Anda di halaman 1dari 30

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Sistem Informasi Manajemen Mhd. Subhan, S.Pd, Chat

Studi Kasus dalam Menjalankan Sistem Informasi Manajemen

OLEH
KELOMPOK III

ANANG BUDIMAN 11713102723


SUKMAIDA NASUTION 11713202444

KONSENTRASI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, nikmat , serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dari awal sampai akhir.

Judul makalah ini adalah “Studi Kasus dalam Menjalankan Sistem Informasi”.
Adapun isi dari makalah ini adalah tentang definisi serta contoh-contoh dari Studi Kasus
dalam Menjalankan Sistem Informasi.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, sehingga menambah


pengetahuan bagi para pembaca. Kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini dari awal sampai akhir., dan
semoga Allah SWT senantiasa selalu meridhoi segala usaha kita.

Pekanbaru, 07 Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian system informasi manajemen....................................................... 4


B. Studi kasus dalam menjalankan informasi manajemen serta contoh-contoh
kasusnya ............................................................................................................ 5
1) System informasi manajemen pada Hannes Corporation ........................... 5
2) Contoh- contoh Study Kasus Manajemen .................................................. 7
a. Study Kaus dalam Organisasi ................................................................ 7
b. Study Kaus dalam Perusahaan .............................................................. 8
c. Study Kasus Kurikulum 2013 dalam lembaga Pendidikan ................... 11
d. Kasus Sistem pendukung Keputusan dalam Pemilihan Modem GSM.. 17
e. Analisis Studi Kasus Pelanggaran Privacy .......................................... 19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran........................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem informasi yang lebih penting bagi para manajer nimbang pengetahuan
tentang teknologi komputer tentang sistem informasi yakni sistem yang diciptakan
oleh para analisis dan manajer guna melaksanakannya tugas khusus tertentu yang
sangat esensial bagi berfungsinya organisasi. Peran utama aplikasi sistem
informasi dalam bisnis adalah untuk memberikan dukungan efektif atas strategi
perusahaan agar dapat memperoleh keunggulan kompetitif. Peran strategis sistem
informasi melibatkan penggunaan tehnologi informasi adalah untuk mengembangkan
berbagai produk, layanan dan kemampuan yang dapat memberikan keunggulan yang
besar bagi perusahaan atas tekanan kompetitif dalam pasar global. Hal ini
menciptakan sistem informasi strategis yang mendukung atau membentuk posisi
kompetitif dan strategi dari perusahaan bisnis. Dengan kata lain, perpaduan sistem
informasi dengan tehnologi informasi dapat membantu organisasi dalam hal:
1. Memperoleh keunggulan kompetitif
2. Mengurang kelemahan kompetitif
3. Memenuhi tujuan srategis perusahaan
Perusahaan dapat bertahan hidup dan berhasil dalam jangka panjang hanya
jika perusahaan tersebut berhasil mengembangkan strategi untuk menghadapi
tekanan kompetitif yang membentuk struktur persaingan dalam dunia usaha.
Dalam model klasik Michael Porter mengenai strategi kompetitif, Bisnis
apapun yang ingin bertahan hidup dan berhasil harus mengembangkan dan
mengimplementasikan berbagai strategi untuk secara efektif mengatasi:
1. Persaingan dari para pesaing dalam industrinya.
2. Ancaman pemain baru dalam industri dan pasarnya.
3. Ancaman yang dihadapi karena adanya produk pengganti yang dapat mengambil
pangsa pasar.
4. Daya tawar pelanggan
5. Daya tawar pemasok.

1
Dalam menerapkan strategi bisnis yang kompetitif, perlunya penerapan
system informasi bagi perusahaan. Karena sistem informasi memiliki peran
strategis antara lain:
1. Hasil potensial dari penggunaan strategi sistem informasi Meningkatkan
efisiensi operasional.
2. Memperkenalkan inovasi bisnis.
3. Membangun sumber informasi strategis.
4. Meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi produksi atau jasa
baru v Meningkatkan kualitas dan fitur produk serta jasa.
5. Meningkatkan proses operasional dan lingkungan kerja.
Yang efektif dan efisien.
Shuttle Express merupakan perusahaan yang bergerak di bidang transportasi
darat yang Pada awal bisnisnya, Shuttle Express hanya menggunakan sistem
informasi secara manual yang kemudian berkembang menggunakan komputer
namun dengan tehnologi yang masih terbatas. Pada tahun 1995 Shuttle Express
hanya menggunakan PC yang didukung oleh aplikasi pengolahan data base. Namun
seiring tuntutan pelanggan yang telah memiliki kepercayaan dan kepuasan terhadap
layanan Shuttle Express, dan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas layanan serta
strategi kompetitif dalam dunia usaha, Shuttle Express mengubah sistem informasi
yang semula bersifat internal menjadi bersifat “in and out”. Yaitu menerapkan
system informasi pada semua kegiatan bisnis termasuk kegiatan pemesanan baik oleh
satu konsumen maupun banyak konsumen secara online dalam waktu yang
bersamaan. Hal ini membawa dampak keunggulan yang sangat besar bagi Shuttle
Express. Seluruh kegiatan operasional perusahaan berjalan secara efektif dan efisien
serta memberikan kepuasan yang tinggi bagi para pengguna jasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem informasi manajemen?
2. Bagaimana studi kasus dalam menjalankan informasi manajemen?
3. Apa saja contoh dari study kasus?
4. Bagaimanakah penerapan system informasi dalam manajemen?

