakan sistem industri yang lebih sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektitas penerapan pendekatan human center design dalam Industri Kecil
menengah ditinjau dari produktifitas usaha yang dijalankan. Penelitian dilakukan di
Paguyuban IKM yang ada di Desa Pagedangan Kec.Indramayu. Metode yang dilakukan
adalah dengan wawancara terstruktur pada pelaku IKM seteah pendekatan Human
center design ini diterapkan sebelumnya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan efektifitas aktifitas usaha yang dilakukan terhadap peingkatan motivasi
pelaku IKM untuk mengembangkan IKM yang dikelolanya sejumlah 75%, peningkatan
omset penjualan sebesar 25%, penguatan jejaring pasar, serta kemampuan melakukan
inovasi produk.

Human center dalam manajemen perusahaan

Pendekatan ini berfungsi untuk pengembangan sistem yang berfokus pada pengguna
sehingga interaksi yang terjadi dapat bermanfaat sesuai dengan kebutuhan serta
persyaratan pengguna yang juga mempertimbangkan faktor ergonomi serta usability.
Pada penelitian ini, penggunaan HCD bertujuan untuk menghasilkan solusi desain

6
dengan rekomendasi perbaikan yang berfokus pada pengguna sehingga
mereka dapat menggunakan situs web dengan lebih nyaman dan mudah. Lalu,
usability testing juga digunakan sebagai alat guna mengidentifikasi
masalah yang ada terkait dengan tingkat usability hingga akhirnya
memunculkan kebutuhan baru. Selain itu perbaikan antarmuka pada
penelitian ini menggunakan guideline terkait usability sebuah situs web yang sesuai
dengan buku Research-Based Web Design & Usability Guidelines (2006)
dimana buku tersebut merupakan pedoman dalam menghasilkan solusi desain
antarmuka.Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan solusi desain dengan
perbaikan yang direkomendasikan terhadap antarmuka situs web dengan
kaidah usabilitydan diharapkan setelah adanya solusi desain dengan perbaikan yang
sesuai dengan kaidah usabilitymeningkatkan kenyamanan yang dirasakan
pengguna. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan terkait
dengan evaluasi usabilitydengan menggunakan pendekatan human centered design.
Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Richard et al (2015) terdapat
pembahasan proses desain human-centered designyang melibatkan pengguna
sepanjang pengembangan produk dan proses pengujian. Penelitian tersebut bertujuan
untuk menerapkan HCD untuk menilai dan meningkatkan usability, faktor
manusia dan user experiencesuatu sistem kesehatan yang dikenal sebagai Wireless
Insole for Indepedent andSafe Elderly Living(WIISEL). Hasil penelitian
melaporkan bahwa penerapan metodologi tersebut telah sukses untuk proses
desain dan pengembangan untuk mendeteksi dan memprediksi jatuhnya
lansia.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Alturki & Gay


(2017)bertujuan untuk melakukan pengujian usabilitypada aplikasi fitness "Aded
Surat", aplikasi tersebut menggunakan bahasa Arab.Atribut usabilityyang diuji
adalah efektivitas, efisiensi, kepuasan, memorability, kesalahan, kemampuan belajar
dan beban kognitif. Pengujian dilakukan berkolaborasi dengan peserta dari
Rumah Sakit Angkatan Bersenjata -Wilayah Taif di Arab Saudi. Hasilnya
menunjukkan bahwa aplikasi gagal memenuhi atribut usability.

7
Usability adalah atribut dalam setiap produk atau sistem, dimana
merujuk pada apa yang bisa dilakukan oleh produk atau system(Dumas & Redish,
1999).Usability juga berupa suatu ukuran kualitas kemudahan user interfacesebuah
sistemdari segi kemudahan pemakaian oleh pengguna (Nielsen, 2012).Produk atau
sebuah sistem akan dapat memuaskan penggunanya dengan user Interface
yang baik dan memudahkan.Pada penelitian ini, metrik yang digunakan adalah
metrik learnability, lalu metrik efficiency, setelah itu tingkat errorserta satisfaction.

Usability Testingmerupakan metode evaluasi dengan tujuan untuk


meningkatkan usabilitydari sebuah sistem yang berfokus pada penggunadalam
melakukan pengerjaan tugas(Dumas & Redish, 1999). Pada penelitian ini,
pengguna yang dituju merupakan pengguna yang tidak pernah menggunakan
sistem atau produk sebelumnya.

Penelitian ini mengacu pada Research-based Web Design & Usability


Guidelines.Pedoman ini terdapat beberapa kompilasi yang berguna untuk para
pemula sehingga mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. Selain itu, yang
terpenting adalah untuk menumbuhkan diskusi yang diharapkan dapat terjadi antara
peneliti dan perancangterkait pedoman mana yang relevan dan harus
ditambahkan (Scneiderman, 2006)

.Human Centered Design merupakan pendekatan yang menggunakan


perspektif manusia sepenuhnya dan mempercayai bahwa semua masalah dapat
dipecahkan (IDEO, 2015). Penelitian ini menggunakan literatur ISO 9241-210 sebagai
rujukan sekaligus pedoman dalam menggunakan pendekatan HCD. ISO 9241-210
merupakan bagian International Organization forn Standardization(ISO)yang berfokus
pada interaksi manusia dan komputer dari segi ekonomi.

