BAB V
HIDROGEOLOGI
Sistem penambangan yang akan diterapkan pada wilayah Izin Usaha Pertambangan
ekslorasi mineral logam mangan PT. Welindo Inti Pratama adalah dengan sistem tambang
terbuka. Sistem tambang terbuka pada akhir penambangan akan menghasilkan sumuran
(pit) pada permukaan kerja (front), sehingga selama kegiatan penambangan akan
menghadapi kendala air terutama air hujan. Oleh karena itu perlu dibuat rancangan
penyaluran air tambang untuk mengatasi masalah air yang berasal dari air hujan, air
Upaya penyaluran air menuju sumuran dan mencegah genangan air pada jenjang
dilakukan dengan membuat paritan di dekat kaki jenjang. Penempatan paritan tidak
terlalu dekat dengan daerah kerja maupun batas kemajuan tambang. Agar dalam
melakukan kajian hidrogeologi dapat berjalan lancar dan tepat sasaran, diperlukan
kerangka kajian. Kerangka kajian ini sebagai acuan pelaksanaan kajian di lapangan,
terutama cakupan materi, data-data yang harus diambil, urutan dan kaitan masing-masing
1. Kajian Hidrologi,
2. Kajian Hidrogeologi,
KAJIAN HIDROGEOLOGI
MAT E R I KAJ IA
N
Gambar 5.1
Kerangka Kajian Hidrogeologi
TOTAL JUMLAH POMPA
Welindo Inti Pratama memiliki hujan tropis yang ditandai dengan adanya
pergantian dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Intensitas
hujan bervariasi dari rendah sampai tinggi dengan durasi waktu pendek
(2005- 2009).
Berdasarkan data curah hujan, curah hujan paling kecil di lokasi tambang
jumlah hari hujan setiap tahunnya berkisar antara 3-28 hari,dengan rata-
rata 32 mm/tahun.
Air limpasan (surface run off) adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di
atas permukaan tanah menuju sungai, danau maupun laut (Asdak, 1995).
Aliran tersebut terjadi karena air hujan mencapai permukaan tanah tidak
tanah serta vegetasi (Arsyad, 1989). Disampaing itu, air hujan yang telah
masuk kedalam tanah kemudian keluar lagi ke permukaan tanah dan mengalir
Metode yang digunakan untuk menghitung debit air limpasan puncak (peak
run off = Qp) adalah metode rasional (US Soil Convertion. Service, 1973
Qp = 0,278 C i A m3/detik
Dimana :
Qp : debit puncak, m3/detik
C : koefisien air limpasan
I : intensitas hujan, mm/jam
(untuk durasi hujan = waktu konsentrasi Tc)
A : luas daerah DTH, ha
(daerah tangkapan hujan) dengan lama hujan (durasi) sama dengan waktu
oleh air dari tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan
Dimana :
Tc : Waktu konsentrasi, menit
L : Jarak maksimum aliran DAS, meter
S : Beda ketinggian antara titik pengamatan dengan lokasi terjauh
pada DAS dibagi panjang maksimum aliran.
Koefisien air limpasan ( run off ) adalah bilangan yang menunjukan
Makin kecil harga koefisien ini, semakin baik kondisi hidrologi dari suatu
wilayah DAS. Secara makro evaluasi terhadap DAS dapat dilakukan dengan
(Sri Harto, 1989). Kandungan padatan (Cs) air sungai umumnya dinyatakan
dalam mg/lt air. Parameter ini secara konvensional dapat dipakai untuk
coefficient.
A. Kajian Akuifer
Kajian akuifer dilakukan untuk mengetahui jenis dan kondisi akuifer di daerah
penyelidikan. Jenis akuifer secara umum ada dua macam, yaitu akuifer bebas
Dalam wilayah eksplorasi mineral logam mangan PT. Welindo Inti Pratama
secara umum terdapat satu jenis akuifer yaitu akuifer bebas. Akuifer bebas
wilayah potensi air tanah rendah dan penyebaran tidak merata (setempat-
tempat). Pada lapisan tanah penutup potensi air tanah relatif lebih besar
dibandingkan dengan lapisan lainnya. Pada lapisan ini air tanah dianggap
jenuh.
Pada lapisan tanah penutup aliran air tanah merupakan aliran melalui rongga
antar butir misal aliran yang terjadi pada lapisan tanah pucuk dan over burden.
Secara umum arah dan pola aliran air tanah di daerah penyelidikan merupakan
arah dan pola aliran air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi
daerah izin usaha pertambangan karena muka air tanah bebas cenderung
Penambangan bijih mangan PT. Welindo Inti Pratama direncanakan akan dimulai
pada blok I yang berada di sebelah barat dari blok II. Daerah ini merupakan
daerah yang relatif rendah dan kemajuan tambang akan menuju ke arah Timur dan
Utara yang lebih Tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pengendalian air
tambang. Analisis tersebut mencakup air limpasan, air hujan langsung masuk ke
daerah tambang, air tanah yang masuk ke daerah penambangan, dimensi dan letak
sumuran tambang.
Air permukaan pada tambang berasal dari dua sumber yaitu air limpasan dan
Air limpasan ini akan dibiarkan masuk kedalam pit penambangan untuk
selanjutnya akan di pompa dan dialirkan menuju paritan. Hal ini disebabkan
karena design pit yang cukup dalam, disamping itu juga dikarenakan jumlah
air limpasan yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan jumlah air yang
Air permukaan ini berasal dari air hujan yang langsung masuk ke lokasi
tambang.jumlah air ini tergantung dari luas pit yang dibuka dan intensitas
hujan pada daerah tambang tersebut. Hasil perhitungan jumlah air hujan yang
Air ini berasal dari rembesan pada tanah pucuk dan overburden yang berada
pada bagian paling atas dari endapan bijih mangan. Berdasarkan rencana
akifer bebas adalah tanah penutup (ketebalan 4 meter). Perhitungan jumlah air
tanah yang akan masuk ke pit dipengaruhi oleh akuifer yang terpotong karena
menampung rembesan-renbesan dari air tanah yang sedang digali dan letaknya
kondisi lapangan seperti kondisi pengalian terutama pada lantai tambang dan
hitung dengan teori mononobe vs waktu, dan grafik debit pemompaan vs.
waktu. Dari debit air yang masuk ke tambang dan kemampuan pompa
Panjang sumuran : 11 M
Tinggi : 1.32 M
lantai tambang (floor) yang paling rendah, jauh dari aktifitas pembongkaran
sumuran berada di dasar pit. Kemiringan dasar pit juga harus diperhatikan agar
air yang masuk kedalam pit dapat masuk kedalam sumuran, dalah hal ini