2
5. Kapan dan dimana dibutuhkan adanya suatu system pendukung keputusan?
6. Bagaiman peranan teknologi informasi khususnya system informasi dalam
manajemen perkantoran modern?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk megetahui sistem informasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui studi kasus dalam menjalankan informasi manjemen.
3. Untuk mengetahui apa saja contoh-contoh dari study kasus.
4. Untuk mengetahui penerapan system informasi manajemen.
5. Untuk mengetahui kapan dan dimana dibutuhkan adanya suatu system pendukung
keputusan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian system informasi manajemen


Sistem informasi manajemen merupakan penerapan system teknologi
informasi bisnis pada organisasi bisnis. System informasi ini dapat diterapkan pada
aktivitas internal dan eksternal organisasi. 1 System informasi manajemen ini
dikembangkan lewat pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang
akan menggunakannya, seperti sumbangan yang diberikan para manajer. System
informasi manajemen itu harus dirancang agar sesuai dengan kecepatan, relevansi,
dan ketepatan informasi karena informasi manajemen harus mampu memberikan
informasi yang relevan dan harus berstruktur luwes sehingga mampu mengamati
dengan cepat informasi apapun yang diperlukan pada saat muncul sutau masalah.
System informasi manajemen harus mampu mengadaptasi umpan balik dari
kinerjanya. Karena itu harus dirancang sehingga muda dimodifikasi, misalnya
apabila diperlukan berbagai informasi karena lingkungan berubah atau apabila
organisasi melakukan kegiatan baru (seperti meluncurkan produk baru).

System informasi manajemen merupakan sebagai satuan komponen yang


saling berhubungan dalam mengumpulkan/mendapatkan kembali, memproses,
menyimpan, dan mendisteribusikan informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan dan kendali dalam suatu organisasi. Sebagai tambahan terhadap
pendukung pengambilan keputusan, kendali dan koordinasi, system juga dapat
membantu para manajer dan karyawan untuk meneliti permasalahan dan
meciptakan produk-produk yang baru.2 Adapun penegertian sistem informasi
menurut para ahli:

1. Gordon B.Davis dan Margareth H.Olson


System Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem mesin
pemakai yang terintegrasi yang menyediakan informasi untuk menunjang

1
Hartono J, Sistem Teknologi Informasi BIsnis:Pendekatan Strategis,(Jakarta:Selemba empat,2013)
2
London,K.C dan London, Manajemen Information System:Managing The Digital
Firm,(USA:Prentice,2012)

4
operasi manajemen dan fungsi-fungsi pengambilan keputusan di dalam sebuah
organisasi. Sistem tersebut memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer,
dan prosedur-prosedur manual, model-model untuk analisis, perencanaan,
pengawasan, dan pengambilan keputusan; dan suatu “database”.
2. Rakich Longest Darr
Management Information System is a spesifically designed
communication system in which data are gathered, stored, analyzed, formulated,
and reported to manager.

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwasanya system


informasi manajemen adalah satu kesatuan yang terdiri dari beberapa kompenen
yang dapat memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi lisan
maupun tulisan.

System informasi manajemen sangat membantu karyawan manajer bisnis


untuk membuat keputusan dengan baik. Karena siistem informasi memiliki
kamampuan menganalisis data yang telah dikumpulkan baik dalam organisasi
dan dari sumber eksternal memnjadi informasi yang dapat digunakan oleh
karyawan dan manajer dalm proses pengambilan keputusan mereka. Keputisan
akan lebih baik di buat apabila informasi yang didapatkan akurat dalam
membuat keputusan yang obyektif. 3

B. Studi kasus dalam menjalankan informasi manajemen serta contoh-contoh


kasusnya
1. System informasi manajemen pada Hannes Corporation
Robert Elberson, Presiden dan ekskutif utama (Chief Exekutif Officer,
CEO), pada The Hannes Corporation, menggunakan laporan bulanan untuk
mengkomunikasikan hasil operasi, status dan masalah-masalah yang dihadapi
perusahaan kepada para anggota dewan direktur. Hanne corporation mempunyai
lima unit otonom dengan kriteria keuntungan dan kerugian tersendiri, yaitu:

3
Lucey, Manajemen Information Sistem, (London:Thomas Learning,2005)

5
Hanes Hadiery, Knitwear, L’Eggs, Bali, dan Pine State. Masing-masing unit
dipimpin seorang presiden dan beberapa wakil presiden fungsional.
Disini Elberson menjelaskan bagaiaman data dasar dikumpulkan untuk
persiapan membuat surst-surat presiden.
Elberson: beberapa tahun lalu, kita melambangkan program bantuan
manajemen, yang dirancang untuk memperbaiki pengendailan seluruh operasi.
Setiap departemen di masing-masing unit dari lima unit nasional mempunyai
indikator yang dapat dikuantifikasikan dan mengambarkan ukuran kinerjanya.
Misalnya, pengendalian yang mempunyai ukuran untuk kelambatan penyerahan
(jumlah dan lamanya waktu), biaya perubahan mesin, persediaan yang sedang
diproses, dan lain-lainnya. Indikator –indikator yang merupakan ukuran
operasional dan tidak semata-mata keuangan.
Sebagaimana indikator kunci ditangani setiap hari, dan yang lainnnya
mingguan dan ada juga bulanan. Pada akhir setiap periode akuntansi (empat
minggu), ada hasil penilaian atas hasil yang penuh. Langkah pertama wakil
presiden manufakturing berkata bahwa Hanes Hasiery memiliki kelompok
pertemuan penyelia. Masing-masing penyelia melaporkan kinerja
departemennya (sebagai ukuran atas indikator kunci ) terhadap:
a. rencana anggaran operasi
b. apa yang disanggupkan untuk diselesaikan bulan lalu.
Ia berusaha untuk menjelaskan berbagai penyimpangan yang penting
baik pada mitranya maupun atasannya. Proses ini diulang pada pertemuan
bulanan dari wakil presiden fungsional dengan unit operasional presiden.
Kemudian wakil presiden keuangan dan saya melakukan pertemuan sehari
dengan meurujuk pada laporan internal bulanan bersama-sama dengan mamsing-
masing wakil presiden dari kelima unit operasi. Proses dari atas ini kemudian
menjadi dasar bagi saya dan wakil presiden keuangan untuk menulis surat
bulanan kepada para direktur.
Saya pikir cara demikian akan membuat arahan direktur menyadari apa
yang sedang terjadi dan mamiliki nilai:

6
a. Meninjau kinerja nyata dibanding rencana dan perkiraan terakhir dan
mengharapakan hal tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu 30 hari, yang
tentu saja merupakan disiplin yang baik, yang bukan hanya untuk saya tetapi
juga seluruh organisasi.
b. Dalam rangka menyaring informasi untuk penulisan surat, saya harus
menyaring manakah yang terpenting diantara yang tidak penting. Prosedur
ini mendororng saya menengok kebelakang dan memandang bisnis sebagai
kesatuan yang rumit.
c. Dalam pendapat saya, penyajian lisan dapat dikalahkan oleh penyajian
tertulis. Juga surat misalnya, surat yang lalu mungkin berisi laporan tentang
beberapa kegiatan yang kurang berhasil.
d. Surat adalah cara yang paling efesien untuk menyampaikan laporan. Orang
akan dapat membaca fakta lebih cepat dibanding membicarakannya. Dan
yang lebih penting, surat akan memungkinkan kita mencurahkan seluruh
waktu pertemuan dewan direktur dalam diskusi yang saling memberi tentang
masalah pokok yang muncul selam penyelenggaraan kegiatan bisnis
ketimbang hanya sekedar melaporkan fakta tentang apa yang sudah terjadi
sejak pertemuan terakhir.