8
1) Teknologi informasi dan keunggulan kompetitif
Hubungan antara teknologi informasi dan keunggulan kompetitif lembaga, bahwa
lembaga perlu mengembangkan kapabilitas teknologi informasi secara efektif ,
menghasilkan sistem yang tepat guna,dan mencapai tujuan pembelajaran dengan
implementasi teknologi informasi.
Dalam meningkatkan daya saingnya, Quinn & Hilmer (1994) mengatakan ada
dua strategi yang bisa dikombinasikan yaitu ;
a. Mengkonsentrasikan sumber daya untuk mencapai keunggulan dan memberikan nilai
yang unik bagi pelanggan.
b. Mencari sumber daya luar yang lebih strategis
Teknologi informasi merupkan pengendali munculnya berbagai tuntutan dan upaya
untuk mengadakan perubahan, baik dalam sturktur maupun proses organisasi lembaga.

2) Faktor Manusia dalam Manajemen Informasi


Nilai dari kabalitas suatu teknologi informasi lembaga tergantung pada asset
manusia, teknologi dan hubungan antara teknologi dengan manajemen lembaga. Peran
manusia sebagai aset penting dalam penguasaan dan pengembangan teknologi
informasi. Dengan demikian asset manusia secara bersama-sama dengan kedua asset
lain dapat meningkatkan nilai lembaga.

Dengan kombinasi pelatihan formal, pengalaman kerja dan kepemimpinan yang


terfokus, staf teknologi informasi dapat mengakumulasikan kompetensi dan
pengetahuan teknologi menjadi relevan.

Aset teknologi informasi : Manusia , Teknologi , dan Relationship dalam


memproses teknologi informasi untuk membangun nilai bisnis agar dapat
memenangkan persaingan.

3) Human Centered Approaches Vs Machine Centered Approaches


Human Centered Approaches adalah pendekatan yang digunakan dalam
manajemen informasi yang menekankan pada pemikiran bagaimana orang

9
menggunakan informasi. Sedangkan yang menekankan bagaimana orang menggunakan
mesin (alat) adalah Machine Centered Approaches atau disebut informastion
architecture
Hal yang membedakan kedua nya adalah desain teknologi informasi dan proses.
Dalam machine centered, teknologi dan proses di desain untuk menyederhanakan
apakah yang akan diproses mesin (computer). Dan manusia diharapkan menyesuaikan
dengan kelemahan dan keterbatasan computer. Sedangkan dalam human centered desain
disebutkan bahwa teknologi dan proses didesain untuk membuat sistem kerja manusia
menjadi lebih efektif dan memuaskan.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah menjadikan banyak lembaga


pendidikan menjadi bernilai karena nilai informasi yang dihasilkan memiliki arti
strategis dalam pola pengembangan manajemen pendidikan. Berdasarkan hal tersebut
teknologi informasi akan menjadi suatu keharusan dalam mengelola suatu lembaga
pendidikan agar mampu mengembangkan pola pembelajaran yang lebih berkualitas dan
memiliki nilai bagi pelanggannya. Kesiapan sumber daya baik manusia maupun
material diperlukan sebagai prasyarat umum untuk mampu menguasai teknologi
informasi yang optimal. Salah satu upayanya dengan strategi outsourcing teknologi
informasi, yang merupakan strategi penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi
oleh lembaga pendidikan melalui pihak ketiga seperti yang dipaparkan oleh Ludigdo,
2007 di dalam Eti Rochaeti. Ternyata, strategi tersebut tidak selalu memberikan manfaat
yang optimal dan mengandung risiko sehingga digunakan strategi insourcing dalam
pemanfaatan teknologi. Berkaitan hal tersebut akan diuraikan mengenai (A) teknologi
informasi dan keunggulan kompetitif, (B) factor manusia dalam manajemen informasi,
(C) human-centered apporoaches VS machine-centered approaches.

Human center dalam paendidikan

Sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia, perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan mengalami kemajuan yang sedemikian
pesat. Pesatnya perkembangan teknologi informasi telah menjadikan banyak lembaga
pendidikan menjadi bernilai karena nilai informasi yang dihasilkan memiliki arti

10
strategis dalam pola pengembangan manajemen lembaga pendidikan. Dengan demikian,
teknologi informasi akan menjadi keharusan dalam mengelola sebuah lembaga
pendidikan agar mampu mengembangkan pola pembelajaran yang lebih berkualitas dan
memiliki nilai bagi pelanggannya. Untuk mampu menguasai teknologi informasi yang
optimal, setidaknya diperlukan prasyarat umum yang meliputi kesiapan baik sumber
daya manusia maupun sumber daya material. Kesiapan sumber daya bukanlah sesuatu
yang mudah untuk dipenuhi karena bagi lembaga pendidikan harus mencari alternatif
tertentu yang paling menguntungkan dan tepat guna. Salah satu upaya tersebut, yaitu
dengan strategi outsourcing teknologi informasi, yang merupakan strategi penguasaan
dan pemanfaatan teknologi informasi oleh lembaga pendidikan melalui pihak ketiga
(Ludigdo dalam Rochaety, 2005:86) Akan tetapi, strategi ini tidak selalu memberikan
manfaat yang optimal dan mengandung sejumlah resiko sehingga digunakan strategi
insourcing dalam pemanfaatan teknologi.

