Etika Teleologi
Etika Teleologi
Nim :200910301041
Prodi / Matkul :Ilmu Kesejahteraan Sosial / D3 PIKS
B. Ciri
Ciri utama dari teori deontologis adalah: bagaimana seseorang harus bertindak
didefinisikan secara independen dari kebaikan (moral). Teori-teori deontologis selalu
menghasilkan “imperatif kategoris” (yaitu, tugas-tugas yang terlepas dari teori kebaikan apa
pun). Di sini, penekanan pada tindakan daripada (seperti dalam utilitarianisme) pada hasil.
Dalam etika ini, kita tidak dapat membenarkan tindakan dengan menunjukkan bahwa
tindakan itu menghasilkan konsekuensi yang baik, itulah sebabnya kadang-kadang disebut
‘non-Konsekuensial’.
Masalah utama untuk teori deontologis adalah mendefinisikan benar tanpa menarik kebaikan.
Contoh cara mengatasi masalah ini:
Etika deontologis (berbasis tugas) menekankan terhadap apa yang dilakukan (tindakan)
orang, bukan dengan konsekuensi dari tindakan mereka: Lakukan hal yang benar; Lakukan
karena itu hal yang benar untuk dilakukan; Jangan lakukan hal yang salah; Hindari itu karena
salah.
C. Dampak
Deontologi mengajarkan agar hidup dalam semesta sesuai aturan moral, Seseorang yang
mengikuti etika berbasis kewajiban harus melakukan hal yang benar, bahkan jika itu
menghasilkan lebih banyak kerugian (atau kurang baik) daripada melakukan hal yang salah.
Deontologi tetap memiliki dampak yang baik dan buruk baik kehidupan. Adapun
dampak positif dari etika berbasis kewajiban ini diantarnya yaitu:
1. Absolut
Etika berbasis kewajiban menetapkan aturan absolut. Satu-satunya cara untuk menangani
kasus-kasus yang tampaknya tidak cocok adalah dengan membuat daftar pengecualian untuk
aturan tersebut.
2. Memungkinkan tindakan yang membuat dunia menjadi tempat yang kurang baik
Karena etika berbasis kewajiban tidak berorientasi pada hasil, maka dapat mengarah pada
tindakan yang menghasilkan pengurangan kebahagiaan dunia secara keseluruhan.
D. Contoh
ETIKA TELEOLOGI
A. Pengertian
Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik
buruknya suatu tindakan dilakukan , Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana
yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan
akibat.Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan
berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya
menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan
yang benar menurut hukum.Perbincangan “baik” dan “jahat” harus diimbangi dengan “benar”
dan “salah”. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika
“yang baik” itu dipersempit menjadi “yang baik bagi diri sendiri.
B. Jenis / Golongan
Etika teleologi bisa digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etis dan utilitarianisme.
1. Egoisme Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk m engejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Contoh : (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi “kekuasaan”
dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya.
2. Utilitarianisme
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Yang
menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah
diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang
terpenting.
Contoh : kewajiban seseorang yang memiliki dan mempecayai agamanya, maka orang
tersebut harus beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.
C. Contoh
Sumber Referensi
https://dosenppkn.com/deontologi/
https://r4hm190.wordpress.com/2011/10/11/pengertian-contoh-dari-etika-
teleologi-deontologi-teori-hak-teori-keutamaan/