2. Contoh- contoh Study Kasus Manajemen


a. Study Kaus dalam Organisasi
Dan akhirnya saya melihat kuatnya tekanan akan keperluan
keseimbangan diantara tiga kelompok didalam sebagain besar organisasi
yakni pengguna, organisasi pengelolahan data, dan manajemen peusahaan.
Memang ada pertentangan kepentingan diantara ketiga kelompok yang
mendesak disebabkan kesalah pahaman antar masing-masing fungsi.
Pengguna akhir mengharapkan fungsionalitas dan kapabilitas.
Mereka tidak perduli soal harga, arsitektur, standar, hari besok, dan berbagai
masalah yang kita hadapi dalam kaitannya dengan pengelolahan data. Para
pengguna menginginkan agar segalanya terwujud, dan dilaksanakan
sekarang juga. Sebaliknya, manajemen sangat perduli dengan harga, namun

7
biasaya kurang memiliki gagasan tentang kepraktisan yang diperlukan untuk
melayani keperluan pengguna , dan bahkan juga kekurangan gagasan tentang
apakah sebenarnya yang diperlukan pengguna. Kelompok ini hanya
menginginkan harga yang serendah-rendahnya. Sehingga kemudian kita
mendapatkan mentalitas (pekerja) pabrik diantara para personil pemgolah
data. Kelompok pengolah data menginginkan agar pekerjaannya
terselesaikan : dan tidak pernah perduli untuk tujuan apakah yang hendak
dicapai lewat pekerjaannya. Mereka ini cendrung menanggapi ketimbang
memulai.
Inilah mungkin tantangan terbesar bagi profesional pengelohan data
pada 10 tahun mendatang, yakni membangun kepemimpinan yang mampu
mendorong keseimbangan antara manajemen yang gandrung anggran
(budget minded), gandrung produksi (production minded), dari bagian
pengelohan data, dan gandrung fungsi (funcition minded) dari pengguna.

b. Study Kasus dalam Perusahaan

Charles Mac Veagh’s mengamati system pelaporan informasi


didalam perusahaan yang disebutkannya, sebagai sebuah contoh ia
mendiskripsikan perusahaan tersebut dan system pelaporannya, yaitu sebagai
berikut:

Perusahaan tersebut merupakan multi divisi, multi perusahaan, dan


secara geografis tersebar, dan secara integral terintegrasi sebagai industri
bahan pangan.
Perusahaan ini merupakan ciri khas perusahaan masa kini, yaitu
bahwa pengarahan sumber daya dari berbagai organisasi diarahkan kepada
pasar untuk keuntungan kelompok pemegang saham. Tetapi hal demikian
bukan ciri umum dari banyak yang dimiliki sebagian besar perusahaan,
yakni mampu menggunakan secara menguntungkan system informasi yang
memproses transaksi dari 20 organisasi berbeda lewat sebuah system
akunting bersama dan kemudian menyajikannya kepada manajemen

8
perusahaan secara tepat. Akan diproleh tingkat keuntungan yang tepat,
disamping pengendalian informasi menentukan dasar bagi komponen
organisasi, peringkasan dan dibandingkan dengan rencana.
Manajemen puncak menerima laporan ringkas yang menunjukkan
keuntungan masing-masing organisasi, berdasar divisi, dan secara
keseluruhan untuk suatu periode dan tahun yang sedang berjalan, yang
dibandingkan dengan rencana. Masing-masing lini dalam menyusun laporan
ringkas yang diserahklan pada laporan manajemen puncak didukung oleh
laporan laba rugi (profit and loss report) dari masing-masing divisi dan/atau
organisasi, yang laporan tersebut juga disampaikan kepada manajer divisi
atau komponen organisasi yang berwenang.
Masing-masing laporan neraca laba rugi disusun atas dasar yang
sama, yang dibagi kedalam bagian pertanggung jawaban administratif
penjualan. Pengguanaan pertanggungjawaban akunting lewat naraca rugi
sangat dimungkinkan karena digunakannya biaya standar yang dibagi
kedalam elemen yang berkaitan dengan volume dan waktu seperti
dikemukakan diatas, dan kemudian dirumuskan lebih utuh seperti berikut ini.
Bagian yang bertanggung jawab atas penjualan menyerahkan data
pendapatan dengan data sumbangan biaya langsung yang kurang standar.
Sejauh keterlibatan bagian penjualan, biaya langsung standar adalah tetap.
Oleh sebab itu, bagian ini tidak dapat diminta pertanggung jawabannya
dalam memaksimalkan kontribusi dengan memvariasikan item yang ada
dibawah kendali, volume, harga, pelanggan, dan ramuan produk.
Untuk membantu mereka dilengkapi dengan laporan analitis yang
ekstensif, yakni “anak dari perkawinan” antara system masukknya pesanan
dan biaya standar. Analisis rinci ini memberikan rincian yang cukup
progresif terutama untuk kontribusi yang berasal dari rencana dan apakan
rencana terlaksana penuh atau tidak, yang hal ini dapat dilacak dari masing-
masing wiraniaga, pelanggan, produk, dan transaksi. Bagian manufaktur
bertanggungjawab atas volume yang dipesan, atau bagaimana caranya agar
dapat lebih efesien, dan bagaimana standar yang ditetapkan oleh system