 Teknologi Informasi dan Keunggulan Kompetitif


Lembaga pendidikan perlu mengembangkan kapabilitas teknologi informasi
secara efektif dengan biaya untuk investasi teknologi informasi menghasilkan sistem
yang tepat guna dan mencapai tujuan pembelajaran dengan implementasi teknologi
informasi sehingga meningkatkan daya saingnya. Agar tercapai perlu
mempertimbangkan dua pendekatan strategi yang bisa dikombinasikan yaitu
(1) mengkonsentrasikan sumberdaya untuk mencapai keunggulan dan
memberikan nilai ynag unik bagi pelanggan;
(2) mencari sumber daya dari luar yang lebih strategis ( Quinn & Hilmer, 1994,
di dalam Eti Rochaety).
Harapan atas penguasaan dan pengembangan kapabilitas teknologi informasi
sebenarnya berkaitan dengan konsistensinya dalam penyediaan, pengidentifikasian,
dan kesempatan untuk mengimplementasikannya dalam memenuhi kebutuhan
strategis yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah dibandingkan pesaing

Hubungan antara teknologi informasi dan keunggulan kompetitif lembaga


pendidikan adalah lembaga pendidikan perlu mengembangkan kapabilitas teknologi
informasi secara efektif dengan biaya untuk investasi teknologi informasi,

11
menghasilkan sistem yang tepat guna, dan mencapai tujuan pembelajaran dengan
implementasi teknologi informasi. Menurut Quinn & Hilmer, 1994 dalam (Rochaety,
2005:86) ada dua strategi yang bisa dikombinasikan, yaitu (1) mengonsentrasikan
sumber daya untuk mencapai keunggulan dan memberikan nilai yang unik bagi
pelanggan; (2) mencari sumber daya dari luar yang lebih strategis. Ada beberapa
manfaat dari penerapan teknologi informasi oleh sebuah lembaga termasuk lembaga
pendidikan dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif walaupun tidak semua
manfaat dapat dikuantifikasikan secara finansial.

 Faktor Manusia dalam Manajemen Informasi


Penerapan teknologi informasi pada suatu lembaga pendidikan bukanlah satu-
satunya penentu keberhasilan, pengembangan suatu kapabilitas yaitu investasi pada
teknologi informasi yang tidak terbatas pada nilai informasi tetapi menyangkut proses
penguasannya dapat membantu keberhasilan. Nilai dari kapabilitas teknologi informasi
lembaga pendidikan tergantung pada asset manusia, teknologi dan
hubungan (relationship) antara teknologi dan dengan manajemen lembaga pendidikan.
Aset manusia yang bernilai (valuable) pada suatu lembaga pendidikan mendistribusikan
tanggung jawab untuk memecahkan masalah manajemen kepada setiap anggota staf
teknologi informasi. Karakteristiknya adalah secara konsisten memecahkan masalah
manajeman dan menunjukkan kesempatan perbaikan (improvement) melalui teknologi
informasi yang tersedia. Caranya dengan mengkombinasikan pelatihan formal,
pengalaman kerja, dan kepemimpinan terfokus. Hubungan antarmanusia sebagai asset
lembaga pendidikan dengan asset teknologi dan asset relationship dlam rangka
meningkatkan nilai lembaga pendidikan sehingga mampu dan dapat memenangkan
persaingan. Namun dalam kenyataannya, tidak jarang pihak manajemen pendidikan
dalam upaya meraih keunggulan bersaing telalu mengedepnkan unsur teknologi
informasi sedangkan sumber daya manusia terabaikan.

Nilai dari kapabilitas teknologi informasi lembaga pendidikan tergantung pada


aset manusia, teknologi, dan hubungan (relationship) antara teknologi dengan

12
manajemen lembaga pendidikan, sekaligus menunjukkan bahwa aset manusia
mempunyai peran yang sangat penting dalam penguasaan dan pengembangan teknologi
informasi. Dengan kombinasi pelatihan formal, pengalaman kerja, dan kepemimpinan
yang terfokus, staf teknologi informasi dapat mengakumulasikan kompetensi dan
pengetahuan teknologi menjadi relevan.

 Human-centered Approaches Vs Machine-Centered Approaches


Human-Centered Approaches adalah pendekatan yang digubakan dalam
manajemen informasi yang menekankan kepada pemikiran-pemikiean orang
menggunakan informasi. Yang menekankan bagaimana orang menggunakan mesin
(alat) disebut dengan machine-centered approaches (informasi architecture) menurut
Dapenvort, 1994 didalam Eti Rochaety. Yang membedakan antara keduanya adalah
desain teknologi dan proses, dimana pada human-centered desain disebutkan bahwa
teknologi dan proses didesain untuk membuat sistem kerja manusia lebih efektif dan
memuaskan. Sedangkan pada machine-centered, teknologi dan proses didesain untuk
menyederhanakan apakah yang akan diproses mesin (komputer) dan manusia
diharapkan menyesuaikan dengan kelemahan dan keterbatasan komputer. Tetapi
pada human-centered tidak dapat dikendalikan secara komprehensif karena informasi
lebih kompleks dan sangat luas.

Pendekatan yang digunakan dalam manajemen informasi yang menekankan


pada pemikiran bagaimana orang menggunakan informasi, itulah yang dimaksud
dengan Human- centered Approach. Adapun yang menekankan bagaimana orang
menggunakan mesin (alat), itulah yang dimaksud dengan machine-centered approach
atau disebut information architecture (Dapenvort, dalam Rochaety, 2005:87)). Beberapa
hal yang membedakan antara human-centered dan machine-centered dalam manajemen
informasi adalah desain teknologi dan proses.

Pendekatan Human-Centered Design dalam Manajemen Pendidikan

13
Dalam manajemen pendidikan, peningkatan mutu sebuah lembaga merupakan hal yang
paling diprioritaskan, sebab dapat menggaet rasa percaya masyarakat terhadap lembaga
tersebut. Oleh karenanya produk atau layanan yang ditawarkan memerlukan sebuah
inovasi dan kreasi yang gemilang, tentunya dalam tanda kutip ‘problem solving’ yang
mampu memberikan jawaban atas persoalan yang terjadi di masyarakat melalui sistem
pendidikan.

