Anda di halaman 1dari 3

Nama :Nabila Qonita Artanti

Nim :200910301041
Prodi / Matkul :Ilmu Kesejahteraan Sosial / D3 PIKS

PENJABARAN ETIKA DEONTOLOGI DAN ETIKA TELEOLOGI SERTA


CONTOHNYA DI MASYARAKAT
 ETIKA DEONTOLOGI
A. Pengertian
Deontologi adalah pendekatan terhadap etika yang berfokus pada kebenaran atau
kesalahan tindakan itu sendiri, yang bertentangan dengan kebenaran atau kesalahan akibat
dari tindakan tersebut (konsekuensial) atau dengan karakter dan kebiasaan pelaku (etika
Kebajikan). Jadi, bagi seorang Deontolog, apakah situasi itu baik atau buruk tergantung pada
apakah tindakan yang menyebabkannya benar atau salah.

Kadang-kadang deontologi digambarkan sebagai etika “berbasis tugas” atau


“berdasarkan kewajiban“, karena Deontologi percaya bahwa aturan etika mengikat orang
pada tugas mereka. Istilah “deontologi” berasal dari bahasa Yunani “deon” yang berarti
“kewajiban” atau “tugas“, dan “logo” yang berarti “berbicara” atau “belajar”, dan pertama
kali digunakan dengan cara ini pada tahun 1930, dalam buku “Five Types of Ethical Theory
“oleh CD Broad (1887 – 1971).

B. Ciri

Ciri utama dari teori deontologis adalah: bagaimana seseorang harus bertindak
didefinisikan secara independen dari kebaikan (moral). Teori-teori deontologis selalu
menghasilkan “imperatif kategoris” (yaitu, tugas-tugas yang terlepas dari teori kebaikan apa
pun). Di sini, penekanan pada tindakan daripada (seperti dalam utilitarianisme) pada hasil.

Dalam etika ini, kita tidak dapat membenarkan tindakan dengan menunjukkan bahwa
tindakan itu menghasilkan konsekuensi yang baik, itulah sebabnya kadang-kadang disebut
‘non-Konsekuensial’.

Masalah utama untuk teori deontologis adalah mendefinisikan benar tanpa menarik kebaikan.
Contoh cara mengatasi masalah ini:

1. Benar adalah apa yang diperintahkan Tuhan (Teori Perintah Ilahi)


2. Benar adalah apa yang diperintahkan masyarakat (Relativisme Moral)

Etika deontologis (berbasis tugas) menekankan terhadap apa yang dilakukan (tindakan)
orang, bukan dengan konsekuensi dari tindakan mereka: Lakukan hal yang benar; Lakukan
karena itu hal yang benar untuk dilakukan; Jangan lakukan hal yang salah; Hindari itu karena
salah.

C. Dampak
Deontologi mengajarkan agar hidup dalam semesta sesuai aturan moral, Seseorang yang
mengikuti etika berbasis kewajiban harus melakukan hal yang benar, bahkan jika itu
menghasilkan lebih banyak kerugian (atau kurang baik) daripada melakukan hal yang salah.

Deontologi tetap memiliki dampak yang baik dan buruk baik kehidupan. Adapun
dampak positif dari etika berbasis kewajiban ini diantarnya yaitu:

1. Menekankan nilai setiap manusia


2. Sistem etika berbasis kewajiban cenderung fokus untuk memberikan penghormatan
yang sama kepada semua manusia.
3. Ini memberikan dasar untuk hak asasi manusia – itu memaksa dengan pertimbangan
diberikan untuk kepentingan satu orang bahkan ketika itu bertentangan dengan
kepentingan kelompok yang lebih besar.
4. Etika berbasis kewajiban dari Kantian mengatakan bahwa beberapa hal tidak boleh
dilakukan, apa pun konsekuensi baiknya yang mereka hasilkan. Ini sepertinya
mencerminkan cara sebagian manusia berpikir.
5. Etika berbasis tugas Rossian memodifikasi ini untuk memungkinkan berbagai tugas
agar diseimbangkan, yang dapat diperdebatkan, bahkan lebih cocok dengan cara kita
berpikir.

Sedangkan dampak negatif etika berbasis kewajiban, antara lain:

1. Absolut

Etika berbasis kewajiban menetapkan aturan absolut. Satu-satunya cara untuk menangani
kasus-kasus yang tampaknya tidak cocok adalah dengan membuat daftar pengecualian untuk
aturan tersebut.

2. Memungkinkan tindakan yang membuat dunia menjadi tempat yang kurang baik

Karena etika berbasis kewajiban tidak berorientasi pada hasil, maka dapat mengarah pada
tindakan yang menghasilkan pengurangan kebahagiaan dunia secara keseluruhan.

3. Sulit untuk merekonsiliasi tugas yang saling bertentangan

Contoh etika berbasis kewajiban tidak berurusan dengan kasus-kasus di mana kewajiban-


kewajiban bertentangan.

D. Contoh

 ETIKA TELEOLOGI

A. Pengertian

Teleologi berasal dari akar kata Yunani telos, yang berarti akhir, tujuan, maksud,


dan logos (perkataan). Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Istilah teleologi dikemukakan oleh Christian
Wolff, seorang filsuf Jerman abad ke-18. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-
gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan,
sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam
arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi,
atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran
filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia.

Dalam dunia etika, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik
buruknya  suatu tindakan dilakukan , Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana
yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir.Yang lebih penting adalah tujuan dan
akibat.Betapapun salahnya sebuah tindakan menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan
berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.Ajaran teleologis dapat menimbulkan bahaya
menghalalkan segala cara. Dengan demikian tujuan yang baik harus diikuti dengan tindakan
yang benar menurut hukum.Perbincangan “baik” dan “jahat” harus diimbangi dengan “benar”
dan “salah”. Lebih mendalam lagi, ajaran teleologis ini dapat menciptakan hedonisme, ketika
“yang baik” itu dipersempit menjadi “yang baik bagi diri sendiri.

B. Jenis / Golongan

Etika teleologi bisa digolongkan menjadi dua, yaitu egoisme etis dan utilitarianisme.

1. Egoisme Etis

Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya
bertujuan untuk m engejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.

Contoh : (mungkin masih ada) para petinggi politik yang saling berebut kursi “kekuasaan”
dengan melakukan berbagai cara yang bertujuan bahwa dia harus mendapatkannya.

2. Utilitarianisme

Istilah deontologi berasal dari kata  Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. Yang
menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah
diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang
terpenting.

Contoh : kewajiban seseorang yang memiliki dan mempecayai agamanya, maka orang
tersebut harus beribadah,  menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya.

C. Contoh

 Sumber Referensi
https://dosenppkn.com/deontologi/
https://r4hm190.wordpress.com/2011/10/11/pengertian-contoh-dari-etika-
teleologi-deontologi-teori-hak-teori-keutamaan/

Anda mungkin juga menyukai