9
biaya baku. Unutk mengetahui bagaimana orang-orang dari bagian
manufakturing melaksanakan tanggung jawabnya, maka biaya manufaktur
total akan dapat dilihat dalam profil laporan laba rugi, mungkin dengan
jumlah sub-total lewat ringkasan tanggung jawab utama dan ditambah
dengan menunjukkan rencana, penyimpangan dan hasil yang nyata.
Keseluruhan ini, sebaliknya ditopang oleh progresif yang sangat rinci kepada
penyelia lini pertama, yang mana didalamnya dipaparkan rincian rencana,
penyimpangan, dan hasil aktual yang ditunjukkan oleh klasifikasi belanja
yang seharusnya. Berkaitan dengan analisis penjualan, maka manajemen
puncak atau siapa saja dapat bergerak dari laporan ringkas puncak menuju
transaksi dasar untuk menentukan apakah yang terjadi dan mengapa, oleh
karenanya apa yang harus dilakukan untuk hal tersebut.
Biaya manukfakturingan keseluruhan nampa terlihat dalam laporan
laba-rugi unutk menggambarkan keseluruhan, yang secara jelas dapat
dianalisis kedalam bagian-bagian yang lebih bawah. Untuk menghitung
keuntungan, tentu saja perhitungan toltal ini harus disesuaikan untuk nilai
barang persedian yang ada didalam suatu priode. Untuk menggambarkan
situasi dalam bahasa akuntansi, kredit terhadap persedian adalah jumlah
yang ditunjukkan oleh bagian yang bertanggung jawab atas penjualan
sebagai “ biaya harga pokok standar”. Perubahan netto dalam akun neraca
persediaan tentu saja adalah perbedaan antara kedua gambaran tersebut.
Untuk tujuan pelaporan manajemen bulanan, perusahaan percontohan
kami hanya mandeduksi biaya langsung standar dari biaya manukfakturing
total yang merupakan himpunan (kompoliasi) dari laporan bulanan. Dan
neraca, disusun berdasar periode biaya dan penyimpangan, kemudian
dideduksi dari sumbangan penjualan untuk mamberikan keuntungan operasi.
Untuk laporan keuangan yang disusun kepada public, dibuatlah penyesuaian
untuk biaya persediaan prodik. Penyesuaiannya biasanya kecil saja. Untuk
bagian yang bertanggung jawab atas manufakturing, tanggung jawab atas
administrative memperlihatkan adanya perencanaan, penyimpangan dan

10
hasil yang aktual dari kelompok utama, yang semuanya didukung oleh
laporan pusat biaya.
Biaya administrative yang dideduksi dari keuntungan operasi sama
dengan keuntungan yang dapat dikenakan pajak. Jumlah ini, karenanya harus
dikurangi untuk menggambarkan komitmen berkesinambungan perusahaan
terhadap kebijaksanaan pemerintah. Untuk laporan keuangan bulanan ,
provinsi dikenakan atas dasar presentase yang konsisten terhadap laporan
keuangan yang dapat dikenakan pajak dari masing-masing organisasi. Dan
laporan keuntungan bersih inilah yang merupakan bagian laporan lini
organisasi dari laporan ringkas kepada manajemen puncak. Memang hal
demikian merupakan hirarki pelaporan yang cukup sederhana. Direktur
dapat bergerak dari laporan ringkas puncak kepada jumlah total dari masing-
masing divisi, kemudian mengarah pada rinci keuntungan setiap komponen
organisasi, apabila diinginkan kewiraniaga atau mandor ditingkat terbawah.
Dengan demikian maka ia akan memiliki gambaran yang jelas (dalam
besaran/term keuangan) tentang berbagai kegiatan sumber daya yang
dibawah kendalinya. Sehngga dikatakan ia memiliki sebuah system
informasi. 4

c. Study Kasus Kurikulum 2013 dalam lembaga Pendidikan


Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelesakan bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemudian kurikulum 2013
merupakan pengembangan dari keurikulum sebelumnya, baik kurikulum
berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum
tingkat satuan pendidikan tahun 2006.5

4
George, Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen M Scott,(Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2004)hlm.137-140
5
Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Disekolah,(Jakarta:PT RENIKA CIPTA,2010).hlm.32

11
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban
dunia. Hal ini bisa didapatkan melalui penguatan: sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan yang integrasi. Karena kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang memfasilitasi pertumbuhan anak secara utuh.
1) Analisis kurikulum 2013
a) Latar Belakang terjadinya konflik dalam pelaksanaan kurikulum
2013
Untuk mewujudkan tujuan dari kurikulim 2013 guru dituntut
untuk profesional merancang pembelajaran, memilih pendekatan
pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan
pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria
keberhasilan. Dalam kurikulum 2013 juga menuntut guru untuk
melaksanakan pembelajaran yang berbasis tematik integratif. Guru
tidak hanya memiliki kompetensi profesional, tetapi juga harus
memiliki kompetensi pedagogik, sosial, dan kepribadian. Dari hasil
observasi yang dilakukan ditemukan bahwa banyak guru, terutama
guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang masih merasa
kesulitan dalam mengintegrasikan materi Geografi, Sejarah,
Ekonomi, dan Sosiologi menjadi satu materi utuh yang disajikan ke
dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini
menimbulkan masalah pada guru karena guru merasa belum siap
dalam penerapan kurikulum 2013, guru merasa kesulitan dalam
mengajarkan materi Ilmu Pengetahuan Sosial secara terpadu
(Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi, dan Antropologi), karena
mereka berasal dari lulusan salah satu disiplin ilmu saja. Guru merasa
kesulitan dalam pembuatan dan pengembangan perangkat
pembelajaran, sumber belajar yang masih sedikit, dan masalah
penilaian yang terlalu rumit. Selain itu mata pelajaran Teknologi

12
Informasi dan Komunikasi (TIK) di SLTP dan SLTA juga
dihapuskan. Sehingga menimbulkan kebingungan pada guru, murid
dan pihak sekolah karena kurikulum 2013 tidak memiliki pedoman
penjurusan. Dan juga tidak ada sosialisasi kepada ketua program
keahlian di SMK.
Penerapan kurikulum 2013 menimbulkan banyak masalah
karena ketidaksiapan guru dalam menerapkan kurikulum 2013,
tenaga pendidik kurang mampu dalam menguasai Ilmu teknologi
yang perlu dikuasai oleh mereka, kurangnya sarana dan prasarana
atau media pembelajaran pada sekolah-sekolah yang ada di daerah
terpencil sehingga menyulitkan tenaga pendidik untuk melaksanakan
kurikulum 2013, banyaknya guru yang belum mengikuti pelatihan-
pelatihan tentang kurikulum 2013, dan guru kurang mampu dalam
menerapkan sistem penilaian dan metode pembelajaran yang menurut
mereka hal tersebut adalah hal yang baru, karena mereka sudah
terbiasa dengan metode yang lama.