Human-Centered Design atau HCD seperti yang telah dijelaskan diatas merupakan
sebuah metode berpikir kreatif yang memiliki relevansi dengan persoalan tersebut. Maka
sebagai lembaga organisasi, metode HCD ini menjadi sebuah pintu baru yang akan
menghubungkan antara masyarakat dan juga organisasi.

Dalam implementasinya biasanya lembaga pendidikan menerapkan HCD dalam berbagai


program yang mereka tawarkan, misalnya program pembelajaran. Untuk meningkatkan
mutu siswa yang mana berdampak terhadap mutu sekolah, manajemen akan berusaha
sepenuhnya agar program pembelajaran berdampak seefektif mungkin. Dalam metode
HCD maka guru dan murid sebagai objek manusia akan ditaruh ke dalam wadah
prioritas.

Dalam hal ini Human-centered Design merupakan sebuah pendekatan yang


menitikberatkan objek fokusnya terhadap manusia. Pendekatan ini mulai marak
digunakan dalam metode-metode desain produk di manca negara untuk menyelesaikan
permasalahan publik yang sudah terbukti efektif dalam pemberdayaan sistem informasi
manajemen.

Human-Centered Design.

Human-Centered Design adalah sebuah pendekatan kreatif dalam prinsip Design


Thinking yang digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang mengedepankan
proses yang diawali dengan perhatian terhadap pengguna yang akan menggunakan objek

14
desain dan diakhiri dengan solusi desain yang dibuat sesuai dengan kebutuhan pengguna
tersebut. Human-Centered Design adalah sebuah proses yang dapat digunakan pada
berbagai industri dan sektor untuk mengatasi berbagai jenis tantangan.

Human-Centered Design telah dipakai oleh berbagai organisasi di berbagai tempat di


penjuru dunia untuk mendesain tidak saja produk namun juga layanan, ruang (fisik dan
arsitektur) dan juga sistem.

Tahapan Human-Centered Design

Pengembangan metode human centered design efektif untuk menumbuhkan partisipasi


sosial maupun individu dan pemberdayaan komunitas lokal. Perspektif ide dasar yang
diaplikasikan dalam human centered design dibagi menjadi tiga, yaitu (1) desirability, (2)
feasibility, dan (3) viability. Ketiga perspektif tersebut saling bertautan dan
menghasilkan kesimpulan hasil perpotongan ketiga perspektif tersebut.

1. Desirability

Desirability adalah tahap pertama dalam proses desain dengan metode human centered
design yang bermakna mengumpulkan segala macam keinginan dan inspirasi dari warga
dan partisipan baik melalui proses wawancara secara formal maupun informal, baik
dalam pola berkelompok maupun individu. Tujuan tahap ini adalah mendapatkan
gambaran secara utuh kebutuhan dan keinginan dari setiap stakeholder sehingga dapat
dijadikan bahan kajian awal. Data yang digunakan dapat berupa hasil wawancara
langsung secara formal maupun secara informal, baik dalam suatu komunitas maupun
individu. Oleh karena itu, data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder
yang diperoleh dari instansi.

2. Feasibility

15
Tahap selanjutnya setelah tahap desirability adalah tahap feasibility atau studi kelayakan.
Ide-ide yang berhasil dikumpulkan dalam tahap desirability akan dievaluasi dan diseleksi
untuk diuji apakah layak baik dalam hal aspek hukum, sosial budaya, teknis/teknologi,
dan kelayakan fisik taman. Menurut Sudarma dalam esei tentang studi kelayakan dan
perencanaan bisnis, dijelaskan bahwa studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan
bagi suatu bisnis maupun organisasi yang bersifat sosial untuk mengambil keputusan
tentang suatu kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukan. Studi kelayakan juga
dijadikan landasan untuk menentukan kegiatan atau aktivitas yang bersifat komersial
maupun nonkomersial sehingga menjadi salah satu instrumen dalam rangka menyusun
perencanaan desain.

3. Viability

Setelah fase studi kelayakan/feasibility study, aplikasi human centered design


dilanjutkan pada perspektif viability atau dikenal dengan kelangsungan hidup suatu
kegiatan, usaha, atau ide. Fase ini digunakan untuk menguji ketahanan suatu ide,
kegiatan, atau usaha dalam waktu yang lama sehingga dapat senantiasa memberikan
kemanfaatan untuk kesejahteraan rakyat.

B. SISTEM INFORMASI, MORAL,ETIKA DAN HUKUM TEKNOLOGI


INFORMASI

KEAMANAN SISTEM INFORMASI, MORAL, ETIKA, DAN HUKUM


TEKNOLOGI INFORMASI

 Keamanan Sistem Informasi

16
Beberapa prosedur dirumuskan untuk melindungi data dan informasi, baik dari
faktor kesenjangan maupun masalah teknis dan etika yang diperkirakan dapat merusak,
menghilangkan, atau menghambat distribusi data dan informasi tersebut. Upaya yang
dilakukan secara teknis untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan menyusun visi
berasama guna melindungi dan mengamankan data dan informasi. Menurut Hary
Gunarto dalam (Rochaety, 2005:89) terdapat tiga jenis pengendalian data dan informasi,
meliputi :
(1) pengendalian sistem informasi,
(2) pengendalian prosedural, dan
(3) pengendalian fasilitas.

a). Pengendalian Sistem Informasi .