Oleh karena itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


(Mendikbud), Anies Baswedan menghentikan penerapan kurikulum
2013 untuk sekolah yang baru menerapkan satu semester, sekolah itu
diminta kembali menggunakan kurikulum 2006 atau yang dikenal
dengan Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keputusan penghentian
kurikulum 2013 diambil berdasarkan rekomendasi tim evaluasi
implementasi kurikulum 2013, dan diskusi dengan berbagai
pemangku kepentingan. Anies mengatakan, “Sebagian besar sekolah
belum siap melaksanakan kurikulum 2013. Penghentian ini dilandasi
karena masih ada masalah dalam kesiapan guru, baik dalam sistem
penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan kepala
sekolah yang belum merata. Dan menurut ketua Forum Diskusi Guru
(FSGI) Jakarta, Retno Listyarti, pemerintah sebaiknya menyiapkan
guru dulu dengan meningkatkan kompetensi mereka sebab penerapan

13
kurikum baru diperkirakan memang berat. Muhammad Nuh, memang
berpendapat bahwa mutu pendidikan Indonesia akan terus memburuk
kalau kurikulum baru ini tidak dilaksanakan. Dengan mengatakan
“masa depan negeri ini tergantung kepada kurikulum 2013. Tetapi
Muhammad Nuh dianggap terlalu tergesa-gesa menerapkan
kurikulum baru dengan mengabaikan kesiapan guru.

Dalam Implementasi kurikulum 2013 menurut Kemendikbud,


Anies Baswedan, secara bertahap telah dilakukan pada Tahun
Pelajaran 2013/2014 di 6.221 sekolah di 295 kabupaten/kota seluruh
Indonesia yang sudah menjalaninya selama tiga smester boleh
menjalankan kurikulum tersebut sebagai tempat untuk memperbaiki
dan mengembangkan kurikulum 2013 ,tetapi sekolah yang baru
menerapkan satu semester kurikulum 2013 akan tetap menggunakan
kurikulum 2006 sampai mereka benar-benar siap menerapkan
kurikulum 2013. Pihak wakil rakyat juga angkat bicara menyangkut
kurikulum 2013. Anggota Komisi X DPR RI, Raihan Iskandar,
meminta pemerintah menunda implementasi kurikulum 2013, karena
sosialisasi terutama kepada guru belum maksimal. Terbukti dalam
kunjungan kerjanya ke Kalimanatan Timur dan Sulawesi Selatan,
Raihan menemukan bahwa para guru, baru memahami kulitnya,
tetapi belum menguasai isi kurikulum 2013. Banyak juga peserta
seminar menyangkut kurikulum 2013 yang menyesali bahwa
penerapan kurikulum 2013 tidak didahului dengan riset dan evaluasi
yang mendalam. Akibatnya, kurikulum ini memberatkan siswa dan
membingungkan guru.

Dalam penerapan kurikulum 2013 ini perlu


mempertimbangkan adakah cukup banyak tenaga yang mampu
menjalankan kurtilas? Apakah guru mampu melaksanakannya?
Apakah tenaga pelatihan sanggup melakukannya di semua sekolah
yang tersebar di seluruh Indonesia? Lantas terkait biaya, apakah dana

14
yang dialokasikan pemerintah cukup untuk membiayai seluruh proses
perencanaan dan pelaksanaan kurtilas?. Sesungguhnya pertanyaan-
pertanyaan ini perlu dijawab sebelum menerapkan kurtilas. Sekiranya
ada banyak tenaga dan biaya yang mendukung kurtilas, tentu
penerapan kurikulum ini tak akan dihentikan oleh Mendikbud.

Dari pertimbangan hal-hal tersebut maka Pemerintah merevisi


kembali kurikulim 2013. Dan pemerintah menargetkan pada tahun
2019 seluruh sekolah di Indonesia tanpa terkecuali menerapkan
kurikulum 2013 (K-13) yang sudah diperbaiki. Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad
mengatakan, implementasi kurikulum pengganti KTSP tersebut
dilakukan secara bertahap. Yang pada awalnya 25 persen sekolah
sudah menerapkan K-13. Tahun depan, jumlah sekolah tersebut akan
bertambah menjadi 35 persen. Lalu pada 2018 bertambah menjadi 60
persen sekolah. Kemudian ditargetkan pada tahun
2019 seluruh sekolah di Indonesia sudah menerapkan K-13 yang
telah direvisi.

2). Teori konflik dalam pelaksanaan kurikulum 2013

Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di lembaga pendidikan


kita dapat menerapkan bebepara teori diantaranya

a) Teori Psikodinamika
Teori ini banyak digunakan untuk menjelaskan latar
belakang dan proses terjadinya konflik. Begitu juga dalam
pelaksanaan kurikulim 2013 dengan menggunakan teori ini kita
dapat mengetahui dari mana asal usul terjadinya konflik dalam
penerapan kurikulum tersebut.