Pengendalian perlu diciptakan untuk melakukan kegiatan input data, kegiatan
pemrosesan, dan kegiatan penyimpanan data sehingga implementasi sistem dapat
dilaksanakan dengan baik dan aman. Pengendalian dalama hal ini direncanakan untuk
memonitor dan menjaga kualitas, keamanan peralatan, input, proses, output, aktivitas
penyimpanan, dan distribusi sistem informasi.

Pertama, pengendalian input terdiri dari :


(1) penggunaan sistem password dan log-in name akan membatasi siapa yang dapat
melakukan akses terhadap sistem informasi tersebut;
(2) pendeteksian terhadap proses pemasukan data;
(3) pemasukan kode.
Kedua, untuk pengendalian proses yang berkaitan dengan perangkat komputer akan
meliputi :
1. koneksi peralatan pendukung untuk mengecek pendeteksian kode,
2. memastikan bahwa prosesor yang digunakan tidak terdapat kesalahan,
3. pengecekan terhadap kompatibilitas program sebelumnya dengan program baru yang
digunakan, dan
(4) ketersediaan prosedur untuk melakukan pencegahan terhadap kesalahan yang
terjadi sehingga perlu disediakan prosedur pencegahan melalui pemunculan kotak
dialog yang memberikan informasi tentang prosedur yang benar.

17
Ketiga, langkah-langkah pengendalian output secara standar dilakukan melalui : (1)
pengecekan dokumen dan laporan yang dihasilkan, (2) pengecekan terhadap seluruh
output, apakah sudah sesuai dengan input yang diberikan.

Keempat, pengendalian penyimpanan baik proses maupun peralatan yang digunakan,


jenis pengendalian ini meliputi tiga hal : (1) Kerusakan Harddisk, (2) Virus,
merupakan problematika yang cukup pelik karena virus komputer dapat menjalar
secara cepat, baikmelalui medium disket maupun jaringan komputer dan internet. (3)
Pengendalian sistem informasi yang berkaitan dengan proses distribusi data dan
informasi.

b). Pengendalian Prosedural.


Hal-hal yang harus dirumuskan dalam penyusun pengendalian prosedural, antara
lain (1) prosedur backup data dan program yang disesuaikan dengan tingkan
urgensinya; (2) prosedur untuk memasuki lingkungan jaringan komputer yang ada
dilingkungan organisasi dan prosedur apabila akan keluar dan meninggalkannnya; (3)
prosedur pembagian kerja antara staf pengelola teknologi informasi berdasarkan
keahlian dan kemampuannya.

c). Pengendalian Fasilitas dan Usaha Pegamanan.


Upaya pengendalian fasilitas dapat dilakukan, antara lain melakukan kompresi agar
dapat menjaga tingkat kepadatan lalu lintas data dalam jaringan, enskripsi, dan deskripsi
untuk menjaga keamanan data dalam harddisk maupun yang sedang melintas dalam
jaringan.

 Moral, Etika, dan Hukum Teknologi Informasi


Menurut McLeod dalam (Rochaety, 2005:91) moral merupakan kebiasaan dalam
mempercayai prilaku baik atau buruk. Oleh sebab itu, moral merupakan institusi sosial
yang memiliki sejarah dan sederetan peraturan ketika semua individu harus bertanggung
jawab terhadap perilaku masyarakatnya, moral tersebut mempelajari aturan-aturan

18
tentang perilaku sejak seseorang masih kecil. Sedangkan etika merupakan serangkaian
petunjuk yang harus diikuti, memiliki standar atau idealisme yang diterima oleh
perorangan, kelompok, atau suatu komunitas teknologi informasi.

Menurut James H. Moor dalam Rochaety (2005: 91) etika teknologi informasi
berperan sebagai alat analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi informasi,
serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi informasi
tersebut. Hambatan dalam menghadapi penerapan etika dan hukum pada teknologi
informasi dan internet, antara lain pemahaman mengenai etika dan hukum pada masing-
masing kelompok sosial yang berbeda, baik di negara maju maupun negara
berkembang.

Menurut Hary Gunarto dalam (Rochaety 2005:92) meskipun permasalahn etika


daan hukum teknologi informasi dan internet sangat kompleks tetapi beberapa tindakan
dan perilaku yang dianggap tidak etis menurut perjanjian internasional telah berhasil
dirumuska antara lain:

1) Akses ke tempat yang tidak menjadi haknya;


2) Merusak fasilitas komputer dan jaringannya;
3) Menghabiskan secara sia-sia setiap sumber daya yang berkaitan dengan orang lain,
komputer, ruang harddisk, dan bandwdith komunikasi;
4) Menghilangkan atau merusak integritas dan kerja sama antarsistem komputer;
5) Menggangggu kerahasiaan individu atau organisasi.

Dalam menanamkan budaya etika pada lembaga pendidikan, ada tiga bentuk
implementasi yang harus diperhatikan berikut ini.

1. Membentuk paham etika lembaga pendidikan (educational institusion credo).


2. Program etika merupakan sistem yang merancang aktivitas ganda untuk memfasilitasi
pimpinan dan bawahan yang terlibat dalam lembaga pendidikan dalam memahami
organisasi pendidikan tersebut.