15
b) Teori fase

Teori ini akan menjelaskan proses terjadinya konflik melalu


fasefase tertentu. Dengan menggunakan teori fase ini dapat diketahui
bagaimana tahap-tahap terjadinya konflik dalam pelaksanaan
kurikulum 2013 sehingga konflik lebih mudah untuk diselesaikan.

c) Teori pertukaran social


Teori ini digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan
terjadinya konflik. Dengan menggunakan teori akan lebih mudah
mengetahui apa saja hal-hal yang menyebabkan terjadinya
konflik dalam pelaksanaan kurikulum 2013. 6

3). Jenis-jenis konflik dalam kurikulum 2013

Konflik yang terdapat dalam masalah pelaksanaan kurikulum


2013 di lembaga pendidikan yaitu:
1. Konflik antar individu dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
Konflik ini dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam
hal kemampuan, kebutuhan, kepentingan, kepribadian, latar
belakang, dan perbedaan pendapat. Dimana dalam penerapan
kurikulum 2013 Muhammad Nuh, berpendapat bahwa mutu
pendidikan Indonesia akan terus memburuk kalau kurikulum baru
ini tidak dilaksanakan. Dengan mengatakan “masa depan negeri
ini tergantung kepada kurikulum 2013, karena itu kurikulum 2013
segera diterapkan dalam lembaga pendidikan sesuai dengan
perkambangan zaman yang semakin canggih. Akan tetapi Anies
Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
menghentikan penerapan Kurikulum 2013 untuk sekolah yang
baru menerapkan satu semester, dan diminta kembali
menggunakan kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Tingkat
Satuan pendidikan (KTSP). Hal ini karena masih ada masalah

6
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik,(Jakarta:2009),hlm.3

16
dalam kesiapan guru, system penilaian, penataran guru,
pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah yang belum
merata. Sehingga menyebabkan guru merasa kesulitan dalam
pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran, sumber
belajar yang masih sedikit, dan masalah penilaian yang terlalu
rumit.
2. Konflik antar kelompok
Konflik ini terjadi karena adanya persaingan dan
pertentangan antar kelompok. Dimana dalam kurikulum 2013
terjadi pertentangan antar guru-guru dalam pendidikan dengan
pemerintah. Karna itu Retno Listyarti ketua Forum Diskusi Guru
(FSGI), berpendapat bahwa pemerintah sebaiknya menyiapkan
guru dulu dengan meningkatkan kompetensi mereka sebab
penerapan kurikum baru diperkirakan memang berat.
3. Konflik berkelanjutan (ditinjau dari segi waktu)
Konflik berkepanjangan merupakan konflik yang
berlangsung lama dan sulit diselesaikan. Dalam kurikulum 2013
konflik yang terjadi dalam pelaksnaannya tidak hanya sesaat
tatapi sudah berlangsung cukup lama sampai bertahun-tahun.7

4). Tahapan konflik dalam pelaksanaan kurikulim 2013

Konflik yang terjadi dalam pelaksanaan kurikulum 2013 berada


pada tahan konfrontasi yaitu konflik semakin terbuka dan semakin
banyak orang yang mengethui konflik tersebut, ini terjadi karena adanya
ketidak nyamanan dalam pengambilan suatu keputusan dan
menyebabkan adanya perdebatan antara pihak yang terlibat konflik.
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 terjadi ketidak nyaman di antara
tenaga pendidik/ guru-guru disekolah karena kurang persiapan dalam

7
Amri Darwis, Manajemen Konflik Pengembangan Ilmu Berpadikma Islami,(Pekanbaru:Suska
Press,2008),,hlm.67

17
menghadapi kurikulum 2013 sehingga merasa kesulitan dalam
penerapannya.

5). Tingkatan konflik dalam pelaksanaan kurikulum 2013

Dalam tingkatan konflik yang terjadi dalam pelaksanaan


kurikulum 2013 berada pada tingkatan kedua yaitu The
perceivedlexperieced conflict, dimana pada tingkat ini konflik sudah
ketahui, sudah dialami dan sudah tampak. Dan konflik dapat terjadi
karena perbedaan pendapat, harapan, kebutuhan, dan tindakan.
Perlawanan dalam tingkat konflik ini bisa berbentuk perlawanan mulut
atau sikap. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kita dapat melihat
dengan jelas perbedaan pendapat dari Anies Baswedan dan Muhammad
Nuh. Dimana Muhammad Nuh berpendapat bahwa kurikulum 2013
harus dilaksanakan disetiap sekolah karena menurut dia masa depan
negeri ini tergantung kepada kurikulum 2013. Sedangkan Anies
Baswedan menghentikan penerapan kurikulum 2013 untuk sekolah yang
baru menerapkan satu semester, dan diminta kembali menggunakan
kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP). Hal ini karena masih ada masalah dalam kesiapan guru, system
penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah
yang belum merata. Sehingga menyebabkan guru merasa kesulitan dalam
penerapannya. 8

d. Kasus Sistem pendukung Keputusan dalam Pemilihan Modem GSM


Permasalahan yang diangkat dalam kesempatan kali ini adalah
“Pemilihan Modem GSM” yang nantinya akan menjadi prioritas barang
yang akan dibeli setelah dilakukan proses pembandingan dengan
menggunakan software Expert Choice. Untuk melakukan pemilihan modem
GSM kriterianya meliputi :
1) Harga (dalam ratus ribu)

8
AN Ubaedy, Berkarir di Era Global,(Jakarta:Alex Media komputindo,2008),hlm.100

18
2) Kecepatan Download (dalam Mbps)
3) Kecpatan Upload
4) Berat (dalam gram)
5) Garansi (dalam bulan)
Dari beberapa kriteria diatas yang menjadi prioritas utama dalam
penentuannya adalah harga yang termurah, lalu kecepatan download dan
upload yang cepat, sedangkan kriteria lainnya menjadi prioritas akhir.
Alternative modem yang disarankan meliputi :
1) Huwawei E160
2) ZTE MF190
3) Sierra C308
Huwaei E169 ZTE MF190 Sierra C308
Harga 260K 200K 280K
Kecepatan Download 7.2 Mbps 7.2 Mbps 2.1 Mbps
Kecepatan Upload 384 kbps 5.76 Mbps 5.76 Mbps
Berat 200 gram 150 gram 100 gram
Garansi 12 bulan 8 bulan 10 bulan

1) Hierarki Pemecahan Permasalahan


Untuk mempermudah dalam melakukan pemecahan masalah tersebut,
berikut ini adalah hierarki yang menggambarkan kebutuhan yang ada terdiri dari
tujuan, kriteria, dan alternatif.
2) Pemecahan Masalah
Langakah-langkah analisis dengan menggunakan Expert Choice adalah
sebagai berikut:

 Membuka software Expert Choice


 Klik File lalu New lalu klik Direct
 Isikan tujuan “Pemilihan Pembelian Modem”
 Lalu masukkan kriteria, untuk measukkan kriteria klik Goal lalu klik gambar
hierarki seperti ini . Kemudian masukkan kriteria-kriteria yang

19
dipertimbangkan seperti harga, kecaptan download, kecepatan upload, berat,
dan garansi. Tiap kriteria tulis definisi dari kriteria tersebut.
 Setelah semua kriteria sudah terisi buat alternatif, untuk membuatnya klik
salah satu kriteria lalu klik gambar hierarki dan tulis alternatif tersebut
seperti Huwawei, ZTE, dan Sierra.
 Langkah berikutnya jadikan seluruh alternatif ada dalam masing-masing
kriteria. Lakukan peng-copyan tersebut dengan cara klik Edit-Replicate
Children of Current Node hingga muncul option sebagai berikut :

Pilih “to all Leaves” sehingga akan memperoleh perintah konfirmasi


peng-copyan lalu klik yes. Lalu akan tampil gambar sebagai berikut :

1. Berikutnya melakukan pembobotan pada masing-masing kriteria dimana


yang menjadi prioritas utama adalah kemurahan harga, lalu kecepatan
download dan kecepatan upload, sedangkan kriteria berat dan garansi
merupakan kriteria akhir. Untuk melakukan pembobotan tersebut caranya
klik “Assessment-Data” isikan angka-angka pembobotan lalu klik
“Calculate-Record” hingga tampil sebagai berikut :
2. Lalu lakukan pembobotan pada masing-masing alternatif tiap kriteria dengan
klik “Assessment-Data” lalu “Calculate-Record”.

a. Berikut hasil pembobotan dari harga :


1). Hasil pembobotan kecepatan download
2). Hasil pembobotan kecepatan upload
3). Hasil pembobotan berat modem
4). Hasil pembobotan garansi modem
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa modem GSM yang menjadi
peringkat utama dalam pemilihan tersebut adalah modem ZTE dengan tipe
MF190.Lalu peringkat kedua dan ketiga adalah Huwawei.

20
e. Analisis Studi Kasus Pelanggaran Privacy
Selama beberapa tahun terakhir, keamanan bandara telah menjadi
perbincangan hangat dan penting di seluruh dunia. Salah satu kasus
keamanannya, seperti kejadian bulan Desember 2009 bertepatan saat
perayaan Natal, ketika seorang warga Negara Ethiopia yang diduga teroris
mencoba meledakkan sebuah pesawat penerbangan domestik AS, yakni
Northwest Airlines, dengan nomor penerbangan 253 dengan bahan peledak
plastik yang dijahit ke celana dalamnya. Pelaku tersebut lolos dari deteksi
keamanan bandara, walaupun berhasil ditangkap sebelum pelaku
meledakkan pesawat tersebut. Insiden ini mengagetkan TSA (Transportation
Security Administration) AS dan sejak saat itu sistem pengamanan seluruh
bandara di dunia, hingga di Indonesia juga turut diperketat dengan berbagai
langkah dan prosedur pengamanan. Salah satu langkah yang dilakukan
adalah penggunaan alat yang dapat memeriksa tubuh. Alat ini dikenal
dengan nama full body scanner. Full body scanner adalah sebuah alat
pemindai yang bisa menembus lapis pakaian seseorang, memetakan bagian
tubuh dengan akurat, serta dapat mendeteksi senjata non logam dan bahan
peledak pada permukaan tubuh yang terlindungi oleh pakaian. Cara kerja
alat ini sangat cepat dan hanya membutuhkan waktu antara 15 dan 30 detik
untuk mendeteksi seseorang. Orang yang hendak diperiksa terlebih dahulu
memasuki bilik kecil dan kemudian mengangkat tangan, lalu akan dengan
sendirinya gelombang radio yang keluar langsung mendeteksi tubuh dari
segala penjuru. Alat ini segera mengirim gambar 3D berupa bentuk tubuh
tanpa pakaian di layar monitor. Di Indonesia sendiri alat pemindai ini telah
ada sejak tahun 2008, dengan brand ProVision buatan pabrikan L3 Security
and Detection System, Amerika Serikat. Namun, alat tersebut belum
digunakan hingga saat ini, dikarenakan banyaknya kontroversi di berbagai
pihak. Salah satu pihak yang menolak adalah Majelis Ulama Indonesia
(MUI). MUI mengatakan penggunaan alat ini melanggar privasi, hak asasi
manusia, dan juga norma-norma agama. Selain dilihat dari sisi privasi,
penggunaan body scanner perlu juga dilihat dari sisi keamanan bersama saat

21
di bandara. Apabila dilihat dari segi keamanan, penggunaan body scanner ini
sangatlah penting dan dibutuhkan, karena saat ini banyaknya kejahatan yang
semakin tidak mengenal waktu dan tempat. Dengan adanya body scanner ini,
maka akan dapat mencegah aksi-aksi teroris dan penyelundupan barang-
barang ilegal. Penggunaan body scanner ini perlu memperhatikan dua sisi,
antara sisi keamanan dan privasi. Kedua sisi ini dapat dijalankan seimbang
apabila terdapat komunikasi dengan baik antara pihak penumpang dan
bandara. Berkaitan dengan privasi, menurut Schofield dalam Barak (2006)
menjelaskan beberapa dimensi privasi, antara lain informational
(psychological) privacy, accessibility (physical) privacy, dan expressive
(interactional) privacy. Dari sisi informational (psychological) privacy, perlu
diketahui bahwa informasi tubuh yang dibutuhkan hanya untuk keamanan
bersama saat berada di bandara. Informasi tubuh penumpang berupa scan
atau rangka tubuh dan hanya akan diketahui oleh pihak bandara, karena
tujuannya hanya untuk melihat barang membahayakan apa saja yang
disembunyikan di dalam tubuh agar tetap dapat masuk ke pesawat. Untuk
sisi accessibility (physical) privacy, cara mengakses tubuh penumpang
menggunakan alat scan bukan dengan kontak tubuh secara langsung dan hal
ini berlangsung selama 15 hingga 30 detik saja. Dengan begini, hal ini dapat
tetap menjaga privasi para penumpang dan juga mencegah pihak bandara
dalam penyalahgunaan hasil aksi-aksi teroris dan penyelundupan barang-
barang ilegal. Penggunaan body scanner ini perlu memperhatikan dua sisi,
antara sisi keamanan dan privasi. Kedua sisi ini dapat dijalankan seimbang
apabila terdapat komunikasi dengan baik antara pihak penumpang dan
bandara. Berkaitan dengan privasi, menurut Schofield dalam Barak (2006)
menjelaskan beberapa dimensi privasi, antara lain informational
(psychological) privacy, accessibility (physical) privacy, dan expressive
(interactional) privacy. Dari sisi informational (psychological) privacy, perlu
diketahui bahwa informasi tubuh yang dibutuhkan hanya untuk keamanan
bersama saat berada di bandara. Informasi tubuh penumpang berupa scan
atau rangka tubuh dan hanya akan diketahui oleh pihak bandara, karena