19
3. Membangun kode etik lembaga pendidikan tersendiri atau beradabtasi dengan kode
etik yang dibuat oleh lembaga profesi dibidang pendidikan, misalnya kode etik guru dan
kode etik kepala sekolah. Selanjutnya Leod mengemukakan bahwa dalam
merencanakan operasi teknologi informasi yang beretika harus memenuhi 9 tahap
standar etika, yaitu :
a. Merumuskan paham etika;
b. Mebentuk prosedur melalui peraturan-peraturan yang ada;
c. Menetapkan sanksi;
d. Mengakui adanya perilaku etis;
e. Memfokuskan pada program pelatihan;
f. Melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan;
g. Mendorong program rehabilitasi etika;
h. Mendorong partisipasi masyarakat profesional untuk membuat kode etik;
i. Menetapkan budaya keteladanan.

Sementara itu menurut James Moor dalam Indrajit (2002: 265) bahwa dalam pembuatan
perangkat lunak yang didasari pada teknik pemrograman terstruktur teknologi
informasi, ada tiga alasan utama diperlukannya etika, yaitu logical malleability
(kelenturan logika), transformation factor (faktor transformasi), dan invisibility faktor
(faktor yang tidak kasat mata).
1. Kelenturan logika Perangkat aplikasi teknologi informasi akan melakukan hal-hal
yang diinginkan pembuatnya (progammer).
2. Faktor transformasi Konsep etika berkembang dalam fenomena transformasi karena
telah bergesernya paradigma dan mekanisme aktivitas lembaga pendidikan sehari-hari,
baik antara komponen internal maupun komponen eksternal.
3. Faktor tidak kasat mata Komputer sebagai kotak hitam dari teknologi informasi akan
bekerja sesuai dengan aplikasi yang diinstalasi

 Perbedaan Moral, Etika dan Hukum


a. Moral
Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai perilaku yang benar dan
yang salah. Moral adalah institusi social dengan sejarah dan

20
seperangkat aturan. Kita mulai belajar mengenai perilaku moral
semenjak kecil. Saat kita tumbuh dewasa secara fisik adan mental, kita
belajar mengenai peraturan-peraturan yang diharapkan masyarakat
untuk kita ikuti. Aturan perilaku ini adalah moral.

b. Etika
Perilaku kita juga diarahkan oleh etika. Kata etika berasal dari bahasa
Yunani ethos, yang berarti karakter. Etika adalah sekumpulan
keprcayaan, standar, atau teladan yang mengarahkan, yang masuk
kedalam seseorang atau masyarakat. Tidak seperti moral, etika bias jadi
amat bervariasi dari satu komunitas dengan komunitas yang lain.
Keberagaman komputer ini bias dilihat dala bentuk peranti lunak
bajakan yaitu peranti lunak yang diduplikasi secara illegal dan kemudia
digunakan atau dijual.
c. Hukum
Hukum adalah peraturan perilaku formal yang diterapkan oleh otoritas
yang berwenang, seperti pemerintah, terhadap subjek atau warga
negaranya. Selama 10 tahun pertama penggunaan komputer di bidang
bisnis dan pemerintahan, tidak terdapat hukum yang berkaitan dengan
komputer. Hal ini dikarenakan karena komputer merupakan inovasi
baru, dan sistem hukum membutuhkan waktu untuk mengerjakannya.

 Teknologi informasi

Teknologi Informasi (TI) merupakan sebutan lain dari teknologi komputer, yang
dikhususkan untuk pengolahan data menjadi informasi yang bermanfaat bagi sebuah
organisasi termasuk organisasi pendidikan. Teknologi Informasi adalah suatu teknologi
yang digunakan untuk mengolah data,termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi
yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan
untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang
strategis untuk pengambilan keputusan.

21
Untuk menjaga itu semua diperlukanlah sebuah aturan atau undang-undang yang
mengatur mengenai itu. Banyak Negara maju telah mempunyai undang-undang khusus
mengenai komputer. Hal yang dapat ditimbulkan bukan hanya masalah akses data pribadi secara
bebas tapi juga menyangkut kejahatan komputer dan juga hak paten peranti lunak.

Pada dasarnya masyarakat memiliki empat hak dasar yang berkenaan dengan
penggunaan komputer yaitu, pribadi, akurasi, properly, dan akses. Kesemua itu tentunya harus
didukung dengan sikap kita yang bijaksana. Setiap perilaku kita diarahkan oleh moral, etika,
dan hukum. Maka dari itu, penggunaan komputer pun ada moral, etika, dan hukumnya.

Dibawah ini adalah Berbagai macam moral/akhlak, hukum dan Etika pada saat
pemakaian Tekhnologi Informasi diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Melakukan semua kegiatan tanpa kecurangan. Hal ini mencakup
pencurian atau penyalahgunaan uang, peralatan, pasokan, dokumentasi,
program komputer, atau waktu komputer.
b. Menghindari segala tindakan yang mengkompromikan integritas
mereka. Misalnya pemalsuan catatan dan dokumen, modifikasi
program dan file produksi tanpa ijin, bersaing bisnis dengan organisasi,
atau terlibat dalam perilaku yang mungkin mempengaruhi perusahaan
atau reputasinya. Para karyawan tidak boleh menerima hadiah dari
pemasok, agen dan pihak-pihak seperti itu.
c. Menghindari segala tindakan yang mungkin menciptakan situasi
berbahaya. Termasuk membawa senjata tersembunyi di tempat kerja,
mencederai orang lain atau mengabaikan standar keselamatan dan
keamanan.
d. Tidak menggunakan alkhohol atau obat terlarang saat bekerja dan tidak
bekerja di bawah pengaruh alkhohol atau obat terlarang atau kondisi
lain yang tidak bugar untuk bekerja.

Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, system


jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai
dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan
diakses secara global. Arti teknologi informasi bagi dunia pendidikan seharusnya berarti

22
tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program
pendidikan.

Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah merupakan


kelaziman.Membantu menyediakan komputer dan jaringan yang menghubungkan
rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator sekolah. Semuanya
dihubungkan ke Internet, dan para guru dilatih menggunakan komputer pribadi. Peran
yang dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi ini adalah mendapatkan
informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi tentang kesehatan, hobi, rekreasi,
dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti sains, teknologi, perdagangan, berita bisnis,
dan asosiasi profesi. Sarana kerjasama antara pribadi atau kelompok yang satu dengan
pribadi atau kelompok yang lainnya tanpa mengenal batas jarak dan waktu, negara, ras,
kelas ekonomi, ideologi atau faktor lainnya yang dapat menghambat bertukar pikiran.

Perkembangan Teknologi Informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan,


dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-
life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik.

Pada proses pengelolaan sistem informasi juga dibutuhkan teknologi informasi


(TI) yang terdiri atas perangkat kerja dan piranti lunak. Teknologi informasi tidak hanya
mencakup komputer, printer, PDA dan piranti lunak sepeti sistem operasi Windows atau
Linux, suite aplikasi Microsoft office dan program aplikasi lainnya.

Teknologi Informasi mengalami perkembangan baik dari bentuk, ukuran,


kecepatan, dan kemampuan untuk mengakses multimedia dan jaringan komputer.
Perkembangan itu disebabkan tingginya tingkat persaingan antar produsen prosesor
komputer, seperti Intel, Motorola, Apple, DEC, dan lainnya.

Perkembangan prosesor tersebut mencapai tingkat kecepatan yang sangat tinggi


dalam sepuluh tahun terakhir. Jika diamati secara rinci perkembangan setiap seri
prosesor, hampir berhimpitan terciptanya prosesor baru dengan spesifikasi yang
semakin tinggi.

23
Persaingan dalam pengembangan prosesor telah mendorong pertumbuhan
industri TI karena setiap prosesor baru diciptakan, dibutuhkan spesifikasi baru,
khususnya yang terkait dengan RAM dan kapasitas pengingat sekunder
seperti harddisk. Penciptaan prosesor dengan spesifikasi baru telah memberi tantangan
bagi produsen software untuk mengimbanginya dengan menciptakan system operasi dan
aplikasi baru yang mampu mengoptimalkan spesifikasi prosesor dan
perangkat hardware secara keseluruhan

Faktor faktor yang mempengaruhi etika sistem informasi

 Pengaruh Moral terhadap Etika Sistem Informasi.


Sistem informasi manajemen sangatlah dibutuhkan oleh organisasi baik
organisasi profit ataupun non profit sebagai upaya mempertahankan dan
mengembangkan kelangsungan hidup organisasi, dengan tetap berpijak pada etika dan
hukum yang berlaku. Sistem informasi ini,didasarkan pada nilai-nilai moral dan etika
dari para manajer, spesialis informasi dan pemakai serta hukum yang berlaku
demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Namun demikian,
dalam sistem informasi juga tidak terlepas dari permasalahan-permasahan etika
yang muncul seperti permasalahan privasi, kepemilikan intelektual, penghentian
kerja, keamanan, akurasi, dan kesehatan.

Menurut (Arief S, 2009)ada lima dimensi moral dari era informasi yang
sedang berkembang saat ini.
a) Hak dan kewajiban informasi. Kode etik sistem informasi harus
mencakup topik-topik, seperti: privasi e-mail setiap karyawan,
pemantauan tempat kerja, perlakuan informasi organisasi, dan
kebijakan informasi untuk pengguna.
b) Hak milik dan kewajiban. Kode etik sistem informasi harus mencakup
topik-topik, seperti: lisensi penggunaan perangkat lunak, kepemilikan

24
data dan fasilitas organisasi, kepemilikan perangkat lunak yang
buat oleh pegawai pada perangkat keras organisasi, masalah
copyrights perangkat lunak. Pedoman tertentu untuk hubungan
kontraktual dengan pihak ketiga juga harus menjadi bagian dari topik di
sini
c) Akuntabilitas dan pengendalian. Kode etik harus
menyebutkan individu yang bertanggung jawab untuk seluruh
sistem informasi dan menggaris bawahi bahwa individu-individu
inilah yang bertanggung jawab terhadap hak individu, perlindungan
terhadap hak kepemilikan, kualitas sistem dan kualitas hidup.
d) Kualitas sistem. Kode etik sistem informasi harus menggambarkan
tingkatan yang umum dari kualitas data dan kesalahan sistem yang dapat
ditoleransi. Kode etik juga harus dapat mensyaratkan bahwa semua
sistem berusaha mengestimasi kualitas data dan kemungkinan
kesalahan sistem.
e) Kualitas hidup. Kode etik sistem informasi juga harus dapat
menyatakan bahwa tujuan dari sistem adalah meningkatkan kualitas
hidup dari pelanggan dan karyawan dengan cara mencapai tingkatan
yang tinggi dari kualitas produk, pelayanan pelanggan, dan kepuasan
karyawan.Moral berpengaruh terhadap Etika Sistem Informasi, ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh:(Usman & Nufus,
2017), (Shobirin & Hapzi Ali, 2019)dan (Puspita et al., 2022).