22
tujuannya hanya untuk melihat barang membahayakan apa saja yang
disembunyikan di dalam tubuh agar tetap dapat masuk ke pesawat. Untuk
sisi accessibility (physical) privacy, cara mengakses tubuh penumpang
menggunakan alat scan bukan dengan kontak tubuh secara langsung dan hal
ini berlangsung selama 15 hingga 30 detik saja. Dengan begini, hal ini dapat
tetap menjaga privasi para penumpang dan juga mencegah pihak bandara
dalam penyalahgunaan hasil scan para penumpang. Selanjutnya, dari sisi
expressive (interactional) privacy, para penumpang boleh bertanya dan
beropini dalam melakukan body scanner ini. Sebab memang tidak dapat
dihindari, terkadang masih banyak penumpang-penumpang baru yang masih
kurang paham akan kerja alat ini. Pihak bandara harus menjelaskan dan
memastikan bahwa data tubuh penumpang akan aman. Jika dirasa kurang
meyakinkan, pihak bandara dapat membuat perjanjian terlebih dahulu
dengan penumpangnya. Setiap individu pastinya ingin merasa aman saat
berada di mana saja dan dalam situasi apapun. Hak merasa aman ini juga
dilindungi oleh Pasal 28G ayat 1. Maka dari itu, setiap individu yang berada
di bandara perlu memahami pentingnya penggunaan teknologi seperti body
scanner ini. Adanya body scanner ini adalah untuk antisipasi dan menjaga
keamanan bersama, karena tingkat kejahatan juga semakin canggih dan
dapat terjadi kapan saja.
Dari pembahasan kasus diatas dapat disimpulkan Penggunaan alat
body scanner di bandara terutama di bandara Indonesia harus diterapkan.
Beberapa pihak yang menolak penggunaan alat full body scanner ini, perlu
mempertimbangkannya kembali dengan tidak hanya memikirkan di satu
pihak atau bidang saja, dimana alat ini dianggap melanggar privasi seseorang
tetapi juga harus memikirkan dari segala pihak dan bidang. Dalam hal
keamanan, saat ini tingkat keamanan di Indonesia sendiri tidak begitu aman.
Akhirakhir ini semakin banyaknya kasus teroris, penyelundupan narkoba,
miras, dan lain-lain di bandara. Maka dari itu, masyarakat perlu memikirkan
penggunaan teknologi baru di lingkungannya karena kejahatan pun semakin
ahli dan tidak dapat diprediksi. Adanya teknologi baru yang diciptakan

23
pastinya digunakan untuk membantu dan memanfaatkan untuk kebutuhan
dan kepentingan tiap manusia dalam mengikuti perkembangan zaman. 9

9
Wicaksono, D. S. (2018). Studi Kasus Sistem Informasi Manajemen. Malang: CV. Seribu
Bintang.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teknologi sistem informasi merupakan komponen utama yang
memberikan value added terhadap pelayanan jasa disamping cost reducing,
walaupun memang di awal, pembangunan dan development infrastruktur Sistem
Informasi Manajemen adalah investasi yang cukup mahal. Di awal
pengembangan Sistem Informasi Manajemen, perlu pengkajian yang dalam dalam
memilih jenis hardware maupun software yang sesuai dengan karakteristik
perusahaan sehingga tidak salah dalam pengembangan selanjutnya. Sistem
Informasi Manajemen transportasi udara telah mengalami berbagai
kecenderungan perubahan aplikasi untuk meninggkatkan efisiensi dan efektivitas
dalam proses penjualan produk jasa. Sistem informasi manajemen merupakan
penerapan system teknologi informasi bisnis pada organisasi bisnis. System
informasi ini dapat diterapkan pada aktivitas internal dan eksternal organisasi.
System informasi manajemen merupakan sebagai satuan komponen yang saling
berhubungan dalam mengumpulkan/mendapatkan kembali, memproses,
menyimpan, dan mendisteribusikan informasi untuk mendukung pengambilan
keputusan dan kendali dalam suatu organisasi. Sebagai tambahan terhadap
pendukung pengambilan keputusan, kendali dan koordinasi, system juga dapat
membantu para manajer dan karyawan untuk meneliti permasalahan dan
meciptakan produk-produk yang baru.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

25
DAFTAR PUSTAKA

AN Ubaedy, 2008.Berkarir di Era Global,(Jakarta:Alex Media komputindo)

Darwis ,Amri, 2008, Manajemen Konflik Pengembangan Ilmu Berpadikma


Islami,(Pekanbaru:Suska Press)

George, 2004. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen M Scott,(Jakarta:PT Raja


Grafindo Persada)

Hartono J, 201.Sistem Teknologi Informasi BIsnis:Pendekatan


Strategis,(Jakarta:Selemba empat,)

https://www.academia.edu/37025438/Studi_Kasus_Sistem_Informasi_Manajemen_Vol
ume_2

London,K.C dan London, 2012. Manajemen Information System:Managing The Digital


Firm,(USA:Prentice)

Lucey, 2005.Manajemen Information Sistem, (London:Thomas Learning)

Suryosubroto, 2010. Manajemen Pendidikan Disekolah,(Jakarta:PT RENIKA CIPTA)

Wicaksono, D. S. (2018). Studi Kasus Sistem Informasi Manajemen. Malang: CV.


Seribu Bintang.

Wirawan, 2009.Konflik dan Manajemen Konflik,(Jakarta)

26
27

Anda mungkin juga menyukai