 Pengaruh Isu Sosialterhadap Etika Sistem Informasi


Ada beberapa isu sosial yang berhubungan dengan kepemilikan yang
diangkatolehteknologi informasi baru. Sebagian besar ahli setuju bahwa hukum
kepemilikanintelektual sekarang ini kurang berfungsi dengan era informasi.
Laporan penelitian yangdilakukan di Amerikamenyebutkan bahwa secara rutin
beberapa hukum kepemilikandilanggar, mulai dari pengutipan tanpa izin terhadap
cuplikan dokumen sehingga penggandaan buku perangkat lunak. Kemudahan
menggandakan perangkat lunak dancontent digital semakin membuat kita sebagai
bagian dari masyarakat pelanggar hukum.Pencurian rutin seperti ini secara signifikan

25
mengancam penyebaran bentuk-bentuk teknologi baru dan, karena itu mengancam
pula kemajuan-kemajuan dalam produktivitasdan kehidupan sosial yang lebih baik.Isu-
isu sosial mengenai kebebasan pribadi menaruh perhatian pada
perkembangan“pengharapan kebebasan pribadi” atau norma-norma kebebasan pribadi,
dan sikap publik.

Menurut (Arief S, 2009)permasalahan etika dan sosial dalam penggunaan


sistem informasi diantaranya “perlindungan hak kepemilikan intelektual, membangun
akuntabilitas sebagai dampak pemanfaatan sistem informasi, menetapkan
standar untuk pegamanan kualitas sistem informasi yang mampu melindungi
keselamatan individu dan masyarakat, mempertahankan nilai yang
mempertimbangkan sangat penting untuk kualitas hidup di dalam suatu masyarakat
informasi.

”Isu Sosialberpengaruh terhadap Etika Sistem Informasi, ini sejalan dengan


penelitian yang dilakukan oleh: (Habib Mufid Ridho, 2016),dan (Fadly & Wantoro,
2019).

 Pengaruh Etika Masyarakat terhadap Etika Sistem Informasi.


Etika adalah suatu masalah bagi manusia yang memiliki kebebasan untuk
memilih.Etikaadalah tentang pilihan masing-masing orang.Isu-isu etika telah lama
ada sebelumkehadiran teknologi informasi, isu-isu itu merupakan perhatian yang
terusa-menerus ada pada masyarakat bebas dimanapun. Namun demikian, teknologi
informasi semakinmempertinggi perhatian atas etika, memberi tekanan pada
pengaturan-pengaturan socialyang ada, dan membuat hukum yang telah ada menjadi
kuno/ tidak berlaku secara luasatau sedikit pincang. Ada empat tren teknologi yang
bertanggung jawab atas tekanan-tekanan etika.James H. Moor mendefinisikan etika
komputer adalah analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi komputer,
serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi tersebut
secara etis. Etika komputer terdiri dari dua aktivitas utama, dan manajemer yang
paling bertanggung jawab atas aktivitas tersebut adalah CIO(Chief Information

26
Officer). CIO harus sadar bagaimana komputer mempengaruhi masyarakat, dan
karena itu harus berbuat sesuai dengan memformulasi kebijakan-kebijakan yang
memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan secara tepat.

27
PENUTUP

KESIMPULAN

Pendekatan ini berfungsi untuk pengembangan sistem yang berfokus pada pengguna
sehingga interkasi yang terjadi dapat bermanfaat sesuai dengan kebutuhan serta
persyaratan pengguna yang juga mempertimbangkan faktor ergonomi serta usubility.
Kehidupan mengalami kemajuan yang sedemikian pesat. Pesatnya perkembanga
teknologi informasi telah menjadikan banyak lembaga pendidikan menjdadi bernilai
karena nilai informasi yang dihasilkan memiliki arti strategis dalam pola perkembangan
manajemen lembaga pendidikan. Sistem informasi manajemen diharapkan mampu
mwmbantu setiap yang membutuhkan pengambilan keputusan dengan lebih tepat dan
akurat. Namun disadari bahwa dengan berbagai peran yang dimiliki dalam aktifitas
yang dilaksakannya, setiap orang berusaha untuk dapat memenuhi tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya dengan baik.

28
DAFTAR PUSTAKA

ISO9241–210. (2010). Human-centered Design for Interactive


Systems.International Standard Office.

Mifsud, J. (2015). Usability Metric -A Guide To Quantify The Usability Of any


System. Dipetik Oktober 5, 2019, dari https://usabilitygeek.com/usability-metrics-a-
guide-to-quantify-system-usability/

Roche, M. J. (2013). An Integrative Approach To The Assessment Of


Narcissism. Journal Of Personality Assessment, 95(3), 237–248.

Nielsen, J. (2012). Introduce to Usability. Dipetik oktober 5, 2019, dari


https://www.nngroup.com/articles/usability-101-introduction-to-usability/

Sulaiman, S., Lokman, N., & Hussien, N. S. (2017). UsabilityStudy on Mobile


Web Pre-Fetching. Faculty of Computing, Universitas Teknologi Malaysia.Sunyono.
(2011). Teknik wawancara pa

Sulaiman, S., Lokman, N., & Hussien, N. S. (2017). UsabilityStudy on Mobile


Web Pre-Fetching. Faculty of Computing, Universitas Teknologi Malaysia.

Rahman, M. W. (2019). Evaluasi UsabilityAplikasi Mobile Banking Dengan


Menggunakan UsabilityTesting (Studi kasus: Aplikasi Jakone Mobile PT.Bank DKI).
Junrl Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, 3, 5838.

Wichansky, A. (2000). Banyaknya pengguna Usabilitytesting . Usability testing in


2000 and beyond, 43(7), 998 -1006.

29

Anda mungkin juga menyukai